Felicia, seorang wanita yang sudah mengorbankan keyakinan dan keluarganya untuk menikah dengan lelaki pilihan, ternyata sang suami terpikat dengan wanita lain. Safira, janda muda yang hidupnya sengsara merasa bahagia ketika bertemu dengan sosok Hanan yang penyayang, harus menelan pahitnya kehidupan lagi karena berstatus sebagai istri simpanan. Hanan, terjebak dalam situasi sulit karena rasa iba pada janda muda. Akibat dari rasa ibanya itu, Hanan terancam kehilangan banyak hal termasuk gelarnya sebagai pengusaha kaya. Bagaimanakah kisah cinta segitiga mereka? Yuk baca cerita ini ....
View MorePart 8Lelaki itu, dari mana tahu keberadaanku?Mas Angga hendak menarik tanganku, tetapi Mas Hanan sigap menghadang.“Aku tidak tahu siapa Anda, tetapi alangkah buruknya perangai Anda, memukul seorang wainta.” Dengan tegas Mas Hanan melindungiku.“Minggir jangan ikut campur! Dia istriku. Siapa kamu? Ah, jangan-jangan, kamu sudah menikah lagi ya, Safira? Pernikahan haram karena kamu masih menjadi istri sahku. Kenapa kamu menikah lagi, Safira? Apa karena kamu gatal, hah?” teriak Mas Angga.“Jaga bicaranya, Mas! Duduklah dan bicarakan baik-baik. Aku bukan suami Mbak Safira.”“Lalu siapa? Kamu datang untuk memuaskan nafsunya?” bentak Mas Angga.“Saya CV yang akan mengerjakan rumah Mbak Safira. Anda siapa? Datang-datang berteriak dan memukul seorang wanita?”Ah, Mas Hanan, bahkan di saat pria di hadapannya berkata kasar, ia masih bersikap lembut. Semakin membuat hati ini tertarik.“Saya suami dia. Mau apa kamu? Sekarang juga, hentikan pembangunan apapun di sini! Kalau tidak ingin saya tun
Part 7POV SafiraMas Hanan, satu nama yang akhirnya mengisi hati ini setelah sekian lama terbelenggu rasa sakit yang tak terperi.Tidak ada satu pun wanita yang ingin seperti aku, menjanda di usia muda tanpa pekerjaan dan harus menanggung satu anak dan juga seorang ibu. Aku menikah di usia yang belia, yakni delapan belas tahun karena sebuah kecelakaan. Saat itu baru lulus SMA.Ah tidak! Sebenarnya aku sudah hamil sejak enam bulan sebelum kelulusan, tetapi bisa ku tutupi karena badan yang langsing. Adalah Mas Angga, cowok kakak kelas yang sudah berpacaran denganku sejak kelas dua SMA. Saat kami menikah, ia sudah duduk di bangku kuliah. Mas Angga berasal dari keluarga yang sederhana, sehingga kehidupan kami sangat kekurangan pada awal pernikahan.Terlahir sebagai anak semata wayang, Bapak hanya seorang sopir angkutan umum dan harus meregang nyawa setelah menikahkanku. Mungkin depresi karena aib yang sudah ku torehkan. Sementara Ibu, harus bekerja sebagai pembantu setelah kepergian Bapa
Part 6Setelah Abizar berusia empat tahun, aku dan Mas Hanan mulai merintis usaha toko bangunan dan sebuah kota kecil yang berjarak dua jam dari tempat kami tinggal. Awalnya aku ikut, tetapi kemudian memilih kembali ke rumah karena butik tidak ada yang mengurus. Lagi pula, Abizar jadi sering sakit karena tinggal di daerah berudara dingin.Saat itu kami sudah memiliki orang kepercayaan, sehingga Mas Hanan bisa sering pulang ke rumah.Mama, Papa, Mas Ferry dan Dion, belum pernah sekalipun mencari keberadaanku. Aku sempat beberapa kali pulang ke rumah, tetapi mereka tidak mau menemui. Pernah ketika keluarga merayakan hari raya, aku datang dengan membawa Abizar. Akan tetapi, satpam langsung memintaku pergi.“Maaf, Non Felic, saya dilarang menerima Non Felic, jadi tolong, pergi saja, ya! Nanti saya kehilangan pekerjaan,” ucap satpam.Meski sedih, aku memaklumi dan memilih pergi.“Berdoa saja, semoga Allah melunakkan hati keluarga kamu,” kata Mas Hanan menghibur. “Kalau suatu ketika mereka
Part 5POV FeliciaNamaku Felicia. Aku lahir dari etnis bermata sipit. Sebelum menikah dengan Mas Hanan, aku bekerja di sebuah perusahaan asing di bidang industri barang konsumen primer dengan gaji yang fantastis. Terlebih saat bisa melakukan penjualan di atas targert yang ditentukan, pasti akan mendapat bonus dari atasan. Beberapa bulan bekerja, aku langsung diangkat menjadi asisten manager. Karirku memang menanjak cepat saat itu.Orang tuaku termasuk keluarga yang mapan. Mereka memiliki toko bahan bangunan besar yang ramai pengunjung. Kami keluarga yang taat pada Tuhan. Setiap akhir pekan, selalu beribadah bersama.Kami tiga bersaudara dan aku anak tengah. Kakakku sudah menjadi dokter, dan adikku saat ini sudah menjadi pengacara, juga memiliki bisnis toko elektronik.Saat berumur dua puluh empat tahun, aku berkenalan dengan Mas Hanan. Dia bekerja sebagai kasir di toko Papa. Pemuda yang sangat religius, jujur dan sopan. Seorang lelaki yang berasal dari keluarga pas-pasan. Entah kena
Part 4“Maaf, tadi aku meeting dengan perusahaan semen. Maaf, aku sudah hilang kendali karena was-was dan cemas dengan keadaan Abi.”“Kalau kamu memang cemas, seharusnya kamu pulang lebih awal. Bukan pulang terlambat, terus menyalahkan. Kemana saja tadi kamu, Mas? Apa meeting sampai sesibuk itu? Bahkan pesanku hanya kamu baca tanpa kamu balas.” Felicia menatap penuh selidik.“Habis dari toko, aku langsung meeting, lanjut meninjau lokasi yang akan menjadi tempat toko baru kita lagi.”“Kamu tidak datang ke toko hari ini, itu yang Harun katakan.”“Aku datang waktu Harun sedang ada di belakang. Mengecek sebentar lalu pergi.”“Kamu sudah tahu Abi sakit, kenapa malah meninjau lokasi baru, Mas?”Di sini aku mulai kehabisan cara dan alasan untuk menjawab. Namun, aku berusaha bersikap setenang mungkin. “Pemiliknya memaksa aku untuk datang kesana secepatnya. Kalau aku tidak datang, bisa saja tanah itu sudah dijual ke orang lain. Bukankah kamu ingin kita punya toko yang tidak terlalu jauh dari s
Part 3Lelah pikiran ditambah tenaga yang terkuras habis menunaikan kewajibanku sebagai suami pada Safira, membuatku lupa akan janji yang sudah terucap untuk Felicia. Mata ini begitu berat dan hati yang sangat nyaman berada dalam dekapan istri kedua membuat kesadaran hilang seketika dan ruh berpindah ke alam mimpi.Jiwa yang bahagia ternyata berpengaruh juga pada alam bawah sadar saat tidur. Rasanya sangat damai, saat kepala kuletakkan di pangkuannya. Selama kami saling kenal, baru sekarang melakukan hal ini. Aku menyentuhnya saat ia sudah benar-benar menjadi yang halal.Saat ini, kami berada di sebuah taman bunga bersama Nayma. Gadis cantik yang menuruni garis wajah sang ibu itu tengah menangkap kupu-kupu yang hinggap di beberapa bunga dan daun. Aku memegang erat tangan Safira. Sangat lama. Menikmati setiap helaan napas yang keluar dari mulutnya. “Jangan pernah pergi dari hidup kami lagi ya, Mas Hanan. Aku mencintaimu dan aku sangat ikhlas meski hanya menjadi yang kedua. Tak mengapa
Part 2Wajah Safira sedikit sendu saat tahu siapa sosok yang menelponku.“Angkatlah! Siapa tahu ada yang penting,” katanya sambil mengurai senyum tipis. Senyum yang dipaksakan.“Kalau kamu keberatan, aku bisa mengabaikannya,” jawabku sambil menekan tombol matikan layar.“Jangan! Angkat saja! Dia adalah istri pertamamu, dia lebih berhak atasmu dibanding aku.”Aku izin keluar kamar dan dia mengangguk pelan.“Assalamualaikum, Mah ....”“Waalaikumsalam. Pah, bisa pulang? Abizar tiba-tiba panas tinggi. Dia sepertinya harus dibawa ke rumah sakit.” Felicia memberi kabar buruk di hari bahagiaku dengan Safira.“Dikasih paracetamol dulu saja.”“Sudah. Panas sejak tadi malam, aku kira pagi bisa sembuh. Tetapi malah tambah parah.”Bukan tidak menyayangi Abizar, tetapi, saat ini tidak mungkin meninggalkan Safira yang baru saja kunikahi.“Pah ....” Suara Felicia membuatku tersadar.“Iya ... kamu berangkat ke rumah sakit dulu saja. Aku akan langsung kesana. Pilih kamar VIP.”“Tapi kamu pulang ‘kan,
“Saya terima nikah dan kawinnya Safira Aini Binti Haji Mubasyir dengan mas kawin dua puluh gram kalung berlian dibayar tuuu nai ....” Ucapan yang keluar dari mulutku sebagai tanda ikatan suci bernama pernikahan--terdengar lantang. Hari ini, telah aku ikrarkan ijab qabul untuk seorang wanita yang duduk beberapa meter di belakang sana.Safira Aini, janda muda yang beberapa bulan kukenal, telah memikat hati ini. Aku sangat ingin melindungi dan menjadi imam untuknya, juga menjadi ayah untuk anaknya. Maka kuputuskan untuk menghalalkan Safira agar bisa menunaikan tugas itu.“Bagaimana saksi, sah?” Seorang ustadz yang juga guru spiritualku bertanya pada beberapa orang yang kupilih untuk menjadi saksi pernikahan.“Sah ....” Jawaban kompak dari beberapa pria yang duduk di samping kanan dan kiri.Aku menoleh sambil memberikan seulas senyum pada Safira. Ia hanya membalas dengan menarik sedikit dua sudut bibir.“Mbak Safira, silakan bisa maju untuk mencium tangan Mas Hanan.” Guru spirituaku berka
“Saya terima nikah dan kawinnya Safira Aini Binti Haji Mubasyir dengan mas kawin dua puluh gram kalung berlian dibayar tuuu nai ....” Ucapan yang keluar dari mulutku sebagai tanda ikatan suci bernama pernikahan--terdengar lantang. Hari ini, telah aku ikrarkan ijab qabul untuk seorang wanita yang duduk beberapa meter di belakang sana.Safira Aini, janda muda yang beberapa bulan kukenal, telah memikat hati ini. Aku sangat ingin melindungi dan menjadi imam untuknya, juga menjadi ayah untuk anaknya. Maka kuputuskan untuk menghalalkan Safira agar bisa menunaikan tugas itu.“Bagaimana saksi, sah?” Seorang ustadz yang juga guru spiritualku bertanya pada beberapa orang yang kupilih untuk menjadi saksi pernikahan.“Sah ....” Jawaban kompak dari beberapa pria yang duduk di samping kanan dan kiri.Aku menoleh sambil memberikan seulas senyum pada Safira. Ia hanya membalas dengan menarik sedikit dua sudut bibir.“Mbak Safira, silakan bisa maju untuk mencium tangan Mas Hanan.” Guru spirituaku berka...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments