Share

Part 18 B

Penulis: Nay Azzikra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-27 02:01:34
Di tempat lain, Abizar sedang menangis sesenggukan karena tidak bisa menghubungi ayahnya. Saking sibuknya Hanan dengan Safira dan Nayma, ia sampai lupa kalau ponselnya mati.

“Papa kenapa sih, Ma susah dihubungi? Papa apa sudah lupa sama aku?” tanya Abizar sambil memeluk lutut bersandar pada tembok.

Felicia bingung hendak menjawab apa. Hatinya menjadi yakin jika sang suami memiliki orang ketiga.

“Mama tidak bisa menjawab, Abi. Abi bilang sama Mama, Abi mau apa? Yang bisa membuat Abi bahagia apa saat ini? Kita keluar? Kita pulang atau apa?”

Abizar menggeleng cepat. “Aku tidak ingin apa-apa, Mama. Aku ingin sama Papa.”

Susah payah Felicia menghibur Abizar, anak itu tetap tidak mau berhenti menangis.

“Anaknya Bu Tri tadi ajak main Abi ya? Main apa tadi Abi sama dia?”

Abizar perlahan menghentikan tangisannya. “Main di pancuran, tapi sekarang sudah malam,” katanya sambil tersedu.

“Ok, kita main ke rumah Bu Tri ya? Atau Abi mau anaknya Bu Tri tidur di sini? Besok pagi, dia pasti ajak Abi ke p
Nay Azzikra

Katakan sesuatu di kolom komentar! Apa yang kalian rasakan membaca bab ini?

| 7
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (5)
goodnovel comment avatar
Dewi Kurniasih
kesel sm laki2 ga tau diri
goodnovel comment avatar
Husna Rafliazzahra
jeng jeng...makin keenakan Hanan sama istri baru nya,istri dan mertua barunya sama² ga tau diri perlahan mau memiliki Hanan seutuhnya
goodnovel comment avatar
Diandra Nur
makin seru ceritanya sampai degdegan bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 19 A

    Part 19“Dari kemarin. Aku menelponmu, ponsel kamu mati,” jawab Felicia santai. “Kamu pucat, Mas, sakit kah?” Ia balik bertanya.Hanan menelan saliva berkali-kali, tidak mengira jika Felicia akan datang tanpa memberitahu lebih dulu. Biasanya mereka membuat janji jika Felicia hendak menyusul.“Eh, iya, aku agak tidak enak badan, kamu datang dari kapan, Mah?”“Dari kemarin. Aku sudah bilang dari kemarin lho tadi. Kemarin sore aku kesini gak ada kamu terus aku pulang ke rumah, kata Mbak Tri kamu tidak pernah pulang.” Meski dada terasa panas dan ingin mengamuk, Felicia berhasil pura-pura bersikap manis di depan Hanan.“Ini nota yang tadi sudah dihitung apa belum ya, Bu? Ini ada lagi notanya, saya kasih sama Ibu apa sama Bapak?” Seorang karyawan datang dan merasa bingung.“Ah, sudah, Mbak, ini. Yang baru bawa sini!” jawab Felicia sambil mengulurkan beberapa lembar nota, lalu menerima nota yang baru.“Mah, butik kamu tinggal, siapa yang ada di sana?” tanya Hanan celingukan.Biasanya ia adal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 19 B

    Hanan terbangun saat jam menunjukkan pukul satu siang. Ingat jika ada Felicia di sana, ia lalu gegas bangun dan mencari Harun.“Ibu sudah pergi karena Bapak tidur katanya.”“Pergi kemana? Kamu tahu tidak?”“Ya ke rumah kali, Pak, ‘kan ada Abizar di sana.”“Astaghfirullah kenapa aku bisa lupa ya?”“Jangan kebanyakan pikiran, Pak, biar tidak lupa,” celetuk Harun dan berlalu pergi.Ia segera berlalu meninggalkan toko dan pulang ke rumah dimana Felicia dan Abizar berada.“Ibu keluar sama Abizar, Pak. Soalnya nggak mau ikut Rehan mengaji, Abizar menangis minta ketemu sama Bapak,” kata Tri.“Terus sekarang mereka dimana?”“Tidak tahu, Pak. Kenapa nggak telpon sih, Pak?” Tri ikut terbawa emosi.“Astaghfirullah, kenapa tidak berpikir kesana ya?”“Satu lagi, Pak, Bapak kemana saja sih, Pak nggak pernah pulang kesini?”“Ceritanya panjang, tri,” jawab Hanan sambil berlalu menyusul Felicia ke toko.Akan tetapi, yang dicari tidak ada di toko. Berkali-kali menelpon, Felicia maupun Abizar tidak mau

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-27
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 20 A

    Part 20Felicia berkali-kali terbangun dan tak ia dapati Hanan yang mengejarnya ke kamar. Ia lalu melanjutkan tidur dan menunggu esok hari menjelang.Keesokan paginya, Hanan sudah bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan pagi di meja makan dan juga keperluan Felicia dan Abizar mandi serta ganti baju.“Hari ini kamu mau kemana?” tanya Hanan sambil menata piring di meja.“Mau ke toko lagi karena Abizar masih kangen sama Papa sepertinya, jadi aku harus betah lama di sini,” jawab Felicia datar.“Papa, aku mau main sama Papa. Boleh minta ke kolam renang gak?” rengek Abizar sambil bergelayut manja di lengan Hanan.“Untuk sekolah Abizar gimana, Mah kalau kelamaan?” tanya Hanan.“Kamu keberatan Abizar di sini lama? Ada sesuatu yang ingin kamu kerjakan tanpa kami?” Felicia bertanya sambil tersenyum.“Tidak, tapi aku mengkhawatirkan Abizar.”“Abizar anak pintar, bukankah kita sudah biasa meminta materi pelajaran hari ini sama guru, terus Abizar belajar di rumah? Izin tiga hari tidak masuk sekolah

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 20B

    “Baiklah, aku tidak akan meminta Harun melaporkan keuangan. Kamu saja yang lapor, tapi tiap hari, ya!” ucap Felicia sambil tersenyum, terlihat Hanan menarik napas lega.“Nanti malam kita jadi makan di luar ya?” tanya Hanan.“Aku mau pulang habis ini. Kamu mau ikut?” tanya Felicia.“Kenapa mendadak pulang? Katamu masih ingin berhari-hari di sini?”“Tidak, aku berubah pikiran. Kasihan sama Abizar tidak ada teman.”“Aku akan antar kamu. Kita pulang bersama. Suruh Adi buat pulang naik kereta saja. Nanti aku balik kesini pakai kereta.”Felicia menatap Hanan lama. Ia merasa kehilangan sosok yang sangat melindungi dan mengayomi selama beberapa bulan ini.“Maaf aku sudah mengabaikanmu karena terlalu sibuk dengan pekerjaan di sini. Aku akan menghabiskan waktu satu minggu di sana, biar Abi bisa sekolah. Harun yang akan mengurus toko,” kata Hanan kemudian.Felicia hanya mengangguk pasrah. Mereka lalu pulang bersama untuk mengemasi barang.“Kamu berkemas saja, aku akan mengantar Adi ke stasiun,”

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 1

    Part 1Foto besar terpajang di dinding. Seorang wanita bermata sipit menggandeng tangan suaminya dan memperhatikan potret keluarga kecil mereka.“Bagus, ‘kan, Pah?” tanya wainta itu sambil tersenyum dan bergelayut manja di lengan suami.Sang suami terdiam, tatapannya beralih pada sosok wanita yang baru saja keluar membawa seplastik sampah.“Kamu tidak suka?” Wanita bermata sipit itu kembali bertanya sambil melepaskan tangan. “Bisa kita turunkan,” lanjutnya lagi dengan wajah masam.“Ah, tidak! Biarkan saja di sana. Aku suka, hanya saja ....” Ucapannya terhenti dan memandang kembali pada wanita yang membawa sampah hendak dibuang ke depan rumah.“Terserah kamu bila mau dilepas demi menghargai perasaan dia.” Wanita bermata sipit itu pergi sambil menahan emosi.“Sampai kapan aku akan diperlakukan seperti pembantu di rumah suamiku sendiri, Mas?” Sosok yang sedari tadi memegang plastik berisi sampah mendekati lelaki yang masih berdiri mematung.“Maafkan aku tidak bisa membela kamu di hadapan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 2

    Part 2Pov Hanan (Suami)“Saya terima nikah dan kawinnya Safira Aini Binti Haji Mubasyir dengan mas kawin dua puluh gram kalung berlian dibayar tuuu nai!” Ucapan yang keluar dari mulutku sebagai tanda ikatan suci bernama pernikahan--terdengar lantang. Hari ini, telah aku ikrarkan ijab qabul untuk seorang wanita yang duduk beberapa meter di belakang sana.Safira Aini, janda muda yang beberapa bulan kukenal, telah memikat hati ini. Aku sangat ingin melindungi dan menjadi imam untuknya, juga menjadi ayah untuk anaknya. Maka kuputuskan untuk menghalalkan Safira agar bisa menunaikan tugas itu.“Bagaimana saksi, sah?” Seorang ustadz yang juga guru spiritualku bertanya pada beberapa orang yang kupilih untuk menjadi saksi pernikahan.“Sah ....” Jawaban kompak dari beberapa pria yang duduk di samping kanan dan kiri.Aku menoleh sambil memberikan seulas senyum pada Safira. Ia hanya membalas dengan menarik dua sudut bibir.“Mbak Safira, silakan bisa maju untuk mencium tangan Mas Hanan.” Guru spir

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 3

    Part 3Wajah Safira sedikit sendu saat tahu siapa sosok yang menelponku.“Angkatlah! Siapa tahu ada yang penting,” katanya sambil mengurai senyum tipis. Senyum yang dipaksakan.“Kalau kamu keberatan, aku bisa mengabaikannya,” jawabku sambil menekan tombol matikan layar.“Jangan! Angkat saja! Dia adalah istri pertamamu, dia lebih berhak atasmu dibanding aku.”Aku izin keluar kamar dan dia mengangguk pelan.“Assalamualaikum, Mah ....”“Waalaikumsalam. Pah, bisa pulang? Abizar tiba-tiba panas tinggi. Dia sepertinya harus dibawa ke rumah sakit.” Felicia memberi kabar buruk di hari bahagiaku dengan Safira.“Dikasih paracetamol dulu saja.”“Sudah. Panas sejak tadi malam, aku kira pagi bisa sembuh. Tetapi malah tambah parah.”Bukan tidak menyayangi Abizar, tetapi, saat ini tidak mungkin meninggalkan Safira yang baru saja kunikahi.“Pah ....” Suara Felicia membuatku tersadar.“Iya ... kamu berangkat ke rumah sakit dulu saja. Aku akan langsung kesana. Pilih kamar VIP.”“Tapi kamu pulang ‘kan, P

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Bab 4

    Part 4“Maaf, tadi aku meeting dengan perusahaan semen. Maaf, aku sudah hilang kendali karena was-was dan cemas dengan keadaan Abi.”“Kalau kamu memang cemas, seharusnya kamu pulang lebih awal. Bukan pulang terlambat, terus menyalahkan. Kemana saja tadi kamu, Mas? Apa meeting sampai sesibuk itu? Bahkan pesanku hanya kamu baca tanpa kamu balas.” Felicia menatap penuh selidik.“Habis dari toko, aku langsung meeting, lanjut meninjau lokasi yang akan menjadi tempat toko baru kita lagi.”“Kamu tidak datang ke toko hari ini, itu yang Harun katakan.”“Aku datang waktu Harun sedang ada di belakang. Mengecek sebentar lalu pergi.”“Kamu sudah tahu Abi sakit, kenapa malah meninjau lokasi baru, Mas?”Di sini aku mulai kehabisan cara dan alasan untuk menjawab. Namun, aku berusaha bersikap setenang mungkin. “Pemiliknya memaksa aku untuk datang kesana secepatnya. Kalau aku tidak datang, bisa saja tanah itu sudah dijual ke orang lain. Bukankah kamu ingin kita punya toko yang tidak terlalu jauh dari si

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 20B

    “Baiklah, aku tidak akan meminta Harun melaporkan keuangan. Kamu saja yang lapor, tapi tiap hari, ya!” ucap Felicia sambil tersenyum, terlihat Hanan menarik napas lega.“Nanti malam kita jadi makan di luar ya?” tanya Hanan.“Aku mau pulang habis ini. Kamu mau ikut?” tanya Felicia.“Kenapa mendadak pulang? Katamu masih ingin berhari-hari di sini?”“Tidak, aku berubah pikiran. Kasihan sama Abizar tidak ada teman.”“Aku akan antar kamu. Kita pulang bersama. Suruh Adi buat pulang naik kereta saja. Nanti aku balik kesini pakai kereta.”Felicia menatap Hanan lama. Ia merasa kehilangan sosok yang sangat melindungi dan mengayomi selama beberapa bulan ini.“Maaf aku sudah mengabaikanmu karena terlalu sibuk dengan pekerjaan di sini. Aku akan menghabiskan waktu satu minggu di sana, biar Abi bisa sekolah. Harun yang akan mengurus toko,” kata Hanan kemudian.Felicia hanya mengangguk pasrah. Mereka lalu pulang bersama untuk mengemasi barang.“Kamu berkemas saja, aku akan mengantar Adi ke stasiun,”

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 20 A

    Part 20Felicia berkali-kali terbangun dan tak ia dapati Hanan yang mengejarnya ke kamar. Ia lalu melanjutkan tidur dan menunggu esok hari menjelang.Keesokan paginya, Hanan sudah bangun lebih dulu, menyiapkan sarapan pagi di meja makan dan juga keperluan Felicia dan Abizar mandi serta ganti baju.“Hari ini kamu mau kemana?” tanya Hanan sambil menata piring di meja.“Mau ke toko lagi karena Abizar masih kangen sama Papa sepertinya, jadi aku harus betah lama di sini,” jawab Felicia datar.“Papa, aku mau main sama Papa. Boleh minta ke kolam renang gak?” rengek Abizar sambil bergelayut manja di lengan Hanan.“Untuk sekolah Abizar gimana, Mah kalau kelamaan?” tanya Hanan.“Kamu keberatan Abizar di sini lama? Ada sesuatu yang ingin kamu kerjakan tanpa kami?” Felicia bertanya sambil tersenyum.“Tidak, tapi aku mengkhawatirkan Abizar.”“Abizar anak pintar, bukankah kita sudah biasa meminta materi pelajaran hari ini sama guru, terus Abizar belajar di rumah? Izin tiga hari tidak masuk sekolah

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 19 B

    Hanan terbangun saat jam menunjukkan pukul satu siang. Ingat jika ada Felicia di sana, ia lalu gegas bangun dan mencari Harun.“Ibu sudah pergi karena Bapak tidur katanya.”“Pergi kemana? Kamu tahu tidak?”“Ya ke rumah kali, Pak, ‘kan ada Abizar di sana.”“Astaghfirullah kenapa aku bisa lupa ya?”“Jangan kebanyakan pikiran, Pak, biar tidak lupa,” celetuk Harun dan berlalu pergi.Ia segera berlalu meninggalkan toko dan pulang ke rumah dimana Felicia dan Abizar berada.“Ibu keluar sama Abizar, Pak. Soalnya nggak mau ikut Rehan mengaji, Abizar menangis minta ketemu sama Bapak,” kata Tri.“Terus sekarang mereka dimana?”“Tidak tahu, Pak. Kenapa nggak telpon sih, Pak?” Tri ikut terbawa emosi.“Astaghfirullah, kenapa tidak berpikir kesana ya?”“Satu lagi, Pak, Bapak kemana saja sih, Pak nggak pernah pulang kesini?”“Ceritanya panjang, tri,” jawab Hanan sambil berlalu menyusul Felicia ke toko.Akan tetapi, yang dicari tidak ada di toko. Berkali-kali menelpon, Felicia maupun Abizar tidak mau

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 19 A

    Part 19“Dari kemarin. Aku menelponmu, ponsel kamu mati,” jawab Felicia santai. “Kamu pucat, Mas, sakit kah?” Ia balik bertanya.Hanan menelan saliva berkali-kali, tidak mengira jika Felicia akan datang tanpa memberitahu lebih dulu. Biasanya mereka membuat janji jika Felicia hendak menyusul.“Eh, iya, aku agak tidak enak badan, kamu datang dari kapan, Mah?”“Dari kemarin. Aku sudah bilang dari kemarin lho tadi. Kemarin sore aku kesini gak ada kamu terus aku pulang ke rumah, kata Mbak Tri kamu tidak pernah pulang.” Meski dada terasa panas dan ingin mengamuk, Felicia berhasil pura-pura bersikap manis di depan Hanan.“Ini nota yang tadi sudah dihitung apa belum ya, Bu? Ini ada lagi notanya, saya kasih sama Ibu apa sama Bapak?” Seorang karyawan datang dan merasa bingung.“Ah, sudah, Mbak, ini. Yang baru bawa sini!” jawab Felicia sambil mengulurkan beberapa lembar nota, lalu menerima nota yang baru.“Mah, butik kamu tinggal, siapa yang ada di sana?” tanya Hanan celingukan.Biasanya ia adal

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 18 B

    Di tempat lain, Abizar sedang menangis sesenggukan karena tidak bisa menghubungi ayahnya. Saking sibuknya Hanan dengan Safira dan Nayma, ia sampai lupa kalau ponselnya mati.“Papa kenapa sih, Ma susah dihubungi? Papa apa sudah lupa sama aku?” tanya Abizar sambil memeluk lutut bersandar pada tembok.Felicia bingung hendak menjawab apa. Hatinya menjadi yakin jika sang suami memiliki orang ketiga.“Mama tidak bisa menjawab, Abi. Abi bilang sama Mama, Abi mau apa? Yang bisa membuat Abi bahagia apa saat ini? Kita keluar? Kita pulang atau apa?”Abizar menggeleng cepat. “Aku tidak ingin apa-apa, Mama. Aku ingin sama Papa.”Susah payah Felicia menghibur Abizar, anak itu tetap tidak mau berhenti menangis.“Anaknya Bu Tri tadi ajak main Abi ya? Main apa tadi Abi sama dia?”Abizar perlahan menghentikan tangisannya. “Main di pancuran, tapi sekarang sudah malam,” katanya sambil tersedu.“Ok, kita main ke rumah Bu Tri ya? Atau Abi mau anaknya Bu Tri tidur di sini? Besok pagi, dia pasti ajak Abi ke p

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 18 A

    Part 18Siang itu di kediaman Safira dan Hanan.“Masakan kamu selalu membuat lidahku ketagihan,” kata Hanan sambil terus mengunyah makan siangnya.Safira tersenyum memperhatikan suaminya yang makan dengan lahap.“Tadi Mbak Salamah kasih kabar, katanya ada acara arisan di rumah dia, Mas. Arisan jamaah. Aku sudah bilang, ‘kan, gak bisa ikut karena sudah berjalan lama. Tapi Mbak Salamah memaksa, jadi bingung mau menolaknya gimana. Menurut Mas gimana ya cara menolak tawaran Mbak Salamah?” Sambil memindahkan lauk ke piring Hanan, Safira bertanya demikian.“Kamu ingin ikut apa tidak? Kalau kamu mau ikut, ya ikut saja, nanti aku antar. Aku tidak usah ke toko lagi.”“Jangan dong, Mas! Mas harus ke toko. Kalau aku boleh ikut, aku berangkat sendiri saja,” tolak Safira.“Aku tahu, acara itu dihadiri oleh sepasang suami istri. Kalau kamu ikut sendirian, kamu akan merasa asing. Lagian, hanya di kalangan mereka kita bisa tampil sebagai suami istri. Aku akan mengantarmu.”Safira tersenyum lebar. Bag

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 17 B

    Felicia membaca pesan dari Hanan dengan ekspresi datar.Aku belum bisa pulang, Mah.Sudah dua hari lewat dari yang dijanjikan Hanan, lelaki itu masih tetap ingkar janji. Namun, Felicia tetap berusaha tenang. Ia lalu mengetik balasan.Ok. Lanjutkan saja."Kak, makasih ya sudah kasih tumpangan. Aku mau pulang sekarang, soalnya Mama suruh pulang dulu. Tentang tawaran dari Kak Felicia, aku baru bisa kesana minggu depan. Gimana?" Veronica muncul dari kamar tamu sambil membawa koper."Ok, gak papa, Ver. Salam buat mama kamu, ya? Nanti aku mau kesana buat survey tempat biar bisa kasih kamu arahan sekalian carikan kamu penginapan di sana. Tapi Kakak mohon jangan sampai ada orang yang tahu tentang ini, ya?" jawab Felicia sambil tersenyum."Baik, Kakak. Aku pulang ya? Jilbab yang Kakak pinjami semalam, boleh gak aku bawa pulang?" tanya Veronica lagi."Bawa saja! Nanti Kakak kasih yang banyak kalau kamu sudah siap melakukan tugas dari Kakak."Veronica berlalu sambil menyatukan jari telunjuk dan j

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 17 A

    Part 17POV AUTHORSafira mematut diri di depan cermin. Gamis mahal dan perhiasan mewah di tangan membuat wanita itu semakin cantik."Tak mengapa jika aku hanya menjadi yang kedua. Yang penting Mas Hanan saat ini masih bisa ku kendalikan. Benar ternyata kata Ibu, aku harus merendah dan pura-pura mengalah agar Mas Hanan kasihan," ucapnya di depan cermin. "Daripada menjadi istri pertama, tapi menderita, lebih baik jadi istri kedua, tapi serasa permaisuri."Bel rumah berbunyi, Safira keluar. Hanan sudah menunggu dan memandangnya takjub."Kenapa dikunci sih pintunya?""Karena suamiku tidak ada di rumah, aku harus bisa menjaga harga diri. Jadi makan di luar?""Jadi lah. Kamu sudah siap masa mau dibatalin."Safira dengan cepat menyambar tas dan mengajak Hanan pergi. Di sepanjang jalan terus berfoto di dalam mobil."Aku boleh buat status gak, Mas?" tanya Safira."Boleh, tapi jangan sama aku, ya? Sementara ini foto kita berdua jangan dipublikasikan!""Iya deh, kan aku hanya simpanan," ucap Saf

  • Kubawa Maduku dalam Kesengsaraan   Part 16 B

    “Kemarin kamu harus pulang ke rumah Mbak Felic karena Abizar sakit. Sekarang aku ingin menghabiskan waktu bersama kamu, Mas. Dua minggu ke depan, jangan pergi kemana-mana, ya? Nayma sudah aku tinggal di rumah Ibu, jadi kita bebas berduaan.”Aku masih bingung hendak menjawab apa.“Siang kamu harus makan siang di rumah lho, Mas. Biar gak usah bawa bekal. Mas tinggal bilang saja, hari ini ingin masak apa saja.”Aku menggaruk kepala yang tidak gatal.“Mas tidak perlu bawa baju ke laundry, tidak perlu panggil orang buat bersih-bersih. Aku akan melakukan semua itu. Tugasku adalah mengabdikan diriku pada suamiku.”Safira, andai aku tidak memiliki Felicia, pasti akan bahagia memiliki kamu. Rasanya tidak tega akan menyampaikan hal ini. Dia sudah berkorban hidup jauh dari Nayma. Aku akan mencari cara untuk membatalkan liburan bersama Felicia. Setidaknya satu minggu agar bisa hidup bersama Safira layaknya suami istri.“Gimana, kamu setuju tidak akan pergi kemana-mana? Maksudnya, menginap. Kalau s

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status