Bermula dari kehamilan Rigel Seras Meil dengan kekasihnya Harlan Zidane. Rigel seharusnya akan melangsungkan pernikahan dengan Harlan tapi cinta mereka berdua ditolak oleh keluarga dari Zidane. Semua itu karena pada zaman setelah kehancuran ini, dunia yang krisis dan kekacuan yang ada hidup Rigel berbanding terbalik dengan kekasihnya. Rigel tak diterima oleh keluarga Harlan hanya karena dia berasal dari kalangan orang miskin yang berhasil dikenal sebagai pahlawan karena jasa sukarelanya sebagai tim regu penyelamat. Meski percintaannya kandas tapi semua itu berubah sejak bertemu dengan Sang Pangeran Bintang Jatuh. Pria menawan bernama Adriel jadi pencerah hidup gelap dari Rigel, menemaninya selama patah hati. Di saat hubungan keduanya penuh dengan gairah asmara, Sang Mantan. Harlan hendak memberi penebusan atas penyesalannya tapi Rigel sudah menempuh kehidupan baru tapi semua itu tak bertahan lama, Adriel ternyata punya kehidupan dan sisi yang lain. Apakah Rigel tetap mencintai Adriel usai tahu rahasianya
Lihat lebih banyakKedua kelopak mata Rigel perlahan-lahan terbuka. Rigel mendapati dirinya dalam ruang perawatan Rumah Sakit. Disebelah dirinya juga terdapat box bayi saat Rigel menoleh ternyata box bayi itu kosong. Rigel buru-buru hendak beranjak bangun."Perlahan ... kau baru siuman, Rig," ucap Adriel lembut. Pria itu ternyata sedang menggendong bayinya sembari memberi susu dari sebuah botol susu. Rigel menghela napas cukup panjang. "Kukira dia hilang lagi," celetuk Rigel sembari menduduki dirinya lagi. Kini Rigel melihat tangannya yang sedang dipasang set infus. Meski tubuhnya tidak terlalu terasa kelelahan tapi Rigel bisa merasakan pengalaman luka yang sudah ia lakukan."Cassiel, cukup anteng saat kau tertidur," ucap Adriel. Rigel kini menolehkan tatapannya untuk melihat sosok Adriel. Rigel menyadari jika Adriel lebih dewasa saat menggedong Cassiel. Rambut pirangnya diikat kebelakang, tubuh kekar dan tegapnya hanya memakai kaos putih dan celana jeans hitam. "Berapa lama aku tertidur?" tanya Rigel
"Adriel ingatlah, kau tidak boleh melepaskan kain ini darinya sampai tiba ditempat yang benar-benar aman." Rigel berucap sembari melingkarkan kain pada tubuh anaknya ke tubuh Adriel untuk membentuk kain gendongan. "Dan kau harus berjanji akan kembali bersamaku," sahut Adriel sembari memandangi kedua mata Ruby dari Rigel. "Aku ...," ucap Rigel terjeda karena Adriel lebih dulu menyela."Berjanjilah!" tegas Adriel dengan tatapan yang sulit diartikan. Adriel bahkan meraih puncak kepala Rigel kemudian sengaja menyandarkannya pada dada bidangnya sendiri. Adriel mengecup puncak kepala Rigel sejenak. "Kembali padaku, setelah itu aku akan meminta pengampunan yang layak padamu Rig," ucap Adriel menyesal.Rigel tersenyum kecil, tersentuh oleh Adriel yang semula hanya dikenalnya sebagai Pria Arogan dengan dua sisi yang mudah berubah. Rigel mengangguk sejenak. "Aku harus menuntaskan keinginan dari ayahku, dari Bangsa Carnelian, dan dari penderitaan semua orang," ucap Rigel."Itu tidaklah adil se
"Kau anteng sekali ya, Sayang." Rigel yang menggendong bayinya pun kini menanggah lagi, ia mendapati pesawat tempur yang dikendarai oleh Adriel dan Harlan tampaknya bekerja sama untuk melawan monster buatan Aquilina. "Kita harus mengamankan dirimu dulu," ucap Rigel sembari menunduk menatap bayi yang ia gendong. Setidaknya Rigel masih kembali pada kewarasannya, Rigel menyadari jika Gudang ini sudah dikepung oleh terinfeksi yang mengincar aliran darah hidup. Rigel mulai panik sendiri karena ia tahu, semua ini ulahnya. "Maafkan aku ... aku tak bermaksud seperti itu." Rigel tercengang mendapati semua orang yang terinfeksi sudah mengepung gudang terbengkalai ini sementara iasendiri sedang menggendong bayinya. Adriel yang sedang mengendarai pesawat tempur itu langsung mengerahkan tembakan ke seluruh orang yang terinfeksi agar membuka jalan bagi Rigel melarikan diri. Rigel sontak merunduk sembari memeluk bayinya itu. "Rigel! cepat lari dari sana!" perintah Adriel yang rela membuka pelind
Rigel yang sedang mengemudi menyetir memasuki sebuah gudang terbengkalai. Ia keluar dari mobil sembari melirik ke sekelilingnya. Semula sebuah pistol kecil sudah ia selipkan di balik sweaternya. Rigel kini berjalan masuk ke dalam gudang itu.Rigel terkekeh geli karena merasa semua ini sengaja dipersiapkan untuknya. "Tempat yang jauh dari orang-orang, kau sungguh sudah mempersiapkan semua ini Lady Aquilina," ucap Rigel yang kini sudah berdiri ditengah-tengah gudang."Menyebalkan, kau selalu ada ... kau terlalu beruntung," celetuk Aquilina yang muncul dari balik kegelapan."Dan kau selalu dengki," sahut Rigel sembari menggelengkan kepalanya. "Sekarang, berikan anakku sebelum aku mengakhirimu," ancam Rigel dengan nada dinginnya. Rigel tak main-main dengan ucapannya sendiri karena ia sudah begitu lama menahan diri. Aquilina disisi lain wanita yang mendambakan cinta, ia tumbuh kecil dan besar bersama Adriel. Ia sudah menduga jika dirinya yang akan bersama Adriel, pujaan hatinya namun data
"Bangunlah, berikan aku keajaiban," ucap Alex pasrah. Alex saat itu memandangi Rigel yang terbaring dengan dipasang sebuah ventilator dan alat-alat medis lainnya. Saat itu Alex mulai heran saat melihat rambut hitam Rigel tiba-tiba saja memutih perak. Tak lama kemudian kedua kelopak matanya terbuka menampaki iris mata merah berkilaunya."Rigel ... kau bangun!" jerit Alex yang terperanjat terkejut. Sosok Rigel menduduki dirinya, ia dengan ceroboh melepas selang ventilator dari tenggorokannya sendiri setelah itu tersedak-sedak. Rigel menoleh ke arah Alex yang masih terdiam terkejut. "Anakku, di mana dia?" tanya Rigel tertegun.Alex seolah terhipnotis bisu untuk menjawab pertanyaan Rigel. Rigel saat ini bagaikan orang yang berbeda. Selain rambut hitamnya yang jadi perak, kedua mata merahnya yang berkilau dan wajah Rigel yang biasanya ceria sumringan itu jadi lebih tegas. "Ah, itu ... kami hanya menemukanmu bersama Ibu dan Saudarimu, Corrie yang terluka juga ada disana ...," ucap Alex t
Hangat mentari dan suara bunyi burung di pagi hari membuat Rigel memejamkan kedua matanya sejenak. Saat ini ia berjalan di trotoar. Jalanan dan kota sangat sepi. Ia ingat jalan pinggiran kota Sariya tempatnya pernah berkerja ini."Aku kini melompat ke ingatan lamaku, saat setelah aku tiba di sini," ucap Rigel masih terjebak di alam bawah sadarnya. Rigel berjalan sampai tiba di Klinik. Cuaca hari ini sangat bagus, Rigel ingat jika mentari hangat menyertainya. Saat itu Rigel baru saja pindah ke Klinik. Saat itu juga ia bertemu dengan Adriel, semula kedatangannya hanya membawa surat-surat dari pusat. Motor yang ia kendarai dibekali sebuah box besar yang berguna untuk menyimpan barang-barang antarannya. Rigel terpana dengan Adriel yang mau bekerja keras seperti itu padahal wajah dan bentuk fisiknya seperti Pangeran. Ingatan ini membuat Rigel tersenyum dengan sipu merah pada kedua pipinya. Rigel yang baru tiba di klinik memilik duduk di anak tangga depan pintu kemudian memerhatikan Adrie
"Cepat atasi pertempuran ini, kemudian kembali melihat anak dan perempuan yang kau cintai," ucap Pak Mintaka. Harlan mengangguk. Ia pun memasang helm kemudian memasuki pesawat tempurnya. Harlan tentu dusta jika tak memikirkan keadaan Rigel saat ini tapi ia harus fokus menyelesaikan ancaman dari Adriel. Usai mengaktifkan seluruh perangkat pesawat. Ia mulai menggerakkan pesawat menaiki langit. Mula-mula langit dibawah lautan itu masih begitu tenang, tapi sampai Harlan mengendalikan pesawatnya lebih tinggi lagi. Kedua matanya membelalak menatap armada pesawat tempur yang sudah berbaris seolah menanti kedatangannya. "Bajingan Gila itu!" Harlan mengeraskan rahangnya ketika sebuah pesawat tempur induk dikelilingi oleh pesawat tempur yang mulai menyerang pasukannya. Harlan melalui alat komunikasi mulai mengarahkan pasukannya sesuai rencana. "A-89 Tiger, regu Tiger segera melesat lebih dulu ke arah belakang titik buta, Copy!" seru Harlan. Kedua tangannya mencengkeram kemudi dengan keras.
"Nona, tampaknya bayi itu sudah lahir karena auranya mirip dengan Yang Mulia Adriel, asalnya dari kamar itu," ucap Calen. "Tak bisa dibiarkan, kita harus mengambil bayi itu dari Rigel sebelum Adriel mendapatkannya," ucap Aquilina. "Baik My Lady," sahut Calen dengan patuh. Calen mendobrak pintu, ia langsung mendapati Rigel yang terkulai lemah. Calen sempat memandangi aura dari Rigel yang mulai redup. "Padahal warna merah menyalang itu sangat cocok denganmu," ucap Calen seorang diri. "Apa yang membuatmu melamun Calen?!" bentak Aquilina seraya bersidekap. "Cepat ambil bayi itu!" perintah Aquilina dengan tega. Bayi yang digendong oleh neneknya itu langsung menangis. "Tidak, jangan pisahkan mereka, bayi itu masih kecil Tuan," ucap Sang Nenek memelas. Calen langsung merampas bayi itu dari Wanita Tua yang tak berdaya. "Ayo Nona, bayinya sudah bersama saya," ucap Calen tanpa mau menghabisi Rigel yang sudah terbaring tak sadarkan diri itu karena Calen tahu jika nyawa Rigel kritis bahka
"Rigel, Rigel!" jerit Corrie yang mulai panik karena menatap Rigel yang terkulai tak sadarkan diri dengan wajah yang pucat pasi. Bayi yang digendong Corrie buru-buru ia berikan pada Ibu. "Rigel kemungkinan mengalami perdarahan, meski aku harus memberi cairan untuk Rigel," ucap Corrie. Saat itu Corrie juga melirik bayi yang baru Rigel lahirkan. Bayi rapuh dan tak berdosa itu mengemut jemarinya karena lapar. Corrie segera menggeleng khawatir jika rasa ibanya menggarungi dirinya. "Oh Sayang, kita berdoa untuk ibumu," ucap Ibu sembari menggendong cucunya itu, sejenak ia memerhatikan bayi indah yang dilahirkan oleh Rigel. "Salwa jangan diam saja!" omel Ibu. "Telepon ambulan lagi, kakakmu dalam masa yang bahaya," suruh Ibu.Beralih pada Corrie yang gemetar usai mempersiapkan satu kantung cairan NaCl untuk Rigel. Ia memengangi tangan Rigel yang mulai dingin, ia mencoba menyentuh hidung Rigel dan merasakan napasnya yang menderu amat pelan. "Rigel, maafkan aku tapi kau harus bertahan demi bay
“Gadis itu jelas-jelas datang dari keluarga yang miskin dan tidak jelas asal usulnya, Harlan!” bentak Wanita Tua itu pada seorang Pria yang berdiri mematung menatapnya. Kedua matanya melotot sembari menunjukkan secarik undangan di tangannya. “Kau malah berani-beraninya mau menikahi Perempuan itu!” murka Sang Wanita Tua.“Ibu, Rigel wanita yang cerdas dan luar biasa, Ibu percayalah padaku jika dia wanita yang tepat untuk kunikahi,” ucap Pria itu memelas. “Siapa yang tak kenal dia? Rigel Seras Meil, dua kali menjadi ketua tim regu penyelamat ekspedisi dan aku salah satu orang yang ditolong olehnya.” Pria itu berucap kemudian menghela napas cukup panjang.“Percuma kami menyekolahkanmu sampai jadi petinggi militer tapi jika kau masih bersikap bodoh dengan menikahi orang karena balas budi,” celetuk Sang Ibu. “Tinggalkan wanita itu dan jangan buat malu, kami sudah dari dulu menjodohkanmu dengan Julia, anak pewaris Violens Corporation.” Sang Ibu berucap sambil beranjak pergi.Sebuah pintu ti...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen