Bermula dari kehamilan Rigel Seras Meil dengan kekasihnya Harlan Zidane. Rigel seharusnya akan melangsungkan pernikahan dengan Harlan tapi cinta mereka berdua ditolak oleh keluarga dari Zidane. Semua itu karena pada zaman setelah kehancuran ini, dunia yang krisis dan kekacuan yang ada hidup Rigel berbanding terbalik dengan kekasihnya. Rigel tak diterima oleh keluarga Harlan hanya karena dia berasal dari kalangan orang miskin yang berhasil dikenal sebagai pahlawan karena jasa sukarelanya sebagai tim regu penyelamat. Meski percintaannya kandas tapi semua itu berubah sejak bertemu dengan Sang Pangeran Bintang Jatuh. Pria menawan bernama Adriel jadi pencerah hidup gelap dari Rigel, menemaninya selama patah hati. Di saat hubungan keduanya penuh dengan gairah asmara, Sang Mantan. Harlan hendak memberi penebusan atas penyesalannya tapi Rigel sudah menempuh kehidupan baru tapi semua itu tak bertahan lama, Adriel ternyata punya kehidupan dan sisi yang lain. Apakah Rigel tetap mencintai Adriel usai tahu rahasianya
View More"Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan termagun saat Rigel melempar anting itu ke lantai kemudian menginjaknya sampai hancur. Harlan melihat raut wajah panik sekaligus murka dari Rigel tapi Harlan yang mulai paham pun memilih diam sejenak."Apa yang kau lakukan Rigel?" tanya Corrie. "Aku melakukan kebodohan, sekarang aku hanya membahayakan banyak orang," jawab Rigel meracau. Rigel membaringkan dirinya sembari menutup dahi dengan punggung tangan kirinya sendiri. Ia menatap langit-langit ruang perawatan yang hampa. Kepalanya terasa sakit dan dadanya juga jadi sesak. Wajah Rigel mulai bersemu kemerahan dan kedua matanya berkaca-kaca. Rigel menoleh menatap Harlan yang sedang memengang tangan kanannya."Kau harus kembali ke barak, karena bisa saja dia membuat kekacuan," ucap Rigel pada Harlan.Harlan menggelen
"Perintahkan armada menuju ke bumi!" perintah Adriel saat melintasi para prajurit."Baik Yang Mulia!" sahut seluruh Prajurit. Sepasang kaki dibalut sepatu boots mengkilap berjalan tegas di lantai keramik berkilau itu. Adriel, usai memerintahkan armada untuk siaga melakukan perjalanan ke bumi kini sedang berjalan keluar istana. Kala itu Ratu sempat berpas-pasan dengan anak lelakinya itu."Adriel, Nak, kau yakin?" tanya Ratu dengan pilu.Adriel menghentikan langkahnya untuk menatap Ratu. "Dia isteriku, Ibu," jawab Adriel tegas."Aku tahu Nak, tapi ini akan memicu konflik antara planet," ucap Ratu. "Sejarah seharusnya tak boleh terulang lagi, Nak." Ratu berusaha membujuk anak lelakinya yang sudah memegang kuasa saat ini. Sayangnya Ratu tahu jika usahanya akan sia-sia. "Terlambat, memang seharusnya Permaisuri kurebut kembali begitu juga dengan kekayaan bumi yang seharusnya jadi milik kita dari moyang terdahulu," ucap Adriel sembari beranjak berjalan pergi meninggalkan istana. Ratu meng
"Kami dengar kau kembali sakit." Corrie berucap sembari meletakkan keranjang berisi buah-buahan diatas nakas meja. "Kami juga hendak memberi kabar terbaru di benteng untukmu Kapten Zidane," celetuk Corrie."Mantan Kapten," celetuk Harlan sembari mendengkus kesal."Baiklah, baiklah, seperti itu ... apa kau tidak ada niatan kembali?" tanya Corrie."Kenapa?" "Kudengar zone Z jadi genting dan sinyal gelombang aneh juga mendekati bumi, entah dari mana asalnya," jawab Corrie. Rigel membelalakkan kedua matanya. Ia terkejut dan melotot. "Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan keheranan tapi langsung mengerti maksud dari Rigel. Ia merogoh saku celana dan menyerahkan anting itu pada Rigel. Sementara Rigel langsung merampas anting itu. "Vetle, non aktif!" perintah Rigel. Sekilas cahaya kemilau dari anting itu berkila
"Kau hanya akan sia-sia jika terus memikirkan Wanita itu," ucap Aquilina.Adriel langsung menoleh ke arah Aquilina. "Apa maksudmu?" tanya Adriel dingin.Aquilina takut memandang kedua pandangan dingin Adriel tapi Aquilina terus membujuknya. "Pikirkan lagi, kenapa dia mau kembali ke bumi? pasti dia punya alasan sendiri, bagaimana misalnya dia punya lelaki lain yang masih jadi bagian dari hatinya?" Aquilina sengaja menghasut Adriel. Kedua mata biru Adriel langsung membelalak. Teringat akan sosok Pria lain yang pernah menjalin asmara dengan Rigel. "Tidak mungkin, itu mustahil," ucap Adriel menggeleng."Karena kau tidak disana saat ini, kau bahkan tak tahu dia ada dimana, Adriel," hasut Aquilina. Adriel terdiam sejenak. Teringat akan pertemuannya dengan Rigel. Pertemuan mereka bukan yang pertama melainkan saat Adriel bersama Rigel dalam keadaan yang buruk. Pertemuan pertama saat Adriel mengekori Rigel. Sebuah ledakan misterius yang nyaris mencelakakannya. Adriel sendiri yang bergerak un
"Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Alex yang menghampiri Rigel diruangannya.Rigel duduk bersandar dipinggiran ranjang kasur. Dia mengangguk. "Seluruh tubuhku semakin terasa berat, sakit dan tidak nyaman," jawab Rigel."Baiklah, biarkan aku melihat tekanan darahmu." Alex pun memasangkan manset sphygmomanometer pada lengan atas Rigel. Ia meletakkan stetoskop pada lengan itu juga tepat pada titik arteri brankial. "Aku butuh kau bernapas dengan santai," suruh Alex kemudian mulai memompa tekanan darah. Usai mengukur tekanan darah Rigel, Alex langsung mencubit pipi gempal Rigel. "Aduh, duh, kenapa?" tanya Rigel kesal."90/60 itulah hasil tekanan darahmu, untuk ibu hamil seharusnya tidak rendah seperti itu," omel Alex. Rigel menghela napas. "Tidurku cukup, makanku baik, mualku berkurang dan semuanya okay," celetuk Rigel tak mau kalah. "Benar, fisikmu baik-baik saja tapi tidak dengan isi kepalamu, kau stres Rigel," ucap Alex. "Lampu kamarmu menyala sampai jam dua dini hari, belum lagi be
Ketika resah dan kemurkaan menggelapkan hati maka akan selalu ada kelicikan yang ambil kesempatan. Semua orang di Kerajaan New Neoma sudah tahu jika seharusnya Pangeran Adriel yang sudah menaiki takhta itu harusnya menikah dengan tunangannya, yaitu Lady Aquilina anak dari Perdana Menteri. Semua itu jadi kandas karena sebuah ramalan dan tradisi kuno. Aquilina tentu tidak akan diam dengan situasi gelap Adriel saat ini. Permaisuri yang susah payah ia dapatkan justru melarikan diri. Pagi-pagi sekali Aquilina sudah bersolek dan memakai gaun terbaiknya untuk menemui Adriel. Hatinya berdegup kencang karena akan bertemu dengan pujaan hatinya. Kesempatan seperti ini tidak akan Aquilina sia-siakan.Aquilina keluar dari mansion tempat tinggalnya dengan senyum sumringan. "Calen! cepat siapkan kendaraanku!" perintah Aquilina. Pria berambut hitam panjang tiba sembari memberi hormat tuannya itu. Calen pelayan dari Aquilina sekaligus pesuruh setianya. Dia juga yang selama ini selalu mengincar keama
“Kau pasti punya alasan tersendiri untuk pergi dan kembali?” celetuk Corrie yang sedang duduk dipinggiran ranjang tidur.Rigel kemarin baru tiba tapi seharian harus melalui beberapa tahap agar bisa masuk ke bumi. Salah satunya pemeriksaan kesehatan yang diawasi langsung dengan Alex. Sebenarnya posisi Rigel yang tiba-tiba hilang misterius dan kembali misterius sudah jadi lirikan para Penjabat Atas tapi berkat perjanjian yang diajukan oleh Harlan, Rigel setidaknya dapat jaminan keamanan dari Harlan namun yang tak Rigel tahu jika Harlan rela menggadaikan jabatannya untuk keamanan Rigel.Corrie tahu hal itu tapi ingin tahu alasan Rigel terlebih dahulu. “Kau itu ... selalu menanggung beban sendiri tanpa mau berbagi,” ucap Corrie.Rigel tertegun mendengar Corrie. Ia yang setengah duduk di ranjang tidur dengan sebelah tangan yang masih diinfus nutrisi tambahan hanya bisa menghela napas. “Aku sudah pernah melakukan kesalahan jadi kali ini aku mau mempertahankannya,” jawab Rigel sambil mengusa
"Rig, media menyoroti hilangny dirimu karena berbagai tuduhan terhadapmu saat ini sedang marak namun beruntungnya bulan demi bulan, berita tentang dirimu mulai padam." Harlan menatap langsung kedua mata ruby Rigel yang baru ia ketahui. Setidaknya dulu Harlan mengenal Rigel sebagai bintang biru bukan Betelgeus Sang Bintang Merah. Rigel menggeleng pelan karena isi kepalanya mulai penuh. "Banyak yang terjadi, aku pun mengalami kesulitan," ucap Rigel yang mengusap perutnya. Cincin pernikahannya bahkan tampak dipandang Harlan yang bungkam saat itu."Apa kau mencintai ayah dari bayi itu?" tanya Harlan tanpa memandang Rigel. Lebih tepatnya tak siap akan jawaban yang akan Rigel ucapkan. Biar bagaimana pun Rigel masih melekat dihatinya. Alih-alih menjawab, Rigel mendekati Harlan sembari menyentuh permukaan pipi tirus Harlan. "Apa tidurmu cukup? lihatlah jenggot yang mulai tumbuh ini, aku terbiasa melihat sosokmu yang berpakaian formal, rapi dan tegas," ucap Rigel. Harlan membelalakkan kedua
"Maaf Nak, aku bukan jahat padamu karena menjauhkanmu sebentar dari ayahmu ... kita harus beri dia pelajaran sedikit," ucap Rigel berbicara dengan bayi dalam kandungannya itu. Padahal tanggal kelahirannya cukup dekat. Rigel langsung menghidupkan seluruh mesin. "Vetle ... aku tahu kau di sana, bantulah aku," perintah Rigel.Seketika hologram sosok Vetle pun muncul. "Baik Yang Mulia," ucap Vetle."Beri aku koordinat bumi, bawa aku kesana." Rigel memberi perintah. Kebebasan memiliki bayaran yang mahal. Rigel menatap langit angkasa yang gelap dan hening dari Kapal Pesawat yang ia kendarai. Tangan kanannya menarik pedal persneling perlahan membawa benda itu terapung-apung di ruang hampa. Rigel nyaris tidak mengenali waktu jika bukan karena bantuan kendaraan canggih ini. Sesekali menghela napas karena perutnya kembali bergejolak namun Rigel berusaha menahannya. Rigel mengalihkan rasa sakit dengan fokus mengendarai pesawat ini saat melintasi bebatuan meteor yang kebetulan ada di depannya.
“Gadis itu jelas-jelas datang dari keluarga yang miskin dan tidak jelas asal usulnya, Harlan!” bentak Wanita Tua itu pada seorang Pria yang berdiri mematung menatapnya. Kedua matanya melotot sembari menunjukkan secarik undangan di tangannya. “Kau malah berani-beraninya mau menikahi Perempuan itu!” murka Sang Wanita Tua.“Ibu, Rigel wanita yang cerdas dan luar biasa, Ibu percayalah padaku jika dia wanita yang tepat untuk kunikahi,” ucap Pria itu memelas. “Siapa yang tak kenal dia? Rigel Seras Meil, dua kali menjadi ketua tim regu penyelamat ekspedisi dan aku salah satu orang yang ditolong olehnya.” Pria itu berucap kemudian menghela napas cukup panjang.“Percuma kami menyekolahkanmu sampai jadi petinggi militer tapi jika kau masih bersikap bodoh dengan menikahi orang karena balas budi,” celetuk Sang Ibu. “Tinggalkan wanita itu dan jangan buat malu, kami sudah dari dulu menjodohkanmu dengan Julia, anak pewaris Violens Corporation.” Sang Ibu berucap sambil beranjak pergi.Sebuah pintu ti...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments