Share

Supernova

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 12:08:33

“Rigel biarkan aku mengantarmu pulang untuk terakhir kalinya,” ucap Harlan yang telah berdiri di hadapan Rigel.

Rigel hendak menolak ajakan dari Harlan namun Pria itu menatap Rigel dengan kedua mata hijau terangnya. “Terserah kau saja,” sahut Rigel sambil berjalan lebih dulu. Rigel akan terus menolak Harlan. Padahal dua tahun lalu, Harlan jadi Pria yang paling ia cintai.

Saat Rigel terdiam menatap Harlan yang membukakan pintu mobil untuknya. Rigel langsung membelalakkan kedua matanya saat melihat mobil lain berhenti. “Ini buruk,” ucap Rigel sembari menatap kedatangan Nyonya Zidane yang keluar dari mobil bersama pengawalnya.

“Kau membawa pengaruh buruk untuk keluarga terhormat kami,” cibir Nyonya Zidane. “Harlan sudah berapa kali Ibu bilang untuk jauhi Wanita ini.” Nyonya Zidane menatap Rigel dengan jijik.

“Ibu aku tidak bisa meninggalkan Rigel,” sahut Harlan. “Dia hamil anakku, sudah seharusnya aku bertanggung jawab.” Harlan berucap dengan tegas. Ia menghadang Sang Ibu yang tengah melototi Rigel.

Rigel mendadak melangkah mundur karena sadar jika kebenaran yang Harlan ucapkan hanya akan membuatnya dalam masalah. Nyonya Zidane tidak akan pernah merestui hubungan ini. Rigel yang panik memilih kembali berlari masuk ke dalam gedung Tyre. Setelah Rigel telah melangkah masuk suara keributan terdengar dari pagar gedung karena masa telah berhasil menerobos masuk.

Duarrrrr ... bommm ...

“Rigel!” teriak Harlan segera berlari hendak meraih Rigel, namun Gadis itu hanya terdiam dengan kedua mata membelalak karena ia sendiri bisa melihat ledakan dahsyat yang ada di depan matanya.

Rigel memejamkan kedua matanya pasrah. Dia seolah tahu jika ledakan bersamaan dengan api itu akan melahap tubuhnya hidup-hidup namun Rigel sempat merasakan jika tubuhnya berada dalam dekapan seseorang. Setelah itu Rigel tidak sadarkan diri selain kedua pandang matanya yang mendadak jadi gelap.

Mentari pagi yang menyapa hari dalam sebuah ruangan yang serba putih. Gorden putih bergerak lembut kala angin sejuk dari jendela yang dibiarkan terbuka menerpanya. Seorang wanita terbaring dengan perban dikepalanya. Kecelakaan ledakan tempo hari lalu membuatnya berminggu-minggu tak sadarkan diri.

Tak lama pintu berdecit terbuka menampaki sosok pria berambut pirang memasuki kamar perawatan. Kedua mata biru Pria itu menyala tajam karena menatap Rigel yang masih berbaring tidur itu. Tubuhnya besar, tinggi, tegap dan atletis. Mengenakan setelan jas dan mantel hitam dengan tatapan dingin seperti predator yang sudah menandai mangsanya.

“Kau ... orangnya,” ucap Pria itu sembari memandangi Rigel.

Kedua mata Rigel terbuka dengan membelalak. Rigel langsung terduduk bangun. Ia mendapati dirinya berada dalam ruang perawatan. “Tidak ada seorang pun di sini, padahal tadi aku merasa ada orang yang sedang memerhatikanku.” Rigel berucap seorang diri sembari melihat kiri dan kanannya.

“Omong-omong, aku ada di mana?” Rigel memandangi ruangan putih ini. Ia juga melihat tangan kanannya yang terpasang sebuah infus set. Usai mengingat-ingat lagi, Rigel sadar jika ia sedang ada di Rumah Sakit. Terakhir kalinya ia sadar karena ledakan di Gedung Tyre.

Rigel terperanjat terkejut. Ia buru-buru bangkit dari tempat tidur untuk beranjak ke kamar mandi. Rigel mencari-cari cermin kemudian melihat pantulan dirinya. “Sial, kedua mataku tidak mengenakan contact lensa lagi, aku yakin seseorang sudah melepaskannya,” celetuk Rigel.

“Aku yang melepaskannya, jadi tenanglah,” ucap seorang wanita. Dia sudah berdiri di ambang pintu kamar mandi sembari memandangi Rigel. “Bagaimana keadaanmu, Nak?” tanya Wanita itu.

Rigel tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Dia menghela napas cukup panjang. “Siapa yang membawaku kemari?” tanya Rigel.

“Seorang Pria kenalanmu katanya, dia juga baru saja keluar dari sini tapi dia sempat menitipkan seikat bunga mawar untukmu,” jawab Wanita itu.

“Bukan Kapten Zidane?” terka Rigel.

Wanita itu menggeleng. “Ibu tidak kenal Pria itu tapi dia bilang kenalanmu.” Sang Ibu menjawab. “Kenapa tidak katakan padaku jika kamu sedang hamil?” Sang Ibu membuka pembicaraan yang sangat Rigel benci.

Rigel melototkan kedua mata lembayungnya. “Setelah tahu jika keluarganya tidak mau menerimaku, kehamilan ini tak sudi kuakui,” ketus Rigel sembari keluar dari kamar mandi. “Siapa Dokter yang mengurusi masalahku? Aku mau bicara dengannya,” ucap Rigel seraya duduk di pinggir ranjang kasurnya.

“Rigel sebenarnya ... kandunganmu sudah tiada lagi,” sahut Sang Ibu dengan nada yang lirih. Dia tidak mau melukai anaknya dengan kabar ini karena Rigel sudah beberapa minggu terbaring usai kecelakaan akibat ledakan itu. Dia memang selamat tapi setelah terpental serta alami cedera dan juga benturan membuat kehamilan mudanya tidak bisa diselamatkan.

Rigel sontak menyentuh perut ratanya. Dia memang membenci kehamilan ini usai tahu jika cinta yang ia elukan tak dapat ia raih. Rigel justru merasa terluka mendengar kabar ini. “Aku ... tidak sungguh-sungguh dengan ucapanku,” ucap Rigel menangis.

“Rigel, ini pasti berat untukmu.” Sang Ibu berucap sembari mendekati Rigel kemudian memeluknya. Tubuh gemetar Rigel serta suara isak tangisnya bisa Wanita itu rasakan. Dia tahu jika Rigel menyayangi kehamilannya tapi karena murka sesaat membutakannya.

Pintu berdecit lagi terbuka tapi kali ini menampaki Corrie bersama dua orang pria muda. “Maaf apa kedatangan kami menganggu?” tanya Corrie sembari membawakan buah-buahan untuk Rigel.

Rigel yang mendapati kedatangan teman-temannya segera menyeka air matanya. “Corrie, Kak Alex dan Nico juga, kemarilah,” suruh Rigel yang memaksakan senyumnya. Ia juga melepaskan pelukan Sang Ibu. “Terima kasih sudah datang tapi hentikan wajah cemasmu Corrie, apakah kau mau menyampaikan sesuatu?” tanya Rigel tak berbasa-basi.

“Kami juga hendak memberi kabar jika ledakan kemarin bukan berasal dari bom atau ulah teroris seperti berita-berita yang beredar namun karena serpihan supernova yang berhasil lolos ke bumi,” jawab Corrie.

“Tak mungkin, tidak ada hal mustahil seperti itu,” sahut Rigel terkejut.

Corrie lantas mengangguk. “Itulah hasil investigasi resmi dari Tyre,” ucap Corrie sembari menyiku Pria berkacamata disebelahnya. “Kak Alex ... katakan sesuatu,” ucap Corrie berbisik.

“Kau ada di tempat kejadian tapi setelah evakuasi tubuhmu dengan cepat berpindah di Unit Gawat Darurat dari Rumah Sakit ini, aku yang diutus Tyre untuk melakukan penyelidikan dan wawancara padamu ... itu pun jika kau tidak keberatan, Rig,” ucap Pria itu.

Seketika denyut kepala Rigel jadi semakin sakit. Masalah dan kemalangan datang padanya secara bertubi-tubi. “Oh Tuhan, apa yang harus aku katakan?” Rigel menghela napas sekaligus menatap sendu.

Bab terkait

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Pangeran Bintang Jatuh

    “Yang Mulia Adriel, kita sudah sampai di titik koordinat setelah menempuh 149,6 juta km, protokol pendaratan akan dilakukan.” Suara dari sistem yang berbunyi. Menampaki seorang pria muda yang duduk didalam sebuah kokpit pesawat luar angkasa yang berkilau. Kedua kelopak matanya tertutup namun perlahan-lahan terbuka, menampaki sepasang mata biru permata samudera. Kedua mata biru cerah menatap ke arah kaca yang menampaki planet biru secerah kedua matanya. “Bumi ... kau pasti ada di sana, pengantin bulanku,” ucap Pria Rupawan itu.“Memasuki lapisan eksosfer.” Sistem kembali berucap kala pesawat ini akan menembus lapisan eksosfer.“Tunggu, ada sesuatu yang aneh,” ucap Pria itu menatap monitornya sendiri. Dia sudah menyadari sesuatu. Kapal pesawat super canggihnya ini sudah mendeteksi adanya pergerakan asing dari luar bumi. “Aku harus bergegas, Vetle!” perintah Pria Bermata Biru itu.“Baik Yang Mulia, pendaratan pintas akan dilakukan,” ucap Sistem artifisial canggih bernama Vetle itu.Lan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Pengantin Bulan

    “Benda itu datang,” ucap Adriel yang telah berada dalam kokpitnya. “Vetle beri aku visir agar bisa mulai membidik,” perintah Adriel yang telah bersiap akan membidik.Adriel kala itu tidak memerdulikan apa pun selain keamanan Rigel. Padahal ia baru bertemu dengan Rigel tapi dirinya yakin jika Rigel merupakan orang yang selama ini dia cari.“Mendeteksi akan adanya ledakan, koordinat mendekati Pengantin Bulan.” Vetle memberikan pemberitahuan dari panel yang muncul pada monitor. Berkat pemberitahuan itu membuat Adriel membelalakkan kedua matanya. Pria itu segera melompat keluar dari kokpit setelah berhasil menembak hancur objek yang nyari mengenai kota itu.Kaelar menatap Adriel yang kembali bergegas. “Yang Mulia, Anda hendak kemana?” tanya Kaelar heran. Meski begitu dia tetap mengekori Sang Pangeran. Kecemasannya karena mereka berada di tempat yang asing dan baru pertama kali memijak dunia ini.“Yang Mulia Anda harus ingat jika bumi bukanlah New Neoma, Anda harus hati-hati,” ucap Kaelar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penolong Misterius

    “Kira-kira bagaimana ya reaksinya?”Adriel memasuki kamar perawatan. Adriel menatap tajam Rigel yang masih berbaring tidur itu. “Kau ... orangnya,” ucap Adriel. Dia berjalan pelan kemudian mengarahkan jarinya untuk membelai ujung kelopak mata Rigel yang tampak sembab. Kedua mata birunya menyalang dalam kegelapan malam. Biru cerah yang bersinar memandangi Rigel yang terlelap dalam tidurnya itu. Detik selanjutnya dia sudah menghilang ditelan oleh malam. Kedua mata Rigel terbuka dengan membelalak. Rigel langsung terduduk bangun. Ia mendapati dirinya berada dalam ruang perawatan. “Tidak ada seorang pun di sini, padahal tadi aku merasa ada orang yang sedang memerhatikanku.” Rigel berucap seorang diri sembari melihat kiri dan kanannya.“Omong-omong, aku ada di mana?” Rigel memandangi ruangan putih ini. Ia juga melihat tangan kanannya yang terpasang sebuah infus set. Usai mengingat-ingat lagi, Rigel sadar jika ia sedang ada di Rumah Sakit. Terakhir kalinya ia sadar karena ledakan di Gedung

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cecar Tanya

    "Baiklah, saat kejadian ledakan itu terjadi dimana apakah kau ingat sedang ada dimana?" tanya Harlan."Di depan Gedung Tyre, kau juga ada di sana jika kau lupa," jawab Rigel."Apakah kau ingat siapa yang menolongmu saat ledakan itu terjadi?" tanya Harlan lagi.Rigel terdiam sejenak. Dia tak tahu siapa yang sudah menolongnya tapi Rigel masih ingat lengan yang langsung meraih tubuhnya itu. "Tidak, aku tidak tahu karena kesadaranku langsung hilang," jawab Rigel sembari menunduk. Brakkk Rigel terkejut kala menatap Harlan yang tampak membanting tumpukan berkas diatas meja. "Persetanan dengan interogasi ini!" bentak Harlan yang langsung beranjak pergi dan keluar dari ruang interogasi tanpa berkata apa pun lagi."Kenapa dia? aneh sekali," ucap Rigel yang berbincang sendiri. Interogasi berjalan tidak lancar karena Petugas yang bertanggung jawab telah keluar dari ruangan lebih dulu, maka dari itu Rigel menyusul untuk keluar dari ruangan. Saat berjalan keluar dari gedung. Rigel sempat menyan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Patah Hati Belum Usai

    "Ada remahan cokelat disini," ucap Adriel sembari mengusap ujung bibir Rigel. Pria itu menatapnya dengan dalam. Rigel jadi tertegun saat kedua mata biru Adriel yang cerah itu beradu tatap dengannya. "Cantiknya," ucap Rigel tanpa sadar memuji Adriel. Tidak mengherankan jika Adriel bagaikan seorang pangeran berkuda putih. Tampang dan kedua matanya sangat cerah nan indah. "Apakah begitu?" Adriel semula tak mau menapaki keterkejutannya karena pada nyatanya Rigel yang lebih dulu mendekati dirinya. Adriel bahkan merasakan dadanya yang berdenyut cepat kala Rigel memujinya. Ketika hendak berbincang dengan Rigel lagi, Adriel justru menatap Rigel yang telah berjalan keluar.Rigel hanya berdiri di hamparan padang rumput seorang diri. Rigel memejamkan kedua matanya karena sedang menikmati angin sore yang bertiup sepoi-sepoi. Ketika senja nyaris berpisah, langit magenta petang dan Adriel yang ikut terdiam memandangi mahluk ciptaan Tuhan yang indah itu. Tatapan sepasang mata biru itu memuja Rige

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Incaran Marabahaya

    "Semudah itu kau berpaling," ucap Harlan yang ternyata sedari tadi memerhatikan Rigel. Semua itu karena dia baru saja hendak meninggalkan gedung Tyre namun berpas-pasan dengan Rigel yang sedang bersama pria lain."Aku tidak menyangkanya." Harlan kini menatap kehampaan dari jauh tempatnya berpijak. Ia hanya bisa menatap motor hitam yang mengangkut Sang Kekasih bersama pria lain semakin menjauhinya. Dia hanya termangun dalam hampaan tapi ingin memperjuangkan Rigel masih jadi gelora hatinya sampai saat ini.Derapan langkah kaki seseorang mendekat. Sepasang sepatu hak tinggi yang mengkilap milik seorang wanita berwajah angkuh. "Sudah kukatakan, dia wanita gampangan yang cepat berpaling," celetuk Wanita itu sambil mengibaskan rambut pirangnya. "Sebagai anak pewaris Violens, kau ini cukup kurang kerjaan ya?" cibir Harlan. Setelah itu Harlan beranjak lebih dulu sembari membuang tatapannya. Dia cukup malas meladeni pertengkaran yang akan terjadi bersama Julia ini. "Maksudmu apa?" tanya Juli

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Membuka Lembaran Baru

    "Nak, kau yakin dengan semua ini?" tanya Sang Ibu diambang pintu yang tengah memerhatikan Si Anak yang sedang memindahan beberapa tas berisi barang-barangnya. Tatapannya pilu tapi dia tahu jika dia tak bisa melarang anaknya. Rigel mencoba berdiri tegap sambil meraih tas ranselnya. "Yakin karena aku harus memulai lembaran baru," jawab Rigel. "Kota itu terpencil, jauh dari Pusat Pemerintahan, dan lagi pula tempat itu banyak ditinggali oleh orang-orang yang pernah terkena infeksi," ucap Ibu yang khawatir. "Sariya bukanlah kota yang buruk, memang banyak ditinggali dan selain itu ... disana hening dan sepi." Rigel memakai tas ransel sembari meraih tas jinjing lainnya. Dia sudah membulatkan tekad untuk pindah kerjaan menjadi paramedis klinik yang bekerja di Kota Sariya. Salah satu kota yang banyak ditinggalkan oleh penduduk karena pernah jadi salah satu tempat dimulainya virus crocus mewabah, meski pemerintah sudah memberikan keterangan aman untuk kota itu tetap saja marabahaya akan selal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tugas Pertama

    "Terima kasih Bu Mantri," ucap seorang anak kecil yang baru saja diobati lukanya oleh Rigel.Rigel tersenyum kikuk. "Ah, aku lebih suka dipanggil Ners daripada Bu Mantri, atau Kakak saja," sahut Rigel sambil mengemasi kotak-kotak berisi obat-obatan itu. Rigel juga mengemasi perban dan beberapa set hecting sederhana."Ini obat antibiotik, dihabiskan ya," ucap Rigel. "Sebenarnya ini tugas Kak Alex tapi mengingat tempat ini terpencil dan sangat kekurangan akses jadi apa boleh buat?" Rigel berbincang seorang diri sementara Si Anak kecil memandangi Rigel dengan bingung. Rigel menatap Anak Kecil itu kemudian mengusap puncak kepalanya. "Kamu bisa kembali ke rumahmu sendiri?" tanya Rigel. Anak kecil itu mengangguk. "Terima kasih Bu Mantri, aku pulang dulu," ucap Si Anak Kecil sambil berlari keluar dari Klinik. "Hati-hati, kakimu baru saja dibersihkan!" teriak Rigel sembari berjalan ke depan Klinik. Rigel berdiri sesaat di halaman pekarangan Klinik. Klinik ini daripada mirip seperti banguna

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22

Bab terbaru

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tuhan, Apa yang Sudah Terjadi?

    "Dimana aku?" tanya Rigel seorang diri. Ia langsung menyibak selimut lembut itu kemudian beranjak berlari menuju pintu. Rigel mengedor-gedor pintu sekuat tenaga tapi semuanya sia-sia karena sudah terkunci.Rigel memengangi kepalanya sendiri. "Benar, sebelum itu aku berada di Rumah Sakit," ucap Rigel sambil memandangi dekorasi dan perabotan mewah namun terkesan tua itu. Ia seperti merasa ada di kamar seorang Permaisuri Kerajaan. Kain-kain yang terhias di kamar ini berwarna emas, putih dan merah. "Adriel itu, jangan-jangan dia yang membawaku kemari!" jerit Rigel menyadari sesuatu. "Benar sekali, Permaisuriku," celetuk Adriel yang memasuki kamar sambil diikuti dua orang prajurit berzirah besi. "Kau benar-benar gila!" teriak Rigel sambil melempari Adriel dengan bantal dan guling. Rigel jadi kesal usai Adriel mengakui jika semua ini ulanya, dia jadi pergi ke tempat antah berantah yang bahkan belum pernah ia kunjungi."Rig, dengar ... semua ini demi dirimu," ucap Adriel.Rigel beranjak b

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Sangkar Megah

    "Kau sungguh keterlaluan, memaksaku kemudian menerobos masuk seperti itu," omel Rigel. Rigel menghela napas cukup panjang karena dirasa jika berbincang saat ini dengan Adriel akan jadi sia-sia. "Kepalaku terasa mau pecah," gumam Rigel sambil menduduki dirinya di sebuah sofa. Adriel masih berdiri sembari memandangi Rigel yang kini sedang memijit pelipisnya sendiri. Adriel sendiri sebenarnya tidak tega jika harus memaksa Rigel tapi marabahaya yang menimpa Wanita itu sudah terjadi dua kali. "Maafkan aku Rig," ucap Adriel sembari mendekatinya."Apa? apa yang sedang kau coba lakukan?" tanya Rigel mendadak takut sekaligus merinding karena Adriel yang memakai kemeja polos putih itu membuka dua kancing teratasnya. Rigel sebenarnya mau melarikan diri tapi terlanjur terpojok karena kedua tangan kekar Pria itu mengukungnya seraya memengangi sofa.Adriel mendekati telinga kiri Rigel sampai kedua mata merah Rigel bisa melihat anting di telinga kanan Adriel yang berdenting lembut itu. Ketika Rige

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta dan Dusta

    "Aku ditipu oleh Pria lagi," kekeh Rigel tertawa nanar. "Selalu saja begitu, tidak Harlan, bahkan kini Adriel ya?" Rigel kini menatap Kaelar yang masih terdiam menatapnya. "Yah, sepertinya kau memang bawahannya, sejak awal ... kalian memang aneh," celetuk Rigel seraya beranjak bangkit. Rigel yang sebenarnya hendak beranjak ke kamar mandi tapi sempat dihadang oleh Kaelar. Rigel membelalakkan kedua matanya. "Baiklah, apa maumu?" ketus Rigel."Kita harus segera bersiap agar bisa pergi bukan?" tanya Kaelar memastikan.Rigel memutar kedua bola matanya dengan malas. "Sabar juga ada batasannya, kau dan Adriel apa tidak tahu perkara privacy? sudahlah menerobos masuk, menganggu istirahat dan bosmu memaksaku menikah dengannya," ucap Rigel bernada dingin."Ah, maaf, kalau begitu saya keluar." Kaelar berucap sambil beranjak keluar dari ruang perawatan Rigel. Rigel pun segera beranjak ke kamar mandi. Usai melepas seluruh pakaiannya kemudian masuk ke dalam bathtub berisi air hangat. Rigel hanya i

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta dan Obsesi

    Rigel sendiri termangun tak percaya. "Apa katamu?" tanya Rigel yang sulit percaya. Rigel menggeleng kemudian beranjak berdiri dari ranjang kasurnya. "Berhentilah bercanda," ucap Rigel. "Itu benar apa adanya," jawab Adriel tegas. Kini Pria itu melangkah maju sambil meraih kedua pundak Rigel. "Karena aku sudah terus terang padamu, jadi kau harus menikah denganku dan ikut denganku ke kampung halamanku," ucap Adriel. Kepala Rigel terasa berdenyut pusing. "Sudah sejak awal aku katakan aku tidak mau menjalin hubungan ...," ucap Rigel terjeda karena Adriel langsung memotong ucapannya. "Ini berbeda!" bentak Adriel tanpa sadar. Adriel langsung tertohok usai melihat Rigel yang terkejut seraya membulatkan kedua matanya. "Maafkan aku Rigel, jika saja kau mengerti ... semua hal ini telah berbeda karena kau mengandung anakku, penerusku, pewarisku," ucap Adriel memohon. Sulit percaya dengan sikap Adriel yang berubah pesat ini. Rigel hanya bisa mematung seribu bahasa. Rigel bisa melihat kedua ta

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Sebuah Keajaiban

    Adriel duduk di sebuah bangku tepat disampingnya Rigel. Gadis bermata ruby itu masih pulas tidur diatas ranjang Rumah Sakit. Selain wajah Rigel yang pucat, perban di kedua tangannya juga memenuhi kulit cantiknya. Adriel murka karena kedua mata birunya menyalang tajam usai memandangi Rigel yang tak berdaya ini. "Harus kubunuh," ucap Adriel geram sendiri. Adriel itu seorang Pangeran dari sebuah Planet yang istimewa, dia juga terlahir dengan keajaiban karena ia punya kekuatan yang tidak biasa. Kedua tangan Adriel yang terkepal itu mulai membeku. Dia menguarkan energi yang dingin disekitarnya akibat emosionalnya yang tak mampu dikelola sendiri. Kaca-kaca jendela mulai membentuk rembetan bekuan air. Hawa udara mulai jadi dingin. Adriel menyadari dirinya lepas kendali usai kedua kelopak mata Rigel perlahan-lahan terbuka. "Dingin," gumam Rigel sambil meringkuk."Ah, astaga," ucap Adriel tersentak terkejut. Ia mulai menyelimuti Rigel dengan selimut. Dia bahkan beranjak berdiri untuk menutup

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Murka Sang Bintang

    "Rig, kau tidak apa-apa?" tanya Adriel cemas. Rigel mengangguk pelan. Ia berusaha beranjak duduk kemudian langsung memeluk Adriel. "Maaf, sedikit lagi aku hampir akan melukai anakmu," ucap Rigel. Adriel melotot tak percaya. Ia pun langsung melepaskan mantel jaket hitamnya kemudian memasangkannya pada Rigel. "Kau harus menjelaskannya nanti setelah keadaanmu lebih baik," ucap Adriel beranjak berdiri seraya menggendong tubuh Rigel. . . . Tak terhitung sudah berapa kali Adriel mundar mandir di depan ruang perawatan Rigel. ia menunggu dokter memeriksa kondisinya. Sementara Kaelar yang ikut datang pun hanya bisa memerhatikan Adriel yang tampak cemas itu. Adriel menghela napas cukup panjang. "Sungguh Yang Mulia, Anda harus lebih tenang," tegur Kaelar. Adriel menghentikan langkahnya. "Jelas saja, dia mengandung anakku, Ya Tuhan!" jerit Adriel setelah itu mengusak rambutnya dengan kasar. "Kepalaku terasa sakit," ucap Adriel setelah itu mengeluh. Ia memikirkan nasib Rigel yang saat

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Nyaris Petaka

    "Tolong!" teriak Rigel seraya berlari di koridor Rumah Sakit yang hening ini. Sejenak Rigel merasa heran karena tiada satu petugas pun yang tampak berlalu-lalang. Rigel sempat berhenti sejenak. Ia menoleh ke belakang kemudian mendapati Pria itu masih mengejarnya. Rigel kembali berlari menuruni anak tangga darurat karena ia hendak menutup pintu darurat yang memiliki tuas yang kuat. Tujuannya untuk menghambat pergerakan Pria itu. "Aku harus melakukan sesuatu," ucap Rigel setelah menutup pintu dan memutar tuas. Rigel segera berlari menuruni anak tangga hingga menuju lantai dasar. "Tolong, seseorang mengancam keselamatanku," ucap Rigel sembari menghampiri Pos Keamanan yang terletak di luar Rumah Sakit. Rigel menyentuh bahu dari Tentara yang memang menjaga fasilitas Rumah Sakit milik Tyre ini tapi Rigel langsung terkejut saat melihat Pria itu langsung ambruk kemudian tergeletak bersimbah darah. "Oh, ya Tuhan!" jerit Rigel takut sendiri. Rigel merasakan benang string nyaris mengenainya t

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Kabar Kehamilan

    "Dia baik-baik saja, masalah nausea dan dehidrasi ringan seperti ini biasa terjadi pada masa-masa awal kehamilan," jawab Alex."Oh pantas saja, Apa?!" Corrie membelalakkan kedua matanya tapi tak lama ia langsung menoleh pada Harlan dengan tatapan nanarnya. "Bisa-bisanya kau melakukan itu lagi!" bentak Corrie penuh amarah.Harlan sendiri melotot tak percaya. "Kenapa aku? aku sendiri kesulitan mencari keberadaannya selama satu bulan lamanya," sahut Harlan. "Tenanglah kalian berdua, kita bisa tanyakan semua ini saat Rigel bangun nanti," ucap Alex menengahi. Alex menghela napas, tidak hanya Corrie yang terkejut dan menduga Harlan adalah ayah dari bayi itu tapi Alex pun sama menduganya. Alex memerhatikan gerakan Harlan yang beranjak berdiri hendak pergi. Dia tak mencegah Harlan tapi setelah itu langsung beralih menatap Corrie dengan tatapan serius. "Dua bulan lalu, kami pernah bertemu Rigel karena saat itu Rigel mengalami insiden kejadian tidak diinginkan karena salah seorang penduduk te

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penerus Takhta

    Derap suara langkah terdengar jernih. Sepasang kaki kokoh mengenakan sepatu boots hitam mengkilap. Pria bermata biru tengah berjalan lurus pada koridor berlantai keramik kaca. Seluruh prajurit membungkuk hormat padanya saat ia tiba didepan sebuah pintu berukir bunga teratai. "Yang Mulia, apa yang akan Anda katakan pada Raja Averian?" tanya Kaelar yang berdiri disamping dirinya itu. Adriel menghela napas. Kerah baju formal khas kerajaan mendadak membuat sesak dirinya. "Lebih baik terus terang saja," jawab Adriel singkat. Kaelar membungkuk hormat sambil membukakan pintu berukiran bunga teratai itu untuk Adriel. "Semoga berhasil Yang Mulia," ucap Kaelar. Pria itu akan menunggui tuannya diluar ruang singasana Raja Averian. Kaelar sendiri tidak tahu tanggapan tuannya yang masih sangat berusaha mendapatkan Rigel. Dia tahu jika Rigel sendiri belum ingin membina hubungan tapi tidak juga menolak kehadiran Adriel padanya.Adriel melangkah memasuki sebuah ruangan megah yang dikelilingi oleh j

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status