Share

Pangeran Bintang Jatuh

Penulis: Arta Pradjinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-07 12:08:56

“Yang Mulia Adriel, kita sudah sampai di titik koordinat setelah menempuh 149,6 juta km, protokol pendaratan akan dilakukan.” Suara dari sistem yang berbunyi. Menampaki seorang pria muda yang duduk didalam sebuah kokpit pesawat luar angkasa yang berkilau. 

Kedua kelopak matanya tertutup namun perlahan-lahan terbuka, menampaki sepasang mata biru permata samudera. Kedua mata biru cerah menatap ke arah kaca yang menampaki planet biru secerah kedua matanya. “Bumi ... kau pasti ada di sana, pengantin bulanku,” ucap Pria Rupawan itu.

“Memasuki lapisan eksosfer.” Sistem kembali berucap kala pesawat ini akan menembus lapisan eksosfer.

“Tunggu, ada sesuatu yang aneh,” ucap Pria itu menatap monitornya sendiri. Dia sudah menyadari sesuatu. Kapal pesawat super canggihnya ini sudah mendeteksi adanya pergerakan asing dari luar bumi. “Aku harus bergegas, Vetle!” perintah Pria Bermata Biru itu.

“Baik  Yang Mulia, pendaratan pintas akan dilakukan,” ucap Sistem artifisial canggih bernama Vetle itu.

Langit malam yang tenang itu menampaki sebuah kilatan bagaikan bintang jatuh dari langit gelap. Angin berhembus lembut kemudian dentuman terdengar dari sebuah padang tandung dari luar benteng yang tinggi. Kapal Pesawat itu mendarat di bumi dengan keras pada sebuah padang yang sunyi. 

Mereka menyebut planet kehidupan ini dengan nama Bumi. Planet yang jadi incaran diantara bima sakti ini bahkan tampak malang ketika Pria itu tiba. Dia tahu dari pelajaran yang selalu didapatkan semasa kecilnya jika bumi sendiri sedang kacau karena wabah crocus dan peperangan , meski begitu Bumi masih mau berbenah. Kali ini kedatangannya untuk mencari permata diantara debu yang hancur.

“Pendaratan yang kacau karena bumi ini sudah rusak, benar-benar tak bisa dipercaya,” ucap Pria Bermata Biru itu. Dia membuka pintu kokpit kemudian berdiri di hamparan padang gersang sembari memandangi tembok tinggi itu.

Pria itu menanggah ke langit tapi tak lama dia pun melirik ke arah kiri. “Kau mengutitku lagi Kaelar?” tanya Pria Bermata Biru itu dengan dingin. Tatapan mata birunya jadi tajam dan menyalang.

“Baiklah Yang Mulia, Hamba mengaku salah,” sahut Pria berambut hitam panjang. Pria itu muncul dari balik puing-puing bangunan. Dia mendekati Sang Pria kemudian berlutut dihadapannya. Pria itu sudah bersama Sang Tuan sejak kecil, ia setia sebagai ajudan pribadi dan pelayannya. “Yang Mulia Raja Averian telah memberi perintah pada Hamba untuk bersamamu, yang mulia Adriel,” ucap Pria itu.

“Terserah kau saja,” sahut Adriel, Sang Pangeran Mahkota. Pria bermata biru itu mulai berjalan mendekati tembok tinggi. “Tunggu sebentar, Kaelar ... selama di bumi aku tidak akan menggunakan kemampuanku, jadi aku minta bantuanmu, sobatku.” Pria Berambut pirang itu pun berjalan sembari memasang sebuah perangkat kecil berbentuk anting pada daun telinga kanannya. “Vetle, aku bergantung padamu untuk memberikan lokasi keberadaan Sang Pengantin Bulan,” perintah Sang Pangeran.

“Baik Yang Mulia, memperluar radar pencarian, subjek ras demi manusia dengan nama Rigel Seras Meil.” Vetle Sang Sistem bersuara namun kini bentuknya berada dalam anting yang digunakan oleh Adriel Neoma Averian, Sang Pangeran Mahkota dari planet yang jauh dari bumi.

“Yang Mulia, bukankah itu Vetle?” tanya Kaelar.

“Benar sekali, aku telah memindahkannya ke dalam anting ini, nantinya Vetle akan jadi pemandu kita karena bagaimana pun Bumi merupakan ekspedisi pertamaku,” jawab Adriel sembari memasuki pemukiman.

Kedua Pria Muda itu terpukau melihat pemukiman bumi. Jalan raya yang padat dan lalu lalang orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya. Mereka berdua berjalan di pinggiran trotoar. Keduanya juga melihat demonstran yang sedang mencoba menerobos masuk sebuah gedung paling megah di kota ini.

“Yang Mulia keadaan dunia ini pun sangat kacau ..,” ucap Kaelar terjeda karena ia terkejut menatap Adriel yang sedang membelalakkan kedua mata birunya. “Yang Mulia, Anda baru saja mengatakan tidak akan gunakan kemampuan Anda.” Kaelar berucap tak kala terkejut usai mengetahui jika tuannya memakai kemampuan langkahnya.

Adriel segera mendeham. “Aku kelepasan, maaf,” sahut Sang Pangeran. “Aku sudah mengetahui keberadaannya, ayo kita harus bergegas Kaelar,” perintah Adriel sembari bergegas lebih dulu.

“Baik, Yang Mulia!” sahut Kaelar.

Adriel Neoma Averian, Pria Bermata Biru itu mengikuti instingnya untuk berjalan masuk ke dalam Gedung Tyre. Di sanalah dia bertemu dengan seorang gadis berambut hitam bergelombang yang baru saja keluar dari Gedung Tyre. Gadis itu tampak terburu-buru pergi sampai ia tak sengaja menabrak tubuh dari Adriel.

“Subjek terkonfirmasi sebagai Pengantin Bulan, Rigel Seras Meil.” Vetle berucap sebagai suara yang hanya bisa didengar oleh Adriel melalui antingnya.

Adriel hanya bisa memandangi Rigel. “Wanita ini ... tidak salah lagi, dia orangnya,” ucap Adriel membatin. Kedua mata birunya hanya bisa membelalak saat menatap Rigel. Sosok wanita secerah mentari tapi Adriel juga bisa melihat kedua mata sembab Rigel.

Saat Rigel telah berlari menjauhinya Adriel hanya bisa mematung. “Sesuatu sudah terjadi padanya, berani-beraninya seseorang melukainya.” Adriel berucap sembari mengepalkan kedua tangannya.

“Yang Mulia, ini memang pertemuan mengharukan dengan Pengantin Bulan namun tampaknya sesuatu yang berbahaya juga sedang menuju kemari,” ucap Kaeral.

“Mendeteksi serangan dari 456 radius, beresiko memberi dampak kerusakan, berasal dari serangan asing.” Semula anting bermata batu biru itu berdenting kemudian menampilkan panel dan radar yang menunjukkan sebuah dentuman di dekat bumi. “Bagian debrisnya akan mengenai, oh tidak!” Adriel segera bergegas lari.

“Yang Mulia, tunggu!” teriak Kaeral mengikuti langkah Sang Pangeran.

“Kita harus kembali ke Vetle, setelah itu mengarahkan tembakan pada debris yang akan kemari ... paling tidak mencegah kerusakan fatal yang akan terjadi,” ucap Adriel. 

“Baik Yang Mulia, aku mengerti,” sahut Kaeral.

Adriel melompat masuk ke dalam pesawat canggihnya lagi. Dia yang memang sudah terampil kembali menghidupkan seluruh perangkat disana. “Aku akan mulai membidiknya, Kaeral, jaga dari luar dan jangan sampai ada manusia yang mengetahui keberadaanku!” perintah Adriel.

Kaeral menghela napas tapi Pria Muda itu segera melepaskan mantel hitamnya. “Baik Yang Mulia,” ucap Kaeral yang ternyata menyembunyikan sepasang belati dari balik mantelnya itu. Pria Muda itu sudah bertahun-tahun melatih keterampilan bela diri, semua itu demi melindungi Sang Tuan.

“Benda itu datang,”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Pengantin Bulan

    “Benda itu datang,” ucap Adriel yang telah berada dalam kokpitnya. “Vetle beri aku visir agar bisa mulai membidik,” perintah Adriel yang telah bersiap akan membidik.Adriel kala itu tidak memerdulikan apa pun selain keamanan Rigel. Padahal ia baru bertemu dengan Rigel tapi dirinya yakin jika Rigel merupakan orang yang selama ini dia cari.“Mendeteksi akan adanya ledakan, koordinat mendekati Pengantin Bulan.” Vetle memberikan pemberitahuan dari panel yang muncul pada monitor. Berkat pemberitahuan itu membuat Adriel membelalakkan kedua matanya. Pria itu segera melompat keluar dari kokpit setelah berhasil menembak hancur objek yang nyari mengenai kota itu.Kaelar menatap Adriel yang kembali bergegas. “Yang Mulia, Anda hendak kemana?” tanya Kaelar heran. Meski begitu dia tetap mengekori Sang Pangeran. Kecemasannya karena mereka berada di tempat yang asing dan baru pertama kali memijak dunia ini.“Yang Mulia Anda harus ingat jika bumi bukanlah New Neoma, Anda harus hati-hati,” ucap Kaelar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-07
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penolong Misterius

    “Kira-kira bagaimana ya reaksinya?”Adriel memasuki kamar perawatan. Adriel menatap tajam Rigel yang masih berbaring tidur itu. “Kau ... orangnya,” ucap Adriel. Dia berjalan pelan kemudian mengarahkan jarinya untuk membelai ujung kelopak mata Rigel yang tampak sembab. Kedua mata birunya menyalang dalam kegelapan malam. Biru cerah yang bersinar memandangi Rigel yang terlelap dalam tidurnya itu. Detik selanjutnya dia sudah menghilang ditelan oleh malam. Kedua mata Rigel terbuka dengan membelalak. Rigel langsung terduduk bangun. Ia mendapati dirinya berada dalam ruang perawatan. “Tidak ada seorang pun di sini, padahal tadi aku merasa ada orang yang sedang memerhatikanku.” Rigel berucap seorang diri sembari melihat kiri dan kanannya.“Omong-omong, aku ada di mana?” Rigel memandangi ruangan putih ini. Ia juga melihat tangan kanannya yang terpasang sebuah infus set. Usai mengingat-ingat lagi, Rigel sadar jika ia sedang ada di Rumah Sakit. Terakhir kalinya ia sadar karena ledakan di Gedung

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cecar Tanya

    "Baiklah, saat kejadian ledakan itu terjadi dimana apakah kau ingat sedang ada dimana?" tanya Harlan."Di depan Gedung Tyre, kau juga ada di sana jika kau lupa," jawab Rigel."Apakah kau ingat siapa yang menolongmu saat ledakan itu terjadi?" tanya Harlan lagi.Rigel terdiam sejenak. Dia tak tahu siapa yang sudah menolongnya tapi Rigel masih ingat lengan yang langsung meraih tubuhnya itu. "Tidak, aku tidak tahu karena kesadaranku langsung hilang," jawab Rigel sembari menunduk. Brakkk Rigel terkejut kala menatap Harlan yang tampak membanting tumpukan berkas diatas meja. "Persetanan dengan interogasi ini!" bentak Harlan yang langsung beranjak pergi dan keluar dari ruang interogasi tanpa berkata apa pun lagi."Kenapa dia? aneh sekali," ucap Rigel yang berbincang sendiri. Interogasi berjalan tidak lancar karena Petugas yang bertanggung jawab telah keluar dari ruangan lebih dulu, maka dari itu Rigel menyusul untuk keluar dari ruangan. Saat berjalan keluar dari gedung. Rigel sempat menyan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Patah Hati Belum Usai

    "Ada remahan cokelat disini," ucap Adriel sembari mengusap ujung bibir Rigel. Pria itu menatapnya dengan dalam. Rigel jadi tertegun saat kedua mata biru Adriel yang cerah itu beradu tatap dengannya. "Cantiknya," ucap Rigel tanpa sadar memuji Adriel. Tidak mengherankan jika Adriel bagaikan seorang pangeran berkuda putih. Tampang dan kedua matanya sangat cerah nan indah. "Apakah begitu?" Adriel semula tak mau menapaki keterkejutannya karena pada nyatanya Rigel yang lebih dulu mendekati dirinya. Adriel bahkan merasakan dadanya yang berdenyut cepat kala Rigel memujinya. Ketika hendak berbincang dengan Rigel lagi, Adriel justru menatap Rigel yang telah berjalan keluar.Rigel hanya berdiri di hamparan padang rumput seorang diri. Rigel memejamkan kedua matanya karena sedang menikmati angin sore yang bertiup sepoi-sepoi. Ketika senja nyaris berpisah, langit magenta petang dan Adriel yang ikut terdiam memandangi mahluk ciptaan Tuhan yang indah itu. Tatapan sepasang mata biru itu memuja Rige

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Incaran Marabahaya

    "Semudah itu kau berpaling," ucap Harlan yang ternyata sedari tadi memerhatikan Rigel. Semua itu karena dia baru saja hendak meninggalkan gedung Tyre namun berpas-pasan dengan Rigel yang sedang bersama pria lain."Aku tidak menyangkanya." Harlan kini menatap kehampaan dari jauh tempatnya berpijak. Ia hanya bisa menatap motor hitam yang mengangkut Sang Kekasih bersama pria lain semakin menjauhinya. Dia hanya termangun dalam hampaan tapi ingin memperjuangkan Rigel masih jadi gelora hatinya sampai saat ini.Derapan langkah kaki seseorang mendekat. Sepasang sepatu hak tinggi yang mengkilap milik seorang wanita berwajah angkuh. "Sudah kukatakan, dia wanita gampangan yang cepat berpaling," celetuk Wanita itu sambil mengibaskan rambut pirangnya. "Sebagai anak pewaris Violens, kau ini cukup kurang kerjaan ya?" cibir Harlan. Setelah itu Harlan beranjak lebih dulu sembari membuang tatapannya. Dia cukup malas meladeni pertengkaran yang akan terjadi bersama Julia ini. "Maksudmu apa?" tanya Juli

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-20
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Membuka Lembaran Baru

    "Nak, kau yakin dengan semua ini?" tanya Sang Ibu diambang pintu yang tengah memerhatikan Si Anak yang sedang memindahan beberapa tas berisi barang-barangnya. Tatapannya pilu tapi dia tahu jika dia tak bisa melarang anaknya. Rigel mencoba berdiri tegap sambil meraih tas ranselnya. "Yakin karena aku harus memulai lembaran baru," jawab Rigel. "Kota itu terpencil, jauh dari Pusat Pemerintahan, dan lagi pula tempat itu banyak ditinggali oleh orang-orang yang pernah terkena infeksi," ucap Ibu yang khawatir. "Sariya bukanlah kota yang buruk, memang banyak ditinggali dan selain itu ... disana hening dan sepi." Rigel memakai tas ransel sembari meraih tas jinjing lainnya. Dia sudah membulatkan tekad untuk pindah kerjaan menjadi paramedis klinik yang bekerja di Kota Sariya. Salah satu kota yang banyak ditinggalkan oleh penduduk karena pernah jadi salah satu tempat dimulainya virus crocus mewabah, meski pemerintah sudah memberikan keterangan aman untuk kota itu tetap saja marabahaya akan selal

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-21
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tugas Pertama

    "Terima kasih Bu Mantri," ucap seorang anak kecil yang baru saja diobati lukanya oleh Rigel.Rigel tersenyum kikuk. "Ah, aku lebih suka dipanggil Ners daripada Bu Mantri, atau Kakak saja," sahut Rigel sambil mengemasi kotak-kotak berisi obat-obatan itu. Rigel juga mengemasi perban dan beberapa set hecting sederhana."Ini obat antibiotik, dihabiskan ya," ucap Rigel. "Sebenarnya ini tugas Kak Alex tapi mengingat tempat ini terpencil dan sangat kekurangan akses jadi apa boleh buat?" Rigel berbincang seorang diri sementara Si Anak kecil memandangi Rigel dengan bingung. Rigel menatap Anak Kecil itu kemudian mengusap puncak kepalanya. "Kamu bisa kembali ke rumahmu sendiri?" tanya Rigel. Anak kecil itu mengangguk. "Terima kasih Bu Mantri, aku pulang dulu," ucap Si Anak Kecil sambil berlari keluar dari Klinik. "Hati-hati, kakimu baru saja dibersihkan!" teriak Rigel sembari berjalan ke depan Klinik. Rigel berdiri sesaat di halaman pekarangan Klinik. Klinik ini daripada mirip seperti banguna

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-22
  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Undangan

    "Misi pertama," ucap Rigel yang bergumam dengan kedua mata membelalak. Adriel mencoba mendekati Rigel namun Rigel langsung menyembunyikan surat yang ada dari dalam box. Rigel tersenyum untuk menyembunyikan misi yang sudah sampai ditangannya. "Bukan apapun, hanya beberapa surat rindu dari Corrie," ucap Rigel. Adriel memandangi Rigel sejenak. Kedua mata biru Adrian tampak mengekori langkah Si Manis Rigel yang beranjak dari dapur. Adriel tahu tatapan cemas dan kening mengkerut Rigel yang sedang berpikir keras itu. "Kalau begitu aku akan kembali ke Kantor Pengiriman," ucap Adriel pada Rigel."Ah benar sekali, aku juga harus kembali ke Klinik." Rigel juga bergegas beranjak sembari membawa box yang sebelumnya Adriel berikan padanya. "Terima kasih sudah menemaniku makan siang," Rigel tersenyum suka cita pada Adriel sampai membuat Pria itu salah tingkah.Adriel buru-buru memalingkan wajahnya. "Ehem ... ten ... tentu saja, kalau begitu selamat tinggal," ucap Adriel sambil buru-buru beranjak

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Konflik Dua Hati untuk Satu Cinta

    Keadaan markas Tyre sedang genting. Para staff pemerintahan sedang berlalu lalang berkat adanya radar luar angkasa yang mendeteksi kehadiran armada militer asing. Rapat para petinggi sedang diadakan secara dadakan, seluruh petinggi sektor bertemu tak terkecuali pertahanan. Harlan Zidane, sudah memakai pakaian formal dengan mantel hijau tuanya berjalan tegap memasuki lift. Sepasang sepatu bootsnya terdengar tegas terdengar setiap kali ia berjalan. Sang Mantan Kapten Pertahanan Udara antariksa sekaligus mantan Kapten Anti-Crocus kembali memasuki area yang sempat ia tinggalkan.Harlan menghela napas sembari merogoh saku mantel panjangnya, ia tengah memasang sepasang sarung tangan hitamnya. Terasa ponselnya bergetar, ia segera melihat tampilan layar yang menyala itu. Nama Rigel muncul kemudian terdapat pesan singkat yang masuk."Aku akan pulang ke rumah memakai taxi." isi pesan singkat itu cukup membuat kedua mata zambrud beningnya mengkerut. Harlan lagi-lagi menghela napas, seharusnya i

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Pulih

    Pagi ini Rigel diperbolehkan istirahat di rumah karena demam serta kondisi tubuhnya sudah membaik daripada kemarin. Rigel kini sedang mengemasi beberapa helai bajunya ke dalam koper. Perutnya sudah semakin besar bahkan kelahirannya hanya menghitung hari tapi Rigel memilih menunggu hari persalinan di rumah, ia rindu ketenangan seorang diri di rumah. Rigel sampai selesai berkemas tak mendapati sosok Harlan. Ia pun kembali duduk di sofa kemudian mengambil ponselnya. Rigel mencoba untuk menelpon Harlan tapi sambungan sepihak itu tak digubris Harlan. Rigel menghela napas kemudian mengiriminya pesan singkat."Aku akan pulang ke rumah memakai taxi." Rigel mengirimi pesan singkat itu kemudian duduk sejenak. Saat seorang diri terkadang Rigel rindu sosok Adriel. Perutnya terasa bergejolak karena tendangan Si Kecil. Rigel meringis pelan sambil menarik napas dan menghembuskan dengan perlahan. "Kau tahu, Nak, saat kita di New Neoma padahal ayahmu jarang mengunjungi kita," ucap Rigel teringat aka

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Ditipu Selama Ini

    "Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan termagun saat Rigel melempar anting itu ke lantai kemudian menginjaknya sampai hancur. Harlan melihat raut wajah panik sekaligus murka dari Rigel tapi Harlan yang mulai paham pun memilih diam sejenak."Apa yang kau lakukan Rigel?" tanya Corrie. "Aku melakukan kebodohan, sekarang aku hanya membahayakan banyak orang," jawab Rigel meracau. Rigel membaringkan dirinya sembari menutup dahi dengan punggung tangan kirinya sendiri. Ia menatap langit-langit ruang perawatan yang hampa. Kepalanya terasa sakit dan dadanya juga jadi sesak. Wajah Rigel mulai bersemu kemerahan dan kedua matanya berkaca-kaca. Rigel menoleh menatap Harlan yang sedang memengang tangan kanannya."Kau harus kembali ke barak, karena bisa saja dia membuat kekacuan," ucap Rigel pada Harlan.Harlan menggelen

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Cinta Berubah Kejam

    "Perintahkan armada menuju ke bumi!" perintah Adriel saat melintasi para prajurit."Baik Yang Mulia!" sahut seluruh Prajurit. Sepasang kaki dibalut sepatu boots mengkilap berjalan tegas di lantai keramik berkilau itu. Adriel, usai memerintahkan armada untuk siaga melakukan perjalanan ke bumi kini sedang berjalan keluar istana. Kala itu Ratu sempat berpas-pasan dengan anak lelakinya itu."Adriel, Nak, kau yakin?" tanya Ratu dengan pilu.Adriel menghentikan langkahnya untuk menatap Ratu. "Dia isteriku, Ibu," jawab Adriel tegas."Aku tahu Nak, tapi ini akan memicu konflik antara planet," ucap Ratu. "Sejarah seharusnya tak boleh terulang lagi, Nak." Ratu berusaha membujuk anak lelakinya yang sudah memegang kuasa saat ini. Sayangnya Ratu tahu jika usahanya akan sia-sia. "Terlambat, memang seharusnya Permaisuri kurebut kembali begitu juga dengan kekayaan bumi yang seharusnya jadi milik kita dari moyang terdahulu," ucap Adriel sembari beranjak berjalan pergi meninggalkan istana. Ratu meng

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Perselisihan

    "Kami dengar kau kembali sakit." Corrie berucap sembari meletakkan keranjang berisi buah-buahan diatas nakas meja. "Kami juga hendak memberi kabar terbaru di benteng untukmu Kapten Zidane," celetuk Corrie."Mantan Kapten," celetuk Harlan sembari mendengkus kesal."Baiklah, baiklah, seperti itu ... apa kau tidak ada niatan kembali?" tanya Corrie."Kenapa?" "Kudengar zone Z jadi genting dan sinyal gelombang aneh juga mendekati bumi, entah dari mana asalnya," jawab Corrie. Rigel membelalakkan kedua matanya. Ia terkejut dan melotot. "Dimana benda itu?" tanya Rigel sembari menarik tangan Harlan yang sedari tadi berdiri disamping ranjang kasur. "Benda apa yang kau maksud Rig?" tanya Harlan keheranan."Berikan anting itu padaku!" teriak Rigel.Harlan keheranan tapi langsung mengerti maksud dari Rigel. Ia merogoh saku celana dan menyerahkan anting itu pada Rigel. Sementara Rigel langsung merampas anting itu. "Vetle, non aktif!" perintah Rigel. Sekilas cahaya kemilau dari anting itu berkila

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Penghasut

    "Kau hanya akan sia-sia jika terus memikirkan Wanita itu," ucap Aquilina.Adriel langsung menoleh ke arah Aquilina. "Apa maksudmu?" tanya Adriel dingin.Aquilina takut memandang kedua pandangan dingin Adriel tapi Aquilina terus membujuknya. "Pikirkan lagi, kenapa dia mau kembali ke bumi? pasti dia punya alasan sendiri, bagaimana misalnya dia punya lelaki lain yang masih jadi bagian dari hatinya?" Aquilina sengaja menghasut Adriel. Kedua mata biru Adriel langsung membelalak. Teringat akan sosok Pria lain yang pernah menjalin asmara dengan Rigel. "Tidak mungkin, itu mustahil," ucap Adriel menggeleng."Karena kau tidak disana saat ini, kau bahkan tak tahu dia ada dimana, Adriel," hasut Aquilina. Adriel terdiam sejenak. Teringat akan pertemuannya dengan Rigel. Pertemuan mereka bukan yang pertama melainkan saat Adriel bersama Rigel dalam keadaan yang buruk. Pertemuan pertama saat Adriel mengekori Rigel. Sebuah ledakan misterius yang nyaris mencelakakannya. Adriel sendiri yang bergerak un

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Siapa yang Dirindukan?

    "Bagaimana kabarmu sekarang?" tanya Alex yang menghampiri Rigel diruangannya.Rigel duduk bersandar dipinggiran ranjang kasur. Dia mengangguk. "Seluruh tubuhku semakin terasa berat, sakit dan tidak nyaman," jawab Rigel."Baiklah, biarkan aku melihat tekanan darahmu." Alex pun memasangkan manset sphygmomanometer pada lengan atas Rigel. Ia meletakkan stetoskop pada lengan itu juga tepat pada titik arteri brankial. "Aku butuh kau bernapas dengan santai," suruh Alex kemudian mulai memompa tekanan darah. Usai mengukur tekanan darah Rigel, Alex langsung mencubit pipi gempal Rigel. "Aduh, duh, kenapa?" tanya Rigel kesal."90/60 itulah hasil tekanan darahmu, untuk ibu hamil seharusnya tidak rendah seperti itu," omel Alex. Rigel menghela napas. "Tidurku cukup, makanku baik, mualku berkurang dan semuanya okay," celetuk Rigel tak mau kalah. "Benar, fisikmu baik-baik saja tapi tidak dengan isi kepalamu, kau stres Rigel," ucap Alex. "Lampu kamarmu menyala sampai jam dua dini hari, belum lagi be

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Duri Mawar

    Ketika resah dan kemurkaan menggelapkan hati maka akan selalu ada kelicikan yang ambil kesempatan. Semua orang di Kerajaan New Neoma sudah tahu jika seharusnya Pangeran Adriel yang sudah menaiki takhta itu harusnya menikah dengan tunangannya, yaitu Lady Aquilina anak dari Perdana Menteri. Semua itu jadi kandas karena sebuah ramalan dan tradisi kuno. Aquilina tentu tidak akan diam dengan situasi gelap Adriel saat ini. Permaisuri yang susah payah ia dapatkan justru melarikan diri. Pagi-pagi sekali Aquilina sudah bersolek dan memakai gaun terbaiknya untuk menemui Adriel. Hatinya berdegup kencang karena akan bertemu dengan pujaan hatinya. Kesempatan seperti ini tidak akan Aquilina sia-siakan.Aquilina keluar dari mansion tempat tinggalnya dengan senyum sumringan. "Calen! cepat siapkan kendaraanku!" perintah Aquilina. Pria berambut hitam panjang tiba sembari memberi hormat tuannya itu. Calen pelayan dari Aquilina sekaligus pesuruh setianya. Dia juga yang selama ini selalu mengincar keama

  • Cinta Sang Pengantin Bulan Jadi Rebutan   Tanah Kehidupan

    “Kau pasti punya alasan tersendiri untuk pergi dan kembali?” celetuk Corrie yang sedang duduk dipinggiran ranjang tidur.Rigel kemarin baru tiba tapi seharian harus melalui beberapa tahap agar bisa masuk ke bumi. Salah satunya pemeriksaan kesehatan yang diawasi langsung dengan Alex. Sebenarnya posisi Rigel yang tiba-tiba hilang misterius dan kembali misterius sudah jadi lirikan para Penjabat Atas tapi berkat perjanjian yang diajukan oleh Harlan, Rigel setidaknya dapat jaminan keamanan dari Harlan namun yang tak Rigel tahu jika Harlan rela menggadaikan jabatannya untuk keamanan Rigel.Corrie tahu hal itu tapi ingin tahu alasan Rigel terlebih dahulu. “Kau itu ... selalu menanggung beban sendiri tanpa mau berbagi,” ucap Corrie.Rigel tertegun mendengar Corrie. Ia yang setengah duduk di ranjang tidur dengan sebelah tangan yang masih diinfus nutrisi tambahan hanya bisa menghela napas. “Aku sudah pernah melakukan kesalahan jadi kali ini aku mau mempertahankannya,” jawab Rigel sambil mengusa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status