Hati Suamiku Milik Wanita lain

Hati Suamiku Milik Wanita lain

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-05-12
Oleh:  My mother  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 Peringkat. 6 Ulasan-ulasan
14Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Aku sudah lelah berpura-pura mencintai Hanum, Ma. Aku benar-benar lelah, aku juga ingin bahagia." Niat hati ingin memberi kejutan kepada sang suami dengan kabar dirinya yang tengah mengandung buah cinta mereka setelah tiga tahun penantian, nyatanya malah Hanum sendiri yang mendapat kejutan dengan fakta bahwa sang suami, Arash. Tidak pernah mencintai dirinya, sang suami sama sekali tidak bahagia mengarungi rumahtangga bersamanya. Ternyata kehangatan yang ia dapatkan dari sang suami selama ini hanyalah tipu muslihat belaka. Bodohnya Hanum tidak menyadari itu semua. Bagaimana Hanum menjalani rumahtangganya setelah mendapati sang suami tidak mencintai dirinya? Apakah Hanum akan memberitahu perihal kehamilannya, atau malah sebaiknya? Akankah cincin yang Arash sematkan di jari manis Hanum, akan ia sematkan pula pada jari manis wanita lain? Simak kelanjutannya dalam novel yang berjudul 'Hati Suamiku Milik Wanita Lain

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Bab 1. Fakta mengejutkan.

"Selamat. Kamu hamil, Num!" "Hanum tak langsung menjawab, wanita itu terdiam seperkian detik. Matanya berkaca-kaca, bibirnya pun sedikit terbuka. Dia benar-benar syok, meski telah mengetahui jika dirinya tengah berbadan dua dari hasil tespack yang dia lakukan tadi pagi, tetap saja mendengar penjelasan dari sahabatnya barusan, Hanum antara percaya dan tidak."A-apa, Ran? A-aku hamil? Aku beneran hamil?" tanyanya memastikan."He'um ... alhamdulillah, ada janin yang berkembang dalam rahim kamu. Ini, lihatlah. Titik hitam ini merupakan calon anakmu." Dokter muda itu menggerakkan kursor, menunjukkan calon buah cintanya."Terimakasih Ya Allah, terimakasih ...." Hanum mengucap syukur. Kehamilannya ini akan menjadi kado ulangtahun terindah untuk suaminya-- Arash.Tadi pagi Hanum iseng melakukan tespack, wanita itu sudah telat selama 3 minggu. Wanita berparas teduh itu tidak terlalu berharap, sebab hal serupa sering terjadi. Setahun yang lalu bahkan Hanum pernah telat hingga dua bulan lamanya

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
Whalien Verdigris
Ceritanya bagus Thor. Terus update yah, ditunggu
2023-05-16 08:44:43
0
default avatar
trinaginogi0621
aku suka ceritanya.
2023-05-15 23:15:38
0
user avatar
Angsa Kecil
Bagus ceritanya berharap author rajin up
2023-05-15 16:03:06
0
user avatar
makujang36
Bagus sekali ceritanya, selalu di tunggu updatenya thor
2023-04-23 15:16:34
0
user avatar
Cancan
ceritanya menarik nih, bikin greget
2023-04-16 05:45:09
0
user avatar
Nuraselina
kasian bgt hanum 🥹
2023-04-13 22:26:24
0
14 Bab

Bab 1. Fakta mengejutkan.

"Selamat. Kamu hamil, Num!" "Hanum tak langsung menjawab, wanita itu terdiam seperkian detik. Matanya berkaca-kaca, bibirnya pun sedikit terbuka. Dia benar-benar syok, meski telah mengetahui jika dirinya tengah berbadan dua dari hasil tespack yang dia lakukan tadi pagi, tetap saja mendengar penjelasan dari sahabatnya barusan, Hanum antara percaya dan tidak."A-apa, Ran? A-aku hamil? Aku beneran hamil?" tanyanya memastikan."He'um ... alhamdulillah, ada janin yang berkembang dalam rahim kamu. Ini, lihatlah. Titik hitam ini merupakan calon anakmu." Dokter muda itu menggerakkan kursor, menunjukkan calon buah cintanya."Terimakasih Ya Allah, terimakasih ...." Hanum mengucap syukur. Kehamilannya ini akan menjadi kado ulangtahun terindah untuk suaminya-- Arash.Tadi pagi Hanum iseng melakukan tespack, wanita itu sudah telat selama 3 minggu. Wanita berparas teduh itu tidak terlalu berharap, sebab hal serupa sering terjadi. Setahun yang lalu bahkan Hanum pernah telat hingga dua bulan lamanya
Baca selengkapnya

Bab 2. Apa arti pernikahan ini, mas?

"Shhhhtt ...." Hanum meletakkan telunjuknya kedepan mulut, lalu menarik pelan lengan wanita yang telah 20 tahun mengabdikan dirinya kepada keluarga Armawijaya ke balik tembok. Wanita setengah baya yang sudah dianggap seperti saudara oleh keluarga suaminya."Lho? Ken--" Hanum langsung membungkam mulut mbok Yem menggunakan telapak tangannya. Itu Hanum lakukan karena sang suami berjalan tepat melewati tempok tempat keduanya berdiri."Hehehe, maaf ya mbok Yem," kekeh Hanum sambil melepaskan telapak tangannya perlahan. Tentunya setelah Arash menjauh."Ada apa toh, non? Kenapa Bibik pake acara dibekap segala, dan ngapain non berdiri disana tadi? Kenapa tidak bergabung saja?" Untung mbok Yem memiliki suara yang super lembut, hingga tak membuat Mertua Hanum yang sedang berdebat di ruang keluarga mengetahui keberadaan mereka."Ini lho, mbok. Hanum mau ngasih kejutan buat mas Arash." Dia menunjukkan kotak yang telah dia bingkai begitu cantiknya. "Rencananya mau minta tolong Papa dan Mama buat k
Baca selengkapnya

Bab 3. Pernikahan Kedua Suamiku

"Tapi, bisakah mas menunda pernikahan itu terlebih dahulu? Ehm ... setidaknya tunggu sampai pengadilan memutuskan jika kita bukan lagi pasangan suami istri." Bibir Hanum bergetar mengatakannya."Astaghfirullah, Num! Siapa yang akan menceraikan kamu! Tidak sedikit pun ada niatan untuk meninggalkanmu. Mas hanya meminta izinmu saja, tidak ada yang lain.""Mana bisa begitu, mas? Neraka jenis apa yang akan mas ciptakan untukku? Apa mas pikir hatiku siap menerima madu? Tidak, mas. Hanum tidak akan sanggup berada di atap yang sama dengan wanita itu, tidak akan sanggup. Hanya wanita berhati mulia yang mau menerimanya. Ceraikan saja, Hanum." Wanita itu menunduk, mengusap air matanya yang menganak sungai. Hatinya perih, bagai luka yang tersiram tetesan asam. Apa maksud dan tujuan Arash ingin menikah lagi, tapi tidak ingin melepaskan dirinya? Bukankah laki-laki itu sangat egois?"Kamulah wanita itu, Num. Aku tahu kamu memiliki hati yang sangat mulia, kamu wanita berhati lembut. Aku yakin kamu
Baca selengkapnya

Bab 4. Surga Yang Tak Dirindukan.

"Mau kemana, Num?" Suara merdu Arash menghentikan pergerakkan wanita yang tengah berbadan dua tersebut.Hanum tersenyum getir saat melihat air yang menitik dari rambut tebal sang suami, tentu saja wanita itu paham apa yang telah terjadi hingga pria dihadapannya itu berkeramas ditengah malam."Mau mengambil pesanan," jawabnya lantas berbalik badan."Pesanan? Memangnya apa yang kamu pesan dijam segini?""Makanan.""Kamu lapar? Ehm ... bukannya banyak makanan yang tersisa sehabis acaraku tadi.""Aku menginginkan menu yang lain." Hanum merasa risih saat pria itu membuntutinya. "Kenapa mas malah mengikuti? Pergilah ke kamar istri barumu, nikmati malam pertama kalian." Kalimat Hanum membuat Arash mati kutu, langkahnya terpaksa berhenti."Ini benar no Hanum yang memesan?" tanya mang Ujang, penjaga rumah, dengan pandangan tak percaya. Pasalnya selama 3 tahun dirinya mengenal istri majikannya itu, baru kali ini lah pria berkulit cokelat itu mendapati sang majikan memesan makan di luar. Di ruma
Baca selengkapnya

Bab 5. Kabar Bahagia Yang Menyakitkan.

"M-mas Arash lagi dinas ke luar kota, Bun ...." Hanum menggigit bibir bawahnya."Owh, begitu. Ya, sudah, Bunda akhiri dulu ya, nak. Jaga kesehatan, Bunda dan Ayah menyayangimu selalu. Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ...."Tut ... Tut ... TutPanggilan pun berakhir.Hanum diam sesaat, dia jadi teringat akan Bundanya-- Henna, wanita yang barusan menelpon. Wanita yang sangat menyayanginya, bahkan kasih sayang yang dia dapatkan dari wanita setengah baya itu lebih besar dari wanita yang melahirkannya.Ya, Henna merupakan ibu tiri, istri pertama dari ayahanda tercinta. Marwan menikahi mamanya Hanum bukan karena wanita itu adalah wanita yang dia cinta, seperti kasus sang suami. Bukan. Bukan karena itu, melainkan paksaan dari Henna sendiri.Henna memiliki masalah dengan kesuburannya, hingga membuat dia tak bisa melahirkan penerus keluarga. Dulu, Hanum tidak menyukai istri kesayangan ayahnya tersebut, sebab Marwan selalu mencurahkan kasih sayangnya hanya untuk Henna, bahkan setelah mam
Baca selengkapnya

Bab 6. Tidak tahu diri.

Rasti mengandung cucuku ..." Rita dengan begitu bahagia dan bangga menghampiri Hanum lantas memeluknya erat, menggoyangkan tubuh menantu pertamanya itu ke kiri dan ke kanan. Menggambarkan betapa senangnya diri mendapati istri kedua putranya itu berbadan dua.Tak mengapa hati Hanum merasa teriris, menyaksikan kedua mertuanya yang sebulan lalu dengan tegas menolak dan mengutuk keingan sang putra menikah lagi, kini malah menampilkan kebahagiaan tiada tara. Sangat bertolak belakang dengan sikapnya kemaren."Alhamdulillah, Ma. Hanum turut senang." "Iya, sayang. Akhirnya sebentar lagi terdengar juga tangisan bayi di rumah ini. Sudah lama sekali Mama menanti momen ini, tak disangka kabar ini Mama dapat dari Rasti yang baru saja menikah." Sangking bahagianya menantu kedua hamil, Rita sampai lupa jika kalimatnya tersebut menyakiti perasaan menantunya yang lain. "Mama bahagia sekali, nak," ujarnya lagi. Hanum mengangguk dengan menahan pedih."Selamat ya, Rasti. Semoga ibu dan janinnya selalu d
Baca selengkapnya

Bab 7. Suamiku?

"Apa?" Bukan Hanum yang bersuara, melainkan Arman. Pria setengah baya itu murka mendengar permintaan menantu keduanya. Kekesalan Arman itu sangat kontras dengan perasaan Hanum."Jaga batasanmu, Rasti! Berpikir dulu sebelum meminta, apa kau pikir permintaanmu itu masuk akal? Kau seorang wanita seharusnya paham jika keinginan yang barusan kau sebutkan itu melukai perasaan Hanum. Jangan mentang-mentang kau hamil kau bisa bertingkah sesukamu! Jangan mentang-mentang kau mengandung cucuku, lantas bebas berkehendak!"Arman menatap tajam istri kedua putranya tersebut, membuat Rasti seketika menundukkan wajahnya sembari meremas ujung kerudungnya. Wanita itu mati ketakutan."Ya, nggak apa-apa lah, Pa. Mungkin itu permintaan janinnya. Lagian apa salahnya Rasti tidur di kamarnya Hanum." Rita malah membela."Iya kan, Nak? Nggak apa-apa kan Rasti pakai kamar kamu? Boleh, ya, ini demi cucu Mama."Hanum terdiam, bingung harus memberikan respon seperti apa. Bingung pula dengan pola pikir sang mertu
Baca selengkapnya

Bab 8

"Nggak apa-apa. Silahkan lanjutkan kembali aktivitasnya, maaf aku mengganggu. Lain kali pastikan pintunya terkunci rapat, cukup kalian berdua saja yang tahu apa yang terjadi didalam kamar," ucap Hanum datar. Sebelum beranjak wanita itu melirik sekilas kearah sang suami yang terlihat salah tingkah."Tunggu, Num ....""Mas, mau kemana? Jangan kemana-mana, di sini aja temenin aku tidur. Nih anak kamu pengennya di kelon," rengek Rasti sambil mencekal pergelangan tangan suaminya, menghentikan pergerakan Arash yang akan mengejar sang istri pertama. Lagi-lagi wanita itu menggunakan kata 'anak' untuk mewujudkan keinginannya."Aku ingin menemui Hanum sebentar, sudah hampir satu bulan ini aku tidak berjumpa dengan dia. Kamu istirahat sendiri dulu, ya.""Ih, ngapain juga nengokin dia. Dia kan nggak kayak aku yang lagi ngandung anak kamu, nggak perlu diperhatiin dia nya, udah biarin aja, nggak usah dipikirin, kayak anak-anak aja. Mending ... nengokin si adek, udah dua minggu lho kamu nggak ngapa-
Baca selengkapnya

Bab 9.

"Ngapain mas ke sini? Udah di bilang jangan tinggalin aku juga, ini masih aja pergi," omel Rasti. "Aku ini lagi hamil anak kamu lho, mas, jadi harus kamu jaga dan perhatikan. Bukan mas tinggalin dan malah datangin istri kamu yang mandul ini!""Rasti!!!" Arash mengeram menahan amarah, wajahnya memerah mendengar istri keduanya itu merendahkan wanita yang lebih dulu menemani tidurnya, Hanum. Sedang Hanum sendiri terlihat santai, toh apa yang wanita itu tuduhkan tidak benar, pikir wanita cantik berambut panjang yang tengah menikmati kunyahannya tersebut, sungguh wanita itu tak terganggu dengan penghinaan yang madunya itu berikan. Jelas, karena sama halnya dengan Rasti, Hanum pun tengah mengandung."Jaga ucapanmu! Hanum tidak mandul!" Kali ini pria rupawan itu merasa wanita yang belum lama dia nikahi itu telah melewati batas. "Dimana tutur bahasamu yang lemah lembut dan tidak pernah berkata kasar dulu? Dimana?! Mengapa setelah kita menikah sikapmu berubah begini? Aku sampai tak mengenali p
Baca selengkapnya

Bab 10. Bermain peran.

"Aku tidak pernah berhubungan dengan hal-hal begituan, tidak pernah terpikirkan juga. Lagian tidak ada manfaatnya bagiku.""Jelas ada, karena dengan begitu kamu bisa merebut mas Arash dariku," ujarnya tajam, menatap nyalang kearah wanita yang dia pikir telah merenggut kebahagiaannya, padahal dia lah pelakunya."Hei! Sadar dengan ucapanmu itu? Siapa yang merebut siapa pula yang tertuduh? Harusnya aku yang berkata demikian. Kamu lah si perebut itu. Aneh! Lagian aku heran melihat kalian berdua, katanya saling mencintai, tapi yang kulihat malah sebaliknya. Aku jadi sangsi sendiri. Kamu bisa lihat kan, bagaimana suamimu itu menghiba padaku, dia takut kehilanganku. Aku jadi berpikiran buruk, jangan-jangan kamulah yang main dukun!"Agghhhhhhhh ...."Perutku, sakit ...." Hanum kaget melihat madunya itu tiba-tiba saja mengerang kesakitan sembari memegang perutnya, padahal barusan saja wanita dihadapannya itu dalam kondisi sehat, tidak ada tanda-tanda sakit, tak terlihat pucat pada wajahnya."As
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status