William Mackenzie menanggalkan gelar dan jabatannya sebagai seorang Jenderal perang di Kerajaan Ans De Lou. Ia menyembunyikan identitas aslinya, memulai hidupnya sebagai orang biasa lalu menikah dengan seorang Nona dari keluarga kaya lantaran sebagai balas budi. Dikarenakan identitas yang dianggap tidak jelas itu, orang-orang kerap menghina dirinya, bahkan istrinya pun tidak menghargainya. 3 tahun berlalu, salah seorang anak buahnya mendatangi dirinya lalu memintanya kembali ke Kerajaan dengan suatu alasan. Lantas, apakah William akan menerima perintah itu? Bagaimana jika keluarga istrinya tahu jika orang yang mereka hina merupakan Dewa Perang yang dipuja-puja?
View MoreMeskipun tampak bingung dengan perintah sang jenderal perang, mereka tetap kompak menjawab, “Siap, Jenderal.”Tidak lama kemudian semua prajurit itu membentuk sebuah barisan di mana mereka akan bersiap-siap melakukan pencarian terhadap Riley Mackenzie seperti yang diperintahkan oleh James Gardner.Sebagian besar dari para prajurit kelas satu tidak sedikitpun ragu melakukan tugas itu, namun ada beberapa di antara prajurit kelas dua yang tampaknya masih tidak yakin dengan apa yang akan mereka kerjakan.Dua di antara mereka adalah Foei Mccray dan Derrick Weybe“Aku tidak mengerti, mengapa Jenderal Gardner malah melakukan pencarian di hutan. Mana mungkin Jenderal Mackenzie ada di sini? Ini tidak masuk akal,” ucap Derrick yang baru saja berbaris menghadap ke arah depan hutan.Pria muda berusia dua puluh enam tahun itu berada di barisan paling depan bersama dengan teman baiknya sehingga mereka masih bisa berbicara dengan nada suara yang cukup pelan.Foei mengangguk setuju, tampak juga berpi
Gary Davis menggelengkan kepala dengan ekspresi super bingung. Dia tak bisa menerka-nerka perihal apa yang mungkin terjadi. Dia sendiri tidak terlalu mengenal James Gardner. Dia memasuki istana ketika James Gardner tepat mengundurkan diri dari jabatan wakil jenderal perang. Sehingga pada dasarnya dia pun hanya bertemu dengan James beberapa kali saja. Hal itu berbeda dengan Riley Mackenzie. Tidak terhitung jumlahnya dia telah bertemu dengan Riley. Bahkan, bisa dibilang dia sudah mengetahui bagaimana sikap Riley. Namun, dia tidak bisa memikirkan apapun tentang James Gardner. Dia sama saja seperti orang buta jika disangkut pautkan dengan James. “Jenderal Mackenzie muda saja tidak curiga terhadapmu. Padahal dia lebih lama berada di istana dibandingkan dengan jenderal perang yang satu itu. Aku tidak mengerti,” kata Elena yang juga belum menemukan jawaban dari pertanyaan yang mengganggu dirinya itu.Dia pun juga masih belum mengerti. Akan tetapi, sebuah hal pun terbersit di dalam pikir
Elena Goldwin menggigit bibir, merasa telah berbuat salah. Wanita tua itu pun berucap, “Maafkan saya, Pangeran … oh, maksud saya … Gary.”Melihat wajah penuh rasa Elena, Gary menjadi tidak nyaman. Dilihatnya wanita tua yang telah menjaga dirinya sejak dia masih kecil itu. Wanita itu sudah sangat berjasa banyak bagi keluarganya. Tidak hanya mengabdikan dirinya sebagai asisten rumah tangga, dia juga menjadi sosok ibu pengganti bagi adiknya. Memang usianya lebih pantas dipanggil sebagai “nenek”, namun perannya justru lebih cocok sebagai seorang ibu bagi dirinya sendiri dan juga Rowen.Astaga! Apa yang sudah aku lakukan? Dia sudah berkorban banyak, tapi apa yang sudah aku perbuat? Wanita tua yang telah membantuku dengan segala waktu dan tenaganya itu malah aku buat hampir saja menangis, Gary membatin dengan jengkel.Pria muda itu menyentuh tangan Elena, membuat wanita itu kaget. Dia kemudian mendengar Gary berujar, “Kau tidak perlu meminta maaf, Nek. Dan aku … akulah yang seharusnya
Gary Davis seketika mendesah pelan. Rasa bersalah segera mendera hatinya.Dia pun segera memposisikan tempat duduknya ke arah sang adik lal menatapnya dengan tatapan penuh rasa bersalah.Tatapan bocah itu benar-benar lugu dan polos sehingga membuat perasaan Gary semakin kacau.Rowen, adik laki-lakinya itu masih begitu sangat kecil, tapi dia harus ikut menanggung permasalahan yang tidak seharusnya dia pikirkan di usia belia. Dengan nada yang begitu sangat lembut Gary pun berujar, “Rowen, maafkan aku. Aku … tahu kau pasti merasa sangat kesepian. Tapi … percayalah aku melakukan semua ini demi kita. Aku-”“Kau mempertaruhkan nyawamu, Kak. Aku … aku ….”Gary menggelengkan kepala, “Jangan pikirkan aku! Kau hanya harus tumbuh dengan sehat dan aman. Agar nanti di saat kita bisa memperoleh apa yang seharusnya menjadi milik kita, kita bisa berdiri dengan tegak.”Tiba-tiba saja perkataan Gary tersebut malah membuat Rowen menunduk sedih. “Gary, tidak bisakah kau tinggalkan itu semua?”Rowen memb
Sesungguhnya, bukan hanya Doris Tan yang rasanya sulit mempercayai apa yang Xylan putuskan. Namun, ketiga rekan pengawalnya pun juga merasakan hal yang sama.Bahkan, gambaran ekspresi ketiga sangat jelas sekali terlihat dari hanya sekali melihat. Terutama Jim Chesnut yang terlihat begitu syok mendengar perkataan Xylan. Mulutnya bahkan sampai terbuka lebar dan dia pun lupa untuk menutupnya lagi. “Y-Yang Mulia, saya sangat bingung. Saya … saya-”“Doris Tan,” Xylan memotong perkataan Doris dengan nada tegas.Doris pun terdiam, seolah tahu bahwa Xylan akan segera menjelaskan alasan raja muda itu. Benar saja, tidak lama kemudian Xylan berkata, “Hm, kau … memang melakukan hal yang benar dengan mengakui kesalahanmu.”Dia berhenti selama beberapa detik, sengaja untuk memberi waktu pada Doris untuk menenangkan diri sebelum dia melanjutkan apa yang ingin dia katakan.Ketika Doris terlihat jauh lebih tenang, Xylan pun melanjutkan, “Namun, kau melakukan itu dengan cara yang salah.”Ludos Flee m
Sesungguhnya Xylan tidak pernah peduli dengan perkataan-perkataan orang di istananya. Dia cenderung mengabaikan berbagai gosip mengenai dirinya.Bahkan, dulu pernah suatu ketika ada sebuah kunjungan dari kerajaan lain, saat itu Xylan diminta ayahnya untuk beramah-tamah dengan salah satu pangeran. Akan tetapi, dia yang memang tidak terlalu pintar bergaul nyatanya malah membuat anak raja dari kerajaan sebelah itu tidak nyaman. Akibatnya, terjadi sedikit keributan saat itu. Xylan dituding bersikap kasar pada sang pangeran sehingga pangeran itu tidak betah tinggal di Kerajaan Ans De Lou dan akhirnya meninggalkan istana lebih cepat daripada yang seharusnya.Situasi di istana sedikit agak kacau. Banyak orang yang menilai Xylan bersalah total sampai mengakibatkan sebuah kerjasama yang penting menjadi gagal. Namun, pemuda itu sama sekali tidak peduli dan tidak pernah menjelaskan apapun.Sang ayah, Raja Keannu kala itu pun tidak pernah bertanya pada sang putra dan malah terkesan membiarkan p
Ronald sedikit agak terkejut dengan perkataan tiba-tiba dari sang raja itu. Walaupun memang sangat wajar bila Xylan Wellington, raja muda baru negerinya itu memberikan sebuah perintah pada siapapun, termasuk dirinya.Xylan memang pernah memberinya perintah, tapi hanya sebatas perintah biasa ketika dia masih menjadi seorang putra mahkota.Dan saat itu situasinya tampak berbeda. Sebab, hari itu adalah hari pertama Xylan memberinya perintah setelah Xylan menyandang gelar raja. Maka, jelas sekali perintah yang bernada serius itu membuat Ronald sedikit agak gugup. Meskipun dia belum mengetahui perintah raja itu, dia tetap menjawab, “Iya, Yang Mulia. Saya siap menerima perintah Anda.”Xylan pun berkata lagi, “Kalau begitu persiapkan dirimu karena kau akan pergi ke luar istana.”Tentu saja perintah itu semakin membuat Ronald kaget, “Apa yang terjadi, Yang Mulia? A-apakah saya telah membuat kesalahan hingga Anda marah terhadap saya? Lalu, lalu … Anda hendak mengusir saya keluar dari istana.”
Lantaran tidak tahu harus menjawab seperti apa, dia pun berpikir sebentar.“Sa-saya tidak berani memberikan pendapat saya, Yang Mulia,” kata Ronald pada akhirnya.Sontak rasa tak puas langsung menghampiri Xylan. Pria muda itu membuang napas dengan kasar, tampak tidak suka mendengar jawaban Ronald. Dengan dingin Xylan pun berkata, “Rajamu sedang bertanya kepadamu dan kau menolak untuk menjawab?”“Kau mau menentangku, Ronald?” lanjut Xylan.Ronald buru-buru berlutut ke hadapan Xylan dengan kepala tertunduk dalam. Dia menelan ludah dengan susah payah, sadar bila sang raja muda itu sedang marah kepadanya. Dia pun langsung menyesal telah melakukan kesalahan bodoh dengan tidak menjawab pertanyaan sang raja.Pengawal muda itu pun dengan terbata-bata berujar, “Saya mohon ampun, Yang Mulia.”Xylan masih diam, enggan membalas ucapan Ronald karena emosinya sedang naik.“Yang Mulia, saya tidak bermaksud membuat Anda kesal. Saya-”“Kalau begitu jawablah!” Xylan memerintah dengan sambil menggerta
Pernyataan Rowena yang bertubi-tubi itu ternyata tepat sasaran. Xylan Wellington dibuat tidak berdaya. Raja muda Kerajaan Ans De Lou itu bahkan tidak mampu memberikan balasan meskipun hanya beberapa patah kata saja.Sedangkan Rowena yang merasa bahwa sang adik mulai memahami penjelasannya akhirnya dia bisa menghela napas lega.Rowena pun berkata pelan, “Aku tidak merasa lebih hebat darimu dalam hal pemerintahan. Tentu saja kau jauh lebih pintar dariku. Kau raja. Namun, aku tahu bagaimana menilai orang. Dan menurutku … kau tidak boleh percaya begitu saja pada Gary Davis hingga kau benar-benar yakin dan menemukan banyak hal tentangnya.”Xylan masih terdiam.Pemuda itu bukan tidak mau membalas perkataan kakak perempuannya. Dia hanya tidak tahu bagaimana melakukannya.Saat itu dia hanya merasa sangat ceroboh. Mendengar perkataan sang kakak, dia sungguh-sungguh sangat malu.“Ya sudah, aku harus melihat Kharel. Aku sudah terlalu meninggalkannya sendirian,” Rowena akhirnya berkata setelah me
Saat ini keluarga Wood sedang berkumpul bersama di ruang keluarga mereka setelah melakukan prosesi acara pertunangan antara Shirley, si bungsu dari keluarga Wood dan Peter Green, seorang putra dari pemilik tambang emas di Carlo Hill. Cassandra Wood, istri Bill sedang duduk di bagian pinggir dan terlihat tidak terlalu menyukai berada di sana. Beberapa kali ia melihat suaminya diperintah oleh keluarganya dan hanya menurut. Ia kesal. Sangat kesal. Bagaimana tidak, suaminya itu tidak memiliki wibawa sedikit pun dan kerap menjadi bulan-bulanan keluarganya. Ia begitu ingin sekali melihat suaminya melawan, setidaknya sekali saja. Tapi, nyatanya sampai mereka menikah selama hampir tiga tahun lamanya, Bill masih juga sama. Masih menjadi seorang pencundang yang tidak berguna. "Cepat isi gelas ini, Bill!" perintah Shirley pada kakak iparnya. Bill dengan tenang mengambil botol wine merah dan membukanya dengan cepat lalu mengisi gelas Shirley kembali. Dia lalu berdiri di samping lelaki tua yang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments