Talak Aku, Mas!
"Talak aku, Mas. Talak aku, sekarang!"
Aku mengucapkannya dengan marah. Walaupun begitu, air mataku tetap saja turun dengan derasnya. Mas Gandhy, suamiku itu malah terlihat bingung seolah tak tahu harus menuruti keinginanku atau tidak.
Sementara itu, aku melihat Deva yang ikut menangis.
Dasar munafik, batinku.
"Mbak, kok malah kamu ikutan nangis? Bukannya harusnya kamu senang karena dah berhasil rebut hati suamiku ya," ucapku.
Deva menarik tanganku, "Sumpah, Ra. Aku nggak pernah berniat hancurin pernikahan kamu. Aku sama Gandhy hanya mesra di chat aja. Kami nggak pernah..."
"Nggak pernah apa?" potongku.