"Tutup mulutmu, Harry!" bentak Andrew sudah dipenuhi amarah yang dengan cepat mengaliri nadi-nadinya usai mendengar perkataan-perkataan bernada merendahkan yang dilontarkan dua orang rekannya itu pada jenderal besar yang sangat ia hormati. Ia sama sekali tidak bisa menerimanya.Harry menatap heran, "Kenapa kau marah? Bukankah yang kau bawa ini pengemis? Lihatlah pakaian yang dia kenakan! Pakaian sopir taksi di luar saja masih lebih bagus dibanding miliknya.""Diamlah, kau brengsek!" ujar Andrew sambil menunjuk Harry dengan jari telunjuknya."Apa? Kau berani memakiku? Kau lupa siapa aku?" balas Harry, kini menatap sengit pada Andrew."Ayo bertarung!" ujar Andrew kesal."Reece, maksudku Andrew. Ini tidak perlu," ujar Bill, yang anehnya tidak merasa tersinggung atas ucapan dua orang itu. Hal ini mungkin juga karena ia sudah begitu terbiasa dihina, dicaci maki oleh orang-orang, sehingga perkataan orang itu hanya ia anggap sebagai angin lalu saja."Mereka sudah berani menghina Anda, Jen-"
"Wah! Jangan buru-buru memikirkan hadiahnya, kawan!" ucap Harry dengan tatapan meremehkan."Tapi tidak masalah. Toh dia juga akan kalah, Harry, berikan saja apa yang dia mau!" ujar Drake.Harry mendesah malas tapi kemudian ia berkata, "Oke. Setuju. Tapi jika kau yang kalah, kau yang harus menjadi pelayan kami. Mengerti?"Bill tersenyum tipis dan mengangguk.Drake pun mulai melancarkan serangan tapi dengan mudah bisa dihindari oleh Bill. Hingga pukulan yang keempat, Drake masih juga belum berhasil hingga membuat Harry gemas. "Biarkan aku menggantikanmu!" Drake dengan kesal menyingkir dan kini giliran Harry yang mulai menyerang Bill. Andrew yang diam sambil menyaksikan itu luar biasa senang. Ia sekarang mengerti. Gerakan bela diri yang ditunjukkan oleh Bill bisa dikatakan merupakan gerakan bertahan, bukan menyerang. Selama ini, ia memang lebih pandai dalam menyerang dibandingkan dengan bertahan. Maka, kali ini ia merasa penuh antusias saat mendapatkan ilmu lain."Sial! Dari mana kau b
"Jenderal Gardner, apa kau baru saja mempertanyakan keputusanku?" tanya Keannu, terlihat tersinggung. Jody Gardner jelas sekali tidak suka tapi ia mencoba menahan diri, "Tidak, Yang Mulia. Ampun, Yang Mulia. Saya hanya ingin mendapatkan penjelasan saja. Saya berpikir sudah melakukan yang terbaik. Tapi, ternyata Anda malah-" "Tenanglah, Jenderal. Ini bukan berarti aku tidak menghargai usaha dan perjuanganmu. Justru sebaliknya, demi mempermudah tugasmu, aku memberi seorang Penasihat Perang untukmu." Keannu menoleh pada Bill yang terlihat mengangguk. Jody malah semakin kesal, jelas perkataan Keannu hanyalah dusta. Raja muda itu pastilah meragukan kemampuannya sehingga menunjuk orang tidak dikenal sebagai penasihatnya. Sungguh menjengkelkan. "Tapi saya tidak pernah mendengar nama 'Bill Stewart', Yang Mulia," ucap Gardner. Keannu segera berkata, "Tentu saja kau tidak pernah mendengarnya. Dia bukan berasal dari kawasan Eropa sini. Dia berasal dari kawasan jauh." Bill mengernyitkan dah
"Penasihat Perang harus berada di sisi Jenderal Perang, bukan? Tentu dia harus tinggal di dekatmu." Keannu menjelaskan sambil menatap Jody dari singgasananya. Jody tidak bisa membantahnya. Meskipun ia tidak menyetujuinya, tapi itu merupakan sebuah titah raja yang harus ia terima. "Baiklah kalau begitu, Yang Mulia," ucap Jody. Andrew kembali berbisik, "Kenapa Jenderal Gardner terlihat tidak nyaman?" "Siapapun akan merasa begitu, Reece. Raja Keannu mengungkapkannya di publik, lihat saja. Dia pasti akan sangat membenciku," ujar Bill. Andrew menggaruk bagian belakang kepalanya, "Saya tidak-" "Jangan dipikirkan! Tidak masalah dia membenciku, asalkan dia tidak mencurigai identitas asliku." Andrew mengangguk. Bill segera bertanya lagi, "Apakah kau sudah mengirim orang untuk menggagalkan rencana perjodohan istriku dengan pria itu?" "Hari ini anak buah saya tiba di kediaman keluarga Wood, Jenderal. Anda tidak perlu khawatir." "Apa yang akan dilakukan oleh dia?" tanya Bill. "Sedikit me
Jody Gardner yang sedang mengenakan jas bulunya membalikkan badan, menatap Anthony dengan raut wajah yang penuh dengan kebingungan."Kenapa bertanya soal hukuman kekalahan?" tanya Jody.Anthony membasahi bibir bawah, terlihat semakin gugup. "Apa sekarang kau mau berkata kalau kau tidak yakin aku menang? Apa strategi perangmu itu payah?" tanya Jody dengan tatapan tajam yang membuat Anthony bergerak mundur karena takut."Ti-tidak, Jenderal. Bukan seperti itu, saya hanya ingin tahu." Jody menatapnya dengan penuh selidik sebelum akhirnya menjawab, "Ah, begitu. Tentu saja hukuman mati."Anthony tercengang, lebih tepatnya ia terlalu kaget. "Hu-kuman mati?""Ya. Kenapa? Kau takut?" tanya Jody.Anthony tidak menjawab tapi ekspres wajahnya seharusnya sudah bisa menunjukkan pada Jody jika ia memang ketakutan setengah mati. Anthony bahkan mengira jika mungkin warna kulitnya telah berubah memutih dengan sempurna. "Ah, seharusnya kau tidak perlu takut."Anthony masih tak bersuara, masih terlalu
"Tidak. Hukuman tak bisa dibatalkan tapi ...." Bill tidak melanjutkan ucapannya dan malah meninggalkan Andrew. Lelaki bertubuh tinggi besar itu tergesa-gesa berjalan menuju ke bagian istana tempat tinggal Keannu. Andrew yang tadinya tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaanya, dengan begitu setia mengikutinya tanpa kata. Ia tidak berani bertanya apapun dan hanya berdiri tepat di belakangnya. Bill yang juga baru tersadar jika ia tidak mungkin diizinkan masuk ke dalam istana raja itu pun berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah Andrew. "Bisakah kau-" "Bisa, Jenderal. Mohon tunggu sebentar!" ucap Andrew dengan cepat mengerti. Pria muda yang perna memiliki cedera cukup berat itu pun segera masuk dan berbicara dengan penjaga di sana. Bill hanya melihatnya tanpa suara. Pikirannya kembali melayang ke waktu di mana ia masih berjaya dulu. Saat itu, semua orang segan kepadanya. Bukan hanya sekedar menghormatinya tapi banyak juga yang menyukainya karena karakternya yang baik. Ia memang dik
Bill tidak sempat menjawabnya lantaran sang raja tiba-tiba memiliki tamu dan terpaksa menyudahi pertemuannya dengan Bill. Bill pun harus merasakan kegagalan membela seseorang.Anthony yang merupakan ahli sejarah itu pada akhirnya dieksekusi dengan tiga tembakan yang diluncurkan kepadanya. Tembakan itu tepat mengenai alat vitalnya dan membawanya pada kematian.Dua hari setelah kejadian itu, Bill secara resmi diangkat menjadi Penasihat Perang di Kerajaan Ans De Low dan mulai berpindah di ke gedung Emas untuk tinggal bersama dengan Jody Gardner."Kau tahu, Stewart. Kau mendapatkan posisi itu setelah menghilangkan nyawa ribuan orang, apa kau senang akan hal itu?" ujar Jody Gardner saat Bill pertama kali menginjakkan kakinya di gedung itu.Bill tersenyum, "Jenderal, saya hanya menuruti perintah Raja Keannu.""Oh iya? Kau pikir aku percaya?" balas Jody, menatap tajam pada Bill. Pria itu jelas tidak bisa menerima Bill dengan suka rela. Dia hanya terpaksa menerima Bill atas perintah raja.Ia
"Kau ... siapa?" tanya Shirley dengan terbata-bata.Pria berbadan tinggi besar dan tegap itu tersenyum lebar, "Kau lupa padaku, Adik Ipar?"Shirley hampir saja pingsan saat mendengar suara itu, menatap tidak percaya. Begitu juga dengan Cassandra yang tampak terkejut, terpaku sekaligus terpana akan perkataan sang pria dengan setelan jas hitam yang tampan elegan itu."Bill?" ucap Cassandra masih sulit percaya."Iya, Sayang. Ini suamimu," ujar Bill sambil tersenyum pada istrinya.Shirley berusaha menyadarkan diri, "Kau ... mana mungkin si pecundang itu?'Bill memutar badan dan menatap adik ipar yang begitu sering menghinanya itu, "Ah, apa aku harus mengatakan apa saja kata-kata hinaan yang kau lempar padaku saat dulu?"Shirley membuang napas dengan kasar. Oh, itu jelas Bill, kakak iparnya yang merupakan orang rendahan. Hanya Bill yang suka melontarkan kata-kata sindiran pedas semacam itu, ia tidak mengenal pria lain yang akan melakukan hal itu.Cassandra berkata dengan emosi yang bercamp
Xylan pun hanya bisa terdiam tanpa bisa mengeluarkan sepatah katapun.Keannu mendesah pelan. Dilihatnya sang putra yang masih begitu terkejut itu.Pria tua itu pun berkata dengan nada serak, “Ayah tahu kau masih begitu siap, tapi … Ayah yakin kau mampu memimpin negeri ini.”Xylan pun mengangkat kepala dan menatap wajah pucat sang ayah yang terlihat begitu sangat lemah.Seketika Xyan langsung ingin memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa dia berpikir lemah seperti itu? Dia memang masih muda, tapi dia bukanlah orang yang tidak tahu apa-apa. Selama bertahun-tahun dia telah mempelajari berbagai hal, termasuk tentang sistem pemerintahan. Ayahnya juga mengajarinya tentang banyak hal untuk mempersiapkan dirinya sebagai penggantinya.Lalu, setelah semua yang terjadi, bagaimana bisa dia menjadi ragu-ragu seperti itu?Terlebih lagi, kondisi ayahnya sudah tidak memungkinkan untuk memerintah negeri itu. Keannu Wellington sudah tidak muda lagi. Dia telah mengalami banyak sekali masalah kesehatan
Tidak perlu menunggu untuk waktu yang lama James sudah terhubung dengan Josh Cleve.Begitu tersambung dalam koneksi, sebelum James berbicara, dia malah langsung mendengar Josh berkata, “Saya berhasill, Jenderal Gardner.”James belum sempat membalas, tapi Josh sudah kembali berbicara dengan cepat, “Terima kasih, Jenderal Gardner. Ini semua berkat Anda.”“Jika bukan karena strategi Anda, saya belum tentu bisa menaklukkan daerah laut,” lanjut Josh yang terdengar seperti seorang yang sedang menahan tangis.Dia bahkan tidak berani menatap langsung lewat layar ke arah James.James tersenyum pada Josh dan tertawa kecil, “Astaga, apa kau akan menangis?”Josh sontak mendengus tapi semua orang bisa melihat bahwa Josh benar-benar sedang begitu sangat terharu. Semua prajurit Kerajaan Ans De Lou telah mengetahui segala upaya yang sudah dilakukan oleh Josh Cleve demi meningkatkan kemampuan prajurit laut. Akan tetapi, dia belum berhasil.Namun, setelah James Gardner menjadi pimpinannya, dia bisa mem
Seorang prajurit kelas dua yang seusia dengan James pun menjawab, “Mungkin dia berlatih selama waktu istirahat panjangnya.”Ben menggelengkan kepala, “Aku tidak yakin.”“Maksud Anda, Senior Ben?” Jason Hoult bertanya dengan ekspresi wajah penuh kebingungan.Ben tersenyum samar.Tanpa menoleh ke arah Jason, pria yang telah lama menjadi prajurit kelas satu itu menjawab, “Tidak ada waktu untuk itu. Dia sangat sibuk mengelola bisnisnya.”“Bisnis apa, Senior Ben?” Jason bertanya kembali, tampak terkejut sekaligus penasaran. Ben hampir saja menepuk jidatnya akibat merasa terlalu banyak berbicara.“Ah, apa yang kita lakukan? Bukankah sekarang waktunya untuk membantu dia? Ayo, Jason. Kembali ke posisimu!” Ben memerintah.Jason pun terpaksa menyingkir dari area tersebut dengan penuh kekecewaan. Ah, dia benar-benar sangat penasaran dengan kisah James Gardner.Dia dulu sempat berseteru dengan pria muda yang memang selalu memiliki kesan dingin itu, tapi dia akhirnya bisa memahami sikap James ters
Kurt Zys sontak tersenyum mengejek, “Berterima kasih kepada kalian?”Dia lalu meludah ke arah samping dan berujar lagi, “Kau bermimpi ya? Apa kau pikir dengan menangkap kami, lalu kau merasa pasukanmu akan menang dari pasukan kami?”Kurt tertawa meremehkan. “Kalau kau lupa … akan aku ingatkan, kami … punya satu orang penting dari kerajaanmu.”“Benar, jenderal perangmu ada di tangan kami. Memang bisa apa kalian dengan jenderal perang kalian yang baru itu? Apa yang bisa dia lakukan?” seorang prajurit yang duduk di samping Kurt berkata dengan nada menyebalkan.Kurt menampilkan senyum mengejeknya kembali demi membuat Justin kesal.Justin menaikkan alis kanan dan langsung sadar bila tidak mungkin dia bisa mendapatkan apa yang dia mau dari para prajurit musuh itu. Pria muda itu mendesah pelan. Dia merasa berbicara dengan prajurit musuh itu tidak ada gunanya sehingga dia hanya membalas, “Baiklah, karena kalian memang hanya bisa meremehkan kami, akan jauh lebih baik lagi jika kami tidak mend
Beberapa orang mulai terlihat khawatir melihat jenderal perang mereka yang tidak kunjung bergerak satu inchi pun.“Apa yang sebenarnya terjadi?”“Mengapa Jenderal Gardner hanya diam saja di sana?” seorang prajurit kelas tiga bertanya kepada rekan sesama prajurit.Prajurit yang berdiri tepat di sebelahnya menjawab, “Entahlah. Sepertinya Jenderal Gardner sedang bingung.”“Apa? Mengapa dia bingung? Apa maksudnya dia akan … mundur?”Seorang prajurit kelas dua yang mendengar perkataan itu seketika menoleh ke arah prajurit kelas tiga seraya menaikkan kaca pelindung kepalanya, “Apa yang baru saja kau katakan, hah? Kau pikir Jenderal Gardner seorang pengecut?”“Bu-bukan begitu, Senior. Tapi … kenapa dia tidak segera bertindak? Kita sudah berada di area musuh,” jawab prajurit yang awalnya terlihat meragukan jenderalnya itu dengan terbata-bata.Prajurit kelas dua yang membela James tersebut pun menjawab, “Mungkin Jenderal Gardner sedang menyesuaikan dirinya. Dia sudah lama tidak berperang bisa
Begitu mendengar perkataan Xylan Wellington yang merupakan putra mahkota Kerajaan Ans De Lou tersebut, Gary Davis hanya bisa menatap dengan ekspresi bengong pada orang yang telah dia layani selama dua tahun itu.“Kenapa?” Xylan berkata lagi saat mengangkap ekspresi Gary yang menurutnya aneh di matanya.Dahinya mengerut penuh kebingungan, “Apa kau … tidak suka, Gary?”Gary mengedipkan mata lalu segera menggelengkan kepala, “Tentu saya suka, Yang Mulia. Tapi ….”“Tapi, kenapa?” Xylan bertanya dengan raut wajah penuh tanda tanya.“Apakah Anda benar-benar serius, Yang Mulia?” Gary memberanikan diri bertanya.Xylan sontak tersinggung, “Apa maksudmu? Aku ini seorang putra mahkota dan aku akan menjadi raja negeri ini dalam waktu yang tidak akan lama lagi.”Dia mendengus kasar lalu melanjutkan seraya menatap kesal ke arah asisten pribadinya yang telah berani meragukan perkataannya tersebut, “Mana mungkin aku berani bermain-main dengan kata-kataku.”Gary meringis, sadar bahwa Xylan sedang kesa
Gary terdiam seketika. terlalu terkejut dengan pernyataan sang calon raja masa depan Kerajaan Ans De Lou tersebut.Namun, di saat dia telah bisa menguasai diri, dia berkata, “Yang Mulia, Anda bermaksud menjadikan Jenderal Gardner sebagai Jenderal Perang selamanya?”Xylan tersenyum samar, “Akhirnya kau memahami apa yang aku maksud.”Gary berdeham pelan, menyamarkan rasa gugupnya, “Lalu, bagaimana dengan Jenderal Mackenzie muda, Yang Mulia?”Xylan mendesah.Dia memutar arah pandang ke arah lain dan menatap ke arah sebuah potret besar dirinya dan seluruh anggota keluarganya di dinding besar.“Sebenarnya … kakakku selalu memprotes ketika kakak iparku dikirim ke medan perang. Jadi, menurutku Rowena akan sangat senang jika suaminya bisa terbebas dari tugas sebagai jenderal perang,” jelas Xylan.Gary semakin bingung. Dia tidak menyangka bila ternyata Xylan telah memikirkan hal itu secara lebih dalam.Bahkan, dia kemudian mendengar sang putra mahkota melanjutkan, “Lagipula, dengan terbebasnya
“Aku kembali ke istana ini memang untuk menebus semuanya, Yang Mulia. Salah satunya adalah … menebus rasa bersalahku kepada sahabatku karena telah meninggalkannya dan membiarkannya sendirian menjaga kerajaan ini,” kata James dengan nada suara terdengar agak pelan.Xylan sedikit melebarkan matanya akibat terkejut. Dahinya mengerut karena bingung. Dia mengira bahwa James masih menyalahkan Riley atas segalanya. Rupanya dia telah salah menduga.James menatap sang calon raja masa depan itu dengan tatapan sungguh-sungguh, “Iya, Yang Mulia. Anda tidak salah dengar. Bagaimanapun juga, kesalahan sayalah yang membuat Riley tertangkap.”James menghela napas penuh rasa bersalah.Dia telah menyadari kesalahannya. Memang Riley melakukan kesalahan kepadanya dan dia berhak marah pada temannya itu. Namun, dia tahu bahwa keputusan meninggalkan istana adalah sebuah kesalahan besar.Dia tidak hanya melepaskan jabatannya saja, tapi dia juga telah memberikan beban yang begitu besar pada Riley. Riley tidak
James mendecakkan lidah lantaran sebal. Dia menatap Reiner dengan tatapan penuh ketidakpercayaan. Jelas sekali bahwa dia meragukan kemampuan Reiner dalam hal memotong rambut.Memang, dalam hal bertarung Reiner adalah salah satu prajurit terbaik di Kerajaan Ans De Lou. Pria itu bahkan mendapat julukan komandan perang darat terbaik nomor dua setelah Greg Sehel. Akan tetapi, James tidak pernah melihatnya memiliki keterampilan lain selain berperang sehingga James sulit percaya pada sahabat baiknya itu. Melihat James yang tidak kunjung menjawabnya, Reiner cepat-cepat berkata lagi, “Kita hanya butuh sepuluh menit saja, Jenderal Gardner. Aku janji aku akan-”“Hentikan!” seseorang memotong ucapan Reiner.James Gardner menoleh dan melihat seorang wanita muda yang merupakan sekretaris istana berdiri dengan tatapan menyipit ke arah Reiner saat dia berjalan mendekat ke arah mereka.James hampir akan menyapanya tapi dilihatnya Reiner lebih cepat darinya.Reiner mendesah pelan dan berkata, “Ada a