"Kau ... siapa?" tanya Shirley dengan terbata-bata.Pria berbadan tinggi besar dan tegap itu tersenyum lebar, "Kau lupa padaku, Adik Ipar?"Shirley hampir saja pingsan saat mendengar suara itu, menatap tidak percaya. Begitu juga dengan Cassandra yang tampak terkejut, terpaku sekaligus terpana akan perkataan sang pria dengan setelan jas hitam yang tampan elegan itu."Bill?" ucap Cassandra masih sulit percaya."Iya, Sayang. Ini suamimu," ujar Bill sambil tersenyum pada istrinya.Shirley berusaha menyadarkan diri, "Kau ... mana mungkin si pecundang itu?'Bill memutar badan dan menatap adik ipar yang begitu sering menghinanya itu, "Ah, apa aku harus mengatakan apa saja kata-kata hinaan yang kau lempar padaku saat dulu?"Shirley membuang napas dengan kasar. Oh, itu jelas Bill, kakak iparnya yang merupakan orang rendahan. Hanya Bill yang suka melontarkan kata-kata sindiran pedas semacam itu, ia tidak mengenal pria lain yang akan melakukan hal itu.Cassandra berkata dengan emosi yang bercamp
"Sudah aku letakkan di sana," ucap Bill seraya menunjuk ke arah tumpukan kado yang ada di dekat pintu bagian kanan.Peter Green berkata, "Ah, aku begitu ingin melihatnya.""Ya, benar. Aku juga. Apa yang akan diberikan oleh adik ipar tersayangku ini?" ujar George sambil mengedipkan sebelah matanya. Tetapi, kedipan matanya tampak terlihat sebagai sebuah ejekan yang begitu jelas, sampai-sampai adik bungsunya, Shirley tertawa mencibir.Namun, seperti biasa, Bill masih bersikap tenang dan tidak terpengaruh dengan gangguan kecil itu. Sang pengantin perempuan pun berbicara, "Apa kita harus membuka kado dari tamu sekarang, Sayang?"Shirley Wood menatap sang suami dan melempar senyum sensual yang memikat. Peter membalas dengan sebuah kecupan singkat di bibir, "Jika kau ingin, ayo kita lakukan, Sayang.""Baiklah, ayo minta pembawa acara mengumumkannya," ucap Shirley.Sebelum sepasang pengantin baru itu meninggalkan Bill dan Cassandra, Shirley menyempatkan diri berkata, "Jangan pikir aku berha
Cassandra menggigit bibir bawahnya, "Bill, kau yakin kado itu tidak akan mempermalukan kita kan? Kalau kau tidak yakin, aku sudah menyiapkan kado untuk mereka. Aku sudah membeli kalung perak, memang tidak terlalu mahal tapi aku yakin mereka tidak akan berani menghinanya. Aku ... aku-""Sayang, tenanglah! Sekali lagi, kau tidak usah cemas. Percayalah padaku kali ini saja!" ucap Bill lembut.Cassandra susah mempercayainya, tapi karena tidak memiliki pilihan apapun ia pun mengangguk. Setelahnya, Shirley mulai membuka kado berbungkus hitam itu dan matanya terbelalak kaget.Dengan tangan gemetar ia menyentuh sebuah kepingan emas yang terukir sebuah nama di sana. Ia tidak tahu apakah itu emas murni sehingga tidak tahu bagaimana harus berkomentar. Peter pun mengambil piringan emas yang cukup besar itu dan mulai membaca dengan suara agak bergetar, "Jenderal Mackenzie. Ini kan potretnya. Iya, ini tidak salah lagi. Ini gambar jenderal perang Kerajaan Ans De Lou."Peter meneliti piringan itu de
"Ya, hanya tiga.""Dia tidak salah hitung kan?" George masih begitu berharap hal yang dikatakan oleh Bryan itu salah.Bryan membalas, "Kalau salah hitung, dia pasti sudah digantung oleh Raja Keannu."Ah, benar juga. Seorang pengawal kerajaan pastilah tidak mungkin dipilih dengan begitu mudahnya. Serangkaian tes pasti telah dilalui, rasanya tidak mungkin pengawal itu akan melakukan kesalahan dalam hitung menghitung.George dengan terpaksa bertanya lagi, "Lantas, yang satunya ada di mana?""Kata rekanku yang bertugas menjaga tempat itu, Andrew Reece mendapatkan perintah dari Jenderal Mackenzie untuk memberikan benda itu pada orang yang bernama ... tunggu sebentar, aku tanya lagi. Aku lupa namanya," jawab Bryan.Aura Christopher sudah menggelap bagaikan burung gagak yang ingin mencakar mangsanya. Sementara George terlihat mulai gelisah hingga menggenggam ponsel miliknya dengan lebih erat. Ia sangat resah, tidak ingin apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginannya.Di bagian aula di ma
Christopher terhenyak untuk sesaat. Kata-kata yang dilontarkan oleh Bill terdengar begitu dingin dan membuatnya merinding. Ini pertama kalinya Bill seperti itu. Christopher bahkan merasa jika aura Bill tampak berbeda. Lebih memiliki power dan sanggup membuat orang lain terdiam.Kakek tua itu bahkan harus menelan ludah dan membasahi bibirnya guna mengatasi ketidaknyamanannya saat mendengar perkataan Bill."Kau ... tetap-""Tidak. Aku tidak akan pernah menceraikan Cassie. Dan Kakek tidak berhak menyuruh Cassie melakukan itu. Ayolah, jangan menjilat ludah sendiri, Kek!"Christopher membelalakkan mata, "Kurang ajar. Aku tidak-""Tidak menjilat ludah sendiri tapi pura-pura lupa akan kesepakatan yang baru saja diucapkan sekitar satu jam yang lalu?" sela Bill."Atau memang tidak menganggap kata-kata tadi serius?" lanjut Bill.Christopher menjawab, "Kau sekarang pintar sekali memainkan kata-kata. Apa ini yang kau dapat dari menghilang selama satu bulan lebih?"Bill tersenyum dingin, "Anggap s
"Apakah aku perlu memberitahumu soal ini, Gardner?" tanya Keannu.Jelas sekali ini sangat buruk. Keannu Wellington dikenal memiliki tingkat kesopanan yang cukup tinggi dan tidak akan mungkin menyinggung orang lain dengan mulutnya. Jody Gardner pun tersadar jika saat ini sang raja sedang tidak suka dengannya sampai hanya memanggil nama belakangnya saja tanpa titelnya.Tak mau membuat keadaan malah semakin tidak mengenakkan, Jody buru-buru berkata, "Tidak, Yang Mulia. Anda tidak perlu ... memberitahu saya. Ini urusan Anda dengan Jenderal Mackenzie."Sudut bibir Keannu terangkat sedikit, tampak senang dengan jenderalnya yang cepat tanggap."Bagus, kalau kau sudah mengerti," kata Keannu."Terus, ada lagi yang ingin kau tanyakan?" lanjut Keannu."Tidak ada, Yang Mulia," jawa Jody dan ia pun segera undur diri dari istana pribadi sang raja.Ia sedang menahan kemarahannya hingga tidak berbicara sepatah kata pun selama berjalan.Sang jenderal dengan tergesa-gesa ke luar bersama Steven yang se
"Eh, itu ... itu ... tak usah kau hiraukan lagi, aku hanya sedang linglung," jawab Steven tergesa-gesa.Ia baru saja tersadar jika ia terlalu banyak bicara. Bagaimanapun juga, ia adalah anak buah langsung Jenderal Gardner, tidak seharusnya ia membicarakan permasalahan itu dengan orang lain. Ia bisa saja dituduh menyebarkan rahasia sang jenderal.Astaga, apa yang baru saja ia lakukan? Ia sudah menjadi bawahan sang jenderal perang selama 2 tahun lamanya dan selama itu tidak pernah berbuat kesalahan sedikit pun. Lantas, mengapa sekarang ia malah berbuat salah? Sungguh, Steven ingin menjahit mulutnya sendiri agar tak lagi membocorkan keburukan jenderalnya. Meskipun hanya secuil."Ah, tapi tadi kau bilang Jenderal Gardner baru saja melakukan sesuatu. Apa itu? Apakah dia membuat-""Tidak, tidak. Aku salah bicara. Baiklah, aku akan pergi dulu. Ada tugas yang harus aku selesaikan," pamit Steven dengan segera. Wallace terlihat menaruh curiga, tetapi ia memilih untuk tidak memikirkan hal itu d
Bill dengan begitu tenangnya menjawab, "Adik iparku menikah. Apa aku tidak boleh hadir?""Tidak ada yang mengundangmu datang dan tak ada yang mengharapkan kedatanganmu," ucap Shirley sambil menatap malas pada kakak iparnya itu."Aku ingin dia hadir," ujar Cassandra.Bill tersenyum, senang istrinya berkata demikian."Cassie! Jadi, kau yang memberitahunya?" giliran Christopher yang bertanya.Peter Green yang melihat situasi sedang menegang, tidak terlalu memperhatikan. Ia masih setia dengan piringan emas yang selalu dia bawa ke mana-mana."Tidak, Kek. Aku-""Kek, keluarga Wood itu cukup terpandang. Kabar dengan mudahnya menyebar," kata Bill.Christopher mendengus keras, sangat kesal. "Dari mana kau dapatkan piringan emas itu? Awas saja, kalau kau membawa masalah pada kami.""Mengenai hal itu, aku tidak bisa memberitahumu. Tapi, yang pasti benda itu aman," ujar Bill.Peter Green tiba-tiba saja berkata, "Well, Bill. Kau tahu, Jenderal Mackenzie itu idolaku. Aku selalu mengikuti beritanya.
Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha
Orang-orang pun berniat mendekati Riley, hendak membantunya. Akan tetapi, ketika mereka melihat James Gardner yang bergerak mendekati Riley, mereka pun hanya bisa diam di tempat mereka.James dengan cepat menangkap tubuh Riley yang terhuyung-huyung seolah tidak sanggup menahan beban tubuhnya sendiri.James mendesah pelan, “Apa yang kau sedang lakukan?”“Mencegahmu pergi,” jawab Riley dengan lemah.James membuang napas dengan kasar dan memapah Riley yang ternyata masih begitu lemah.“Kau tidak perlu membuang-buang waktu dan tenagamu,” kata James.“Mengapa? Kau tidak harus pergi, James. Kau-”“Ini sudah keputusanku,” potong James cepat.Riley menggelengkan kepala, menatap pemuda yang hanya terpaut satu tahun lebih tua darinya itu. “Kau tidak bersalah. Akulah yang brengsek karena ingin mempertahankan sebagai sahabatku.”“Senang sekali kau mengakuinya,” balas James yang kemudian diiringi senyuman samar.“Jika ada yang harus pergi dari sini, maka akulah orangnya, bukan kau,” kata Riley.Ja
Rowena mengangguk lemah, sementara keempat prajurit yang juga berada di dalam ruang rawat itu langsung saling lempar pandang. Riley sendiri butuh beberapa waktu untuk memproses informasi tersebut.Namun, Reiner langsung bertanya, “Yang Mulia, lalu … di mana wakil jenderal perang berada sekarang?”Rowena menoleh dengan cepat, “Aku tidak tahu. Aku … hanya mendengar berita itu dari pelayan istana, baru saja. Mungkin … dia sudah kembali ke asrama atau-”“Terima kasih, Yang Mulia,” Reiner memotong ucapan Rowena dengan cepat akibat terlalu panik.Setelah itu Reiner langsung memberi penghormatan pada sang putri raja dan cepat-cepat meninggalkan area tersebut bersama dengan Diego.Ben juga berujar, “Riley, aku ke sana dulu. Nanti aku … akan ke sini lagi.”Alen ikut mengangguk, “Jangan khawatir! Kami akan langsung memberitahumu bila kami sudah tahu apa yang sedang terjadi.”Riley hanya bisa menatap kepergian teman-temannya dengan tatapan penuh kebingungan.Tinggalah hanya Rowena yang berada d
Awalnya Riley sangat ingin memaksa James untuk menjawab perkataannya, namun dia tidak lagi melakukannya saat dia akhirnya memahami James mungkin membutuhkan waktu untuk sendiri.Dia pun menghela napas pelan, “Aku akan bicara lagi dengannya nanti.”Sementara itu, di luar ruang Riley, semua orang yang merupakan teman baik dari kedua anak muda yang sedang memiliki masalah yang cukup rumit itu sontak menatap James dengan tatapan penuh tanya.Ketika Alen dan Ben hanya diam saja lantaran tidak berani bertanya, Diego dengan santai bertanya, “Kau … sudah berbicara dengan Riley?”James mengangguk.“Lalu … bagaimana?” Reiner bertanya dengan nada was-was.James tidak menjawab pertanyaan Reiner dan hanya berkata, “Aku akan kembali ke asrama dulu.”Shin yang mendengar hal itu menggigit bibir dan membalas, “Aku akan menemanimu.”James tidak menolak dan membiarkan Shin ikut bersamanya, sementara Diego dan Reiner tetap di sana.Setelah James dan Shin tidak terlihat lagi di sana, Alen memutuskan masuk
James tertawa penuh kecewa ketika dia melihat Riley hanya diam sajaRiley sontak menatapnya tanpa kata.“Kenapa? Apa kau … jangan-jangan memang tidak pernah memiliki niat sekalipun untuk memberitahu masalah itu kepadaku?” James berkata dengan nada tajam.Riley membuka mulut tapi ternyata tidak ada satupun kata-kata yang keluar dari mulut Riley.James semakin kesal melihatnya, “Ah, jadi begitu. Aku mengerti sekarang.”James manggut-manggut dan melangkah mundur, membuat Riley terkejut.“James, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan,” kata Riley pada akhirnya bisa membalas ucapan James.James menggelengkan kepala.“Kau memangnya tahu apa yang sedang aku pikirkan, Riley?” James berkata dengan nada sinis.Pemuda itu tidak bisa lagi menyembunyikan rasa kecewanya yang sangat besar, “Kau tidak tahu, Riley. Tapi … aku bisa tahu apa yang sedang kau pikirkan.”“James, aku … tahu aku sudah bersalah kepadamu. Tapi, tolong mengertilah! Posisiku sangat sulit. Aku tidak ingin kau … membenciku
Shin dan Reiner seketika saling melempar pandang, seakan sama-sama bingung harus meninggalkan area itu sesuai permintaan James atau tidak.Akan tetapi, alasan mereka ragu-ragu tentu saja bukan karena mereka berdua khawatir bahwa James akan menyakiti Riley. Justru keduanya lebih mengkhawatirkan James.Sayangnya, James yang tidak mendapatkan jawaban dari dua orang temannya itu sontak menoleh dengan kening berkerut, “Kenapa? Apa kalian berdua tidak percaya padaku?”“Kalian … berpikir aku akan berbuat hal yang … sampai menyakiti Riley? Apa seperti itu?” James menambahkan dengan raut wajah sedih.Shin cepat-cepat menoleh ke arah James, “Tentu saja tidak. Kau tidak akan melakukan hal seburuk itu.”“Jangan salah paham, James! Justru kami … hanya sangat khawatir terhadapmu,” Reiner berujar pelan.James terkejut dan ketika dia menatap kedua temannya itu secara bergantian, dia langsung tahu bahwa kedua teman baiknya itu sama sekali tidak sedang berbohong.Pemuda itu memejamkan matanya dan langs
Ben sontak menundukkan kepala.James pun seketika memejamkan matanya, benar-benar tidak mempercayai sebuah kenyataan yang menyakitkan telah menamparnya.Sementara Shin menatap temannya itu dengan pandangan penuh kekecewaan.Dia menyentuh bahu Ben dan bertanya, “Kau tahu soal rahasia besar ini dan kau … diam saja? Apa yang sudah kau lakukan?”Ben terdiam.Shin menghela napas panjang dan memperhatikan ekspresi semua prajurit yang merupakan teman-teman baiknya itu. Pria itu mendesah pelan, “Bukankah kita ini … semuanya teman? Bagaimana bisa kau … dan kau menyembunyikan hal penting ini?”Ben mengangkat kepala, “Lalu, kau berharap aku melakukan apa?”“Melakukan apa katamu?” balas Shin sengit.“Kau pikir itu mudah? Menyembunyikan rahasia sebesar ini? Pikirmu … apa yang terjadi jika aku memberitahu kau dan yang lain? Apalagi James. Dia … pasti akan bertengkar dengan Riley. Mereka akan-”“Sialan!” James mengumpat karena sudah tidak tahan.Pemuda itu berkata, “Jangan berlagak kau tahu tentang
Sedangkan William juga mulai kebingungan menenangkan istrinya yang kian menangis tersedu-sedu.Akan tetapi, tangisan Cassandra akhirnya berhenti kala dia melihat pintu ruang operasi tersebut terbuka.Semua orang juga langsung menatap ke arah pintu, menunggu dengan cemas.Di saat beberapa orang dari tim medis telah keluar, William dan Cassandra langsung berjalan mendekat.“Dokter,bagaimana dengan keadaan putra saya?” William bertanya.Sang dokter berusia senja itu menatap ke arah pria paruh baya yang sedang menatapnya penuh kecemasan. “Jenderal Mackenzie,” sapa dokter itu setelah dia memperhatikan wajah William.William mengangguk, “Iya, Dokter Sigmund. Ini saya.”Sigmund terkejut, “Riley Wood, maksud saya Jenderal Wood adalah … putra Anda?”“Iya, Dokter,” jawab William.James hanya menatap kosong ke arah depan, seolah telah siap mendengar penyataan itu. Sedangkan, Reiner dan prajurit lain hanya bisa memekik kaget lantaran sebuah fakta penting yang baru saja terungkap di depan mereka.
Tidak butuh waktu lama bagi James Gardner untuk memahami semuanya. Bahkan, setelahnya dia melihat Alen Smith menyapa wanita dan pria baruh baya yang jelas merupakan sepasang suami istri tersebut. “Alen, Alen. Kau … staf medis, bukan?” Cassandra bertanya pada pemuda yang sudah pernah dia temui itu.“Riley akan baik-baik saja. Iya kan?” Cassandra berkata dengan penuh kepanikan.Alen mengangguk, “Anda tidak perlu khawatir, Nyonya Mackenzie. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Riley.”James masih terdiam di tempatnya berdiri. Perkataan Alen pun sudah menjelaskan segalanya. Alen, salah satu sahabat baiknya itu juga mengetahui semua yang terjadi. James memejamkan matanya selama beberapa detik dan memilih untuk menahan dirinya saat itu.Pemuda itu kembali memegang bagian pinggir ranjang Riley lalu membantu untuk mendorong lagi. Dia lalu berkata pelan, “Alen, cepatlah sedikit!”Alen langsung terkejut dan menatap penuh rasa bersalah pada James seolah-olah dia sudah tahu a