Share

10. Bill Stewart

Penulis: Zila Aicha
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-15 23:37:51

"Wah! Jangan buru-buru memikirkan hadiahnya, kawan!" ucap Harry dengan tatapan meremehkan.

"Tapi tidak masalah. Toh dia juga akan kalah, Harry, berikan saja apa yang dia mau!" ujar Drake.

Harry mendesah malas tapi kemudian ia berkata, "Oke. Setuju. Tapi jika kau yang kalah, kau yang harus menjadi pelayan kami. Mengerti?"

Bill tersenyum tipis dan mengangguk.

Drake pun mulai melancarkan serangan tapi dengan mudah bisa dihindari oleh Bill. Hingga pukulan yang keempat, Drake masih juga belum berhasil hingga membuat Harry gemas. "Biarkan aku menggantikanmu!"

Drake dengan kesal menyingkir dan kini giliran Harry yang mulai menyerang Bill. Andrew yang diam sambil menyaksikan itu luar biasa senang. Ia sekarang mengerti. Gerakan bela diri yang ditunjukkan oleh Bill bisa dikatakan merupakan gerakan bertahan, bukan menyerang.

Selama ini, ia memang lebih pandai dalam menyerang dibandingkan dengan bertahan. Maka, kali ini ia merasa penuh antusias saat mendapatkan ilmu lain.

"Sial! Dari mana kau b
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Sang Dewa Perang Terkuat    11. Penasihat Perang

    "Jenderal Gardner, apa kau baru saja mempertanyakan keputusanku?" tanya Keannu, terlihat tersinggung. Jody Gardner jelas sekali tidak suka tapi ia mencoba menahan diri, "Tidak, Yang Mulia. Ampun, Yang Mulia. Saya hanya ingin mendapatkan penjelasan saja. Saya berpikir sudah melakukan yang terbaik. Tapi, ternyata Anda malah-" "Tenanglah, Jenderal. Ini bukan berarti aku tidak menghargai usaha dan perjuanganmu. Justru sebaliknya, demi mempermudah tugasmu, aku memberi seorang Penasihat Perang untukmu." Keannu menoleh pada Bill yang terlihat mengangguk. Jody malah semakin kesal, jelas perkataan Keannu hanyalah dusta. Raja muda itu pastilah meragukan kemampuannya sehingga menunjuk orang tidak dikenal sebagai penasihatnya. Sungguh menjengkelkan. "Tapi saya tidak pernah mendengar nama 'Bill Stewart', Yang Mulia," ucap Gardner. Keannu segera berkata, "Tentu saja kau tidak pernah mendengarnya. Dia bukan berasal dari kawasan Eropa sini. Dia berasal dari kawasan jauh." Bill mengernyitkan dah

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    12. Ahli Sejarah

    "Penasihat Perang harus berada di sisi Jenderal Perang, bukan? Tentu dia harus tinggal di dekatmu." Keannu menjelaskan sambil menatap Jody dari singgasananya. Jody tidak bisa membantahnya. Meskipun ia tidak menyetujuinya, tapi itu merupakan sebuah titah raja yang harus ia terima. "Baiklah kalau begitu, Yang Mulia," ucap Jody. Andrew kembali berbisik, "Kenapa Jenderal Gardner terlihat tidak nyaman?" "Siapapun akan merasa begitu, Reece. Raja Keannu mengungkapkannya di publik, lihat saja. Dia pasti akan sangat membenciku," ujar Bill. Andrew menggaruk bagian belakang kepalanya, "Saya tidak-" "Jangan dipikirkan! Tidak masalah dia membenciku, asalkan dia tidak mencurigai identitas asliku." Andrew mengangguk. Bill segera bertanya lagi, "Apakah kau sudah mengirim orang untuk menggagalkan rencana perjodohan istriku dengan pria itu?" "Hari ini anak buah saya tiba di kediaman keluarga Wood, Jenderal. Anda tidak perlu khawatir." "Apa yang akan dilakukan oleh dia?" tanya Bill. "Sedikit me

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Sang Dewa Perang Terkuat    13. Hukuman Kekalahan

    Jody Gardner yang sedang mengenakan jas bulunya membalikkan badan, menatap Anthony dengan raut wajah yang penuh dengan kebingungan."Kenapa bertanya soal hukuman kekalahan?" tanya Jody.Anthony membasahi bibir bawah, terlihat semakin gugup. "Apa sekarang kau mau berkata kalau kau tidak yakin aku menang? Apa strategi perangmu itu payah?" tanya Jody dengan tatapan tajam yang membuat Anthony bergerak mundur karena takut."Ti-tidak, Jenderal. Bukan seperti itu, saya hanya ingin tahu." Jody menatapnya dengan penuh selidik sebelum akhirnya menjawab, "Ah, begitu. Tentu saja hukuman mati."Anthony tercengang, lebih tepatnya ia terlalu kaget. "Hu-kuman mati?""Ya. Kenapa? Kau takut?" tanya Jody.Anthony tidak menjawab tapi ekspres wajahnya seharusnya sudah bisa menunjukkan pada Jody jika ia memang ketakutan setengah mati. Anthony bahkan mengira jika mungkin warna kulitnya telah berubah memutih dengan sempurna. "Ah, seharusnya kau tidak perlu takut."Anthony masih tak bersuara, masih terlalu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Sang Dewa Perang Terkuat    14. Ini Semua Salahku!

    "Tidak. Hukuman tak bisa dibatalkan tapi ...." Bill tidak melanjutkan ucapannya dan malah meninggalkan Andrew. Lelaki bertubuh tinggi besar itu tergesa-gesa berjalan menuju ke bagian istana tempat tinggal Keannu. Andrew yang tadinya tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaanya, dengan begitu setia mengikutinya tanpa kata. Ia tidak berani bertanya apapun dan hanya berdiri tepat di belakangnya. Bill yang juga baru tersadar jika ia tidak mungkin diizinkan masuk ke dalam istana raja itu pun berhenti berjalan, lalu menoleh ke arah Andrew. "Bisakah kau-" "Bisa, Jenderal. Mohon tunggu sebentar!" ucap Andrew dengan cepat mengerti. Pria muda yang perna memiliki cedera cukup berat itu pun segera masuk dan berbicara dengan penjaga di sana. Bill hanya melihatnya tanpa suara. Pikirannya kembali melayang ke waktu di mana ia masih berjaya dulu. Saat itu, semua orang segan kepadanya. Bukan hanya sekedar menghormatinya tapi banyak juga yang menyukainya karena karakternya yang baik. Ia memang dik

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-17
  • Sang Dewa Perang Terkuat    15. Lepaskan Aku, Sialan!

    Bill tidak sempat menjawabnya lantaran sang raja tiba-tiba memiliki tamu dan terpaksa menyudahi pertemuannya dengan Bill. Bill pun harus merasakan kegagalan membela seseorang.Anthony yang merupakan ahli sejarah itu pada akhirnya dieksekusi dengan tiga tembakan yang diluncurkan kepadanya. Tembakan itu tepat mengenai alat vitalnya dan membawanya pada kematian.Dua hari setelah kejadian itu, Bill secara resmi diangkat menjadi Penasihat Perang di Kerajaan Ans De Low dan mulai berpindah di ke gedung Emas untuk tinggal bersama dengan Jody Gardner."Kau tahu, Stewart. Kau mendapatkan posisi itu setelah menghilangkan nyawa ribuan orang, apa kau senang akan hal itu?" ujar Jody Gardner saat Bill pertama kali menginjakkan kakinya di gedung itu.Bill tersenyum, "Jenderal, saya hanya menuruti perintah Raja Keannu.""Oh iya? Kau pikir aku percaya?" balas Jody, menatap tajam pada Bill. Pria itu jelas tidak bisa menerima Bill dengan suka rela. Dia hanya terpaksa menerima Bill atas perintah raja.Ia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    16. Pernikahan Sang Adik Ipar

    "Kau ... siapa?" tanya Shirley dengan terbata-bata.Pria berbadan tinggi besar dan tegap itu tersenyum lebar, "Kau lupa padaku, Adik Ipar?"Shirley hampir saja pingsan saat mendengar suara itu, menatap tidak percaya. Begitu juga dengan Cassandra yang tampak terkejut, terpaku sekaligus terpana akan perkataan sang pria dengan setelan jas hitam yang tampan elegan itu."Bill?" ucap Cassandra masih sulit percaya."Iya, Sayang. Ini suamimu," ujar Bill sambil tersenyum pada istrinya.Shirley berusaha menyadarkan diri, "Kau ... mana mungkin si pecundang itu?'Bill memutar badan dan menatap adik ipar yang begitu sering menghinanya itu, "Ah, apa aku harus mengatakan apa saja kata-kata hinaan yang kau lempar padaku saat dulu?"Shirley membuang napas dengan kasar. Oh, itu jelas Bill, kakak iparnya yang merupakan orang rendahan. Hanya Bill yang suka melontarkan kata-kata sindiran pedas semacam itu, ia tidak mengenal pria lain yang akan melakukan hal itu.Cassandra berkata dengan emosi yang bercamp

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-18
  • Sang Dewa Perang Terkuat    17. Aku Tidak Berubah

    "Sudah aku letakkan di sana," ucap Bill seraya menunjuk ke arah tumpukan kado yang ada di dekat pintu bagian kanan.Peter Green berkata, "Ah, aku begitu ingin melihatnya.""Ya, benar. Aku juga. Apa yang akan diberikan oleh adik ipar tersayangku ini?" ujar George sambil mengedipkan sebelah matanya. Tetapi, kedipan matanya tampak terlihat sebagai sebuah ejekan yang begitu jelas, sampai-sampai adik bungsunya, Shirley tertawa mencibir.Namun, seperti biasa, Bill masih bersikap tenang dan tidak terpengaruh dengan gangguan kecil itu. Sang pengantin perempuan pun berbicara, "Apa kita harus membuka kado dari tamu sekarang, Sayang?"Shirley Wood menatap sang suami dan melempar senyum sensual yang memikat. Peter membalas dengan sebuah kecupan singkat di bibir, "Jika kau ingin, ayo kita lakukan, Sayang.""Baiklah, ayo minta pembawa acara mengumumkannya," ucap Shirley.Sebelum sepasang pengantin baru itu meninggalkan Bill dan Cassandra, Shirley menyempatkan diri berkata, "Jangan pikir aku berha

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19
  • Sang Dewa Perang Terkuat    18. Mati, Kau!

    Cassandra menggigit bibir bawahnya, "Bill, kau yakin kado itu tidak akan mempermalukan kita kan? Kalau kau tidak yakin, aku sudah menyiapkan kado untuk mereka. Aku sudah membeli kalung perak, memang tidak terlalu mahal tapi aku yakin mereka tidak akan berani menghinanya. Aku ... aku-""Sayang, tenanglah! Sekali lagi, kau tidak usah cemas. Percayalah padaku kali ini saja!" ucap Bill lembut.Cassandra susah mempercayainya, tapi karena tidak memiliki pilihan apapun ia pun mengangguk. Setelahnya, Shirley mulai membuka kado berbungkus hitam itu dan matanya terbelalak kaget.Dengan tangan gemetar ia menyentuh sebuah kepingan emas yang terukir sebuah nama di sana. Ia tidak tahu apakah itu emas murni sehingga tidak tahu bagaimana harus berkomentar. Peter pun mengambil piringan emas yang cukup besar itu dan mulai membaca dengan suara agak bergetar, "Jenderal Mackenzie. Ini kan potretnya. Iya, ini tidak salah lagi. Ini gambar jenderal perang Kerajaan Ans De Lou."Peter meneliti piringan itu de

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19

Bab terbaru

  • Sang Dewa Perang Terkuat    62. Sebuah Pendapat

    Pernyataan Rowena yang bertubi-tubi itu ternyata tepat sasaran. Xylan Wellington dibuat tidak berdaya. Raja muda Kerajaan Ans De Lou itu bahkan tidak mampu memberikan balasan meskipun hanya beberapa patah kata saja.Sedangkan Rowena yang merasa bahwa sang adik mulai memahami penjelasannya akhirnya dia bisa menghela napas lega.Rowena pun berkata pelan, “Aku tidak merasa lebih hebat darimu dalam hal pemerintahan. Tentu saja kau jauh lebih pintar dariku. Kau raja. Namun, aku tahu bagaimana menilai orang. Dan menurutku … kau tidak boleh percaya begitu saja pada Gary Davis hingga kau benar-benar yakin dan menemukan banyak hal tentangnya.”Xylan masih terdiam.Pemuda itu bukan tidak mau membalas perkataan kakak perempuannya. Dia hanya tidak tahu bagaimana melakukannya.Saat itu dia hanya merasa sangat ceroboh. Mendengar perkataan sang kakak, dia sungguh-sungguh sangat malu.“Ya sudah, aku harus melihat Kharel. Aku sudah terlalu meninggalkannya sendirian,” Rowena akhirnya berkata setelah me

  • Sang Dewa Perang Terkuat    61. Berlebihan

    Dengan bahu lemas Rowena mengangguk pelan, mengiyakan perkataan Xylan yang memang benar menurutnya.Xylan tercengang, tidak percaya. Memang ada orang seperti itu? Jenderal perang bukanlah jabatan yang sembarangan. Mana mungkin ada orang yang rela memberikan jabatan penting itu untuk orang lain? Itu tidak masuk akal, Xylan membatin dengan kening terlipat.Rowena memperhatikan reaksi adik laki-lakinya itu dan kemudian dia pun mendesah pelan. Wanita muda itu berkata, “Iya, aku tahu orang tak akan mudah percaya kalau ada orang seperti Riley. Namun, … setiap orang yang mengenal Riley dengan sangat baik sudah pasti berpikir bahwa hal yang dilakukan oleh Riley itu bukanlah hal besar untuknya.” “Dia bukanlah orang yang gila jabatan penting dan dia tidak akan segan-segan untuk mengorbankan dirinya, termasuk jabatan dan bahkan nyawanya sekalipun untuk orang lain,” Rowena menambahkan, memperkuat argumen yang dia yakini memang benar.Xylan masih terlihat tidak yakin dan malah sepenuhnya meragu

  • Sang Dewa Perang Terkuat    60. Tujuan Riley

    Diperlakukan seperti seorang anak kecil oleh Rowena, tentu saja Xylan tidak mau menerimanya. Dia itu seorang raja. Dia tidak ingin wibawanya jatuh di hadapan semua orang hanya karena masih dianggap seperti bocah oleh kakak perempuannya itu.Secara cepat dia menoleh ke arah sekelilingnya guna melihat apakah ada orang yang melihat sang kakak menyentuh rambut bagian kepala belakangnya. Akan tetapi, dia menghela napas lega ketika tidak ada yang melihatnya.Ah, aku sudah menjadi raja. Siapapun tidak akan berani melihat ke arahku jika aku tidak memberi mereka izin, Xylan berkata dalam hati. Pria muda itu menggelengkan kepala, merasa terlalu mengkhawatirkan hal yang tidak terlalu penting.“Bukan. Bukan aku tidak percaya kepadamu, Rowena. Masalahnya adalah … itu ….”Oh, Xylan kehilangan kata-kata. Dia kesulitan merangkai kata-kata, takut bila perkataannya bisa menyinggung sang kakak.Tetapi, dia melihat Rowena terdiam, seolah memang menunggu lanjutan ucapannya sehingga dia pun berujar, “Beg

  • Sang Dewa Perang Terkuat    59. Kau Tidak Percaya?

    Lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Nick Collins, si pria cerewet itu, akhirnya Gary Davis menjawab, “Tidak ada. Aku hanya ingin tidur. Apakah kau keberatan jika aku memejamkan mata sekarang?”Nick Collins mengedipkan mata, terlihat tampak kecewa.Tapi, Gary tidak peduli dan menambahkan, “Aku sangat lelah. Hari ini penobatan Raja Xylan. Banyak sekali hal yang aku lakukan.”Gary menghela napas lelah dan memasang ekspresi wajah memelas sehingga Nick menjadi kasihan.Dia pun langsung menanggapi, “Oh, maafkan aku. Gara-gara aku kau jadi tidak bisa beristirahat. Baiklah, silakan ambil waktumu.”Gary Davis tersenyum penuh terima kasih dan segera memejamkan mata.“Selamat beristirahat, kawan!” kata Nick kala dia melihat kedua mata Gary telah terpejam.Tidak lupa dia menambahkan, “Kita bisa lanjut mengobrol nanti.”Tidak usah, tidak perlu, Gary membatin sambil masih memejamkan mata.Dia tentu saja tidak mau repot-repot membalas ucapan Nick dan tetap berpura-pura tidur. Padahal sesungguhnya

  • Sang Dewa Perang Terkuat    58. Penumpang Cerewet

    Pemuda berusia 23 tahun itu melonggarkan bagian kerah kemejanya dan kemudian duduk dengan nyaman. Wajahnya tampak cerah penuh senyuman. Bahkan, salah seorang penumpang lain yang duduk satu kompartemen dengannya merasa bila pemuda yang membawa tas ransel dengan lambang Kerajaan Ans De Lou itu merupakan pria muda yang sangat ceria.“Maaf, di mana Anda akan turun?” Gary bertanya untuk sekedar berbasa-basi dengan teman satu kompartemennya itu.Pria yang terlihat seusia dengannya itu pun menjawab, “Vues Hill.”Gary mengangguk, “Oh, Anda berarti turun sebelum saya.”“Anda memang turun di mana?” pria itu bertanya balik. “Ah, saya akan turun di stasiun terakhir, Wenderstein,” jawab Gary.Pria itu mengerutkan dahi, “Wenderstein? Anda berasal dari daerah … yang pernah menjadi milik Kerajaan Sealand rupanya.”Gary tersenyum ramah dan mengangguk, “Anda sepertinya mengetahui daerah saya.”Pria itu langsung manggut-manggut, “Tentu saja. Saya pernah pergi ke sana beberapa kali.”Gary sebetulnya en

  • Sang Dewa Perang Terkuat    57. Satu Hari Cukup?

    “Mohon ampuni saya, Yang Mulia. Saya … akan berhenti berbicara dan mendengarkan Anda,” kata Gary Davis yang setelah mengucapkan hal itu segera menutup mulutnya rapat-rapat. Lelaki muda itu pun juga menundukkan kepala seolah takut bila dirinya akan membuat sang raja muda murka kepadanya.Xylan mendesah pelan melihat kepatuhan asisten pribadinya itu dan kemudian menanggapi, “Gary, aku … sudah mengingkari janjiku. Aku tidak bisa membuatmu menempati posisi penting di istana ini.”Dia mengamati ekspresi wajah Gary yang sialnya tidak terlihat olehnya karena kepalanya tertunduk agak dalam.Tetapi, melihat Gary yang tidak bergerak sedikitpun Xylan yakin Gary mendengarkan semua perkataannya dengan baik-baik.“Tapi … bukan berarti aku tidak bisa melakukannya selamanya,” Xylan melanjutkan.Perkataan Xylan berhasil membuat Gary sedikit menggerakkan kepalanya tapi masih tetap dalam posisi tertunduk.Xylan tersenyum samar dan menambahkan, “Iya, Gary. Kau tidak salah mendengar. Aku hanya menunda pe

  • Sang Dewa Perang Terkuat    56. Katakanlah, Yang Mulia!

    “Jenderal Gardner, kau selalu bisa membaca apa yang ada di dalam otakku,” Xylan menjawab pelan.Sudut bibir James pun terangkat sedikit membentuk sebuah senyuman tipis.“Katakanlah, Yang Mulia! Saya siap membantu Anda,” James berujar santai.Xylan menganggukkan kepala, “Ini tentang kau.”“Tentang saya?” James mengulang dengan ekspresi terkejut.Pria muda itu sama sekali tidak mengira bahwa jawaban dari sang raja justru mengenai dirinya. Dia pikir yang dimaksud Xylan adalah kekhawatirannya terhadap pemerintahan. Dengan nada bingung dia bertanya, “Apakah ada sesuatu yang saya lakukan mengganggu Anda, Yang Mulia?” Xylan menggelengkan kepala dengan tegas, “Tidak. Kau justru lebih banyak membantuku dan itu sudah di luar ekspektasiku.”Hal itu tentu semakin membuat James tidak mengerti, “Lantas apa yang Anda pikirkan tentang saya?”“Ini soal perjanjian kita sebelum aku dilantik,” jawab Xylan.Dahi lebar James mengerut, tapi dia segera menyadari dengan cepat tentang apa yang dimaksud oleh

  • Sang Dewa Perang Terkuat    55. Tidak Kecewa?

    Seorang staf wanita dari kementerian lain seketika menertawakan perkataan Celine Klein. Wanita muda itu adalah Lucy Berry.Tetapi Celine, wanita muda berusia dua puluh lima tahun itu hanya menatapnya dengan alis terangkat sebelah. Dia tidak tampak terganggu sama sekali, justru penasaran.Beberapa orang juga akhirnya ikut tertawa bersama wanita yang juga terlihat seusia dengan Celine.Dikarenakan tidak mendapatkan tanggapan sesuai yang dia inginkan, Lucy berkata dengan nada sinis, “Kenapa kalau Raja Xylan memilih seorang wanita dari kalangan biasa? Apa … kau berminat menjadi istrinya?”Celine hendak menjawab, tapi Lucy menertawakan dirinya lagi dan berujar, “Jangan terlalu banyak berharap! Meskipun Raja Xylan memilih seorang wanita yang bukan berasal dari anggota keluarga kerajaan, dia tetap tidak mungkin melirik seorang staf biasa sepertimu.”Tatapan matanya pada Celine jelas sangat meremehkan, namun Celine tetap terlihat tenang dan santai.Wanita muda itu malah dengan berani berkata,

  • Sang Dewa Perang Terkuat    54. Raja Terbaik?

    Perkataan Perdana Menteri Kerajaan Ans De Lou yang telah berjasa banyak untuk negeri itu seketika membuat sebagian besar menteri di istana itu menjadi terkesima.Banyak di antara mereka yang takut bernapas. Bahkan, ada juga yang tidak berani hanya sekedar menggerakkan bola mata mereka. Hal itu lantaran menurut mereka Philip Crawford terlalu berani sehingga mereka berpendapat bahwa kali itu raja muda yang baru saja dilantik itu pasti akan kehilangan kesabarannya dan marah besar.Reiner Anderson, salah satu komandan perang di negeri itu hampir merasa jika hal itu adalah akhir dari perdebatan yang terjadi antara dua orang yang berbeda generasi itu.“Perdana Menteri Crawford pasti tamat kali ini. Raja Xylan tidak mungkin membiarkannya,” kata Reiner dengan nada suara terdengar penuh kengerian.Josh Cleve mengedipkan mata dan berkata, “Kau benar, Rei. Tuduhan itu sedikit keterlaluan menurutku. Kalau begitu caranya, raja muda itu pasti akan mendepak si tua Crawford.”Benedict Arkitson yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status