Share

3. Siapa Kau?

Author: Zila Aicha
last update Huling Na-update: 2023-04-08 14:16:34

Bill duduk di depan kios buah Emma sampai pagi. Sang pemilik kios itu cukup terkejut saat melihat Bill berada di sana dengan pakaian yang sama. Tapi, dia tidak bertanya apapun lantaran melihat ekspresi Bill yang agak kusut.

Saat Bill membereskan buah-buah yang berserakan di lantai, seorang pembeli buah yang sedari tadi sudah berada di sana sejak kejadian sebelum Bill datang itu mendekat kepadanya.

Bill menoleh kepadanya dengan tatapan heran. "Ya Tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Ada, Jenderal."

Pupil Bill sontak membesar mendengar panggilan itu. 

Kenapa orang ini memanggilnya 'Jenderal'? Apakah dia mengenal dirinya? Tapi bagaimana mungkin?

Bill segera saja menaruh keranjang buah itu dan menatap laki-laki muda berpenampilan rapi itu dengan pandangan penuh selidik. 

"Siapa kau? Kenapa kau memanggilku 'Jenderal'?" 

Pria muda yang Bill tebak usianya berbeda jauh di bawahnya itu berkata, "Ini saya, Jenderal. Anak buah Anda. Andrew."

Bill menyipitkan mata, sambil mencoba mengingat-ngingat. Yang mengetahui wajah aslinya hanyalah segelintir orang. 

Apakah itu mungkin memang orang yang dia kenal? Tapi, rasanya wajahnya tidak seperti sekarang yang terlihat, pikir Bill.

"Andrew Reece?" ucap Bill ragu-ragu.

Pria muda yang mengenakan kemeja hitam itu tersenyum senang. "Ya, Jenderal. Saya Andrew Reece. Anda masih mengenali saya, saya sungguh sangat tersanjung."

Bill mendesah. "Apa yang terjadi dengan wajahmu?"

"Saya terkena ledakan saat sedang berperang melawan Kerajaan De Kruk, wajah saya rusak. Saya terpaksa menjalani operasi dan beginilah hasilnya."

Bill mengangguk paham, dan kemudian bertanya, "Bagaimana bisa kau tahu aku ada di sini?"

"Itu ... itu ... intelegen kerajaan, Jenderal. Sebenarnya kami sudah mencari-cari Anda selama hampir dua tahun tapi baru berhasil sekarang. Kami sempat mengira Anda sudah ... sudah tidak ada karena kami tidak bisa menemukan keberadaan Anda."

"Apa ada yang tahu aku di sini selain kau?" tanya Bill.

"Hanya saya, Raja Keannu dan sekretaris kerajaan, Jenderal."

Bill mengangguk, "Lantas, kenapa kau datang ke mari?"

"Saya ... saya diutus oleh Raja Keannu untuk membawa Anda kembali, Jenderal."

Alis tebal kanan Bill seketika terangkat, "Kembali? Apa maksudmu?" 

"Kami membutuhkan kekuatan Anda, lebih tepatnya Kerajaan Ans De Low yang membutuhkan Anda, Jenderal," kata Andrew.

"Aku sudah mundur dari jabatanku tiga tahun lalu. Jangan memanggilku 'Jenderal lagi'."

"Anda tetap Jenderal kami yang tak terkalahkan. Sang Dewa Perang. Mana mungkin kami akan melupakan hal itu?" Andrew bersikeras

Bill membuang napas dengan kasar, "Sampaikan pada Raja Keannu bahwa aku tidak akan kembali."

Andrew tahu ini akan sulit tapi ia tidak menyangka jika dia akan ditolak secara langsung seperti itu. 

"Ta-tapi, Jenderal. Kalau Anda tidak kembali, Raja Keannu akan berada dalam bahaya."

Bill menoleh dengan tenang, "Aku tetap tidak bisa."

"Kenapa, Jenderal?"

Bill bersedekap, "Tidakkah kau lihat aku sudah memiliki kehidupan baru?"

"Iya, saya mengerti. Tapi Raja-"

"Tidak. Pergilah! Aku harus bekerja," usir Bill.

Andrew tetap tidak bergerak dari tempatnya berdiri. Merasa terganggu karena ditatap sedemikian rupa oleh mantan anak buahnya itu, Bill pun berkata lagi, "Reece, apa kau sekarang tidak mau mematuhi perintahku?"

Sebuah harapan pun muncul di benak Andrew, "Apakah Anda akan kembali, Jenderal?"

Bill mengenal Andrew cukup baik. Pemuda itu dulunya merupakan prajurit yang sangat gigih dan pantang menyerah. Dia pun berpikir, jika dia tidak segera memberinya jawaban yang jelas, maka pemuda itu pasti tidak akan pergi dari sana.

"Beri aku waktu 2 hari!"

Andrew seketika tersenyum, "Baik, Jenderal. Lusa, saya akan datang menjemput Anda."

"Maksudku, beri aku waktu 2 hari untuk memikirkannya," koreksi Bill.

Andrew terlihat kecewa tapi mengingat hal itu jauh lebih baik dibanding langsung ditolak, maka dia pun berkata, "Baik, Jenderal. Saya akan datang kembali satu minggu lagi untuk menanyakan keputusan Anda."

"Hm. Sekarang, pergilah! Kau sudah mengganggu jam kerjaku!" usir Bill lagi.

Andrew sebenarnya cukup heran dengan kehidupan baru yang Bill jalani. Tapi pria itu tahu jika dewa perang itu tidak mungkin melakukan suatu pekerjaan tanpa tujuan yang jelas, sehingga Andrew pun tidak berani bertanya dan hanya membungkukkan badan sebagai sebuah penghormatan untuk Bill sebelum ia meninggalkan kios buah milik Emma tersebut.

Emma yang duduk di kasir, agak bengong melihat adegan itu. 

"Siapa dia, Bill? Temanmu?"

"Bukan, dia hanya mencari alamat," jawab Bill.

"Tapi kulihat dia berbicara panjang lebar denganmu, dia juga memberi hormat. Kenapa begitu?"

Bill menoleh dan menggantung anggur di atas, "Karena dia tidak paham-paham saat saya jelaskan, Nyonya. Kalau memberi hormat, yah mungkin itu sebagai ucapan terima kasih."

"Ah, aneh. Zaman modern seperti ini dia masih bertanya pada orang tentang arah jalan? Memangnya dia gagap teknologi?" sahut Emma.

"Mungkin memang begitu," jawab Bill.

Bill pun melanjutkan kembali pekerjaannya hingga sore menjelang.

"Apa kau tidak akan pulang?" tanya Emma terlihat curiga.

"Aku tidak punya tempat untuk pulang, apa boleh aku menginap di sini saja?" tanya Bill.

Meskipun Emma ingin tahu, tapi wanita tua itu tidak akan bertanya jika Bill tidak menceritakannya sendiri sehingga wanita itu hanya mengangguk.

***

Saat Andrew datang dua hari kemudian ke kios buah itu, pria muda itu pun terpaksa menelan kekecewaan lantaran Bill menolak kembali.

Bill pun tetap tinggal di kios buah hingga lebih dari satu minggu lamanya. Di suatu malam, seorang kerabat Cassandra, yakni bibi Cassandra yang cukup baik kepadanya, Maggie, meneleponnya. "Bill, apa kau sudah dengar?"

"Dengar apa, Bibi Maggie?"

"Cassandra. Karena kau pergi dari rumah, Ayahku memutuskan akan menikahkan dia dengan Leonardo Finch."

"Tapi aku belum bercerai dengan Cassie, Bibi."

"Kau seperti tidak tahu ayahku saja, dia pasti menggunakan segala cara untuk memuluskan rencananya."

Bill pun mulai kebingungan. Saat ini dia tidak memiliki apapun yang bisa ia gunakan untuk melawan keluarga Wood.

Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Heri mandi prasetyo Heri mandi
big troble
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang Dewa Perang Terkuat    4. Cepat Bunuh Aku!

    Esok malamnya, saat dia baru saja mengunci kios milik Emma, tiba-tiba saja dia didatangi oleh sejumlah laki-laki berbadan besar yang Bill tebak merupakan preman biasa. "Aku sedang lelah, jangan ganggu aku sekarang!" ucap Bill dengan wajah yang memang terlihat begitu letih. Seorang preman yang terlihat sebagai pemimpin mereka maju ke depan sambil membawa barbel. Bill mengeryit, "Apa yang akan kau lakukan dengan itu?" "Kau kan yang sudah mematahkan tangan Baron kemarin?" tanya preman bertampang sangar. Bill mengernyitkan dahi tiba-tiba teringat akan seorang preman yang pernah datang ke kios Emma dan berniat mengacaukan kios itu. "Ah, aku tidak tahu kalau ternyata mematahkannya." "Hajar dia!" perintah sang pemimpin, murka. Bill dengan santai meladeni orang-orang itu tanpa banyak mengeluarkan tenaga. Beberapa pukulan berhasil ia layangkan tepat sasaran. Namun, Bill sempat lengah karena ponselnya yang tiba-tiba saja bergetar. Sang pemimpin menggunakan ketidaksiapan Bill dan memukul p

    Huling Na-update : 2023-04-08
  • Sang Dewa Perang Terkuat    5. Serangan

    Bill berjalan menuju rumah keluarga Wood dengan penuh kebingungan. Ia ingin membantu istrinya tapi ia masih belum tahu apa yang harus ia lakukan. Di tengah-tengah kebingungan yang menderanya, Andrew Reece yang merupakan anak buah kepercayaannya itu pun datang kembali. "Jangan, Jenderal!" ucap Andrew. "Istriku di dalam. Aku harus membantunya." "Jenderal, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" tanya Andrew. Bill mengerutkan kening, "Kesepakatan apa?" "Jika Anda bersedia kembali, kami akan membantu Anda, Jenderal." Bill membuang napas dengan kasar, sadar jika di dunia ini tidak ada yang gratis. Dengan sangat terpaksa, Bill berkata, "Baiklah, aku akan kembali." Andrew tersenyum senang. ***"Selamat pagi, Jenderal!" sapa Andrew di hari kembalinya Bill. "Bagaimana kabar Anda hari ini, Jenderal?" tanya pria muda itu dengan senyum cerah. "Tak usah berbasa-basi. Langsung saja, Reece." Andrew bahkan tersenyum gugup akibat terlalu senang, "Siap, Jenderal." "Tapi sebelum itu, aku

    Huling Na-update : 2023-04-11
  • Sang Dewa Perang Terkuat    6. Benda Berharga

    "Putar, Reece!" ucap Bill.Perintah itu terdengar sangat jelas tapi Andrew terlihat agak ragu."Cepat!" ujar Bill lagi.Andrew pun segera membanting stir kemudi dan berhadapan dengan dua mobil di belakang mereka. Hanya dalam hitungan detik, Andrew melihat Bill melakukan tembakan demi tembakan yang tak satu pun meleset. Semuanya tepat sasaran. Kedua mobil itu bertabrakan dan menimbulkan suara yang begitu menyakiti telinga siapapun yang mendengarnya.Setelahnya, suara ledakan dari kedua mobil yang terbakar itu ikut menambah kebisingan di area itu. Andrew sontak ternganga melihat hal menakjubkan yang baru saja terjadi di depan matanya."Jenderal, Anda luar biasa!" ujar Andrew dengan mata yang masih belum berkedip, terlalu kagum."Cepat bereskan itu, Reece! Jangan sampai ada berita macam-macam tersebar!" titah Bill, tidak menanggapi ucapan Andrew.Andrew segera tersadar dan melakukan tugasnya. Ia menghubungi dua orang yang ia beri instruksi dengan jelas. "Ingat, tidak ada yang boleh tahu

    Huling Na-update : 2023-04-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    7. Dia Tamuku

    "Yang Mulia," ujar Bill tiba-tiba. Ia membungkuk di depan rajanya, memberi sebuah penghormatan. "Senang sekali saya mendapat sebuah penghormatan bisa bertemu dengan pemimpin negeri ini."Raja Keannu mengerutkan dahi, agak bingung. Tapi, saat ia melihat ekspresi Bill yang seakan melempar sebuah kode kepadanya, sang raja pun mengerti."Yang Mulia, dia ini-""Jenderal Gardner, tidak perlu diperpanjang lagi," potong Keannu tegas."Tapi, Yang Mulia. Laki-laki ini-""Dia tamuku, Jenderal. Tamuku, berarti dia berada di bawah pengawasanku. Apa kau sekarang mengerti?" tanya Keannu.Jody ingin sekali berkata sesuatu yang lain tapi secara mendadak sang raja kembali berkata, "Aku ingin berbicara dengan tamuku sebentar saja, Jenderal."Jelas itu sebuah perintah yang menyuruh Jody menjauh dari sana, pria itu mengerti dengan cepat. Meskipun, rasa penasaran telah menguasi dirinya, Jody memilih untuk mundur."Saya undur diri, Yang Mulia," pamit Jody.Pria itu membungkuk lalu meninggalkan gedung itu d

    Huling Na-update : 2023-04-13
  • Sang Dewa Perang Terkuat    8. Ini Perintah!

    Kata-kata Bill terdengar seperti sebuah ancaman, tetapi sebenarnya bukan itu maksud Bill. Ia hanya tidak ingin bermasalah dengan Jody Gardner.Sang raja pun dengan segera menjawab, "Tentu saja aku lebih memilih kau ada di sisiku, Jenderal. Baiklah, jadi posisi apa yang kau inginkan?"Bill tersenyum puas, "Jadikan aku penasihat Jody Gardner."Andrew terbengong-bengong mendengar jawaban Bill, sementara mulut Amanda Clark bahkan terbuka lebar.Raja Keannu berkedip tidak percaya, "Penasihat Jody Gardner? Bagaimana mungkin? Mana bisa?""Bisa, Yang Mulia. Saya akan memberikan saran terbaik untuk Jody, sama saja saya juga ikut melindungi Anda dan kerajaan ini, bukan?""Tapi, Jenderal. Ini ...."William Mackenzie membungkuk hormat, seakan ingin Keannu segera menyetujui keinginannya.Melihat sikap Bill, Keannu sadar ia tidak memiliki pilihan, maka ia pun dengan berat berujar, "Baiklah, kau bisa mengambil tempat sebagai penasihatnya. Kapan kau ingin memulai?""Besok tidak masalah, Yang Mulia."

    Huling Na-update : 2023-04-14
  • Sang Dewa Perang Terkuat    9. Ayo Bertarung!

    "Tutup mulutmu, Harry!" bentak Andrew sudah dipenuhi amarah yang dengan cepat mengaliri nadi-nadinya usai mendengar perkataan-perkataan bernada merendahkan yang dilontarkan dua orang rekannya itu pada jenderal besar yang sangat ia hormati. Ia sama sekali tidak bisa menerimanya.Harry menatap heran, "Kenapa kau marah? Bukankah yang kau bawa ini pengemis? Lihatlah pakaian yang dia kenakan! Pakaian sopir taksi di luar saja masih lebih bagus dibanding miliknya.""Diamlah, kau brengsek!" ujar Andrew sambil menunjuk Harry dengan jari telunjuknya."Apa? Kau berani memakiku? Kau lupa siapa aku?" balas Harry, kini menatap sengit pada Andrew."Ayo bertarung!" ujar Andrew kesal."Reece, maksudku Andrew. Ini tidak perlu," ujar Bill, yang anehnya tidak merasa tersinggung atas ucapan dua orang itu. Hal ini mungkin juga karena ia sudah begitu terbiasa dihina, dicaci maki oleh orang-orang, sehingga perkataan orang itu hanya ia anggap sebagai angin lalu saja."Mereka sudah berani menghina Anda, Jen-"

    Huling Na-update : 2023-04-14
  • Sang Dewa Perang Terkuat    10. Bill Stewart

    "Wah! Jangan buru-buru memikirkan hadiahnya, kawan!" ucap Harry dengan tatapan meremehkan."Tapi tidak masalah. Toh dia juga akan kalah, Harry, berikan saja apa yang dia mau!" ujar Drake.Harry mendesah malas tapi kemudian ia berkata, "Oke. Setuju. Tapi jika kau yang kalah, kau yang harus menjadi pelayan kami. Mengerti?"Bill tersenyum tipis dan mengangguk.Drake pun mulai melancarkan serangan tapi dengan mudah bisa dihindari oleh Bill. Hingga pukulan yang keempat, Drake masih juga belum berhasil hingga membuat Harry gemas. "Biarkan aku menggantikanmu!" Drake dengan kesal menyingkir dan kini giliran Harry yang mulai menyerang Bill. Andrew yang diam sambil menyaksikan itu luar biasa senang. Ia sekarang mengerti. Gerakan bela diri yang ditunjukkan oleh Bill bisa dikatakan merupakan gerakan bertahan, bukan menyerang. Selama ini, ia memang lebih pandai dalam menyerang dibandingkan dengan bertahan. Maka, kali ini ia merasa penuh antusias saat mendapatkan ilmu lain."Sial! Dari mana kau b

    Huling Na-update : 2023-04-15
  • Sang Dewa Perang Terkuat    11. Penasihat Perang

    "Jenderal Gardner, apa kau baru saja mempertanyakan keputusanku?" tanya Keannu, terlihat tersinggung. Jody Gardner jelas sekali tidak suka tapi ia mencoba menahan diri, "Tidak, Yang Mulia. Ampun, Yang Mulia. Saya hanya ingin mendapatkan penjelasan saja. Saya berpikir sudah melakukan yang terbaik. Tapi, ternyata Anda malah-" "Tenanglah, Jenderal. Ini bukan berarti aku tidak menghargai usaha dan perjuanganmu. Justru sebaliknya, demi mempermudah tugasmu, aku memberi seorang Penasihat Perang untukmu." Keannu menoleh pada Bill yang terlihat mengangguk. Jody malah semakin kesal, jelas perkataan Keannu hanyalah dusta. Raja muda itu pastilah meragukan kemampuannya sehingga menunjuk orang tidak dikenal sebagai penasihatnya. Sungguh menjengkelkan. "Tapi saya tidak pernah mendengar nama 'Bill Stewart', Yang Mulia," ucap Gardner. Keannu segera berkata, "Tentu saja kau tidak pernah mendengarnya. Dia bukan berasal dari kawasan Eropa sini. Dia berasal dari kawasan jauh." Bill mengernyitkan dah

    Huling Na-update : 2023-04-15

Pinakabagong kabanata

  • Sang Dewa Perang Terkuat    37. Keanehan Xylan

    “Katakan pada saya, agar saya bisa melakukan apa yang seharusnya saya lakukan, Yang Mulia,” James menambahkan.Xylan membalas tatapan sang jenderal perang dengan tatapan yang terlihat begitu sangat serius. Pria muda yang semula telah menetapkan salah satu keputusan besar itu pun akhirnya membuka mulut, “Ini berkaitan dengan … penentuan pejabat istana baru setelah aku menjabat sebagai raja.”James terdiam sejenak, terlihat sedikit terkejut. Sebetulnya sangat wajar bila Xylan Wellington telah memikirkan mengenai pemerintahannya kelak. Akan tetapi, menurutnya saat itu adalah waktu yang kurang tepat.Ayahnya bahkan belum dimakamkan. Mengapa dia sudah berpikir hal lain? Tidakkah dia masih bersedih? James berpikir.Xylan berdeham kecil hingga membuat James menatapnya dengan tatapan aneh. Lantaran tidak mau James berpikir aneh tentangnya atau bahkan malah salah paham terhadapnya, Xylan buru-buru menjelaskan, “Jenderal Gardner, ini tidak seperti apa yang sedang kau pikirkan.”James tidak l

  • Sang Dewa Perang Terkuat    36. Bantuan Seperti Apa?

    Tetapi, sebelum James Gardner bisa berpikir lebih lanjut mengenai hal itu, Monica Wilhelm, sang ratu yang baru saja kehilangan suaminya itu berkata, “Sudahlah, tidak perlu diperpanjang lagi.”Setelahnya, Monica memutar tubuhnya dan menghadap para pejabat istana yang masih berada di istana. Dia menghela napas pelan sebelum berujar, “Seperti yang aku inginkan tadi, apa kalian bersedia membiarkan kami meratapi kepergian raja kalian sebelum kita menyelenggarakan upacara kematian untuknya?”Tanpa ragu semua pejabat istana itu kompak menjawab, “Iya, Yang Mulia.”Satu per satu pejabat istana itu pun meninggalkan area kediaman raja hingga benar-benar hanya menyisakan para prajurit khusus yang melindungi raja, ratu, putri dan putra mahkota. Sementara itu, beberapa anak buah James Gardner juga tetap berada di daerah tersebut sesuai perintah James. “Jenderal Gardner, mohon bantuannya,” kata Monica. James mengangguk dan segera melakukan tugasnya sebagai jenderal perang kerajaan itu untuk menyi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    35. Lalu Siapa?

    “Ah, kalau kau tidak siap melepas jabatan penting itu, bukankah kau seharusnya berhati-hati ketika berbicara, Perdana Menteri? Ingatlah, yang kau bicarakan itu bukanlah hal yang pantas,” kata James dengan nada tajam.Siapapun yang mendengar suara James yang penuh ancaman itu pastilah akan takut.Dan tidak disangka-sangka, ancaman James Gardner ternyata berhasil membungkam si tua Philip. Philip tak lagi berani berbicara dan hanya diam saja. Tetapi, tatapannya yang penuh kekesalan itu masih bisa dilihat oleh James.Tentu saja, kau pasti sangat kesal padaku, Perdana Menteri. Namun, kau sudah pasti tidak mau kehilangan jabatanmu hanya karena tuduhan konyol itu, James membatin.Hal tersebut membuat Monica Wilhelm dan kedua anak-anaknya merasa sedikit lebih tenang.“Y-Yang Mulia, saya … saya ….” Philip berusaha berbicara lagi, tapi kegugupannya terlihat sangat jelas sehingga James pun tahu orang tua itu tidak mungkin berani berkata hal ngawur lagi. James pun segera menanggapi, “Kenapa, Per

  • Sang Dewa Perang Terkuat    34. Perdana Menteri

    Philip Crawford terbatuk-batuk begitu mendengar perkataan James Gardner.James menaikkan alis kanan, tampak menanti penjelasan Philip.Philip pun berdeham kecil dan membalas tanpa berani melihat ke arah James, “Bukan saya yang menuduh Anda, Jenderal Gardner. Hanya saja … seluruh penghuni Kerajaan Ans De Lou membicarakan hal ini. Anggap saja saya hanya menyampaikan apa yang sedang dipikirkan oleh mereka.”James tertawa pelan, membuat Philip seketika menoleh ke arah dirinya. Begitu juga dengan Monica dan kedua anaknya yang tampak terkejut melihat reaksi sang jenderal perang.“A-apa yang lucu dari perkataan saya sampai Anda tertawa, Jenderal Gardner?” Philip berkata dengan nada tersinggung.James menghentikan tawanya dan mendesah pelan sebelum berkata, “Tidak ada yang lucu. Hanya saja aku merasa kau sangat pengecut sekali, Perdana Menteri.”“Pe-pengecut? Apa maksudmu, Jenderal?” Philip membelalakkan mata, jelas semakin tersinggung.“Benar. Tentu saja kau hanyalah seorang pengecut. Kau m

  • Sang Dewa Perang Terkuat    33. Penyebab

    “Jadi, kalian bisa memberi kami waktu untuk meratapi anggota keluarga kami, bukan? Kalian tidak lupa bukan bahwa Keannu Wellington bukan hanya seorang raja negeri ini, tapi dia adalah kepala keluarga kami. Dia suamiku, ayah dari kedua anakku dan seorang kakek dari cucuku,” kata Monica dengan nada datar tapi tegas.Perkataan sang ratu rupanya berhasil membuat para pejabat istana itu saling lirik dan akhirnya terbungkam.Beberapa di antara mereka tampak mundur beberapa langkah seakan memang benar-benar tidak ingin mengganggu lagi anggota keluarga kerajaan. James Gardner sendiri tersenyum melihat para pejabat istana yang sebagian merupakan jajaran menteri penting itu tidak berkutik di hadapan sang ratu. James tidak bisa tidak terkesan pada kemampuan sang ratu yang mampu membuat orang-orang tunduk atas perintahnya. Hal itu karena menurut James sangatlah langka dan jarang terjadi.Sebelum dia melepaskan jabatannya sebagai seorang wakil jenderal perang, dia telah bertemu dengan begitu ba

  • Sang Dewa Perang Terkuat    32. Bukankah Kami Berhak?

    Dikarenakan James tidak kunjung bergerak dari tempatnya berdiri dan malah terdiam seperti sebuah patung, Rowena langsung melirik ke arah Xylan.Xylan tentu saja mengerti maksud dari kakak perempuannya itu sehingga dia cepat-cepat berkata, “Jenderal Gardner, apa … kau baik-baik saja?”James sontak tersadar dari lamunannya dan mengangguk pada Xylan. Dengan kebingungan yang sedang menguasai pikirannya, dia tetap melangkah masuk ke dalam kamar sang raja.Begitu dia memasuki area itu untuk pertama kalinya, James bisa melihat jasad raja Kerajaan Ans De Lou yang terbaring kaku di atas tempat tidur mewah itu. Dia hanya bisa menghembuskan napas pelan melihat orang yang pernah bertanggung jawab atas kerumitan hubungan antara ayahnya dan juga ayah Riley itu. Akibat kesalahan raja yang telah wafat itu, hubungannya dengan Riley pun meregang.Akan tetapi, sang raja telah meminta maaf kepadanya dan dia pun telah memaafkan segala kesalahannya sehingga saat itu sudah tidak ada rasa amarah ataupun dend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    31. Perisai

    Sebelum James memberikan jawaban atas perkataan Xylan Wellington, sang putra mahkota yang masih sangat muda itu, Xylan telah kembali berbicara, “Jenderal Gardner, aku tahu permintaanku ini sangat berlebihan.”“Dan aku tahu … tujuanmu bersedia kembali ke istana ini adalah demi kakak iparku, namun … aku sangat membutuhkan bantuanmu, Jenderal Gardner,” Xylan menambahkan dengan raut wajah penuh permohonan.James menghela napas panjang dan kemudian menggelengkan kepalanya.Hal itu membuat Xylan lemas dan juga kecewa. Tetapi, itu hanya berlangsung sementara karena tidak lama kemudian Xylan mendengar James berkata, “Anda tidak perlu meminta saya sampai seperti ini, Yang Mulia.”Xylan terhenyak. Terlebih lagi James melanjutkan dengan berkata, “Sebagai seorang Jenderal Perang Kerajaan Ans De Lou, tugas saya tidak hanya melindungi negeri ini. Tapi juga melindungi kepala pemimpin kerajaan ini.”Mulut Xylan terbuka sedikit karena terkejut mendengar jawaban James yang tanpa sedikitpun keraguan it

  • Sang Dewa Perang Terkuat    30. Kau Bisa Membantuku?

    “Apa yang sedang terjadi sebenarnya?” Reiner terlihat semakin bingung.Biasanya, jika mereka memenangkan sebuah peperangan, mereka akan disambut dengan begitu meriah.Tidak hanya sejumlah prajurit istana saja yang menyambut mereka, namun juga para pejabat istana serta anggota keluarga kerajaan akan menyambut kedatangan mereka.Akan tetapi, saat itu hanya ada sejumlah prajurit dan prajurit pengawal pangeran saja yang ada di lapangan tempat pesawat mereka akan segera mendarat.Hal itu tentu saja menimbulkan berbagai pertanyaan yang akhirnya mencuat di kepala para prajurit yang baru kembali dari pertempuran antara hidup dan mati itu. “Apa mereka tidak mendengar kabar kemenangan kita?” celetuk salah seorang prajurit kelas satu dengan nada penuh rasa kecewa.Seorang prajurit kelas dua menanggapi, “Tidak mungkin. Mereka pasti mendengarnya. Ini sebuah kemenangan besar yang ditunggu-tunggu. Mereka tidak mungkin tidak tahu.”“Betul. Istana pasti telah mengumumkan berita paling membahagiakan i

  • Sang Dewa Perang Terkuat    29. Keresahan

    “Astaga, Xylan! Mengapa kau meragukan dia?” Rowena membalas dengan nada pelan, seolah takut membuat putra kecilnya yang sedang tertidur dalam gendongannya terbangun akibat suaranya yang mungkin terlalu kencang.Xylan menggelengkan kepala, “Aku sama sekali tidak bermaksud meragukan dia. Hanya saja, aku tahu tujuan utamanya kembali ke istana ini, Rowena. Dia ….”“Berhenti berpikir seperti itu! Dia akan sangat kecewa kalau dia tahu ternyata kau meragukan kesetiaannya,” kata Rowena dengan tajam.Rupanya nada suaranya kali itu sedikit agak lebih keras sehingga sang putra, Kharel Mackenzie terganggu tidurnya sampai bocah kecil itu menggerakkan tubuhnya.Rowena pun kembali mencoba untuk membuat pangeran kecil itu terlelap lagi dengan cara menimangnya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.Xylan terdiam, seakan dia tahu sang kakak masih belum selesai berbicara.Ternyata memang benar dugaan Xylan. Usai keponakan kesayangannya itu tertidur tenang lagi, Rowena pun berkata lagi, “Xylan, menuru

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status