Share

5. Serangan

Author: Zila Aicha
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Bill berjalan menuju rumah keluarga Wood dengan penuh kebingungan. Ia ingin membantu istrinya tapi ia masih belum tahu apa yang harus ia lakukan. 

Di tengah-tengah kebingungan yang menderanya, Andrew Reece yang merupakan anak buah kepercayaannya itu pun datang kembali.

"Jangan, Jenderal!" ucap Andrew.

"Istriku di dalam. Aku harus membantunya."

"Jenderal, bagaimana jika kita membuat kesepakatan?" tanya Andrew.

Bill mengerutkan kening, "Kesepakatan apa?"

"Jika Anda bersedia kembali, kami akan membantu Anda, Jenderal."

Bill membuang napas dengan kasar, sadar jika di dunia ini tidak ada yang gratis. Dengan sangat terpaksa, Bill berkata, "Baiklah, aku akan kembali."

Andrew tersenyum senang.

***

"Selamat pagi, Jenderal!" sapa Andrew di hari kembalinya Bill.

"Bagaimana kabar Anda hari ini, Jenderal?" tanya pria muda itu dengan senyum cerah.

"Tak usah berbasa-basi. Langsung saja, Reece."

Andrew bahkan tersenyum gugup akibat terlalu senang, "Siap, Jenderal."

"Tapi sebelum itu, aku akan bicara terlebih dulu dengan Raja Keannu."

"Baik, Jenderal. Beliau pasti dengan senang hati menemui Anda."

"Aku akan berpamitan dulu," ujar Bill.

Andrew hampir saja akan berlutut karena terlalu gembira tapi tidak jadi lantaran Bill buru-buru mengusirnya. Pria itu pun siang itu disibukkan dengan acara berpamitannya pada Emma White dan berjanji akan mencarikan pengganti yang lebih baik darinya.

"Tidak akan ada yang lebih baik darimu, Bill. Tidak akan ada," ucap Emma diliputi kesedihan, berat melepaskan Bill. Bagaimanapun juga, Bill sudah cukup lama menemaninya mengurus kios.

"Nyonya, saya-"

"Sudah, tidak perlu mencemaskan aku. Aku tahu, kau pergi demi hidupmu yang lebih baik. Jangan khawatir!"

"Jangan lupa satu hal, kau harus berhasil. Buatlah keluarga itu tidak bisa lagi meremehkanmu, Bill. Aku akan selalu mendukungmu," tambah Emma tulus.

"Terima kasih, Nyonya," balas Bill.

Emma mengangguk sebagai balasan.

Setelah selesai berpamitan, Bill segera diantar menuju ke sebuah mobil oleh Andrew.

"Silakan, Jenderal!" ucap Andrew, meminta Bill masuk ke dalam mobil.

"Jenderal, Anda sudah siap?" tanya Andrew sesaat sebelum mereka berangkat.

"Ya, jalan saja," jawab Bill.

Pria muda itu pun mulai mengemudikan mobilnya. 

"Tidak ada yang tahu aku ke istana kan, Reece?" tanya Bill.

"Sesuai permintaan Anda, Jenderal. Hanya saya, Raja Keannu dan Sekretaris negara yang mengetahuinya. Itulah sebabnya, saya saja yang menjemput Anda."

Bill mengangguk lega, "Bagus."

Akan tetapi, kelegaannya tidak berlangsung lama karena Bill menyadari mereka sedang diikuti. Sebuah mobil melaju tidak jauh dari mereka dan berhasil mengejar mobil dan melaju tepat di samping mereka.

"Sial. Kita sepertinya diikuti, Jenderal. Tapi siapa mereka?" ucap Andrew mulai panik tapi masih berkonsentrasi mengemudi.

Pria itu sontak mengeluarkan pistolnya dari balik jaketnya.

Bill mengawasi pergerakan mobil itu dan tiba-tiba berteriak, "Menunduk!"

Suara tembakan pun terdengar memekakkan telinga.

Beruntung, Bill dan Andrew berhasil menghindar dari serangan itu tepat waktu. 

"Pistol, Reece!" ujar Bill cepat-cepat.

Andrew yang kembali mengemudi segera mengambil senjatanya yang lain dan menyerahkannya kepada Bill. 

Para pengejar masih berusaha melancarkan tembakan tapi lagi-lagi Andrew berhasil menghindarkan mobil mereka. Konsentrasinya cukup bagus, Andrew bisa mengendalikan mobil sembari sesekali menembak dengan tangan kanannya. 

"Ke kanan, Reece!" Bill memerintah.

Andrew membawa mobil itu ke bagian kanan jalan. Bill menjulurkan kepalanya tanpa kesusahan dan menarik pelatuk pistol miliknya. Tembakan itu ia lancarkan dengan hati-hati dan berhasil mengenai si pengemudi. Mobil itu pun menabrak tiang dan tidak bisa berjalan.

Akan tetapi, mereka masih menghadapi dua mobil lain yang terlihat bernafsu mengejar mereka.

"Kurang ajar! Mereka mengepung kita!" ucap Andrew agak panik.

Mga Comments (8)
goodnovel comment avatar
Rijalparsa
bagus dan mantap
goodnovel comment avatar
Oding Kodir
ini ko balik lagi
goodnovel comment avatar
Roger Putra
ceritanya macam apa kelanjutannya kok pakek koin
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Sang Dewa Perang Terkuat    6. Benda Berharga

    "Putar, Reece!" ucap Bill.Perintah itu terdengar sangat jelas tapi Andrew terlihat agak ragu."Cepat!" ujar Bill lagi.Andrew pun segera membanting stir kemudi dan berhadapan dengan dua mobil di belakang mereka. Hanya dalam hitungan detik, Andrew melihat Bill melakukan tembakan demi tembakan yang tak satu pun meleset. Semuanya tepat sasaran. Kedua mobil itu bertabrakan dan menimbulkan suara yang begitu menyakiti telinga siapapun yang mendengarnya.Setelahnya, suara ledakan dari kedua mobil yang terbakar itu ikut menambah kebisingan di area itu. Andrew sontak ternganga melihat hal menakjubkan yang baru saja terjadi di depan matanya."Jenderal, Anda luar biasa!" ujar Andrew dengan mata yang masih belum berkedip, terlalu kagum."Cepat bereskan itu, Reece! Jangan sampai ada berita macam-macam tersebar!" titah Bill, tidak menanggapi ucapan Andrew.Andrew segera tersadar dan melakukan tugasnya. Ia menghubungi dua orang yang ia beri instruksi dengan jelas. "Ingat, tidak ada yang boleh tahu

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    7. Dia Tamuku

    "Yang Mulia," ujar Bill tiba-tiba. Ia membungkuk di depan rajanya, memberi sebuah penghormatan. "Senang sekali saya mendapat sebuah penghormatan bisa bertemu dengan pemimpin negeri ini."Raja Keannu mengerutkan dahi, agak bingung. Tapi, saat ia melihat ekspresi Bill yang seakan melempar sebuah kode kepadanya, sang raja pun mengerti."Yang Mulia, dia ini-""Jenderal Gardner, tidak perlu diperpanjang lagi," potong Keannu tegas."Tapi, Yang Mulia. Laki-laki ini-""Dia tamuku, Jenderal. Tamuku, berarti dia berada di bawah pengawasanku. Apa kau sekarang mengerti?" tanya Keannu.Jody ingin sekali berkata sesuatu yang lain tapi secara mendadak sang raja kembali berkata, "Aku ingin berbicara dengan tamuku sebentar saja, Jenderal."Jelas itu sebuah perintah yang menyuruh Jody menjauh dari sana, pria itu mengerti dengan cepat. Meskipun, rasa penasaran telah menguasi dirinya, Jody memilih untuk mundur."Saya undur diri, Yang Mulia," pamit Jody.Pria itu membungkuk lalu meninggalkan gedung itu d

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    8. Ini Perintah!

    Kata-kata Bill terdengar seperti sebuah ancaman, tetapi sebenarnya bukan itu maksud Bill. Ia hanya tidak ingin bermasalah dengan Jody Gardner.Sang raja pun dengan segera menjawab, "Tentu saja aku lebih memilih kau ada di sisiku, Jenderal. Baiklah, jadi posisi apa yang kau inginkan?"Bill tersenyum puas, "Jadikan aku penasihat Jody Gardner."Andrew terbengong-bengong mendengar jawaban Bill, sementara mulut Amanda Clark bahkan terbuka lebar.Raja Keannu berkedip tidak percaya, "Penasihat Jody Gardner? Bagaimana mungkin? Mana bisa?""Bisa, Yang Mulia. Saya akan memberikan saran terbaik untuk Jody, sama saja saya juga ikut melindungi Anda dan kerajaan ini, bukan?""Tapi, Jenderal. Ini ...."William Mackenzie membungkuk hormat, seakan ingin Keannu segera menyetujui keinginannya.Melihat sikap Bill, Keannu sadar ia tidak memiliki pilihan, maka ia pun dengan berat berujar, "Baiklah, kau bisa mengambil tempat sebagai penasihatnya. Kapan kau ingin memulai?""Besok tidak masalah, Yang Mulia."

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    9. Ayo Bertarung!

    "Tutup mulutmu, Harry!" bentak Andrew sudah dipenuhi amarah yang dengan cepat mengaliri nadi-nadinya usai mendengar perkataan-perkataan bernada merendahkan yang dilontarkan dua orang rekannya itu pada jenderal besar yang sangat ia hormati. Ia sama sekali tidak bisa menerimanya.Harry menatap heran, "Kenapa kau marah? Bukankah yang kau bawa ini pengemis? Lihatlah pakaian yang dia kenakan! Pakaian sopir taksi di luar saja masih lebih bagus dibanding miliknya.""Diamlah, kau brengsek!" ujar Andrew sambil menunjuk Harry dengan jari telunjuknya."Apa? Kau berani memakiku? Kau lupa siapa aku?" balas Harry, kini menatap sengit pada Andrew."Ayo bertarung!" ujar Andrew kesal."Reece, maksudku Andrew. Ini tidak perlu," ujar Bill, yang anehnya tidak merasa tersinggung atas ucapan dua orang itu. Hal ini mungkin juga karena ia sudah begitu terbiasa dihina, dicaci maki oleh orang-orang, sehingga perkataan orang itu hanya ia anggap sebagai angin lalu saja."Mereka sudah berani menghina Anda, Jen-"

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    10. Bill Stewart

    "Wah! Jangan buru-buru memikirkan hadiahnya, kawan!" ucap Harry dengan tatapan meremehkan."Tapi tidak masalah. Toh dia juga akan kalah, Harry, berikan saja apa yang dia mau!" ujar Drake.Harry mendesah malas tapi kemudian ia berkata, "Oke. Setuju. Tapi jika kau yang kalah, kau yang harus menjadi pelayan kami. Mengerti?"Bill tersenyum tipis dan mengangguk.Drake pun mulai melancarkan serangan tapi dengan mudah bisa dihindari oleh Bill. Hingga pukulan yang keempat, Drake masih juga belum berhasil hingga membuat Harry gemas. "Biarkan aku menggantikanmu!" Drake dengan kesal menyingkir dan kini giliran Harry yang mulai menyerang Bill. Andrew yang diam sambil menyaksikan itu luar biasa senang. Ia sekarang mengerti. Gerakan bela diri yang ditunjukkan oleh Bill bisa dikatakan merupakan gerakan bertahan, bukan menyerang. Selama ini, ia memang lebih pandai dalam menyerang dibandingkan dengan bertahan. Maka, kali ini ia merasa penuh antusias saat mendapatkan ilmu lain."Sial! Dari mana kau b

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    11. Penasihat Perang

    "Jenderal Gardner, apa kau baru saja mempertanyakan keputusanku?" tanya Keannu, terlihat tersinggung. Jody Gardner jelas sekali tidak suka tapi ia mencoba menahan diri, "Tidak, Yang Mulia. Ampun, Yang Mulia. Saya hanya ingin mendapatkan penjelasan saja. Saya berpikir sudah melakukan yang terbaik. Tapi, ternyata Anda malah-" "Tenanglah, Jenderal. Ini bukan berarti aku tidak menghargai usaha dan perjuanganmu. Justru sebaliknya, demi mempermudah tugasmu, aku memberi seorang Penasihat Perang untukmu." Keannu menoleh pada Bill yang terlihat mengangguk. Jody malah semakin kesal, jelas perkataan Keannu hanyalah dusta. Raja muda itu pastilah meragukan kemampuannya sehingga menunjuk orang tidak dikenal sebagai penasihatnya. Sungguh menjengkelkan. "Tapi saya tidak pernah mendengar nama 'Bill Stewart', Yang Mulia," ucap Gardner. Keannu segera berkata, "Tentu saja kau tidak pernah mendengarnya. Dia bukan berasal dari kawasan Eropa sini. Dia berasal dari kawasan jauh." Bill mengernyitkan dah

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    12. Ahli Sejarah

    "Penasihat Perang harus berada di sisi Jenderal Perang, bukan? Tentu dia harus tinggal di dekatmu." Keannu menjelaskan sambil menatap Jody dari singgasananya. Jody tidak bisa membantahnya. Meskipun ia tidak menyetujuinya, tapi itu merupakan sebuah titah raja yang harus ia terima. "Baiklah kalau begitu, Yang Mulia," ucap Jody. Andrew kembali berbisik, "Kenapa Jenderal Gardner terlihat tidak nyaman?" "Siapapun akan merasa begitu, Reece. Raja Keannu mengungkapkannya di publik, lihat saja. Dia pasti akan sangat membenciku," ujar Bill. Andrew menggaruk bagian belakang kepalanya, "Saya tidak-" "Jangan dipikirkan! Tidak masalah dia membenciku, asalkan dia tidak mencurigai identitas asliku." Andrew mengangguk. Bill segera bertanya lagi, "Apakah kau sudah mengirim orang untuk menggagalkan rencana perjodohan istriku dengan pria itu?" "Hari ini anak buah saya tiba di kediaman keluarga Wood, Jenderal. Anda tidak perlu khawatir." "Apa yang akan dilakukan oleh dia?" tanya Bill. "Sedikit me

    Huling Na-update : 2024-10-29
  • Sang Dewa Perang Terkuat    13. Hukuman Kekalahan

    Jody Gardner yang sedang mengenakan jas bulunya membalikkan badan, menatap Anthony dengan raut wajah yang penuh dengan kebingungan."Kenapa bertanya soal hukuman kekalahan?" tanya Jody.Anthony membasahi bibir bawah, terlihat semakin gugup. "Apa sekarang kau mau berkata kalau kau tidak yakin aku menang? Apa strategi perangmu itu payah?" tanya Jody dengan tatapan tajam yang membuat Anthony bergerak mundur karena takut."Ti-tidak, Jenderal. Bukan seperti itu, saya hanya ingin tahu." Jody menatapnya dengan penuh selidik sebelum akhirnya menjawab, "Ah, begitu. Tentu saja hukuman mati."Anthony tercengang, lebih tepatnya ia terlalu kaget. "Hu-kuman mati?""Ya. Kenapa? Kau takut?" tanya Jody.Anthony tidak menjawab tapi ekspres wajahnya seharusnya sudah bisa menunjukkan pada Jody jika ia memang ketakutan setengah mati. Anthony bahkan mengira jika mungkin warna kulitnya telah berubah memutih dengan sempurna. "Ah, seharusnya kau tidak perlu takut."Anthony masih tak bersuara, masih terlalu

    Huling Na-update : 2024-10-29

Pinakabagong kabanata

  • Sang Dewa Perang Terkuat    8. Tiga Komandan Perang

    “Kenapa kau memanggil mereka?” salah seorang prajurit kelas satu bertanya dengan alis berkerut.James mendesah pelan dan hanya bisa menjawab, “Karena aku memiliki strategi perang baru. Kenapa? Apa kau keberatan?”James menatapnya dengan tatapan dingin dan tentu saja hal itu membuat sang prajurit yang masih belum pulih dari luka beratnya itu tidak bisa membalasnya.Bagaimanapun juga James Gardner masih merupakan seorang wakil jenderal perang. Dia tidak ingin membuat masalah dengan pria itu sehingga dia memilih untuk tidak mempertanyakan keputusan yang telah diambil James.Setelah tahu bahwa prajurit itu tidak lagi membantahnya, James langsung memerintah, “Siapkan semuanya. Aku akan segera menjelaskan strategi perang baru kita pada kalian semua begitu para komandan perang tiba di sini.”“Baik, Wakil Jenderal Perang,” kata prajurit kelas satu tersebut.James cepat-cepat masuk ke dalam gedung perak dan segera menggelar kertas besar. Di sampingnya dia melihat beberapa catatan yang telah di

  • Sang Dewa Perang Terkuat    7. Kita Belum Kalah!

    “Wakil Jenderal Perang,” Rowena memanggil pelan.James seketika mengalihkan arah pandangnya yang semula pada anak kecil yang dia perkirakan berusia sekitar dua tahun ke arah sang putri raja tersebut.“Ya, Yang Mulia? Apa Anda ingin berbicara dengan saya?” James bertanya dengan pelan.Rowena mengangguk dan segera menyerahkan putranya pada sang pengasuh, “Jaga Pangeran Kharel sebentar. Aku tidak akan lama.”Sang pengasuh segera mengangguk dan menggendong sang pangeran kecil. Di samping itu, Diego dan Shin yang tahu apabila Rowena membutuhkan kesempatan untuk berbicara dengan James pun segera menyingkir.Sebelum pergi, keduanya tidak lupa memberi penghormatan pada sang putri.Setelah pergi, James segera bertanya kembali, “Apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Yang Mulia?”Rowena menelan ludah, “Apa kau … sudah setuju untuk mencari Riley, Wakil Jenderal Perang?”James mengangguk, “Tentu saja, itu sudah menjadi salah satu tugas saya, Yang Mulia.”Bibir Rowena bergetar dan tiba-tiba s

  • Sang Dewa Perang Terkuat    6. Kenapa Begitu?

    Xylan ingin membantu sang ayah, tapi akhirnya pria muda yang terlihat sangat mencemaskan ayahnya itu diminta untuk menunggu di luar istana raja oleh Keannu.Setelah Keannu hanya tinggal berdua saja dengan James, dia kembali menatap James secara serius.“Wakil Jenderal Perang, tolong selamatkanlah … kerajaan ini. Jangan biarkan kerajaan kita diambil oleh mereka. Apa kau … bisa melakukannya?” Keannu bertanya dengan tatapan penuh harap yang terlihat begitu jelas.James mengerutkan dahi. Sejujurnya dia memprediksi bahwa rajanya akan menyebut perihal Riley terlebih dulu, tapi rupanya dia lebih mengutamakan keseluruhan negeri itu dibandingkan dengan keselamatan menantunya.Seakan bisa menebak apa yang sedang dipikirkan oleh James, Keannu menambahkan, “Aku bukan tidak peduli pada Riley. Aku … juga tidak tahu putriku menderita karena nasib suaminya yang masih belum jelas.”Dia menelan ludah dengan susah payah dan melanjutkan kembali, “Namun, jika aku memintamu untuk fokus menyelamatkan Riley

  • Sang Dewa Perang Terkuat    5. Apa yang Anda Perintahkan?

    Setelah berhasil menguasai diri, Shin menatap Diego dengan pandangan penuh rasa penasaran. Diego langsung tahu dengan pasti bila Shin pastilah ingin bertanya lebih banyak tentang kehidupan James.Tapi yang bisa dikatakan oleh prajurit yang bekerjasama dengan James itu hanyalah, “Kau tahu dia hebat dalam merakit bom, bukan? Namun, ternyata tidak hanya itu. Kemampuannya lebih mengagumkan daripada sekedar pembuatan bom. Dia juga bisa membuat senjata-senjata yang menakjubkan.”“Selain itu, dia mengelola bisnis cafe yang dijalankannya bersama Bibi Dorothy. Akan tetapi, sesungguhnya … pekerjaan utamanya selama ini tentu saja adalah membuat senjata untuk kerajaan kita,” Diego menjelaskan.Shin manggut-manggut, mengerti dengan mudah.Saking bersemangatnya dia ingin tahu lebih banyak, dia pun kembali bertanya, “Lalu, bagaimana dengan … asmaranya? Apa dia sudah menikah?”Diego menggelengkan kepala, “Mana pernah dia memikirkan masalah itu? Kau … tahu dia seperti apa, bukan?”Shin pun tidak lagi

  • Sang Dewa Perang Terkuat    4. Perubahan di Istana

    Dipukul, dimaki oleh sahabatnya sendiri ternyata tidak membuat James Gardner naik pitam. Pria itu justru tertawa kecil lalu malah membalas pelukan Shin. Dia berujar dengan nada yang begitu sangat pelan, “Maafkan aku.”Shin sesungguhnya terkejut saat mendengar permintaan maaf James tersebut. Dia merasa bila pada dasarnya James tidak bersalah sedikitpun. Sahabatnya itu hanya kecewa dan reaksinya juga tidak berlebihan. Meskipun memang dia memilih untuk pergi, James tetap saja tidak bisa dianggap bertindak di luar batas. Dia tetap memiliki hak untuk memilih tinggal di istana atau keluar dari kehidupan istana.Maka Shin cepat-cepat berkata, “Sudah, lupakan saja. Kau … sama sekali tidak bersalah.”James mendesah pelan dan kemudian melepaskan pelukannya pada Shin. Shin sontak menoleh ke arah Diego yang tiba-tiba tidak berani menatapnya. Pria yang telah berusia empat puluh tahun itu menyipitkan matanya lantaran curiga.“Apa ini artinya kau … selama ini tahu-”Diego segera berdeham pelan d

  • Sang Dewa Perang Terkuat    3. Sang Putra Mahkota

    Xylan kembali tersenyum santai menanggapi sikap James yang masih belum berubah.Sang raja calon raja masa depan itu pun dengan tenang menjawab, “Karena aku sudah di sini, tentu saja … konsekuensi yang kau terima akan jauh lebih buruk, Wakil Jenderal Perang.”Brengsek, James hanya berani mengumpat dalam hati.Tentu saja meskipun dia sangat kesal pada pria yang usianya terpaut beberapa tahun lebih muda darinya itu, dia tidak bisa langsung mengumpat secara langsung. Dia tidak bodoh. Xylan bisa memenggal kepalanya dengan mudah.“Jadi, bagaimana? Apa kau … masih tetap menolak, Wakil Jenderal Perang?” Xylan bertanya dengan nada mendesak.James menggertakkan gigi dan dengan menahan kesal dia pun menjawab, “Mana bisa saya menolak jika Anda sudah mengancam saya seperti itu, Yang Mulia?”Xylan terkekeh pelan.Hal itu membuat James menjadi waspada. Setelah dia melihat perubahan Xylan Wellington, dari yang dulu adalah remaja belasan tahun lalu saat berdiri tidak jauh darinya menjadi seorang pri

  • Sang Dewa Perang Terkuat    2. Bagaimana Jika Saya Menolak?

    James seketika menghentikan kegiatannya tapi tetap tidak menoleh ke arah Diego.Diego yang melihat gerakan berhenti James yang tiba-tiba itu seketika menampar mulutnya sendiri seakan sadar bila dia telah salah berbicara.“Ah, apa yang sudah aku katakan? Kau … tentu saja masih menganggapnya sebagai sahabat baikmu. Kalau tidak, mana mungkin kau selalu membuatkannya senjata khusus?” kata Diego dengan penuh rasa bersalah.James mendesah pelan, “Dia pasti bisa lolos tanpa ikut campur tangan dariku.”“Aku tidak yakin, James. Kalau aku yakin, aku tidak mungkin datang lagi ke sini dan memintamu kembali. Bahkan, Putri Rowena dan Pangeran Xylan ….”James mengerutkan kening dan akhirnya menoleh ke arah Diego, “Ada apa dengan mereka?”“Putri Rowena secara khusus mendatangiku saat aku baru saja tiba di istana. Dia memintaku untuk mencari tahu keberadaanmu, James. Pangeran Xylan juga mend

  • Sang Dewa Perang Terkuat    1. Kau Siap?

    “Jenderal, kita sudah terkepung.”Seorang prajurit dengan luka tembak di kaki menyeret dirinya untuk berjalan menuju ke tempat di mana sang jenderal perang Kerajaan Ans De Lou sedang mempersiapkan senjatanya.Prajurit yang terseok-seok ketika berjalan itu sudah tidak mengenakan pelindung kepala dan juga pelindung badannya yang lain. Hal itu membuat sang jenderal perang mendelik marah kepadanya, “Apa yang kau sudah lakukan? Di mana semua pelindungmu?”Sang prajurit dari kelas satu itu hanya bisa meringis menahan sakit dan menjawab, “Tidak bisa digunakan lagi, terlalu banyak luka tembakan.”Riley Mackenzie membelalakkan mata dan seketika melepas kacamata pelindung yang melindungi matanya.Pria muda itu sontak berjongkok dan melihat luka Benedict Arkitson yang ternyata sangat parah. Tidak hanya kakinya saja yang tertembak, tapi bagian perut kirinya rupanya juga terluka parah. Di samping itu, Riley melihat banyak luka lain yang tidak terhitung jumlahnya. “Tetaplah di sini! Staf medis a

  • Sang Dewa Perang Terkuat    Author's Note

    Dear, ReadersIni Zila Aicha yang ingin berterima kasih kepada seluruh pembaca setia novel ini. Saya tahu, season 2 dari buku ini mungkin membuat kecewa sebagian penggemar buku ini. Namun, percayalah saya sudah berusaha membuat buku ini dengan sepenuh hati.Bolehkah saya meminta pendapat Anda mengenai buku ini? Saya akan dengan senang hati membaca komentar Anda semua. Saran dan Kritik pun akan saya terima dengan bahagia.Selanjutnya, saya akan membuat season 3 dari buku ini, tapi Season 3 ini akan menjadi buku dengan tokoh utama “James Gardner.”Semoga Anda semua akan menyukainya.Salam hangat selaluZila Aicha

DMCA.com Protection Status