Beranda / Pernikahan / Hati Suamiku Milik Wanita lain / Bab 4. Surga Yang Tak Dirindukan.

Share

Bab 4. Surga Yang Tak Dirindukan.

Penulis: My mother
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-10 15:26:40

"Mau kemana, Num?" Suara merdu Arash menghentikan pergerakkan wanita yang tengah berbadan dua tersebut.

Hanum tersenyum getir saat melihat air yang menitik dari rambut tebal sang suami, tentu saja wanita itu paham apa yang telah terjadi hingga pria dihadapannya itu berkeramas ditengah malam.

"Mau mengambil pesanan," jawabnya lantas berbalik badan.

"Pesanan? Memangnya apa yang kamu pesan dijam segini?"

"Makanan."

"Kamu lapar? Ehm ... bukannya banyak makanan yang tersisa sehabis acaraku tadi."

"Aku menginginkan menu yang lain." Hanum merasa risih saat pria itu membuntutinya. "Kenapa mas malah mengikuti? Pergilah ke kamar istri barumu, nikmati malam pertama kalian." Kalimat Hanum membuat Arash mati kutu, langkahnya terpaksa berhenti.

"Ini benar no Hanum yang memesan?" tanya mang Ujang, penjaga rumah, dengan pandangan tak percaya. Pasalnya selama 3 tahun dirinya mengenal istri majikannya itu, baru kali ini lah pria berkulit cokelat itu mendapati sang majikan memesan makan di luar. Di rumah ada bik Ijah yang alih memasak, sebutkan saja Jenin makanannya, mau masakan Nusantara atau western, wanita setengah baya itu siap memasaknya. Makanya mang Ujang bertanya, memastikan benar atau tidaknya.

"Benar, mang. Ini tolong berikan uangnya kepada ojek online itu, ya. Bilang, ambil saja kembaliannya." Mang Ujang bergegas menerima tiga lembar uang berwarna merah dari tangan Hanum.

"Ini, yang satunya buat mamang." Hanum menerima satu kresek putih yang didalamnya terdapat dua kotak, mengambilnya satu lalu memberikannya kepada mang Ujang.

"Terimakasih, Non," ucap mang Ujang dengan wajah semringah, kebetulan sekali perutnya keroncongan. Dinginnya malam itu, membuat makanan yang dia lahap pukul 9 malam tadi terasa cepat sekali dicerna oleh tubuhnya, hingga rasa lapar pun tak bisa pria berumur itu elakkan.

"Sama-sama, mang. Ya udah, Hanum masuk dulu ya." Mang Ujang mengangguk dengan senyuman khasnya.

"Malang sekali nasib non Hanum, kenapa den Arash tega sekali memadunya," gumam mang Ujang sembari menggeleng-gelengkan kepala, dia benar-benar merasa iba dengan nasib wanita berparas ayu nan lembut itu.

Meski tak menggunakan hijab, Hanum selalu bersikap baik, berkata lemah lembut, tak perduli kondisinya yang tengah emosi sekalipun, wanita cantik itu selalu bertutur kata yang sopan.

Setiba didalam rumah, Hanum dibuat mende"ah saat melihat sang suami masih berdiri ditempatnya.

"Kenapa mas masih berdiri disana, temanilah wanita yang membuat hati mas itu bahagia. Kasihan dia, malam pertama ditinggal sendirian." Kalimat Hanum sukses membuat Arash tersindir, tapi tak juga merasa bersalah.

"Nanti subuh kami akan berangkat honeymoon ke Maldives." Mata Hanum seketika terpejam, hatinya berdesir merasakan sakit yang teramat sangat, tak hanya sakit mendengar pemberitahuan dari sang suami yang akan bepergian keluar negeri bersama istri barunya. Namun, Hanum juga merasakan sakit, sebab seumur pernikahan mereka tak sekalipun pria yang menikahinya itu mengajaknya melancong keluar negeri.

Jangankan berlibur dengan meninggalkan negara tercinta, yang didalam negeri saja tak pernah wanita cantik bertubuh langsing dan tinggi semampai itu rasakan bersama sang suami. Mentok hanya mengunjungi ayahnya yang berada di Yogyakarta, itupun hanya seminggu.

"Pergilah ... semoga sepulang dari kalian berlibur, kabar yang selama ini ditunggu-tunggu keluarga kita terdengar, semoga Rasti segera mengandung anakmu, mas." Perkataan Hanum tulus dari hatinya.

Wanita itu segera berlalu, meninggalkan Arash yang tak lagi mengeluarkan suara. Pandangan lelaki itu mengikuti langkah demi langkah yang istrinya jejakkan, hingga tubuh sang istri sepenuhnya masuk kedalam lift.

"Maafkan aku, Num. Aku tahu keputusanku ini menyakitkan perasaanmu, tapi aku juga tak bisa mengabaikan perasaanku untuk tidak menikahi Rasti."

***

"Mas darimana?" tanya seorang wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bathrobe, sama dengan Arash, rambut wanita itu juga menitikkan air, sebab baru selesai mandi besar.

"Dari melihat Hanum." Wajah Rasti langsung berubah mendengarnya.

"Memangnya apa yang terjadi dengan wanita itu? Apa dia meminta mas menemaninya?" tanya Rasti dengan nada tak suka.

"Panggil dia dengan namanya, tidak sopan memanggilnya dengan sebutan 'wanita itu. Dia lebih tua dua tahun darimu, panggil dia 'Mbak'."

"E-eh, i-iya. Maksudku mbak Hanum, mas." Dengan cepat Rasti meralat ucapannya, sebab Arash menunjukkan ketidaksukaan terhadap dirinya dalam memanggil sang istri pertama.

Wanita berhijab itu perlahan mendekatkan diri ke Arash, memangkas jarak keduanya, memainkan jari-jarinya dikancing piyama yang Arash pakai.

Pandangan keduanya saling bersitatap, Rasti kian agresif memainkan jari-jarinya ke daerah sensitif sang suami, membuat Arash mengeram. Dan pergumulan itu kembali tejadi.

Suara des*han menjadi saksi, betapa Keduanya tengah dimabuk cinta. Dini hari itu menjadi momen yang begitu membahagiakan bagi keduanya.

Berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh wanita yang tengah memasukkan steik kedalam mulutnya, setiap suapan yang masuk, maka berjatuhan pula lah air matanya.

Hanum sebenarnya kehilangan selera makan, tapi perutnya terasa berdenyut. Mau tak mau dia memaksakan makan, meski apa yang masuk kedalam mulutnya terasa begitu hambar, padahal makanan yang dia pesan dari aplikasi pesan antar itu memiliki penilaian terbaik, rating 5.

Fikiran Hanum bergerilya, membayangkan malam panjang yang dibabiskan sang suami dengan istri baru, membuat hatinya berkedut nyeri. Hatinya begitu sakit, memiliki suami yang raganya dinikmati oleh dua wanita. Itu sungguh menyakitkan.

Bayang-bayang ketika Arash menyentuhnya memenuhi isi kepala. Lalu Hanum membandingkan.

Siapa yang lebih baik?

Rasti atau dirinya?

"Apa yang kau fikirkan, Num. Sudah jelas keduanya saling mencintai, tentu saja suamimu menikmati malam yang lebih syahdu. Sedang dirimu? Arash hanya menggunakan nafsu, tak ada cinta saat melakukannya," batin Hanum dengan meringis pedih.

"Aku bagai surga yang tak dirindukan," ujarnya dengan mata terpejam, menikmati setiap sakit yang dia rasakan, hingga rasa sakit itu membawanya kesebuah mimpi.

Ya, mimpi yang didalamnya terdapat satu pasangan suami istri dengan bocah tampan bersama mereka tengah duduk disebuah taman.

Anehnya ada bocah lainnya yang bersembunyi dibalik tembok, menatap ke arah keluarga kecil itu dengan rasa rendah diri.

Hanum melihat bocah itu, lalu bergegas menghampiri. Bocah itu menghindar, berlari hingga kaki kecilnya tersandung dan mengelurakan darah.

"Nak ..." pekik Hanum.

Tring ... tring ... tring

Deringan ponsel berulang mengembalikan Hanum ke dunia nyata, dia tersentak dengan peluh berjatuhan. Matanya mengedar kepenjuru ruangan, nafasnya masih memburu.

"Astaghfirullah ... astaghfirullah, apa arti mimpi itu Ya Allah?" batin Hanum dengan menetralisir debaran jantungnya.

Tring ... tring ... tring

Lagi, suara ponselnya berbunyi.

"Bunda Henna?" Hanum membaca nama yang tertera dalam panggilan.

"Assalamualaikum, nak," tutur wanita setengah baya sesaat Hanum menekan tombol hijau pada gawai mahalnya.

"Wa'alaikumsalam, Bun. Maaf, Hanum baru bangun, makanya baru bisa menjawab."

"Iya tidak apa-apa, nak. Seharusnya Bunda yang meminta maaf karena mengganggu kamu sepagi ini," balas Henna merasa sungkan.

"Tidak apa-apa, Bun. Oh, ya, ada apa menelpon? Apa terjadi sesuatu dengan kondisi Ayah?" Hanum mulai cemas. Kondisi Ayahnya yang ringkih, membuat wanita itu menerka-nerka jika telah terjadi sesuatu dengan cinta pertamanya.

"Tidak, nak. Alhamdulillah beliau sehat. Hanya saja beberapa hari ini Ayahmu merasa gelisah, kefikiran kamu terus katanya. Kalau ada waktu, jengguklah beliau, nak, sebab kami tak bisa mengunjungimu. Hanum tahu kan, kondisi Ayah tak bisa membuatnya bepergian jauh."

"Ayah ..." lirih Hanum, beningan itu keluar lagi.

"Iya, Bun. Insyaallah kalau ada waktu Hanum akan pulang."

"Baiklah, nak. Bila ke sini jangan lupa bawa suamimu sekalian, ya. Ayahmu berkata, ada yang ingin dia sampaikan kepada suamimu itu. Oh ya, kalian baik-baik saja kan, nak? Hmm ... apakah Bunda boleh berbicara dengannya?"

"M-maa, mas Arash lagi ...."

Bab terkait

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 5. Kabar Bahagia Yang Menyakitkan.

    "M-mas Arash lagi dinas ke luar kota, Bun ...." Hanum menggigit bibir bawahnya."Owh, begitu. Ya, sudah, Bunda akhiri dulu ya, nak. Jaga kesehatan, Bunda dan Ayah menyayangimu selalu. Assalamualaikum ....""Wa'alaikumsalam ...."Tut ... Tut ... TutPanggilan pun berakhir.Hanum diam sesaat, dia jadi teringat akan Bundanya-- Henna, wanita yang barusan menelpon. Wanita yang sangat menyayanginya, bahkan kasih sayang yang dia dapatkan dari wanita setengah baya itu lebih besar dari wanita yang melahirkannya.Ya, Henna merupakan ibu tiri, istri pertama dari ayahanda tercinta. Marwan menikahi mamanya Hanum bukan karena wanita itu adalah wanita yang dia cinta, seperti kasus sang suami. Bukan. Bukan karena itu, melainkan paksaan dari Henna sendiri.Henna memiliki masalah dengan kesuburannya, hingga membuat dia tak bisa melahirkan penerus keluarga. Dulu, Hanum tidak menyukai istri kesayangan ayahnya tersebut, sebab Marwan selalu mencurahkan kasih sayangnya hanya untuk Henna, bahkan setelah mam

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-10
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 6. Tidak tahu diri.

    Rasti mengandung cucuku ..." Rita dengan begitu bahagia dan bangga menghampiri Hanum lantas memeluknya erat, menggoyangkan tubuh menantu pertamanya itu ke kiri dan ke kanan. Menggambarkan betapa senangnya diri mendapati istri kedua putranya itu berbadan dua.Tak mengapa hati Hanum merasa teriris, menyaksikan kedua mertuanya yang sebulan lalu dengan tegas menolak dan mengutuk keingan sang putra menikah lagi, kini malah menampilkan kebahagiaan tiada tara. Sangat bertolak belakang dengan sikapnya kemaren."Alhamdulillah, Ma. Hanum turut senang." "Iya, sayang. Akhirnya sebentar lagi terdengar juga tangisan bayi di rumah ini. Sudah lama sekali Mama menanti momen ini, tak disangka kabar ini Mama dapat dari Rasti yang baru saja menikah." Sangking bahagianya menantu kedua hamil, Rita sampai lupa jika kalimatnya tersebut menyakiti perasaan menantunya yang lain. "Mama bahagia sekali, nak," ujarnya lagi. Hanum mengangguk dengan menahan pedih."Selamat ya, Rasti. Semoga ibu dan janinnya selalu d

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-14
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 7. Suamiku?

    "Apa?" Bukan Hanum yang bersuara, melainkan Arman. Pria setengah baya itu murka mendengar permintaan menantu keduanya. Kekesalan Arman itu sangat kontras dengan perasaan Hanum."Jaga batasanmu, Rasti! Berpikir dulu sebelum meminta, apa kau pikir permintaanmu itu masuk akal? Kau seorang wanita seharusnya paham jika keinginan yang barusan kau sebutkan itu melukai perasaan Hanum. Jangan mentang-mentang kau hamil kau bisa bertingkah sesukamu! Jangan mentang-mentang kau mengandung cucuku, lantas bebas berkehendak!"Arman menatap tajam istri kedua putranya tersebut, membuat Rasti seketika menundukkan wajahnya sembari meremas ujung kerudungnya. Wanita itu mati ketakutan."Ya, nggak apa-apa lah, Pa. Mungkin itu permintaan janinnya. Lagian apa salahnya Rasti tidur di kamarnya Hanum." Rita malah membela."Iya kan, Nak? Nggak apa-apa kan Rasti pakai kamar kamu? Boleh, ya, ini demi cucu Mama."Hanum terdiam, bingung harus memberikan respon seperti apa. Bingung pula dengan pola pikir sang mertu

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-16
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 8

    "Nggak apa-apa. Silahkan lanjutkan kembali aktivitasnya, maaf aku mengganggu. Lain kali pastikan pintunya terkunci rapat, cukup kalian berdua saja yang tahu apa yang terjadi didalam kamar," ucap Hanum datar. Sebelum beranjak wanita itu melirik sekilas kearah sang suami yang terlihat salah tingkah."Tunggu, Num ....""Mas, mau kemana? Jangan kemana-mana, di sini aja temenin aku tidur. Nih anak kamu pengennya di kelon," rengek Rasti sambil mencekal pergelangan tangan suaminya, menghentikan pergerakan Arash yang akan mengejar sang istri pertama. Lagi-lagi wanita itu menggunakan kata 'anak' untuk mewujudkan keinginannya."Aku ingin menemui Hanum sebentar, sudah hampir satu bulan ini aku tidak berjumpa dengan dia. Kamu istirahat sendiri dulu, ya.""Ih, ngapain juga nengokin dia. Dia kan nggak kayak aku yang lagi ngandung anak kamu, nggak perlu diperhatiin dia nya, udah biarin aja, nggak usah dipikirin, kayak anak-anak aja. Mending ... nengokin si adek, udah dua minggu lho kamu nggak ngapa-

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-19
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 9.

    "Ngapain mas ke sini? Udah di bilang jangan tinggalin aku juga, ini masih aja pergi," omel Rasti. "Aku ini lagi hamil anak kamu lho, mas, jadi harus kamu jaga dan perhatikan. Bukan mas tinggalin dan malah datangin istri kamu yang mandul ini!""Rasti!!!" Arash mengeram menahan amarah, wajahnya memerah mendengar istri keduanya itu merendahkan wanita yang lebih dulu menemani tidurnya, Hanum. Sedang Hanum sendiri terlihat santai, toh apa yang wanita itu tuduhkan tidak benar, pikir wanita cantik berambut panjang yang tengah menikmati kunyahannya tersebut, sungguh wanita itu tak terganggu dengan penghinaan yang madunya itu berikan. Jelas, karena sama halnya dengan Rasti, Hanum pun tengah mengandung."Jaga ucapanmu! Hanum tidak mandul!" Kali ini pria rupawan itu merasa wanita yang belum lama dia nikahi itu telah melewati batas. "Dimana tutur bahasamu yang lemah lembut dan tidak pernah berkata kasar dulu? Dimana?! Mengapa setelah kita menikah sikapmu berubah begini? Aku sampai tak mengenali p

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 10. Bermain peran.

    "Aku tidak pernah berhubungan dengan hal-hal begituan, tidak pernah terpikirkan juga. Lagian tidak ada manfaatnya bagiku.""Jelas ada, karena dengan begitu kamu bisa merebut mas Arash dariku," ujarnya tajam, menatap nyalang kearah wanita yang dia pikir telah merenggut kebahagiaannya, padahal dia lah pelakunya."Hei! Sadar dengan ucapanmu itu? Siapa yang merebut siapa pula yang tertuduh? Harusnya aku yang berkata demikian. Kamu lah si perebut itu. Aneh! Lagian aku heran melihat kalian berdua, katanya saling mencintai, tapi yang kulihat malah sebaliknya. Aku jadi sangsi sendiri. Kamu bisa lihat kan, bagaimana suamimu itu menghiba padaku, dia takut kehilanganku. Aku jadi berpikiran buruk, jangan-jangan kamulah yang main dukun!"Agghhhhhhhh ...."Perutku, sakit ...." Hanum kaget melihat madunya itu tiba-tiba saja mengerang kesakitan sembari memegang perutnya, padahal barusan saja wanita dihadapannya itu dalam kondisi sehat, tidak ada tanda-tanda sakit, tak terlihat pucat pada wajahnya."As

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 11

    "Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan cucu dan menantu saya? Apakah telah terjadi sesuatu?" cecar Rita dengan begitu panik.Sama halnya dengan Rasti, wanita hamil yang tengah diperiksa oleh Dokter senior di rumah sakit ternama itu pun diliputi rasa panik. Panik karena kebohongannya sebentar lagi bakal terbongkar. Dokter Amina menggode perawat yang stand by di ruangannya agar membantu Rasti bangun dari tempat pemeriksaan. Sebelum beranjak dari posisinya, dokter lawas itu tersenyum penuh arti kearah Rasti. Rasti yang paham akan makan senyuman tersebut hanya mampu menunduk dengan hati gusar."Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja. Baik Ibu dan calon bayinya dalam keadaan sehat, tidak ada kondisi yang perlu dikhawatirkan," jelas dokter Amina dengan begitu tenang.Arash dan Hanum yang juga ikut masuk kedalam ruangan itu bernafas lega mendengar penjelasan dari dokter Amina barusan. Terutama Hanum, wanita itu takut disalahkan jika terjadi sesuatu pada janin madunya, mengingat bagaimana sang ma

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 12. Kedatangan Ayahnya Hanum

    "Astaghfirullah! Dijaga ucapannya bu Rasti, jangan sampai tuduhan ibu ini malah menjadi bumerang bagi ibu sendiri. Bu Hanum tidak mandul, saya jamin itu, sebab Hanum dulu pernah mendatangi saya untuk melakukan tes kesuburan, dan hasilnya baik." Dokter yang menggunakan jilbab lebar itu menggeleng-gelengkan kepalanya."Tidak apa-apa, dok. Saya sudah biasa mendapatkan tuduhan seperti itu," sahut Hanum berusaha tegar. "Beruntung lah laki-laki yang menikahimu, Nak, dan celakalah laki-laki yang menyia-nyiakanmu." Telak, kalimat dokter Amina mampu menghunus sanubari Arash. Pria itu seketika mematung, Arash bener-bener tersindir. Sebenarnya jauh di dalam hatinya, Arash menyesal atas tindakannya menikahi Rasti.Cinta yang kerap dia gaung-gaungkan selama ini, nyatanya tak membuat pernikahan yang dia jalani dengan wanita itu berjalan indah, yang ada hanyalah rasa penyesalan tak bertepi. Tapi apa mau di kata? Nasi sudah menjadi bubur, sudah kadung terjadi."Kalau begitu silahkan keluar, ya. Pem

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10

Bab terbaru

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 14. Menjatuhkan talak?

    "Bagaimana kondisi Ayahmu, mbak? Apakah dia meninggal?" Hanum yang berada di dapur guna membasahi kerongkongannya yang kering, sontak tersulut emosi kala mendengar pertanyaan dari sang madu. Plak!Akkhhhhhh ....Rasti terpekik saat Hanum mendaratkan satu tamparan keras di pipi mulusnya. Wanita itu kaget hingga mulutnya terbuka lebar. Tak menyangka mendapatkan reaksi demikian."Jaga mulutmu, Rasti! Apa maksud perkataanmu barusan? Bertanya atau justru mendo'akan Ayahku agar cepat menemui ajalnya?" sentak Hanum dengan wajah sepenuhnya memerah."Mengapa mbak menamparku? Aku hanya bertanya, mengapa berlebihan seperti ini?""Apa kau bilang? Berlebihan? Sekarang aku tanya balik, seandainya Ibumu sakit dan aku bertanya apakah Ibumu meninggal. Kira-kira bagaimana reaksimu? Apa kau senang atau malah mengamini ucapanku?" Rasti tertunduk sambil memegang pipinya yang terasa panas, tamparan yang Hanum berikan tadi sangatlah kuat. "Tolong, tunjukkan empatimu!" Hanum beranjak dari posisinya. Namun

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 13. Nyaris kehilangan

    "Papa ...." Hanum syok bukan main saat ayahnya tepat berada di depan matanya.Marwan menatap satu persatu wajah yang menghiasi meja makan milik sahabatnya tersebut."Siapa dia?" tanya ayahnya Hanum tanpa berbasa-basi, dagunya menunjuk kearah Rasti yang tengah menatap kearahnya juga.Hening, tak ada satupun yang berani memberikan jawaban. Hanya derap langkah kaki Hanum, Arman dan Arash yang terdengar sedang melangkah kearahnya."Ayah," sebut Hanum dengan begitu pelan. Wanita cantik itu mengulurkan tangannya bermaksud menyalami punggung tangan cinta pertamanya tersebut. Namun sayang, uluran tangan wanita cantik itu diabaikan. "Mas ..." bisik Henna sambil mengelus punggung sang suami. Meminta suaminya untuk tenang, sebab begitu terasa tubuh suaminya itu bergetar seperti tengah menahan amarah."Tadi Ayah mendengar jika wanita yang tengah berdiri disamping Mama mertuamu itu menyebut dirinya sebagai istri kedua suamimu, apakah itu benar, Num?" Marwan menatap netra indah Putri semata wayang

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 12. Kedatangan Ayahnya Hanum

    "Astaghfirullah! Dijaga ucapannya bu Rasti, jangan sampai tuduhan ibu ini malah menjadi bumerang bagi ibu sendiri. Bu Hanum tidak mandul, saya jamin itu, sebab Hanum dulu pernah mendatangi saya untuk melakukan tes kesuburan, dan hasilnya baik." Dokter yang menggunakan jilbab lebar itu menggeleng-gelengkan kepalanya."Tidak apa-apa, dok. Saya sudah biasa mendapatkan tuduhan seperti itu," sahut Hanum berusaha tegar. "Beruntung lah laki-laki yang menikahimu, Nak, dan celakalah laki-laki yang menyia-nyiakanmu." Telak, kalimat dokter Amina mampu menghunus sanubari Arash. Pria itu seketika mematung, Arash bener-bener tersindir. Sebenarnya jauh di dalam hatinya, Arash menyesal atas tindakannya menikahi Rasti.Cinta yang kerap dia gaung-gaungkan selama ini, nyatanya tak membuat pernikahan yang dia jalani dengan wanita itu berjalan indah, yang ada hanyalah rasa penyesalan tak bertepi. Tapi apa mau di kata? Nasi sudah menjadi bubur, sudah kadung terjadi."Kalau begitu silahkan keluar, ya. Pem

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 11

    "Bagaimana, Dok? Bagaimana keadaan cucu dan menantu saya? Apakah telah terjadi sesuatu?" cecar Rita dengan begitu panik.Sama halnya dengan Rasti, wanita hamil yang tengah diperiksa oleh Dokter senior di rumah sakit ternama itu pun diliputi rasa panik. Panik karena kebohongannya sebentar lagi bakal terbongkar. Dokter Amina menggode perawat yang stand by di ruangannya agar membantu Rasti bangun dari tempat pemeriksaan. Sebelum beranjak dari posisinya, dokter lawas itu tersenyum penuh arti kearah Rasti. Rasti yang paham akan makan senyuman tersebut hanya mampu menunduk dengan hati gusar."Alhamdulillah, semuanya baik-baik saja. Baik Ibu dan calon bayinya dalam keadaan sehat, tidak ada kondisi yang perlu dikhawatirkan," jelas dokter Amina dengan begitu tenang.Arash dan Hanum yang juga ikut masuk kedalam ruangan itu bernafas lega mendengar penjelasan dari dokter Amina barusan. Terutama Hanum, wanita itu takut disalahkan jika terjadi sesuatu pada janin madunya, mengingat bagaimana sang ma

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 10. Bermain peran.

    "Aku tidak pernah berhubungan dengan hal-hal begituan, tidak pernah terpikirkan juga. Lagian tidak ada manfaatnya bagiku.""Jelas ada, karena dengan begitu kamu bisa merebut mas Arash dariku," ujarnya tajam, menatap nyalang kearah wanita yang dia pikir telah merenggut kebahagiaannya, padahal dia lah pelakunya."Hei! Sadar dengan ucapanmu itu? Siapa yang merebut siapa pula yang tertuduh? Harusnya aku yang berkata demikian. Kamu lah si perebut itu. Aneh! Lagian aku heran melihat kalian berdua, katanya saling mencintai, tapi yang kulihat malah sebaliknya. Aku jadi sangsi sendiri. Kamu bisa lihat kan, bagaimana suamimu itu menghiba padaku, dia takut kehilanganku. Aku jadi berpikiran buruk, jangan-jangan kamulah yang main dukun!"Agghhhhhhhh ...."Perutku, sakit ...." Hanum kaget melihat madunya itu tiba-tiba saja mengerang kesakitan sembari memegang perutnya, padahal barusan saja wanita dihadapannya itu dalam kondisi sehat, tidak ada tanda-tanda sakit, tak terlihat pucat pada wajahnya."As

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 9.

    "Ngapain mas ke sini? Udah di bilang jangan tinggalin aku juga, ini masih aja pergi," omel Rasti. "Aku ini lagi hamil anak kamu lho, mas, jadi harus kamu jaga dan perhatikan. Bukan mas tinggalin dan malah datangin istri kamu yang mandul ini!""Rasti!!!" Arash mengeram menahan amarah, wajahnya memerah mendengar istri keduanya itu merendahkan wanita yang lebih dulu menemani tidurnya, Hanum. Sedang Hanum sendiri terlihat santai, toh apa yang wanita itu tuduhkan tidak benar, pikir wanita cantik berambut panjang yang tengah menikmati kunyahannya tersebut, sungguh wanita itu tak terganggu dengan penghinaan yang madunya itu berikan. Jelas, karena sama halnya dengan Rasti, Hanum pun tengah mengandung."Jaga ucapanmu! Hanum tidak mandul!" Kali ini pria rupawan itu merasa wanita yang belum lama dia nikahi itu telah melewati batas. "Dimana tutur bahasamu yang lemah lembut dan tidak pernah berkata kasar dulu? Dimana?! Mengapa setelah kita menikah sikapmu berubah begini? Aku sampai tak mengenali p

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 8

    "Nggak apa-apa. Silahkan lanjutkan kembali aktivitasnya, maaf aku mengganggu. Lain kali pastikan pintunya terkunci rapat, cukup kalian berdua saja yang tahu apa yang terjadi didalam kamar," ucap Hanum datar. Sebelum beranjak wanita itu melirik sekilas kearah sang suami yang terlihat salah tingkah."Tunggu, Num ....""Mas, mau kemana? Jangan kemana-mana, di sini aja temenin aku tidur. Nih anak kamu pengennya di kelon," rengek Rasti sambil mencekal pergelangan tangan suaminya, menghentikan pergerakan Arash yang akan mengejar sang istri pertama. Lagi-lagi wanita itu menggunakan kata 'anak' untuk mewujudkan keinginannya."Aku ingin menemui Hanum sebentar, sudah hampir satu bulan ini aku tidak berjumpa dengan dia. Kamu istirahat sendiri dulu, ya.""Ih, ngapain juga nengokin dia. Dia kan nggak kayak aku yang lagi ngandung anak kamu, nggak perlu diperhatiin dia nya, udah biarin aja, nggak usah dipikirin, kayak anak-anak aja. Mending ... nengokin si adek, udah dua minggu lho kamu nggak ngapa-

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 7. Suamiku?

    "Apa?" Bukan Hanum yang bersuara, melainkan Arman. Pria setengah baya itu murka mendengar permintaan menantu keduanya. Kekesalan Arman itu sangat kontras dengan perasaan Hanum."Jaga batasanmu, Rasti! Berpikir dulu sebelum meminta, apa kau pikir permintaanmu itu masuk akal? Kau seorang wanita seharusnya paham jika keinginan yang barusan kau sebutkan itu melukai perasaan Hanum. Jangan mentang-mentang kau hamil kau bisa bertingkah sesukamu! Jangan mentang-mentang kau mengandung cucuku, lantas bebas berkehendak!"Arman menatap tajam istri kedua putranya tersebut, membuat Rasti seketika menundukkan wajahnya sembari meremas ujung kerudungnya. Wanita itu mati ketakutan."Ya, nggak apa-apa lah, Pa. Mungkin itu permintaan janinnya. Lagian apa salahnya Rasti tidur di kamarnya Hanum." Rita malah membela."Iya kan, Nak? Nggak apa-apa kan Rasti pakai kamar kamu? Boleh, ya, ini demi cucu Mama."Hanum terdiam, bingung harus memberikan respon seperti apa. Bingung pula dengan pola pikir sang mertu

  • Hati Suamiku Milik Wanita lain    Bab 6. Tidak tahu diri.

    Rasti mengandung cucuku ..." Rita dengan begitu bahagia dan bangga menghampiri Hanum lantas memeluknya erat, menggoyangkan tubuh menantu pertamanya itu ke kiri dan ke kanan. Menggambarkan betapa senangnya diri mendapati istri kedua putranya itu berbadan dua.Tak mengapa hati Hanum merasa teriris, menyaksikan kedua mertuanya yang sebulan lalu dengan tegas menolak dan mengutuk keingan sang putra menikah lagi, kini malah menampilkan kebahagiaan tiada tara. Sangat bertolak belakang dengan sikapnya kemaren."Alhamdulillah, Ma. Hanum turut senang." "Iya, sayang. Akhirnya sebentar lagi terdengar juga tangisan bayi di rumah ini. Sudah lama sekali Mama menanti momen ini, tak disangka kabar ini Mama dapat dari Rasti yang baru saja menikah." Sangking bahagianya menantu kedua hamil, Rita sampai lupa jika kalimatnya tersebut menyakiti perasaan menantunya yang lain. "Mama bahagia sekali, nak," ujarnya lagi. Hanum mengangguk dengan menahan pedih."Selamat ya, Rasti. Semoga ibu dan janinnya selalu d

DMCA.com Protection Status