Diana mengetahui kalau suaminya ternyata telah menikah lagi dengan seorang wanita yang dikenal Diana sebagai ipar dari suaminya. Suami Marisa meninggal dan ibu mertuanya meminta sang suami untuk menjaga dan mengutaman Marisa dan anaknya bersama Mahesa, bahkan lebih gila lagi, suaminya di suruh menikahi Marisa tanpa izin dari Diana. Diana memilih untuk pergi setelah dia mengumumkan kepada seluruh karyawannya kalau dirinya adalah pewaris satu-satunya dari pemilik perusahaan tempat suami dan selingkuhnya bekerja. Bagaimana sikap Dani dan ibunya saat tahu kalau Diana adalah pewaris Mahesa Group? Apakah Dani akan menyesal dan meminta maaf pada Diana yang kini memiliki hubungan dengan Erik, pria yang tanpa sengaja berpapasan dengan Diana saat Diana terluka melihat pengkhianatan suaminya dan ipar yang ternyata mantan terindah suaminya dimasa lalu. Apa yang akan terjadi pada pernikahan mereka? Saksikan terus kisah mereka hanya di good novel, terima kasih.
View MoreDiana saat ini sedang ada di sebuah butik bersama putrinya yang besok akan ulang tahun. Kebetulan ulang tahun Raisa hampir sama waktunya dengan Andien, putri dari Marisa hasil pernikahannya bersama almarhum Mahesa yang sudah meninggal empat bulan yang lalu karena kecelakaan fatal saat dia pulang dari luar kota.
"Mah, kenapa Papa tidak ikut bersama kita untuk membeli gaun untuk pestaku besok?" tanya Raisa dengan raut wajah sedih.
"Raisa ingin sekali, Mah. Kita bertiga sibuk mengurus pesta ulang tahunku. Tapi, Papa jauh lebih sibuk untuk mengurus keluarga Tante Marisa dari pada kita berdua." Raisa menunjukkan kesedihan di wajahnya yang membuat Diana semakin kalut hatinya.
Diana terhiris hatinya mendengar putrinya yang sedang merindukan ayahnya. Dani saat ini sedang mengadakan pesta ulang tahun Andien di mall dengan mertuanya dan juga Marisa.
'Kamu jahat sekali, Mas. Kamu jauh lebih mementingkan Andien dari pada Raisa, anak kamu sendiri.' batin Diana merasakan perih.
Hati siapa yang tak akan terluka bila melihat anak yang dia sayangi harus menanggung beratnya rindu kepada ayahnya sendiri? Padahal sang ayah saat ini sedang mereguk bahagia bersama anak dari iparnya.
Diana tadi tanpa sengaja melihat story w******p milik Marisa dan ibu mertuanya yang terlihat begitu bahagia sedang berpesta bersama suaminya. Hati Diana rasanya sakit sekali melihat semua itu. Tetapi Diana berusaha untuk tegar dan tidak menangis di depan putri kesayangannya.
Sudah hampir empat bulan, sejak Mahesa meninggal, sampai saat ini Dani selalu direpotkan dengan Andien dan Marisa yang selalu meminta di temani oleh Dani dalam segala hal. Diana sendiri merasa bingung untuk menyikapi semua itu.
"Sabar sayang, Papa saat ini masih sibuk di kantor dengan pekerjaannya. Bukankah Papa sudah berjanji akan menemanimu ketika ulang tahunmu besok?" tanya Diana sambil tersenyum kepada Raisa yang masih terlihat sedih sekali. Berusaha membujuk dan menghibur Raisa yang terluka karena ayahnya.
Entah terbuat dari apa hati Dani dan Marisa serta ibu mertuanya, sehingga tidak pernah memikirkan perasaan Raisa yang harus selalu menahan diri untuk bisa bersama dengan ayah kandungnya sendiri.
Marisa dan Dani memang bekerja di satu kantor. Dani sekarang menjadi seorang Direktur keuangan dari perusahaan multi nasional. Sementara Marisa sebagai sekretaris Dani.
Hal itu yang dijadikan oleh Halimah sebuah alasan untuk mendekatkan Dani dan Marisa. Setiap hari mereka berangkat dan pulang kerja bersama. Setelah pulang kerja Dani biasanya tidak langsung pulang ke rumah tetapi mampir di rumah ibunya hanya untuk sekedar menidurkan Andien yang selalu rewel dan lengket kepada Dani.
Sementara Raisa harus berpuas diri dengan tidur bersama ibunya yang setiap hari selalu membacakan dongeng untuknya tanpa kehadiran Dani sebagai ayahnya.
Setelah selesai membeli gaun dan keperluan pesta, dengan hati bahagia Mereka pun kembali ke rumah. Tapi saat Diana hendak masuk ke dalam mobilnya, dia melihat Dani dan Marisa keluar dari mobil dengan bergandengan tangan, mesra sekali.
Kalau orang yang tidak tahu status dan hubungan mereka berdua pasti mengira kalau mereka adalah pasangan suami istri. Hati Diana amat sakit melihat semua itu. Cemburu? Entahlah! Diana merasa hatinya seakan mati melihat mereka yang seakan tak perduli dengan statusnya sebagai istri sah Dani.
"Mas? Apa yang kalian lakukan dengan saling bergandeng tangan seperti itu?" tanya Diana dengan suara gemetar dan menuntut jawaban dari Dani yang terlihat biasa dan dingin saja.
"Papa jahat sekali karena sudah tidak peduli dengan kami. Papa, apakah kami sudah bukan keluargamu lagi?" hati Diana rasanya seperti terkena palu bogem kala mendengar ucapan putri kecilnya yang pasti merasa kecewa dengan suaminya.
Dani mendekati Raisa lalu jongkok di depan gadis kecil itu yang mulai menangis. "Papa mau mengantarkan tante Marisa untuk berbelanja, besok mau ada ulang tahun Andien." ucap Dani menjelaskan perihal keberadaannya di tempat itu bersama Marisa.
Diana tentu saja merasa heran dengan perkataan suaminya. "Apakah masih perlu pesta lagi? Bukankah tadi kalian baru saja berpesta dengan begitu mewah di mall yang tidak jauh dari sini?" tanya Diana dengan suara sumbang.
Sakit? Tentu saja!
"Awalnya aku berpikir kalau Andien sudah merasa cukup dengan pesta di mall saja. Tetapi dia ingin mengundang teman-temannya datang ke rumah. Aku tidak mau kalau Andien nanti ngamuk dan sakit. Kamu tahu sendiri bukan? Andien kalau keinginannya tidak dituruti pasti sakit." kali ini Marisa yang menjawab.
Wanita yang berstatus sebagai adik iparnya terlihat tidak canggung sama sekali ketika dia tetap menggenggam telapak tangan Dani di hadapan Diana. Dani terlihat mengikuti pandangan mata Diana.
Saat sadar apa yang di lihat oleh istrinya, Dani lalu menarik tangannya dari genggam tangan Marisa. Marisa terlihat kecewa dengan apa yang dilakukan oleh Dani.
"Pulanglah ke rumah dulu, nanti mas akan menemuimu di sana. Mas mau menemani Marisa untuk berbelanja sebentar," Dani sudah bersiap untuk meninggalkan mereka berdua.
Hati Diana tentu saja merasa sakit mendengar perkataan suaminya yang terlihat tidak perduli dengan air mata putrinya dan masih memaksakan diri untuk bersama dengan Marisa yang berstatus sebagai mantan iparnya karena Mahesa, adik dari suaminya sudah lama meninggal.
Diana benar-benar tidak mengerti dengan pola pikir Ibu mertuanya yang tidak membiarkan Marisa untuk kembali kepada kedua orang tuanya. Padahal Mahesa sudah meninggal cukup lama.
Lebih aneh lagi, suaminya yang selalu diminta oleh ibu mertuanya untuk mengurus semua kebutuhan mereka berdua dengan dalih mengurus janda dan anak yatim. Diana sebenarnya merasa sangat kecewa dengan kelakuan Ibu mertuanya yang egois dan tidak memperduli dengan perasaannya dan Raisa.
"Tidak usah pulang saja, Mas! Kamu habiskan saja waktumu bersama dengan keluarga barumu yang sangat kasihan itu!" karena kesal, Diana kemudian langsung menggendong Raisa yang masih menangis terisak melihat ayahnya yang pergi dengan Marisa tanpa merasa iba sama sekali kepada dirinya.
Dani menghentikan langkahnya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Diana.
"Mba, tidak perlu berlebihan seperti itu dalam memandang hubungan kami berdua. Kami juga memiliki hak untuk bersama Mas Dani, karena Mas Mahesa sebelum meninggal sudah menitipkan kami berdua kepada kakaknya yang kaya dan hebat." Diana merasa panas telinganya mendengar apa yang dikatakan oleh Marisa yang tak tahu malu.
Entah terbuat dari apa otak dan pikiran wanita itu yang dengan tanpa tahu malu dia bahkan mengelus dada Dani di hadapan Diana.
"Perempuan gila!" hanya itu yang mampu diucapkan oleh Diana saat dia masuk ke dalam mobilnya dan sudah tidak peduli lagi dengan apapun yang dilakukan oleh suaminya dan iparnya yang tak tahu malu.
Dani sebenarnya merasakan tidak enak hatinya melihat putrinya yang selama ini dia sayangi menangis dengan begitu sedih. Tetapi dia juga tidak bisa mengabaikan begitu saja tentang Andien yang selalu sakit kalau tidak dituruti keinginannya.
Dani bimbang antara menemani Marisa atau kah menyusul Diana. Apa yang akan Dani lakukan?
Dengan segala kekecewaan akhirnya Dani kembali ke Indonesia dengan tangan hampa. Dani bahkan tidak bisa bertemu dengan Raisa karena James yang menghalangi mereka untuk bertemu."Kurang ajar! Dasar tetangga tidak ada akhlak! Bisa-bisanya dia merampas istriku! Aku akan melakukan segala cara untuk merebut Diana dan Raisa dari tangan dia!" geram Dani saat dia memasuki rumahnya.Dani dikejutkan dengan kehadiran Marissa dan Andien yang menyambut kedatangannya."Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Dani yang merasa tidak senang dengan kehadiran mereka berdua di rumahnya."Mereka berdua akan tinggal bersama kita!" ucap sang ibu yang tiba-tiba saja sudah berada di antara mereka."Mama tidak usah ikut campur urusanku lagi! Gara-gara mama Aku kehilangan segalanya dan sekarang menjadi pecundang! Mereka bukan tanggung jawabku karena aku sudah menceraikan Dia! Lagipula, Andien bukanlah darah dagingku dan aku tidak akan pernah mau menghabiskan hidupku untuk mengurus dia!" tegas Dani yang menolak
"Baiklah, aku akan mencapai tuntutanku tapi dengan suatu syarat," pinta James pada akhirnya. Diana tentu saja merasa senang mendengarnya dan antusias untuk segera mengetahui syarat yang James maksud."Apa?""Aku berharap kamu tidak menemui dia lagi. Sayang, aku benar-benar merasa sangat cemburu dan takut kamu akan kembali tergerak hatinya dengan laki-laki itu. Kamu bisa mengerti perasaan aku kan?" tanya James sambil menatap Intens mata Diana.Diana terdiam beberapa saat lamanya. "Kami memiliki anak bersama, James. Bagaimana mungkin tidak akan bertemu dia selama sia hidup ini?" tanya Diana yang merasa Dilema dengan syarat itu.James memeluk Diana. "Aku akan selalu mendampingimu ketika kalian bertemu. Sayang, tolong pahami aku ya? Aku hanya tidak ingin kehilangan kamu!" pinta Jane dengan lembut dan membuai Diana dalam cinta.Diana menatap Dani yang masih menunggu keputusan mereka. " Lalu bagaimana dengan Jasmine? Bukankah kalian bertunangan?"Deg!!James terkejut karena karena Diana ter
"Gara-gara kamu menerima lamaran James, dia menolak untuk dijodohkan denganku. Dasar perempuan sundal!" pekik gadis itu dengan penuh amarah kepada Diana.Deg!Dani membeku di tempat mendengar hal itu. "Diana menerima lamaran dari James? Tunggu dulu! Kenapa rasanya aku kenal dengan nama itu?" monolog Dani sambil kembali mengingat-ingat nama James di memorynya."Sialan! Bukankah James itu adalah tetangga kami ketika tinggal di luar negeri? Gimana dia bisa melamar Diana?? Bagaimana nasib istrinya? Oh, tidak!! Apakah Diana mau dijadikan istri kedua oleh bajingan itu!" pekik Dani merasa tidak senang dengan apa yang ada dalam pikiran nya.Saat Dani hendak mendekat ke arah Diana, dia melihat seorang lelaki bule yang begitu familiar dimatanya mendekati kedua wanita yang sedang ribut itu. Diana memilih diam dan tidak meladeni gadis itu yang seperti menggila melihat Diana begitu acuh dan tenang dalam menghadapinya yang sudah seperti kesetanan."Stop it, Jasmine!" sentak James yang menarik tanga
Marissa kembali ke Indonesia dengan perasaan berkecamuk. Ada ribuan dendam yang semakin membuat hidupnya tak tenang jika memikirkan tentang Diana yang merupakan saingan baginya sejak lama. Marissa mengepalkan kedua tangan saat melihat semua barangnya sudah berada di luar dan apartemen itu telah berganti kepemilikan."Sial! Hidupku berubah dalam semalam gegara perempuan kurang ajar itu! Entah apa yang dia lakukan padaku sehingga selalu memberikan kesialan padaku tiap kali bertemu dengan dia!" kesal Marissa yang akhirnya mau tidak mau meninggalkan apartemen itu juga.Pantang bagi Marissa untuk mengemis pada Darma yang sudah membuangnya layaknya kotoran yang tak berharga. Dengan terseok Marissa kembali ke rumah kontrakan yang di tempati oleh Andien dan pengasuhnya."Mama?? Mama akhirnya pulang juga!" teriak Andien dengan penuh kebahagiaan.Marissa yang sedang kesal mendadak baik mood nya saat melihat Andien yang menyambutnya dengan penuh kebahagiaan. Tetapi saat ini dia sedang lelah seka
James sudah membawa koper miliknya dan bersiap berangkat ke bandara. Dia melirik sejenak ke arah apartemen milik Diana. Dia berharap bisa melihat wanita yang dia cintai untuk terakhir kalinya. Tapi nihil! Disana hanya ada kesunyian karena tampaknya Diana masih sibuk dengan aktivitasnya di pagi hari untuk menyiapkan sarapan buat Raisa dan mempersiapkan diri berangkat bekerja.Dengan langkah gontai James masuk ke dalam mobilnya. Dia sudah merasakan putus asa untuk dapat menyentuh relung hati Diana. Hati wanita jika sudah terluka memang sangat sulit untuk kembali disembuhkan. Butuh waktu dan kesabaran ekstra untuk bisa melakukan itu. James sadar kalau dia sedang melakukan sesuatu yang amat mustahil.Ketika James hendak masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba saja sebuah suara mengagetkannya dan sukses membuat James membeku seketika itu juga. "James, apakah kamu berencana pergi untuk tidak berpamitan padaku secara langsung?" tanya Diana dengan suara bergetar."Diana? Kamu sedang apa disitu?" ta
Diana menatap ponselnya dan membaca pesan yang ditinggalkan James untuknya. "Selamat malam Diana. Maafkan aku yang sudah mengganggu waktumu. Aku hanya ingin menyampaikan padamu bahwa besok aku akan kembali ke Kanada. Maafkan aku jika sudah membuat merasa tidak nyaman Sejak pertemuan kita kembali. Aku harap kamu akan bisa berdamai dengan masa lalumu dan menemukan kebahagian hidup di masa depan."Diana meletakkan kembali ponselnya di atas nakas dia tidak berniat sama sekali untuk menjawab pesan tersebut. Entah kenapa Diana merasakan ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. "Selamat jalan, James. Aku mendoakan kebahagiaanmu dari sini. Maafkan aku yang terpaksa harus bersikap ketus kepadamu untuk mengikis jarak yang sedang kau upayakan kembali terjalin seperti dulu. Tapi saat ini hatiku sedang tidak ingin memeluk cinta lagi. Maafkan aku!" sesal Diana sambil menghapus air mata yang mengalir begitu saja di pipinya.Diana kembali melihat ke arah ponselnya yang kembali berbunyi. Tanda ada pesan
Diana menatap seorang wanita yang saat ini sedang bergelayut manja di lengan seorang pria yang duduk di hadapannya. Saat ini mereka akan menandatangi surat perjanjian kerjasama."Nyonya Diana kenapa datang sendiri saja? Dimana suaminya?" tanya Darma sambil tersenyum pada Diana yang masih berusaha untuk menentramkan hatinya saat ini."Bukan urusan anda. Bukankah pertemuan kita kali ini hanya untuk menandatangani surat perjanjian kerjasama saja? Saya rasa, tak perlu kita membawa pasangan kita di dalam pertemuan seperti ini. Betul begitu, ibu Marissa?" tanya Diana sambil tersenyum mengejek. Bagaimana tidak? Diana jelas mengenai sosok lelaki yang duduk di hadapannya, bahkan kenal siapa istrinya. Kenapa dia datang bersama Marissa yang bukan istri sah lelaki itu? Otak cerdas Diana bisa langsung menilai apa yang sedang terjadi di sana.Marissa mengerucutkan bibirnya. "Rupanya kau masih menyimpan dendam padaku, Diana? Aku sudah melepaskan suamimu yang sudah tak berguna itu. Aku tak peduli pad
Halimah mendatangi Marissa di sekolah Andien pada jam pulang. Halimah memiliki misi untuk bekerja sama dengan mantan menantunya itu yang sama-sama berotak nakal dan culas."Tante mau apa kesini? Bukankah sejak perceraianku dengan Mas Dani, tante sudah gak sudi lagi kenal dengan kami?" tanya Marissa dengan tatapan sinis ke arah Halimah.Halimah membelalakkan matanya karena Marissa yang terlalu berterang dihadapannya. CkckckHalimah berdecak lidah melihat penampilan Marissa yang terlalu terbuka menurutnya."Kamu tidak malu berpenampilan seperti itu di hadapan anakmu maupun gurunya dan teman-temannya?" tanya Halimah yang sedikit risih melihat keseksian Marissa yang terlalu berlebihan dimatanya.Marissa hendak berlalu dan meninggalkan Halimah yang membuat moodnya rusak siang itu dengan ucapannya yang sok suci."Dengar ya, tan! Bukan kapasitas tante untuk mengomentari hidupku! Sebaiknya tante urus saja hidup tante dan anak tante sendiri. Ga usah rese dengan hidup orang lain!" sengit Maris
"Awas!" Teriak seseorang ketika Raisa hendak menyebrang dalam keadaan melamun dan diseberang sana ada sebuah mobil yang hendak menabraknya. Sepertinya mobil itu mengalami masalah dengan remnya. Lelaki itu langsung berlari dan menarik Raisa ke pinggir agar tidak tertabrak.Diana yang sedang memasukkan belanjaan ke dalam mobilnya sontak terkejut mendengar insiden itu. Dia menengok ke sampingnya untuk mencari Raisa, nihil."Dimana Raisa?" Diana bermonolog sendiri. Dia tadi melihat Raisa mengikuti dirinya di belakang setelah mereka belanja bulanan, tetapi Raisa sekarang tidak ada disampingnya."Sayang? Kamu dimana?" tanya Diana yang tampaknya masih belum ngeh tentang kejadian tadi yang hampir menewaskan Raisa yang berjalan sambil melamun."Mama!" Teriak Raisa dari seberang jalan sambil digenggam telapak tangannya oleh laki-laki yang tadi menolongnya. Raisa sejenak mengurutkan keningnya karena merasa tidak mengenali lelaki yang bersama dengan Raisa."Kamu dari mana saja? Kenapa datang bers
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments