Beranda / Romansa / Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO / 1. Ketika Waktu Menjadi Musuh

Share

Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO
Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO
Penulis: Ndraa Archer

1. Ketika Waktu Menjadi Musuh

Penulis: Ndraa Archer
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 10:06:07

"Maaf, Nona Jasmine. Kami membutuhkan persetujuan dan pembayaran dalam waktu tiga hari. Jika tidak, kami tidak bisa melakukan tindakan medis lebih lanjut untuk Nenek Anda."

Suara seorang petugas kasir rumah sakit RSUP Candra Mulia terdengar tegas.

Jasmine berdiri kaku, memandang tagihan medis yang terasa seperti bom waktu di tangannya.

"Tiga hari?" gumamnya, hampir tidak percaya.

"Benar, kondisi pasien sangat kritis. Operasi katup jantung harus dilakukan segera. Kalau tidak, risiko gagal jantung akut meningkat," tambah wanita di balik meja dengan nada profesional tetapi dingin.

Jasmine hanya bisa mengangguk perlahan, menggenggam tagihan itu erat-erat. Langkah kakinya lemah saat meninggalkan loket pembayaran.

’Tiga hari... Bagaimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu? Tuhan, aku bahkan tidak tahu harus mulai dari mana.’ Jasmine mendesah panjang, tangan gemetar saat meremas tagihan di pangkuannya.

Matanya menerawang, mengingat masa kecilnya. "Aku cuma gadis desa dari Cipta Mandala. Dari dulu, Nenek yang selalu mendukungku. Beliau yang mengajarkan aku untuk tidak menyerah, untuk terus belajar meski kami tidak punya apa-apa." Jasmine tersenyum samar, tetapi senyuman itu segera memudar.

"Nenek Cahaya sudah menggantikan posisi kedua orang tuaku yang meninggal saat aku masih 14 tahun. Tanpa beliau, aku mungkin tidak akan ada di sini hari ini. Tapi sekarang..." Jasmine melirik kertas tagihan di tangannya. "...aku bahkan tidak mampu menyelamatkan hidup beliau."

Pikirannya melayang ke perjuangannya selama ini. "Aku sudah mencoba sebaik mungkin. Berkuliah di Universitas Negeri Artaloka dengan beasiswa 50% adalah impian besar yang akhirnya bisa aku raih. Tapi itu hanya menutupi sebagian biaya. Sisanya, aku masih harus bekerja paruh waktu di toko Zora." Jasmine menghela napas berat.

"Rasanya tidak cukup. Tidak pernah cukup. Apa yang harus aku lakukan? Tuhan, tolong beri aku jalan..." Pandangan Jasmine jatuh pada ponselnya.

Jasmine berjalan lunglai ke taman kecil di halaman rumah sakit, mencoba meredakan pikirannya yang berkecamuk. Duduk di salah satu bangku kayu, Jasmine memandang kosong ke depan.

Ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan dari Universitas Negeri Artaloka muncul di layar:

"Kepada Saudari Jasmine Ayu Kartika. Tunggakan pembayaran uang kuliah sebesar Rp 20 juta harus segera dilunasi dalam tiga hari. Jika tidak, status Anda sebagai mahasiswa akan dicabut."

Jasmine mendesah panjang. "Dari mana aku bisa mendapatkan Rp 270 juta dalam waktu sesingkat itu?" bisiknya, suara kecilnya nyaris tenggelam oleh kebisingan di sekitarnya.

Jasmine  sudah mencoba segalanya, menghubungi kerabat, teman, bahkan memikirkan untuk menjual barang-barang milik neneknya. Tapi tidak ada yang bisa membantunya.

Malam itu, Jasmine kembali ke rumah sakit setelah pulang untuk menenangkan diri. Langkahnya terasa berat memasuki ruang ICU, tempat neneknya, Cahaya Dewi, terbaring lemah dengan selang infus dan monitor yang berdetak pelan.

Seorang perawat yang sedang memeriksa kondisi neneknya menoleh, memberikan senyuman kecil yang sopan. “Nona Jasmine, Anda kembali?”

Jasmine mengangguk pelan. “Bagaimana kondisi Nenek saya, Sus?” tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.

Perawat itu menyelesaikan catatannya di papan monitoring sebelum menjawab. “Kondisi tekanan darah beliau masih tidak stabil. Kami terus memantau, tetapi jantung beliau semakin melemah. Operasi memang satu-satunya jalan, dan itu harus segera dilakukan.”

Mendengar penjelasan itu, Jasmine merasa tubuhnya hampir limbung. “Apakah... apakah ada kemungkinan lain? Kalau operasi ditunda sedikit saja, apakah Nenek masih bisa bertahan?”

Perawat itu menatap Jasmine dengan penuh simpati. “Maaf, Nona. Operasi ini bukan hanya tentang bertahan. Semakin lama ditunda, semakin tinggi risiko gagal jantung total. Waktu adalah hal yang sangat penting dalam kasus ini.”

Jasmine menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata. “Saya... saya akan mencari cara. Tolong, pastikan Nenek saya tetap dalam pengawasan terbaik sampai saat itu tiba.”

“Kami akan melakukan yang terbaik, Nona Jasmine. Tapi, kami juga membutuhkan persetujuan secepatnya untuk tindakan medis berikutnya,” ujar perawat itu lembut, lalu pamit meninggalkan ruangan.

Jasmine mendekati ranjang neneknya, duduk di kursi kecil di sisi tempat tidur. Dia menggenggam tangan keriput Cahaya Dewi, yang terasa dingin di kulitnya.

“Nek, Jasmine janji akan cari cara. Jasmine nggak akan biarkan Nenek pergi. Jasmine nggak akan menyerah, meskipun semuanya terasa berat sekali.” Suaranya serak, tetapi Jasmine terus berbicara, seolah-olah neneknya bisa mendengar.

Monitor di sebelah ranjang berbunyi pelan, menjadi latar suara di tengah keheningan malam. Jasmine menghela napas dalam-dalam, mencoba mengusir rasa takut yang menyelimuti hatinya.

"Tuhan, aku harus apa? Waktu terus berjalan, dan aku tidak tahu apakah aku bisa menyelamatkan beliau. Tolong, berikan aku jalan.”  Air matanya jatuh, tanpa Jasmine sadari.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Aqila Tiffa
bab satu aja udah ada bawangnya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO    2. Solusi yang Menghancurkan Prinsip

    Keesokan harinya, ’Apa yang harus aku lakukan? Tiga hari saja, tapi rasanya seperti tiga tahun. Nenek terbaring di rumah sakit, menunggu operasi yang mungkin bisa menyelamatkan nyawanya. Tapi, bagaimana caranya aku mendapatkan uang sebanyak itu? Aku sudah mencoba semua cara, tapi tidak ada yang berhasil.’ Jasmine duduk termenung di toko serba ada milik Zora, sepupunya. Tangannya sibuk menyusun rak barang, tetapi pikirannya melayang-layang.’Aku tidak bisa kehilangan Nenek. Nenek adalah segalanya bagiku. Aku harus mencari cara, tidak peduli seberat apa pun. Tapi, apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya gadis desa yang tidak punya apa-apa.’Zora, yang sedang memeriksa laporan keuangan di kasir, mengangkat wajah dan memperhatikan Jasmine.’Apa yang terjadi dengan Jasmine? Wajahnya terlihat lebih suram dari biasanya. Apakah ada masalah atau ada hal lain yang mengganggu pikirannya? Aku harus mencari tahu dan membantunya.’ Zora berbicara dalam hati."Jasmine, ada apa? Kamu kelihatan kusut se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   3. Keputusan Berat

    Tiga hari berlalu dengan penuh kegelisahan. Jasmine mencoba mencari jalan lain, tetapi tidak ada yang berhasil. Ketika rumah sakit menelepon lagi, memberitahukan bahwa kondisi neneknya semakin memburuk, Jasmine tahu dia tidak punya pilihan lain.Jasmine menghampiri Zora, yang baru sampai di Toserba. Saat itu Zora terburu- buru, tapi Jasmine berusaha menyampaiakan maksudnya."Halo, Kak Zora?" Jasmine berbicara dengan suara yang sedikit bergetar."Jasmine. Bagaimana kabarmu?" Zora menjawab dengan suara yang lembut.Zora membuka berkas di kasir dan mengambil beberapa file, lalu menumpukkan di atas meja kasir. Setelahnya dia menatap Jasmine, dengan senyuman."Kak, aku... aku butuh bantuanmu," Jasmine mengambil napas dalam-dalam.Jasmine, masih bingung. Apakah ini waktu yang tepat untuk dia mengatakan maksudnya. Tapi dia tidak bisa menunda lagi, walau dia tahu Zora tampak sibuk."Aku sudah tahu, Jasmine. Aku siap membantumu. Datang ke rumahku, kita bicarakan detailnya, saat ini aku sedang

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO    4. Tekanan dan Keputusan Berat

    Noah mengangkat alisnya, mencoba memproses apa yang baru saja dikatakan Jasmine. Sementara itu, Zora terlihat seperti ingin berkata sesuatu, tetapi bibirnya hanya bergerak tanpa suara."Kamu bercanda, kan?" Noah akhirnya berkata, matanya menyipit dengan skeptis."Aku serius," jawab Jasmine tegas. "Aku tidak akan melangkah lebih jauh tanpa itu. Aku sudah menyerahkan terlalu banyak. Ini satu-satunya cara agar aku merasa ini benar, meskipun semuanya salah."Zora memandang Jasmine dengan campuran rasa marah dan bingung. "Jasmine, ini bukan waktunya untuk menawar! Kamu tahu situasinya!""Aku tahu," balas Jasmine, suaranya dingin. "Tapi aku tidak akan melanggar prinsipku. Kamu ingin anak, aku ingin menjaga moralku. Ini keputusan final."Noah menatap Zora, seolah meminta persetujuannya. Setelah beberapa detik hening yang panjang, mereka berada di sudut ruang yang jauh dari Jasmine.Zora menghela napas dengan berat, lalu mengangguk kecil. "Baiklah," katanya dengan suara yang terpaksa. "Tapi j

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   5. Tanda Tangan Kontrak

    "Jasmine, sudah siap?" tanyanya, suara lembut namun penuh kecemasan. Zora masuk dengan langkah pelan, wajahnya tampak lelah meski berusaha tersenyum.Jasmine mengangguk pelan, matanya masih tertuju pada kontrak itu. Hati kecilnya terasa hancur, tetapi dia tahu tak ada pilihan lain. Semua sudah diputuskan.”Atau... kamu mau sarapan dulu?” tanya Zora ramah.Pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Jasmine duduk sendirian di meja makan, menatap cangkir teh yang mulai mendingin. Matanya kosong, tangannya gemetar."Noah menunggumu di ruang tamu," lanjut Zora, menepuk bahu Jasmine dengan lembut. "Kami akan menunggu di sana. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."Jasmine menatap Zora dengan mata penuh pertanyaan. "Tapi... apakah ini benar-benar yang terbaik, Zora?" Suaranya hampir tak terdengar. "Aku merasa seperti aku kehilangan diriku sendiri."Zora menarik napas panjang, ekspresinya berubah lebih serius. "Aku tahu kamu merasa seperti itu," jawabnya dengan lembut, namun nada su

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   6. Pelunasan Tagihan

    Jasmine melangkah cepat menuju rumah sakit, tubuhnya terasa kaku, tetapi pikirannya penuh dengan satu tujuan, neneknya. Setiap langkah terasa berat, seperti beban dunia ada di pundaknya.”Aku harus ke rumah sakit,” gumamnya lirih.Jasmine merasa seperti melangkah dalam mimpi buruk yang tak bisa dihentikan.Sesampainya di ruang ICU, Jasmine langsung melihat Zora duduk di kursi dekat ranjang neneknya. Wajah Zora tampak lelah, matanya sembab, seperti habis menangis.“Kamu datang juga, Jas?” suara Zora terdengar berat, meskipun ada senyum tipis yang muncul.Jasmine hanya mengangguk pelan, melangkah mendekat ke ranjang neneknya. Tubuh nenek yang biasanya penuh semangat itu kini terbaring lemah, hanya alat-alat medis yang berbunyi di sekelilingnya.Jasmine menahan napas, matanya mulai berkaca-kaca. “Gimana, kak Zor? Dokter bilang apa?”“Masih belum ada perubahan. Kita cuma bisa nunggu,” jawab Zora, menatap nenek. “Aku cuma bisa bantu dengan cara ini, Jas. Gak bisa apa-apa lagi.”Jasmine dud

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   7. Pernikahan Rahasia

    "Jasmine, bersiaplah," kata Zora pelan, tetapi suaranya terdengar penuh kecemasan. Jasmine hanya mengangguk lemah, seolah separuh jiwanya tidak berada di sana.Pernikahan itu berlangsung cepat dan tanpa gegap gempita. Jasmine duduk di kursi kayu yang terasa dingin, matanya kosong memandangi penghulu yang sibuk mempersiapkan prosesi ijab kabul. Di sudut ruang tamu, Zora terlihat gelisah, sesekali meremas jemarinya sendiri.Dua saksi, Nikmah dan Paryono, berdiri di dekat meja penghulu. Mereka terlihat seperti dua orang asing yang terjebak dalam adegan yang bukan milik mereka. Jasmine bahkan tidak tahu siapa mereka sebenarnya, hanya nama mereka yang disebut Zora tadi pagi.Noah berdiri di depannya, tubuh tegap dan wajah datar tanpa ekspresi. Dia tidak mencoba menenangkan Jasmine atau berbasa-basi, hanya memberikan kesan tegas dan sedikit dingin."Kita mulai," katanya singkat, suaranya seperti perintah yang tak terbantahkan.Penghulu mengawali prosesi dengan doa pembuka. "Bismillahirrahma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   8. Malam di Kamar Pengantin

    Malam itu terasa hening. Jasmine melangkah masuk ke kamar pengantin yang telah disiapkan oleh Zora. Rumah di kompleks perumahan Raflesia Hill itu terlihat megah, tetapi Jasmine merasa kecil dan terasing di dalamnya.“Kamar ini... terlalu mewah,” gumam Jasmine, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, suaranya terdengar bergetar.Kamar itu cukup luas, dengan dekorasi yang elegan. Wangi aromaterapi memenuhi udara, campuran lavender dan melati yang begitu kuat hingga membuat kepala Jasmine sedikit ringan. Cahaya lampu temaram memantul dari dinding krem, menciptakan suasana yang aneh, hampir seperti mimpi.“Noah akan datang,” gumamnya pelan. Hatinya berdebar kencang.Saat Jasmine duduk di tepi tempat tidur, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Noah masuk dengan langkah tenang, tetapi ekspresinya tetap dingin seperti biasa. Jasmine langsung berdiri, merasa canggung.“Noah...” Jasmine mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekat. “Aku... aku tidak tahu harus bagaimana.”Noah tidak menjawab. Dia

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   9. Jangan Bergerak, Aku Hampir Selesai

    Jasmine duduk di tepi ranjang, tangannya memeluk lutut. Tubuhnya terasa berat dan pikirannya kacau. Mata Jasmine memejam mengingat tubuh Noah yang bergerak di atasnya semalam.”Zora!” Suara Noah memangil istrinya membuat Jasmine merasa kotor dan bersalah.Saat Jasmine menyentuh bibirnya terasa benar lembut sentuhan dari Noah, yang membuatnya tengelam kembali dalam keintiman dan rasa sakit.”Jangan bergerak aku hampir selesai,” ucap Noah, yang setelahnya di ikuti erangan terngiang di benak Jassmine. Membuat Jasmine mengingat jeritan dan rasa aneh yang pertama kali dia rasakan seumur hidupnya.Jasmine mendongak, memandang ke sekeliling kamar pengantin yang sunyi. Hanya sisa aroma melati dari malam sebelumnya yang mengingatkannya pada apa yang telah terjadi.Pintu kamar terbuka perlahan. Jasmine menoleh dengan cepat dan di sana berdiri Noah, dengan kemeja yang sebagian terbuka dan wajah dingin seperti biasanya. Dia tidak berkata apa-apa, hanya berjalan menuju meja di dekat ranjang, meng

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   11. Ingin di Hargai, Sentuhan tak Sengaja.

    Malam itu, Jasmine memberanikan diri mengetuk pintu ruang kerja Noah. Dia tahu pria itu mungkin akan mengabaikannya, tetapi dia tidak ingin menyerah untuk mencoba.Noah membuka pintu, tampak terkejut melihat Jasmine berdiri di sana. "Ada apa lagi?" tanyanya dengan nada dingin."Aku hanya ingin berbicara. Tidak lama," kata Jasmine dengan nada memohon.Noah menghela napas dan membuka pintu lebih lebar, mengisyaratkan agar Jasmine masuk. Ruang kerja itu besar dan penuh dengan rak buku, tetapi suasananya terasa sama dinginnya dengan Noah."Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan?" tanya Noah sambil duduk di kursi kerjanya.Jasmine duduk di seberang meja, mencoba mencari kata-kata yang tepat. "Aku ingin tahu... apakah kita bisa mencoba menjalani ini dengan lebih baik? Maksudku, aku tahu ini semua adalah perjanjian, tapi aku ingin hubungan kita tidak terlalu tegang. Seperti manusia pada umumnya."Noah menatapnya lama sebelum menjawab. "Kamu ingin hubungan ini menjadi lebih baik? Jasmine, ini bu

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   10. Merasa Bosan

    “Ugh!”Jasmine masih merasa sakit di sekujur badannya, padahal waktu sudah berlalu berhari-hari. Hari-hari berlalu dengan lambat bagi Jasmine.Setiap pagi dimulai dengan rutinitas yang sama: bangun, sarapan sendirian, dan menunggu kabar dari Zora atau Noah. Rumah besar itu terasa seperti penjara yang mewah, dengan tembok-temboknya yang dingin dan sunyi.“Aku bosan, mana aku belum waktunya kuliah. Kapan liburan semester ini berakhir,” gumamnya lebih memprotes diri sendiri.Pagi itu, Jasmine memutuskan untuk menghubungi rumah sakit. Dengan hati-hati, dia mengambil ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidur dan mengetik nomor rumah sakit. Setelah beberapa dering, suara ramah dari seorang perawat terdengar di seberang telepon.Perawat: "Selamat pagi, Rumah Sakit RSUP Candra Mulia, ada yang bisa saya bantu?"Jasmine: (menarik napas dalam sebelum berbicara) "Selamat pagi, Sus. Saya Jasmine Ayu Kartika, keluarga pasien Cahaya Dewi. Nenek saya sedang dirawat di ruang ICU. Saya ingin

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   9. Jangan Bergerak, Aku Hampir Selesai

    Jasmine duduk di tepi ranjang, tangannya memeluk lutut. Tubuhnya terasa berat dan pikirannya kacau. Mata Jasmine memejam mengingat tubuh Noah yang bergerak di atasnya semalam.”Zora!” Suara Noah memangil istrinya membuat Jasmine merasa kotor dan bersalah.Saat Jasmine menyentuh bibirnya terasa benar lembut sentuhan dari Noah, yang membuatnya tengelam kembali dalam keintiman dan rasa sakit.”Jangan bergerak aku hampir selesai,” ucap Noah, yang setelahnya di ikuti erangan terngiang di benak Jassmine. Membuat Jasmine mengingat jeritan dan rasa aneh yang pertama kali dia rasakan seumur hidupnya.Jasmine mendongak, memandang ke sekeliling kamar pengantin yang sunyi. Hanya sisa aroma melati dari malam sebelumnya yang mengingatkannya pada apa yang telah terjadi.Pintu kamar terbuka perlahan. Jasmine menoleh dengan cepat dan di sana berdiri Noah, dengan kemeja yang sebagian terbuka dan wajah dingin seperti biasanya. Dia tidak berkata apa-apa, hanya berjalan menuju meja di dekat ranjang, meng

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   8. Malam di Kamar Pengantin

    Malam itu terasa hening. Jasmine melangkah masuk ke kamar pengantin yang telah disiapkan oleh Zora. Rumah di kompleks perumahan Raflesia Hill itu terlihat megah, tetapi Jasmine merasa kecil dan terasing di dalamnya.“Kamar ini... terlalu mewah,” gumam Jasmine, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Namun, suaranya terdengar bergetar.Kamar itu cukup luas, dengan dekorasi yang elegan. Wangi aromaterapi memenuhi udara, campuran lavender dan melati yang begitu kuat hingga membuat kepala Jasmine sedikit ringan. Cahaya lampu temaram memantul dari dinding krem, menciptakan suasana yang aneh, hampir seperti mimpi.“Noah akan datang,” gumamnya pelan. Hatinya berdebar kencang.Saat Jasmine duduk di tepi tempat tidur, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Noah masuk dengan langkah tenang, tetapi ekspresinya tetap dingin seperti biasa. Jasmine langsung berdiri, merasa canggung.“Noah...” Jasmine mencoba berbicara, tetapi suaranya tercekat. “Aku... aku tidak tahu harus bagaimana.”Noah tidak menjawab. Dia

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   7. Pernikahan Rahasia

    "Jasmine, bersiaplah," kata Zora pelan, tetapi suaranya terdengar penuh kecemasan. Jasmine hanya mengangguk lemah, seolah separuh jiwanya tidak berada di sana.Pernikahan itu berlangsung cepat dan tanpa gegap gempita. Jasmine duduk di kursi kayu yang terasa dingin, matanya kosong memandangi penghulu yang sibuk mempersiapkan prosesi ijab kabul. Di sudut ruang tamu, Zora terlihat gelisah, sesekali meremas jemarinya sendiri.Dua saksi, Nikmah dan Paryono, berdiri di dekat meja penghulu. Mereka terlihat seperti dua orang asing yang terjebak dalam adegan yang bukan milik mereka. Jasmine bahkan tidak tahu siapa mereka sebenarnya, hanya nama mereka yang disebut Zora tadi pagi.Noah berdiri di depannya, tubuh tegap dan wajah datar tanpa ekspresi. Dia tidak mencoba menenangkan Jasmine atau berbasa-basi, hanya memberikan kesan tegas dan sedikit dingin."Kita mulai," katanya singkat, suaranya seperti perintah yang tak terbantahkan.Penghulu mengawali prosesi dengan doa pembuka. "Bismillahirrahma

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   6. Pelunasan Tagihan

    Jasmine melangkah cepat menuju rumah sakit, tubuhnya terasa kaku, tetapi pikirannya penuh dengan satu tujuan, neneknya. Setiap langkah terasa berat, seperti beban dunia ada di pundaknya.”Aku harus ke rumah sakit,” gumamnya lirih.Jasmine merasa seperti melangkah dalam mimpi buruk yang tak bisa dihentikan.Sesampainya di ruang ICU, Jasmine langsung melihat Zora duduk di kursi dekat ranjang neneknya. Wajah Zora tampak lelah, matanya sembab, seperti habis menangis.“Kamu datang juga, Jas?” suara Zora terdengar berat, meskipun ada senyum tipis yang muncul.Jasmine hanya mengangguk pelan, melangkah mendekat ke ranjang neneknya. Tubuh nenek yang biasanya penuh semangat itu kini terbaring lemah, hanya alat-alat medis yang berbunyi di sekelilingnya.Jasmine menahan napas, matanya mulai berkaca-kaca. “Gimana, kak Zor? Dokter bilang apa?”“Masih belum ada perubahan. Kita cuma bisa nunggu,” jawab Zora, menatap nenek. “Aku cuma bisa bantu dengan cara ini, Jas. Gak bisa apa-apa lagi.”Jasmine dud

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   5. Tanda Tangan Kontrak

    "Jasmine, sudah siap?" tanyanya, suara lembut namun penuh kecemasan. Zora masuk dengan langkah pelan, wajahnya tampak lelah meski berusaha tersenyum.Jasmine mengangguk pelan, matanya masih tertuju pada kontrak itu. Hati kecilnya terasa hancur, tetapi dia tahu tak ada pilihan lain. Semua sudah diputuskan.”Atau... kamu mau sarapan dulu?” tanya Zora ramah.Pagi itu terasa lebih dingin dari biasanya. Jasmine duduk sendirian di meja makan, menatap cangkir teh yang mulai mendingin. Matanya kosong, tangannya gemetar."Noah menunggumu di ruang tamu," lanjut Zora, menepuk bahu Jasmine dengan lembut. "Kami akan menunggu di sana. Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja."Jasmine menatap Zora dengan mata penuh pertanyaan. "Tapi... apakah ini benar-benar yang terbaik, Zora?" Suaranya hampir tak terdengar. "Aku merasa seperti aku kehilangan diriku sendiri."Zora menarik napas panjang, ekspresinya berubah lebih serius. "Aku tahu kamu merasa seperti itu," jawabnya dengan lembut, namun nada su

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO    4. Tekanan dan Keputusan Berat

    Noah mengangkat alisnya, mencoba memproses apa yang baru saja dikatakan Jasmine. Sementara itu, Zora terlihat seperti ingin berkata sesuatu, tetapi bibirnya hanya bergerak tanpa suara."Kamu bercanda, kan?" Noah akhirnya berkata, matanya menyipit dengan skeptis."Aku serius," jawab Jasmine tegas. "Aku tidak akan melangkah lebih jauh tanpa itu. Aku sudah menyerahkan terlalu banyak. Ini satu-satunya cara agar aku merasa ini benar, meskipun semuanya salah."Zora memandang Jasmine dengan campuran rasa marah dan bingung. "Jasmine, ini bukan waktunya untuk menawar! Kamu tahu situasinya!""Aku tahu," balas Jasmine, suaranya dingin. "Tapi aku tidak akan melanggar prinsipku. Kamu ingin anak, aku ingin menjaga moralku. Ini keputusan final."Noah menatap Zora, seolah meminta persetujuannya. Setelah beberapa detik hening yang panjang, mereka berada di sudut ruang yang jauh dari Jasmine.Zora menghela napas dengan berat, lalu mengangguk kecil. "Baiklah," katanya dengan suara yang terpaksa. "Tapi j

  • Menjadi Ibu Pengganti untuk Anak CEO   3. Keputusan Berat

    Tiga hari berlalu dengan penuh kegelisahan. Jasmine mencoba mencari jalan lain, tetapi tidak ada yang berhasil. Ketika rumah sakit menelepon lagi, memberitahukan bahwa kondisi neneknya semakin memburuk, Jasmine tahu dia tidak punya pilihan lain.Jasmine menghampiri Zora, yang baru sampai di Toserba. Saat itu Zora terburu- buru, tapi Jasmine berusaha menyampaiakan maksudnya."Halo, Kak Zora?" Jasmine berbicara dengan suara yang sedikit bergetar."Jasmine. Bagaimana kabarmu?" Zora menjawab dengan suara yang lembut.Zora membuka berkas di kasir dan mengambil beberapa file, lalu menumpukkan di atas meja kasir. Setelahnya dia menatap Jasmine, dengan senyuman."Kak, aku... aku butuh bantuanmu," Jasmine mengambil napas dalam-dalam.Jasmine, masih bingung. Apakah ini waktu yang tepat untuk dia mengatakan maksudnya. Tapi dia tidak bisa menunda lagi, walau dia tahu Zora tampak sibuk."Aku sudah tahu, Jasmine. Aku siap membantumu. Datang ke rumahku, kita bicarakan detailnya, saat ini aku sedang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status