Share

Bab 7

last update Last Updated: 2025-01-21 12:28:52

Aula penuh dengan tawa dan obrolan hangat. Prita, yang merupakan tunangan Edrio, berdiri di tengah ruangan, tersenyum lebar sambil menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang mengelilinginya. Gaun panjangnya berkilauan, dan tangannya yang mengenakan cincin pertunangan memegang lengan Edrio dengan posesif.

Namun, Edrio tidak sepenuhnya peduli. Tatapannya, meski diarahkan ke tamu-tamu yang berbicara, sesekali melirik ke sudut ruangan tempat Gaura dan Galen berdiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali ia melihat anak kecil itu. Entah mengapa, dia merasa dekat dengan anak itu.

Prita menyadari sikap tunangannya yang tidak biasa. “Sayang,” ujarnya pelan sambil memiringkan kepala. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat… tidak fokus.”

Edrio menoleh, wajahnya datar seperti biasa. “Tidak ada.”

“Benarkah?” Priska menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kau kenapa? Kau biasanya tidak begini.”

Edrio menghela napas kecil, mencoba
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
pengagum rahasia
udah pasti trauma banget sih Gaura. kerasa banget sampe sini. hhhh
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 8

    Pagi itu, rutinitas berjalan seperti biasa. Gaura menyiapkan sarapan sambil memastikan Galen tidak lupa membawa semua perlengkapannya ke sekolah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Edrio. Pertemuan mereka telah mengguncang ketentraman hidupnya. “Bunda, aku sudah siap!” seru Galen sambil berlari ke meja makan. Gaura menoleh, tersenyum lembut meskipun hatinya gelisah. “Baiklah, habiskan sarapanmu dulu. Setelah itu kita berangkat.” Seperti biasa, ia mengantar Galen ke gerbang sekolah dan memastikan anaknya masuk dengan aman. Setelah melambaikan tangan, Gaura pergi menuju tempat kerjanya, mencoba mengabaikan perasaan ganjil yang tidak mau hilang dari benaknya. Namun, di balik pagar sekolah, seseorang memperhatikan Galen dengan seksama. *** Saat jam istirahat tiba, Galen duduk di taman sekolah. Ia memakan bekalnya dengan santai. Anak-anak lain bermain di sekitar, tetapi Galen memilih duduk sendirian, memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman kecil

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 9

    Edrio kembali ke kantornya dengan langkah berat. Meski ia adalah pria yang dikenal dingin dan fokus, pikirannya kini terasa kacau. Pertemuannya dengan Galen di sekolah tadi meninggalkan kesan mendalam. Wajah anak itu, senyumnya, bahkan caranya berbicara—semuanya terlalu mirip dengan dirinya. Edrio duduk di kursi kulit hitam besar di ruang kerjanya. Jendela besar di belakangnya menyuguhkan pemandangan kota, tetapi pikirannya tidak tertuju ke sana. Tangannya mengusap dagunya sambil berpikir keras. “Gaura,” gumamnya pelan. Nama itu terasa begitu akrab, seperti luka lama yang tiba-tiba terbuka kembali. Kantor Edrio yang biasanya sunyi kini dipenuhi aura ketegangan. Tumpukan dokumen di mejanya terlihat berantakan, dan meskipun ia mencoba menyusun strategi dalam pikirannya, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang tak cocok satu sama lain. Ia memutuskan untuk menghubungi orang-orang yang pernah bekerja dekat dengan Gaura. Edrio menekan tombol telepon di mejanya. ”Hubungi Brian s

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 10

    ”Bagaimana ini?” Gaura duduk di ruang tamunya. Pikirannya terus melayang ke pertemuan tak terduga antara Edrio dan Galen. Wajah anak itu sangat mirip dengan Edrio, dan itu membuat Gaura merasa sangat terancam. Gaura tahu bahwa Edrio tidak akan pernah berhenti sampai ia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Apa yang dia rencanakan? Apakah dia sengaja menemui Galen?” Gaura bergumam sendiri, tangannya sedikit gemetar. Ia memikirkan berbagai cara agar Galen dapat terhindar dari jangkauan Edrio. Ia benar-benar tak ingin mereka menjadi dekat dan menyadari ada sebuah ikatan di antara mereka. Ia takut, takut Galen akan di ambil dari dirinya. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi seseorang yang ia percayai. “Mika, aku butuh bantuanmu segera.” Suara Gaura terdengar tegas meski hatinya berdebar. Ia langsung berbicara tanpa basa-basi kepada salah satu asistennya itu. “Gaura, ada apa? Apa yang terjad

    Last Updated : 2025-01-22
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 11

    Siang itu, di luar gerbang sekolah Galen, Edrio berdiri di dalam mobilnya yang diparkir tidak jauh. Ia mengenakan kacamata hitam, memandang dari kejauhan, memastikan bahwa tidak ada yang menyadarinya. Matanya tertuju pada sosok kecil Galen yang keluar dari gerbang, ditemani oleh Mika. Edrio mengamati setiap langkah anak itu. Galen tampak ceria, berbicara dengan Mika tentang sesuatu yang tampaknya menyenangkan. Tetapi yang menarik perhatian Edrio bukanlah percakapan mereka, melainkan cara anak itu berjalan, senyum yang begitu familier, dan ekspresi wajah yang seolah mencerminkan dirinya sendiri. “Tidak mungkin hanya kebetulan...” gumam Edrio, menggenggam setir mobilnya dengan kuat. Namun, dia tidak mendekat. Dia tahu, jika terlalu gegabah, maka ia akan semakin sulit untuk mendekati anak itu. Oleh karenanya, Edrio memilih untuk tetap diam, membiarkan dirinya menjadi bayangan yang tak terlihat. Tapi dalam hatinya, dia bertekad untuk mencari tahu hal yang membuatnya merasa penasaran

    Last Updated : 2025-01-22
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 12

    “Apa yang kau temukan?” tanya Edrio tanpa basa-basi, suaranya tenang tapi penuh ketegasan. ”Saya menemukan beberapa hal menarik tentang Gaura. Tapi ada bagian yang terasa… aneh," jawab seorang pria yang merupakan bawahannya sambil menyerahkan sebuah map berisi informasi tentang Gaura. “Aneh bagaimana?” Edrio membuka map tersebut, matanya langsung menyisir halaman-halaman yang penuh dengan informasi. “Setelah dia mengundurkan diri dari posisi bodyguard pribadi anda beberapa tahun lalu, dia menghilang selama beberapa bulan. Tidak ada jejak aktivitas, pekerjaan, atau bahkan keberadaannya. Baru setelah itu dia muncul kembali sebagai penata rias di kota ini.” Edrio menghentikan bacaannya, menatap bawahanya dengan tajam. “Menghilang? Tidak ada jejak sama sekali?” Pria itu mengangguk. “Ya. Saya mencoba melacak aktivitasnya, tapi semuanya tertutup rapat. Seolah-olah dia sengaja menghapus keberadaannya.” Edrio mengetuk meja dengan jarinya, pikirannya berputar cepat. “Apa ada hubu

    Last Updated : 2025-01-23
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 13

    "Aku harus mendekat," ucap Edrio. Setelah mengetahui fakta mengejutkan semalam, pagi ini, ia kembali duduk di dalam mobil hitamnya, menatap taman tempat Galen biasa bermain setelah sekolah. Dari balik jendela gelap, ia mengamati bocah itu dengan saksama. Tak jauh dari sana, Mika berdiri dengan waspada, memastikan Galen tetap dalam jangkauannya. Edrio mengepalkan tangan. Selama beberapa hari terakhir, ia hanya bisa mengamati dari jauh tanpa mendapatkan kesempatan untuk mendekat. Tapi hari ini berbeda. Ia tahu bahwa Mika biasanya meninggalkan Galen beberapa saat untuk mengambil air minum atau mengurus hal kecil lainnya. Itu adalah momen yang ia tunggu. “Ini waktunya,” gumam Edrio sambil membuka pintu mobil, berjalan perlahan dengan langkah mantap. Di sisi lain. Mika melirik Galen yang sedang asyik menggambar dengan teman-temannya. Ia mendekati Galen dan berkata, “Galen, aku akan ke mobil sebentar untuk mengambil sesuatu. Jangan ke mana-mana, oke?” Galen mengangguk. “Oke.” Mika

    Last Updated : 2025-01-23
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 14

    "Sudah selesai gambarnya, sayang?" tanya Gaura, mencoba bersikap biasa meskipun entah mengapa, hatinya terasa gusar. Pada siang hari, Gaura duduk di sofa, tangannya sibuk melipat pakaian sambil sesekali melirik Galen yang duduk di lantai dengan penuh semangat, mencoret-coret kertas gambar di hadapannya. Tawa kecil anak itu menggema di ruangan, tetapi hati Gaura terasa berat. Galen menoleh dengan senyum lebar. "Iya, sebentar lagi selesai, Bunda! Ini gambarnya untuk seseorang yang spesial." Gaura mengernyit. "Seseorang yang spesial? Siapa itu?" Galen tertawa kecil, wajahnya memerah. "Rahasia!" Ia terus mewarnai dengan antusias. Gaura tersenyum tipis, tetapi perasaannya tak enak. Ia tidak ingin memaksanya, tetapi naluri keibuannya memintanya untuk waspada. Tak lama kemudian, Galen berdiri dengan bangga, memegang hasil gambarnya. "Selesai!" serunya sambil mengangkat kertas itu ke udara. Gaura memeriksa gambar itu dengan hati-hati. Di kertas tersebut, ada tiga sosok yang dig

    Last Updated : 2025-01-24
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 15

    “Hasilnya positif, Tuan,” akhirnya pria itu berkata dengan nada pelan. “Anak itu adalah putra kandung anda.” Kata-kata itu menggantung di udara, seolah-olah memenuhi ruangan dengan bobot yang tak terlihat. Edrio menatap kertas di tangannya sekali lagi, memastikan bahwa apa yang ia baca benar-benar nyata. Angka-angka dan analisis di atas kertas itu tidak mungkin salah. "Keluar," ucap Edrio tiba-tiba, membuat pria itu tersentak. "T-tuan?" "Keluar. Sekarang," ulang Edrio dengan nada lebih tegas, namun tetap berusaha mengendalikan emosinya. Pria itu segera mengangguk, membungkuk cepat, lalu pergi meninggalkan ruangan tanpa berani berkata apa-apa lagi. Setelah pria itu pergi, Edrio mengusap rambutnya dengan kasar dengan tangannya yang lain masih memegang dokumen hasil tes DNA tersebut. Ia menatap kosong ke langit-langit, pikirannya penuh dengan pertanyaan. “Jadi, Galen memang anakku...” gumamnya pelan, suaranya nyaris tak terdengar. Namun, alih-alih merasa lega, ia justru m

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 25

    "Atau Bunda menyembunyikan sesuatu dariku?" Gaura tersentak. Kata-kata itu begitu tajam, seolah menyayat pertahanannya yang selama ini ia bangun. Tanpa menunggu jawaban, Galen meraih gambarnya yang belum selesai dan berlari menuju kamarnya sendiri, membanting pintu di belakangnya. Gaura terdiam di tempat, merasakan hatinya semakin berat. Ia memijat pelipisnya, menahan perasaan bersalah yang mulai merayap di dadanya. Ia tahu hari itu akan datang—hari di mana Galen mulai mempertanyakan semuanya. Tapi ia belum siap. Ia belum siap menghadapi kenyataan bahwa suatu saat nanti, Galen mungkin akan membenci dirinya karena telah menyembunyikan kebenaran. Di balik pintu kamar, suara isakan kecil terdengar samar. Dan untuk pertama kalinya sejak kejadian itu, , Gaura kembali merasa benar-benar takut. Gaura duduk di tepi ranjangnya, kepalanya tertunduk, dan bahunya bergetar hebat. Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan isakan yang terus mendesak keluar. Namun, pertahanannya runt

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 24

    “Ada sesuatu di antara mereka,” gumam Prita setelah keluar dari restoran, Prita masuk ke dalam mobilnya dengan ekspresi wajah yang sulit ditebak. Jemarinya mencengkeram erat setir, napasnya berat, dadanya terasa sesak. Tatapan Edrio yang penuh emosi saat menatap Gaura dan Galen tadi terus terngiang di benaknya. Prita tidak bodoh. Selama bertahun-tahun mengenal Edrio, pria itu selalu memiliki kendali atas emosinya. Tapi malam ini? Tidak. Prita bisa melihat ada sesuatu yang Edrio sembunyikan. Sesuatu yang besar. Ia mengeluarkan ponselnya, mencari sebuah kontak, lalu menekan tombol panggil. “Ya, ada apa?” Suara seorang pria di ujung telepon terdengar dalam dan tenang. “Aku butuh bantuanmu,” kata Prita tanpa basa-basi. “Hm? Apa yang terjadi?” Prita menggigit bibirnya sejenak, mencoba menyusun kata-kata. “Aku ingin kau menyelidiki sesuatu. Tentang Edrio... dan seorang wanita bernama Gaura. Juga anak kecil bernama Galen." Ada jeda sejenak di telepon sebelum seseorang itu menja

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 23

    “Entah kenapa, aku merasa Galen itu mirip sekali denganmu! Lucu, kan?” Deg! Edrio, yang awalnya terdiam, tiba-tiba mengangkat wajahnya. Matanya yang gelap menatap tajam ke arah Prita. Ia tidak mengatakan apa-apa, tapi rahangnya mengeras. Prita, yang tidak menyadari ketegangan yang muncul, melanjutkan dengan nada candaan. “Kau tahu, wajah anak itu benar-benar seperti miniatur dirimu! Kalau aku tidak tahu kau hanya pernah bersamaku selama ini, aku pasti sudah bertanya apakah dia anakmu!” “Prita,” Edrio akhirnya membuka mulut. Suaranya datar, namun ada nada peringatan yang jelas. “Hentikan.” Prita tersentak mendengar nada suaranya yang dingin. Ia menatap Edrio dengan bingung, senyumnya mulai memudar. “Kenapa? Aku hanya bercanda. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?” Namun, Edrio tidak menjawab. Ia hanya mengalihkan pandangannya, matanya kembali mencari sosok Gaura dan Galen yang kini sudah tidak terlihat di dalam restoran. Napasnya berat, seperti sedang menahan sesuatu. “Edrio,

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 22

    "Ada apa?" jawab Edrio dengan nada datar. Ternyata, Prita mengabari suatu hal yang membuat pria itu harus segera menemuinya. Mau tak mau, akhirnya Edrio pun meninggalkan ruang pribadi milik Gaura tersebut. Beberapa hari kemudian, di sebuah restoran. Restoran mewah itu dipenuhi dengan aroma makanan lezat dan gemerincing suara peralatan makan. Gaura duduk bersama Galen di meja dekat jendela besar yang menghadap ke taman luar. Mereka menikmati makan malam sederhana, meskipun suasana hati Gaura tampak sedikit gelisah. Sejak kejadian terakhir dengan Edrio, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan yang membuatnya resah. Namun, ia berusaha sekuat tenaga untuk tetap tersenyum di depan Galen. “Bunda, lihat! Ini gambar yang aku buat di sekolah tadi.” Galen dengan bangga menunjukkan sebuah gambar di kertas kepada Gaura. Gambar itu menunjukkan seorang pria, wanita, dan seorang anak kecil yang saling bergandengan tangan. Gaura tersenyum, meskipun hatinya terasa sesak. “Gambar yang

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 21

    "Tunggu!" Edrio kembali mengejar langkah Gaura, rasa putus asa meliputi dirinya. Dengan satu gerakan cepat, ia meraih lengan Gaura sekali lagi, lebih kuat dari sebelumnya. "Kamu tidak bisa terus seperti ini, Gaura! Kamu tidak bisa mengambil semuanya dariku, termasuk Galen. Aku punya hak untuk bertemu anakku!" suaranya bergetar, penuh emosi yang tertahan. Gaura menoleh, kemarahan dan rasa sakit yang tak terperi terpancar dari matanya. "Kamu kehilangan hak itu malam itu, saat kamu menghancurkan hidupku! Kamu tidak pantas menjadi Ayah bagi Galen, sama seperti kamu tidak pantas untuk mendapatkan maaf dariku!" Edrio menggertakkan rahangnya, napasnya memburu. "Galen adalah anakku juga, Gaura! Aku tahu aku salah, aku tahu aku telah menyakitimu, tapi aku tidak bisa membiarkan kamu menjauhkan dia dariku. Aku ingin bertanggung jawab sebagai ayahnya! Aku berhak atas itu!" Gaura tertawa sinis, lalu menggeleng perlahan, air mata terus mengalir di pipinya. "Tanggung jawab? Kamu pikir aku pe

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 20

    Gaura melangkah mendekat, jarak mereka semakin dekat. "Tidak ada yang bisa mengubah kenyataan yang sudah terjadi. Kamu mengambil segalanya dari aku malam itu. Aku bahkan tak tahu harus bagaimana menghadapi diriku sendiri setelah itu. Kamu ingin tahu mengapa aku pergi? Karena aku takut, Edrio. Takut kamu akan kembali untuk mengambil lebih banyak lagi!" Edrio menggertakkan giginya, perasaan bersalah dan frustrasi melanda dirinya. Ia mendekat, mencoba menahan emosi yang mulai meledak. “Aku tidak tahu, Gaura! Aku tidak tahu bahwa itu akan jadi seperti ini! Aku bahkan tidak tahu kalau itu mempengaruhi kamu seperti ini. Itu terjadi begitu saja!” Gaura menatap Edrio dengan tatapan yang penuh kekecewaan. “Kamu pikir itu 'terjadi begitu saja'? Kamu pikir itu hanya sebuah kecelakaan? Tidak, Edrio, itu adalah pilihanmu! Kamu memaksaku untuk melakukan hal yang aku tidak ingin lakukan! Aku tidak pernah ingin berada dalam posisi itu!” Edrio merasa ada sebuah ketegangan yang menyesakkan dada.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 19

    "Gaura, aku...” Edrio terdiam sejenak, kaget mendengar Gaura meluapkan kemarahan seperti itu. Wajahnya yang dingin mulai menunjukkan raut kebingungannya. Gaura mendekat, suaranya semakin keras dan penuh ketegangan. "Kamu tidak tahu, Edrio? Kamu tidak tahu betapa kamu merusak hidupku? Betapa malam itu menghancurkan segalanya? Kamu menjadi perusak dalam hidupku, tanpa izin dan tanpa perasaan, kamu mengambil sesuatu yang telah aku jaga. Kamu… kamu merenggut kesucianku dengan paksa dan memperlakukanku seperti seorang pelacur!" Edrio hanya bisa menatap Gaura dengan tatapan kosong, meskipun hatinya terasa teriris mendengar kata-kata Gaura. "Gaura, aku... aku mengerti... aku tidak tahu harus bagaimana untuk menebus semuanya. Tapi aku hanya ingin semuanya baik-baik saja setelah kita bertemu kembali. Aku hanya ingin..." "Sudah cukup, Edrio!" Gaura mengangkat tangannya, menahan pria itu untuk tidak melanjutkan kata-katanya. “Tidak ada yang bisa baik-baik saja setelah apa yang terjadi. Se

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 18

    Gaura bisa merasakan air mata yang hampir muncul di matanya, namun ia berusaha menahannya. “Ya. Saya sangat tahu anda seperti apa. Tapi kini, anda bukan siapa-siapa saya. Jadi tolong, tak perlu membicarakan hak anda.” Edrio menggeleng pelan, mencoba memahami kata-kata Gaura. “Tapi aku memang berhak Gaura. Aku berhak mengetahui apa yang terjadi. Kenapa kamu memutuskan untuk pergi dan menyembunyikan segalanya?” Gaura berdiri, langkahnya cepat dan tegas. “Aku tidak akan memberi anda jawaban, Tuan. Aku sudah membuat keputusan dan itu tidak bisa diubah.” Kemudian, Edrio berdiri di depan Gaura, menatap wanita itu dengan mata yang penuh ketegasan. Hatinya masih bergejolak dengan berbagai perasaan—kecewa, marah, dan entah apa lagi. Ia tahu Gaura ingin menghindarinya, namun kali ini ia tidak akan membiarkan wanita itu melarikan diri. Tanpa kata, Edrio dengan cepat melangkah dan menahan bahu Gaura, menariknya sedikit lebih kuat sehingga wanita itu menatapnya. “Tuan, lepaskan Saya!” Ga

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 17

    “Aku tidak tahu. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak akan meninggalkan Galen. Apa pun yang terjadi," jawabnya dengan menggeleng pelan. Edwin menggelengkan kepalanya dengan frustrasi. “Kau membuat semuanya lebih rumit, Edrio. Tapi jika itu keputusanmu, kami tidak bisa menghentikanmu. Tapi jangan harap semuanya akan berjalan mulus.” Ayara menghela napas panjang, lalu menatap Edrio dengan tatapan penuh kasih sayang meski masih ada sedikit kekecewaan. “Kami tidak akan menghalangimu, Edrio. Tapi pikirkan baik-baik. Jangan sampai kau menyesali keputusan ini nanti.” Edrio mengangguk pelan, menatap kedua orang tuanya dengan penuh tekad. “Terima kasih. Aku tahu ini tidak mudah untuk kita semua, tapi aku harus melakukan ini.” Ayara dan Edwin saling berpandangan, mencoba mencerna keputusan putra mereka. Di dalam hati Edrio, ia tahu bahwa jalan di depannya akan penuh dengan rintangan. Tapi ia juga tahu bahwa ia tidak akan mundur. Tidak sekarang, tidak setelah mengetahui kebenaran tentan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status