Share

Bab 6

last update Last Updated: 2025-01-20 15:00:42

Gaura berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tangannya gemetar saat menyentuh alat rias, tetapi ia mencoba tersenyum setenang mungkin. Edrio tampak terpaku di tempatnya, matanya masih menatap Gaura dengan ekspresi yang sulit diartikan—ada keterkejutan, rasa bersalah, dan sesuatu yang lebih dalam.

Sementara itu, Galen, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, menatap pria itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Tuan, apakah sakit? Apa aku menabrak terlalu keras?"

Edrio akhirnya tersadar, mengalihkan pandangan dari Gaura, lalu menunduk ke arah Galen. Suaranya serak saat berbicara. "Tidak apa-apa."

Wanita yang sedang dirias oleh Gaura tersenyum sambil menoleh ke arah Edrio. "Sayang, kenapa diam di sana? Mendekatlah. Lihat, Gaura sudah hampir selesai. Sebentar lagi kita siap untuk acara ini."

Gaura menelan ludah. Pikirannya berputar cepat. 'Sayang... jadi benar, dia pria itu. Edrio adalah calon tunangan wanita ini.'

Edrio berjalan mendekat, langkahnya berat, seperti menahan beban besar. Saat jarak mereka hanya beberapa langkah, ia menghentikan langkah dan berkata, "Lama tak bertemu."

Kata-kata itu seperti petir yang menyambar. Suara yang dulu begitu akrab kini terdengar seperti kenangan yang menghantui. Gaura berusaha mengontrol ekspresinya, tapi getaran kecil di bibirnya tak bisa disembunyikan.

"Ya, Tuan," jawab Gaura singkat, tanpa menatapnya langsung. "Lama sekali."

Wanita itu tertawa kecil, tidak menyadari ketegangan yang memenuhi udara. "Oh, kalian saling kenal? Apakah sudah lama? Dunia memang sempit! Gaura adalah penata rias terbaik di kota ini. Aku beruntung bisa mendapat jasanya hari ini."

Edrio hanya mengangguk kecil. "Iya, dunia memang sempit." Matanya kembali menatap Gaura, kali ini lebih dalam, seolah mencoba menyampaikan sesuatu tanpa kata-kata.

Gaura mencoba kembali fokus pada pekerjaannya, tetapi rasanya mustahil. Kehadiran Edrio seperti bayangan gelap yang tidak bisa ia abaikan. Tangannya gemetar saat merapikan riasan terakhir pada wajah wanita itu, tetapi ia menyembunyikan kegelisahannya di balik senyuman tipis.

"Edrio, sayang, kau terlihat aneh hari ini," ujar wanita itu sambil bercanda. "Apa kau gugup?"

"Mungkin," jawabnya singkat, pandangannya tidak beralih dari Gaura.

Wanita itu tertawa kecil lagi tanpa merasa curiga. "Oh, sayang, kau ini! Biasanya kau begitu tenang dan percaya diri. Jangan-jangan kau takut aku berubah pikiran?" candanya, lalu menoleh ke Gaura dengan senyum lebar. "Bagaimana menurutmu, Gaura? Dia tidak terlihat seperti pria yang akan panik, kan?"

Gaura memaksakan senyum tipis. "Tentu saja tidak."

Namun, wanita itu belum selesai. Ia terus berbicara, dengan nada yang ceria namun menusuk bagi Gaura. "Aku yakin kau pasti punya banyak cerita tentang Edrio di masa lalu, ya? Kalian pasti sudah lama saling kenal, kan? Sepertinya ada banyak hal menarik."

Gaura merasa dadanya semakin sesak. Ia mencoba menjaga ketenangannya sambil membereskan alat rias. "Tidak terlalu banyak," jawabnya singkat, berharap percakapan itu segera berakhir.

Wanita itu malah tertawa geli. "Oh, masa? Aku yakin ada sesuatu. Kau tahu, Edrio ini pria yang sulit ditebak. Kadang dia seperti menyimpan banyak rahasia." Ia menatap Edrio dengan pandangan genit. "Kan, sayang?"

Edrio hanya mengangguk pelan, ekspresinya tidak berubah. Namun, matanya kembali melirik Gaura, seolah menantikan sesuatu.

Wanita itu melanjutkan, tanpa menyadari perubahan di udara. "Ayolah, Gaura, beritahu aku satu hal kecil saja. Hal yang lucu, mungkin?"

Gaura berhenti sejenak, menggenggam kuas riasnya lebih erat. Napasnya tertahan, dan ia merasa seperti terjebak di sudut tanpa jalan keluar. "Saya rasa itu bukan hal yang penting untuk dibahas," katanya akhirnya, mencoba terdengar tenang.

Wanita itu mengerutkan kening sebentar, tetapi kemudian tertawa lagi. "Baiklah, baiklah. Aku tidak akan memaksamu." Ia lalu menoleh ke Edrio dan mengangkat alis. "Tapi aku penasaran, kenapa kau tidak pernah bercerita tentang Gaura sebelumnya? Bukannya kau harus menceritakan hal-hal dari masa lalu?"

Pertanyaan itu membuat ruangan terasa lebih dingin. Edrio terdiam, dan Gaura menunduk, mencoba menghindari tatapan mereka berdua.

Edrio akhirnya menjawab, dengan suara yang lebih rendah dari sebelumnya. "Nanti."

Gaura menahan napas, merasakan ketegangan yang semakin nyata. Wanita itu hanya mengangkat bahu, tidak mengerti maksud ucapan itu. "Baiklah, kalau begitu. Aku tidak akan bertanya lagi. Kau memang misterius seperti biasa, sayang."

Udara di ruangan terasa semakin berat. Ia menutup kotak riasnya dengan bunyi klik yang terdengar lebih keras dari seharusnya. "Semua sudah selesai. Anda terlihat sangat cantik," katanya, suaranya sedikit bergetar.

Wanita itu tersenyum lebar, senang dengan pujian itu. "Terima kasih, Gaura. Aku benar-benar menyukainya!" Ia berdiri, lalu menggandeng lengan Edrio dengan penuh kasih sayang. "Sayang, ayo kita lihat ke aula. Para tamu pasti sudah menunggu."

Galen yang bingung dengan suasana itu, menarik tangan Gaura. "Bunda, ada apa?"

Gaura tertegun, lalu berlutut agar sejajar dengan putranya. Ia mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih terguncang. "Tidak ada apa-apa, sayang. Bunda hanya... sedikit lelah."

Namun, sebelum ia bisa mengatakan lebih banyak, suara pengumuman terdengar dari arah aula. "Acara pertunangan akan dimulai dalam sepuluh menit. Semua tamu diharapkan bersiap."

Wanita itu tersenyum bahagia. "Akhirnya, waktunya tiba! Gaura, terima kasih atas semua bantuanmu. Aku benar-benar merasa cantik hari ini." Ia menatap Edrio dan menggandeng lengannya. "Sayang, ayo kita harus ke aula sekarang."

Edrio terlihat ragu, tetapi akhirnya mengangguk. Sebelum pergi, ia menoleh sekali lagi ke arah Gaura. "Kita harus bicara."

Gaura tidak menjawab, hanya menatap punggung Edrio dan wanita itu yang berjalan menjauh. Hatinya terasa seperti dicengkeram kuat. Bicara? Tentang apa? Setelah bertahun-tahun? Lalu, apa yang akan aku katakan?

Di dalam pikirannya, kenangan masa lalu mulai bermunculan satu persatu. Menghadirkan kembali rasa sakit yang selama ini susah payah ia lupakan. Tapi satu hal yang jelas, kini, kedatangan Edrio kembali ke kehidupannya akan membawa badai besar. Dan Gaura tahu, ia tak mungkin dapat menghindarinya.

Apakah Edrio akan mengungkit masa lalu mereka? Ataukah ada rahasia lain yang lebih besar di balik semua ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
pengagum rahasia
bener kann si Edrio ternyata tunangan sama itu cewek. lanjut thorr
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 7

    Aula penuh dengan tawa dan obrolan hangat. Prita, yang merupakan tunangan Edrio, berdiri di tengah ruangan, tersenyum lebar sambil menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang mengelilinginya. Gaun panjangnya berkilauan, dan tangannya yang mengenakan cincin pertunangan memegang lengan Edrio dengan posesif. Namun, Edrio tidak sepenuhnya peduli. Tatapannya, meski diarahkan ke tamu-tamu yang berbicara, sesekali melirik ke sudut ruangan tempat Gaura dan Galen berdiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali ia melihat anak kecil itu. Entah mengapa, dia merasa dekat dengan anak itu. Prita menyadari sikap tunangannya yang tidak biasa. “Sayang,” ujarnya pelan sambil memiringkan kepala. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat… tidak fokus.” Edrio menoleh, wajahnya datar seperti biasa. “Tidak ada.” “Benarkah?” Priska menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kau kenapa? Kau biasanya tidak begini.” Edrio menghela napas kecil, mencoba

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 8

    Pagi itu, rutinitas berjalan seperti biasa. Gaura menyiapkan sarapan sambil memastikan Galen tidak lupa membawa semua perlengkapannya ke sekolah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Edrio. Pertemuan mereka telah mengguncang ketentraman hidupnya. “Bunda, aku sudah siap!” seru Galen sambil berlari ke meja makan. Gaura menoleh, tersenyum lembut meskipun hatinya gelisah. “Baiklah, habiskan sarapanmu dulu. Setelah itu kita berangkat.” Seperti biasa, ia mengantar Galen ke gerbang sekolah dan memastikan anaknya masuk dengan aman. Setelah melambaikan tangan, Gaura pergi menuju tempat kerjanya, mencoba mengabaikan perasaan ganjil yang tidak mau hilang dari benaknya. Namun, di balik pagar sekolah, seseorang memperhatikan Galen dengan seksama. *** Saat jam istirahat tiba, Galen duduk di taman sekolah. Ia memakan bekalnya dengan santai. Anak-anak lain bermain di sekitar, tetapi Galen memilih duduk sendirian, memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman kecil

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 9

    Edrio kembali ke kantornya dengan langkah berat. Meski ia adalah pria yang dikenal dingin dan fokus, pikirannya kini terasa kacau. Pertemuannya dengan Galen di sekolah tadi meninggalkan kesan mendalam. Wajah anak itu, senyumnya, bahkan caranya berbicara—semuanya terlalu mirip dengan dirinya. Edrio duduk di kursi kulit hitam besar di ruang kerjanya. Jendela besar di belakangnya menyuguhkan pemandangan kota, tetapi pikirannya tidak tertuju ke sana. Tangannya mengusap dagunya sambil berpikir keras. “Gaura,” gumamnya pelan. Nama itu terasa begitu akrab, seperti luka lama yang tiba-tiba terbuka kembali. Kantor Edrio yang biasanya sunyi kini dipenuhi aura ketegangan. Tumpukan dokumen di mejanya terlihat berantakan, dan meskipun ia mencoba menyusun strategi dalam pikirannya, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang tak cocok satu sama lain. Ia memutuskan untuk menghubungi orang-orang yang pernah bekerja dekat dengan Gaura. Edrio menekan tombol telepon di mejanya. ”Hubungi Brian s

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 10

    ”Bagaimana ini?” Gaura duduk di ruang tamunya. Pikirannya terus melayang ke pertemuan tak terduga antara Edrio dan Galen. Wajah anak itu sangat mirip dengan Edrio, dan itu membuat Gaura merasa sangat terancam. Gaura tahu bahwa Edrio tidak akan pernah berhenti sampai ia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Apa yang dia rencanakan? Apakah dia sengaja menemui Galen?” Gaura bergumam sendiri, tangannya sedikit gemetar. Ia memikirkan berbagai cara agar Galen dapat terhindar dari jangkauan Edrio. Ia benar-benar tak ingin mereka menjadi dekat dan menyadari ada sebuah ikatan di antara mereka. Ia takut, takut Galen akan di ambil dari dirinya. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi seseorang yang ia percayai. “Mika, aku butuh bantuanmu segera.” Suara Gaura terdengar tegas meski hatinya berdebar. Ia langsung berbicara tanpa basa-basi kepada salah satu asistennya itu. “Gaura, ada apa? Apa yang terjad

    Last Updated : 2025-01-22
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 11

    Siang itu, di luar gerbang sekolah Galen, Edrio berdiri di dalam mobilnya yang diparkir tidak jauh. Ia mengenakan kacamata hitam, memandang dari kejauhan, memastikan bahwa tidak ada yang menyadarinya. Matanya tertuju pada sosok kecil Galen yang keluar dari gerbang, ditemani oleh Mika. Edrio mengamati setiap langkah anak itu. Galen tampak ceria, berbicara dengan Mika tentang sesuatu yang tampaknya menyenangkan. Tetapi yang menarik perhatian Edrio bukanlah percakapan mereka, melainkan cara anak itu berjalan, senyum yang begitu familier, dan ekspresi wajah yang seolah mencerminkan dirinya sendiri. “Tidak mungkin hanya kebetulan...” gumam Edrio, menggenggam setir mobilnya dengan kuat. Namun, dia tidak mendekat. Dia tahu, jika terlalu gegabah, maka ia akan semakin sulit untuk mendekati anak itu. Oleh karenanya, Edrio memilih untuk tetap diam, membiarkan dirinya menjadi bayangan yang tak terlihat. Tapi dalam hatinya, dia bertekad untuk mencari tahu hal yang membuatnya merasa penasaran

    Last Updated : 2025-01-22
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 12

    “Apa yang kau temukan?” tanya Edrio tanpa basa-basi, suaranya tenang tapi penuh ketegasan. ”Saya menemukan beberapa hal menarik tentang Gaura. Tapi ada bagian yang terasa… aneh," jawab seorang pria yang merupakan bawahannya sambil menyerahkan sebuah map berisi informasi tentang Gaura. “Aneh bagaimana?” Edrio membuka map tersebut, matanya langsung menyisir halaman-halaman yang penuh dengan informasi. “Setelah dia mengundurkan diri dari posisi bodyguard pribadi anda beberapa tahun lalu, dia menghilang selama beberapa bulan. Tidak ada jejak aktivitas, pekerjaan, atau bahkan keberadaannya. Baru setelah itu dia muncul kembali sebagai penata rias di kota ini.” Edrio menghentikan bacaannya, menatap bawahanya dengan tajam. “Menghilang? Tidak ada jejak sama sekali?” Pria itu mengangguk. “Ya. Saya mencoba melacak aktivitasnya, tapi semuanya tertutup rapat. Seolah-olah dia sengaja menghapus keberadaannya.” Edrio mengetuk meja dengan jarinya, pikirannya berputar cepat. “Apa ada hubu

    Last Updated : 2025-01-23
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 13

    "Aku harus mendekat," ucap Edrio. Setelah mengetahui fakta mengejutkan semalam, pagi ini, ia kembali duduk di dalam mobil hitamnya, menatap taman tempat Galen biasa bermain setelah sekolah. Dari balik jendela gelap, ia mengamati bocah itu dengan saksama. Tak jauh dari sana, Mika berdiri dengan waspada, memastikan Galen tetap dalam jangkauannya. Edrio mengepalkan tangan. Selama beberapa hari terakhir, ia hanya bisa mengamati dari jauh tanpa mendapatkan kesempatan untuk mendekat. Tapi hari ini berbeda. Ia tahu bahwa Mika biasanya meninggalkan Galen beberapa saat untuk mengambil air minum atau mengurus hal kecil lainnya. Itu adalah momen yang ia tunggu. “Ini waktunya,” gumam Edrio sambil membuka pintu mobil, berjalan perlahan dengan langkah mantap. Di sisi lain. Mika melirik Galen yang sedang asyik menggambar dengan teman-temannya. Ia mendekati Galen dan berkata, “Galen, aku akan ke mobil sebentar untuk mengambil sesuatu. Jangan ke mana-mana, oke?” Galen mengangguk. “Oke.” Mika

    Last Updated : 2025-01-23
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 14

    "Sudah selesai gambarnya, sayang?" tanya Gaura, mencoba bersikap biasa meskipun entah mengapa, hatinya terasa gusar. Pada siang hari, Gaura duduk di sofa, tangannya sibuk melipat pakaian sambil sesekali melirik Galen yang duduk di lantai dengan penuh semangat, mencoret-coret kertas gambar di hadapannya. Tawa kecil anak itu menggema di ruangan, tetapi hati Gaura terasa berat. Galen menoleh dengan senyum lebar. "Iya, sebentar lagi selesai, Bunda! Ini gambarnya untuk seseorang yang spesial." Gaura mengernyit. "Seseorang yang spesial? Siapa itu?" Galen tertawa kecil, wajahnya memerah. "Rahasia!" Ia terus mewarnai dengan antusias. Gaura tersenyum tipis, tetapi perasaannya tak enak. Ia tidak ingin memaksanya, tetapi naluri keibuannya memintanya untuk waspada. Tak lama kemudian, Galen berdiri dengan bangga, memegang hasil gambarnya. "Selesai!" serunya sambil mengangkat kertas itu ke udara. Gaura memeriksa gambar itu dengan hati-hati. Di kertas tersebut, ada tiga sosok yang dig

    Last Updated : 2025-01-24

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 89

    "Seseorang dengan akses tingkat tinggi masuk ke sistem beberapa menit sebelum CCTV mati. Aku masih mencoba mencari tahu siapa, tapi ini bukan kerjaan orang biasa. Mereka tahu apa yang mereka lakukan." Vigo menatap mereka dengan ekspresi serius. Gaura mengepalkan tangannya. "Siapa pun dia, mereka pasti ada di sekitar kita. Bisa jadi salah satu karyawan atau seseorang yang sering masuk ke studio." Edrio mengangguk. "Dan mereka juga tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak." Ketegangan memenuhi ruangan itu. Lalu, ponsel Gaura kembali bergetar. Kali ini, sebuah foto masuk. Gaura langsung membelalakkan mata ketika melihatnya. "Ya Tuhan…" Edrio dan Vigo segera mendekat untuk melihat. Di layar ponsel, terpampang sebuah foto yang diambil dari jarak jauh. Foto Gaura dan Galen—saat mereka keluar dari rumah pagi tadi. Gaura merasa tubuhnya membeku. "Mereka dimanapun selalu mengawasi kita." Edrio langsung merampas ponsel Gaura dan menatapnya dengan rahang mengeras. "Ini sudah kelew

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 88

    Gambar di layar mendadak gelap. Gaura menegang. "Apa yang terjadi?" Edrio mengernyit dan mundur beberapa detik sebelum titik mati itu terjadi. Rekaman berjalan lagi—normal. Namun, tepat ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 08.45, layar kembali gelap selama kurang lebih tiga menit, lalu kembali menyala seolah tidak ada yang terjadi. Ketika layar kembali aktif, amplop itu sudah ada di meja resepsionis. Gaura menggigit bibirnya. "Tidak mungkin…" Edrio mencoba mempercepat rekaman, mencari sudut lain dari kamera yang mungkin menangkap kejadian tersebut. Ia memutar ulang rekaman dari kamera yang menghadap pintu masuk studio. Namun, hasilnya sama. Tepat pada waktu yang sama, kamera itu juga mengalami gangguan. "Ini bukan kebetulan," gumam Vigo dari belakang. Gaura menatapnya. "Kau pikir ada yang meretas sistem kita?" Vigo mengangguk. "Seseorang jelas ingin menyembunyikan identitas mereka. Mereka cukup profesional untuk mengetahui cara menonaktifkan CCTV di waktu yang tepat." Ed

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 87

    Itu adalah... foto dirinya dan Galen yang diambil secara diam-diam dari kejauhan. Beberapa foto menunjukkan mereka saat berada di taman bermain, saat mengantar Galen ke sekolah, bahkan ada foto dirinya saat sedang berada di dalam rumah, di ruang tamu. Di bagian bawah foto itu, ada tulisan tangan yang sama dengan surat di dalam kotak tadi. "Kami tahu segalanya. Kau tidak bisa lari." Gaura mulai merasa mual dengan semua yang terjadi. Seseorang telah mengawasi mereka. Ia segera berdiri, jantungnya berdebar kencang. "Siapa yang mengirim ini?" Karyawan itu menggeleng, suaranya bergetar. "Kami menemukannya di laci resepsionis pagi ini. Tidak ada yang tahu siapa yang meletakkannya." Gaura mengepalkan tangan. Ini sudah keterlaluan. Ia tidak peduli lagi. Dengan tangan gemetar, ia menghubungi Edrio lagi. "Ini bukan hanya ancaman biasa, Edrio." suaranya sedikit bergetar. "Mereka mengawasi kita. Bahkan Galen." Di seberang telepon, suara Edrio berubah dingin. "Aku akan ke sana sekaran

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 86

    "Jonathan tidak hanya ingin menghancurkan reputasimu," kata Jade sambil menyodorkan tablet yang berisi laporan-laporan rahasia. "Dia juga berencana untuk mengambil alih salah satu aset terpenting perusahaanmu—dan dia hampir berhasil." Jade kembali dengan data yang mengejutkan selang beberapa jam kemudian. Edrio membaca data itu dengan cepat. Matanya menyala penuh kemarahan. Jonathan telah menyuap beberapa orang dalam di perusahaannya untuk melemahkan sistem keuangan dan komunikasi internal. Jika rencana ini berhasil, bukan hanya reputasi Edrio yang hancur, tetapi juga bisnisnya. Edrio menatap Vigo dan Reno. "Kita harus bertindak sekarang." Vigo mengangguk. "Apa langkah pertama?" Edrio tersenyum tipis, tetapi senyum itu dipenuhi oleh ancaman. "Kita buat Jonathan percaya bahwa dia sudah menang. Dan saat dia lengah, kita jatuhkan dia." Malam itu, Edrio mulai mengatur permainan. Ia menyebarkan informasi palsu, membuat Jonathan percaya bahwa serangannya terhadap bisnis Edrio mulai

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 85

    Suasana di kantor pusat Edrio kini semakin mencekam.Edrio berdiri di depan jendela kaca besar ruangannya, menatap keluar dengan rahang mengeras. Pikirannya berputar cepat, memproses setiap informasi yang baru saja ia terima. Ada seseorang yang bergerak di balik layar—seseorang yang lebih berbahaya dari Prita dan kaki tangannya.Vigo, Reno, dan beberapa kepala keamanan lainnya menunggu perintah selanjutnya dengan ekspresi tegang.Edrio akhirnya berbalik."Kita tidak bisa hanya menunggu mereka menyerang lebih dulu," katanya dengan nada dingin. "Kita harus menemukan mereka sebelum mereka menemukan kita."Reno mengangguk cepat. "Kami sedang melacak transaksi keuangan itu, Tuan. Tetapi rekening anonim ini sangat sulit untuk dipecahkan. Butuh waktu lebih lama."Edrio menyipitkan mata. "Tidak ada waktu untuk menunggu. Gunakan jalur lain."Reno ragu sejenak. "Jalur lain, maksud Anda...?"Edrio menatapnya tajam. "Kita temui orang yang bisa membantu kita melewati batasan legal. Kita butuh info

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 84

    “Hentikan pernikahan ini, atau kami akan mengambil sesuatu yang berharga dari kalian. Ini peringatan terakhir!” Edrio meremas kertas itu dengan geram. Ia menoleh ke sekeliling, tetapi tidak ada siapa pun di sana. Namun, ia tahu… seseorang sedang mengawasi mereka. Tanpa menunggu lebih lama, ia kembali masuk ke dalam rumah dan menunjukkan kertas itu pada semua orang. Gaura membaca tulisan itu dan wajahnya langsung pucat. Elia menutup mulutnya, sementara Ayara tampak ingin menangis. “‘Sesuatu yang berharga’…” Gaura berbisik lemah, matanya langsung tertuju pada Galen. Edrio langsung menarik Gaura dan Galen ke dalam pelukannya, seolah ingin memastikan mereka tetap aman. Malam yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan kini berubah menjadi malam penuh ancaman. Edrio tahu… ini bukan sekadar ancaman kosong. Seseorang benar-benar ingin menghancurkan mereka. Dan pastinya, ia tidak akan tinggal diam. **** Pagi hari di kota masih tampak biasa, tetapi di dalam kantor pusat, sua

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 83

    Suasana di dalam rumah berubah drastis setelah Edrio menunjukkan isi pesan itu pada Gaura. Wajah wanita itu menegang, sementara tangan Elia yang menggenggamnya mulai gemetar. “Ini… ancaman,” gumam Elia dengan suara pelan namun penuh ketakutan. Ayara menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri. “Apa kita harus melibatkan aparat?” tanyanya, meski dari suaranya terdengar jelas bahwa ia juga cemas. Edrio meremas kertas itu di tangannya. Matanya dipenuhi ketajaman, seperti elang yang siap memburu mangsanya. “Tidak. Jika kita langsung melibatkan aparat, mereka mungkin akan bersembunyi dan kita tidak akan pernah tahu siapa dalang sebenarnya.” Edwin mengangguk setuju. “Aku setuju dengan Edrio. Kita perlu tahu siapa yang benar-benar menginginkan pernikahan ini gagal. Jika kita gegabah, mereka bisa saja menghilang dan menyerang dengan cara lain.” Gaura menggigit bibirnya. Ia memandangi Galen yang masih berada dalam pelukannya, anak itu tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi.

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 82

    Brak! Galen yang sedang bermain di lantai langsung tersentak dan berlari ke arah Gaura. Semua orang menoleh ke arah jendela, Edrio pun langsung berdiri, wajahnya berubah serius. “Ada apa itu?” Ayara bertanya panik. Elia juga terlihat cemas, tangannya refleks menggenggam lengan Gaura. Edrio berjalan ke arah pintu dengan langkah waspada, sementara Edwin mengikutinya dari belakang. “Jangan buka pintunya dulu,” perintah Edwin, nada suaranya penuh kewaspadaan. Gaura bangkit berdiri, hatinya mulai dipenuhi rasa tak nyaman. Ia segera membawa Galen lebih dekat padanya, melindungi anak itu di belakang tubuhnya. Edrio melirik ke arah luar dari celah jendela, matanya menyipit tajam. “Ada mobil hitam asing yang terparkir di depan pagar…” gumamnya rendah. Edwin mengernyit. “Mobil siapa?” Belum sempat ada yang menjawab, tiba-tiba terdengar suara derap langkah tergesa-gesa di luar rumah. Lalu, seseorang mulai mengetuk pintu—bukan ketukan biasa, tapi lebih seperti gedoran keras. Dug! Dug!

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 81

    "Aku berharap..." Gaura hampir menyelesaikan kalimatnya ketika tiba-tiba terdengar suara keras dari dapur. Brak! Semua orang tersentak. Ayara langsung menaruh tangannya di dada, terkejut. “Astaga, suara apa itu?” Elia segera berdiri. “Mungkin kucing liar. Aku akan lihat.”Namun sebelum ia bisa melangkah, seorang pria berbaju hitam muncul dari arah dapur, wajahnya penuh keringat. Ia adalah salah satu pelayan yang bekerja untuk keluarga Edrio. "Maafkan saya, Tuan, Nyonya... saya... saya hanya tidak sengaja menjatuhkan nampan," katanya gugup. Gaura menatap tajam ke arah dapur. “Apa yang kau lakukan di sana?“ Pria itu terlihat semakin gelisah, matanya melirik ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari jalan keluar. Edrio yang peka terhadap gerak-gerik orang langsung berdiri. “Siapa yang menyuruhmu kemari?” Pria itu menelan ludah. "Aku hanya... hanya ingin memastikan keadaan rumah ini aman..." "Jangan berbohong," suara Edrio kini terdengar jauh lebih dingin. “Aku tida

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status