Share

Bab 2

last update Last Updated: 2024-12-30 17:29:09

“Saya di sana karena tugas, Pak. Anda mabuk dan menahan saya untuk tidak meninggalkan Anda.”

Edrio duduk di kursi kebesarannya, tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tak beraturan. Pikirannya terus berputar pada kejadian semalam. Mata tajamnya melihat ke depan dimana Gaura berada. Pagi tadi, saat dia terkejut melihat keberadaan Gaura di dalam kamar mandi, wanita itu langsung pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Maka dari itu, kini ia meminta kejelasan.

Edrio menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tidak lepas dari Gaura. “Tugas? Apakah itu termasuk tinggal semalaman di kamarku?”

“Saya mencoba pergi, tapi anda tidak mengizinkan. Saya hanya menjalankan perintah anda, Pak,” jawab Gaura dengan nada tegas, namun tetap sopan.

Edrio mendengus. “Jadi, kamu hanya mengikuti perintahku? Tidak lebih dari itu?”

“Tidak lebih, Pak.”

Hening melingkupi ruangan. Edrio menatap Gaura dengan intens, mencoba membaca pikirannya. Tapi Gaura tidak menunjukkan celah sedikit pun. Pria itu yakin. Yang terjadi semalam bukanlah hal sederhana. Karena, meskipun samar-samar, Edrio masih ingat terjadi sesuatu antara dirinya dengan Gaura.

“Baik. Kalau begitu, aku anggap kejadian semalam selesai di sini,” ucap Edrio akhirnya, meskipun raut wajahnya masih menyimpan keraguan.

Namun, Gaura tidak bisa menahan diri. “Maaf, Pak. Dengan segala hormat, saya tidak yakin ini akan selesai begitu saja. Anda harus bisa mengendalikan diri lain kali, karena ini bisa membahayakan reputasi Anda—dan pekerjaan saya.”

Edrio sedikit terkejut mendengar keberanian Gaura. Tidak banyak orang yang berani menegurnya, apalagi seseorang yang bekerja di bawahnya.

“Berani sekali kamu berbicara seperti itu,” kata Edrio, matanya menyipit.

“Saya hanya menjalankan tugas, Pak. Dan tugas saya bukan hanya melindungi tubuh Anda, tapi juga nama baik Anda,” jawab Gaura tanpa ragu.

Untuk sesaat, Edrio hanya diam. Dia tidak bisa membantah ucapan Gaura, meskipun harga dirinya tersentuh. Karena memang benar. Semalam, seharusnya dirinya waspada dengan jebakan musuh, tetapi entah mengapa dirinya lalai dan berakhir mabuk.

“Baik. Kamu boleh kembali bekerja,” katanya akhirnya, mencoba menutup pembicaraan.

Gaura membungkukkan badan sedikit sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan. Tapi, dalam hatinya, dia tahu ini belum berakhir. Edrio adalah tipe pria yang sulit ditebak, dan dia harus selalu waspada.

Edrio menatap pintu yang tertutup dengan ekspresi rumit setelah Gaura pergi. Untuk pertama kalinya, dia merasa tidak sepenuhnya memegang kendali.

“Dia memang berbeda,” gumam Edrio pelan, sebelum kembali tenggelam dalam pikirannya.

Di luar ruangan, Gaura menghela napas panjang. Dia tahu tugas sebagai bodyguard tidak hanya soal kekuatan fisik, tapi juga mental. Dan bekerja untuk seseorang seperti Edrio adalah ujian terbesar dalam hidupnya.

“Aku harus tetap kuat. Tidak peduli seberapa sulitnya,” pikir Gaura, melanjutkan langkahnya dengan tekad baru.

Langkahnya membawanya ke sebuah ruang karyawan. Dia memeriksa seragam hitam ketatnya yang mencerminkan statusnya sebagai pengawal pribadi. Walau tubuhnya terasa letih, dia memaksakan diri untuk terlihat tegar.

“Aku harus profesional. Tidak peduli apa yang terjadi semalam, aku tetap seorang bodyguard, bukan wanita biasa,” gumamnya, mencoba menguatkan diri di hadapan cermin yang memperlihatkan wajahnya. Meskipun terlihat jelas kantung matanya menghitam dan wajahnya sedikit kusut, wanita itu memaksakan diri untuk menarik sudut bibirnya untuk membentuk senyuman.

Namun, bayangan kejadian itu masih menghantui pikirannya, membuat senyumannya kembali hilang. “Kenapa harus aku?” ucapnya getir.

Dia mencoba melupakan semua itu dan kembali bekerja. Tapi, dia tahu, sebagai pengawal, dia tidak bisa menghindari Edrio. Mau bagaimanpun, dia bukanlah seorang gadis lagi. Dia hanyalah wanita yang sudah hilang kesucianya. Kenyataan pahit itu membuatnya lagi-lagi merasakan gemuruh menyesakkan di dada.

Saat masih mencoba menguatkan diri, Gaura teringat, ada sebuah dokumen yang harus ia serahkan pada Edrio dan harus di tanda tangani oleh pria itu.

"Sial! Aku harus bertemu dengannya lagi!" Gaura mendengus kesal.

Kini, wanita itu telah berdiri di depan pintu ruang kerja Edrio, menggenggam dokumen yang harus ia serahkan. Sebagai bodyguard pribadi pria itu, tugas ini seharusnya sederhana. Tapi, perasaannya menjadi campur aduk karena bertemu dengan Edrio membuat pikirannya kembali kacau. Berkali-kali Gaura menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka, Gaura mendengar suara Edrio yang sedang berbicara dengan seseorang.

"Pak Edrio, tolong pertimbangkan ini. Pak Edwin hanya ingin memastikan semuanya sesuai rencana," suara seseorang itu terdengar meyakinkan.

Edrio mendesah penuh kekesalan. "Aku tahu maksud Daddy. Dia ingin aku menikah, lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga. Itu bukan rencanaku."

“Kalau begitu, buat kompromi, Pak. Lagipula, anda kan bisa memilih pasangan yang sesuai dengan kriteria anda,” balas seseorang itu.

“Aku tidak punya waktu untuk kompromi. Hidupku terlalu sibuk untuk menambahkan drama keluarga. Aku tidak menginginkan istri atau anak. Membayangkannya saja sudah membuatku pusing!” balas Edrio dingin.

Gaura menunduk, merasa dadanya sedikit sesak. Ia tak paham kenapa ucapan Rangga membuatnya gelisah. Ia semakin bertekad untuk tidak mengungkapkan apapun kepada atasannya itu.

“Ah, aku tidak peduli. Dasar pria brengsek!“ gumam Gaura kemudian mendengus. Wanita itu menarik napas dalam-dalam, kemudian mengetuk pintu ruang kerja Edrio dengan sikap tenang namun penuh emosi yang ia tahan mati-matian. Ketika suara Edrio mempersilakan masuk, ia membuka pintu dengan perlahan, membawa dokumen yang harus diserahkan.

“Ini laporan proyek terbaru, Pak,” ujar Gaura dengan nada datar, tanpa basa-basi. Ia meletakkan dokumen itu di meja, sedikit lebih keras dari biasanya. Ia sedikit melirik pada seseorang yang berdiri di sisi Edrio yang ternyata adalah salah satu karyawan dengan jabatan cukup tinggi bernama Brian.

Edrio yang sedang memeriksa layar laptopnya mengangkat kepala. Tatapannya langsung mengarah pada Gaura. Ia menangkap sesuatu yang tidak biasa. "Ada masalah?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya.

“Tidak ada, Pak,” jawab Gaura singkat. Ia berdiri tegak, menghindari tatapan Edrio.

Edrio mengambil dokumen itu dan mulai membacanya. Ruangan itu menjadi sunyi, hanya diisi oleh suara lembut halaman yang dibalik. Tapi keheningan itu tidak mengurangi ketegangan yang terasa.

Saat Edrio selesai membaca dan mulai menandatangani dokumen, ia mendongak. “Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?”

Gaura menelan ludah. Ia menatap Edrio dengan ekspresi dingin yang berusaha ia pertahankan. “Tidak ada, Pak. Tugas saya hanya menyerahkan dokumen ini.”

Edrio terdiam sejenak, lalu mengembalikan dokumen yang telah ditandatangani. “Jangan biarkan emosi atau hal lain mengganggu pekerjaanmu. Fokus pada tugasmu, Gaura.”

’Kau yang membuatku emosi! Sialan!’ umpat Gaura di dalam hati.

“Baik, Pak,” jawab Gaura singkat sebelum meninggalkan ruangan.

Edrio menatap punggung Gaura hingga bayangan wanita itu menghilang di balik pintu.

“Pak, pak Edwin meminta untuk bertemu," ujar Brian yang masih berada di dalam ruangan.

“Tunda,” jawab Edrio pendek.

“Kenapa, Pak? Ini penting.”

Edrio menghela napas lelah. “Ada sesuatu yang lebih mendesak.“

Brian terlihat berpikir. “Apakah tentang pertemuan bisnis semalam, Pak?“ Tatapan pria itu mengikuti arah pandang Edrio, kemudian berkata, “Apakah ini ada hubungannya dengan Gaura?“

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Berlian biru
aduh deg² an euyy
goodnovel comment avatar
pengagum rahasia
Gemes ihh gregetan sama Edrio. Bisa² nya gak inget abis ngapain si Gaura...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 3

    “Ya, ini ada hubungannya dengan Gaura. Kau, cari tahu siapa yang berusaha menjebakku semalam di bar," perintah Edrio pada Brian. Brian menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Pria itu dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak. Saya akan menyelidikinya sekarang," balasnya sambil membuka ponsel miliknya kemudian mengutak-atiknya. Beberapa saat kemudian, Brian begitu terkejut melihat hasilnya. "Pak, saya sudah mengirimkan hasil penyelidikannya pada anda," ucapnya. Edrio segera membuka laptopnya, kemudian melihat semua hasil penyelidikan Brian. Tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras. “Singkirkan semuanya tikus-tikus itu!“ ***Satu bulan telah berlalu. Kini, Gaura tengah berdiri tegak di lapangan tembak, matanya fokus pada target yang terletak beberapa meter di depannya. Udara pagi yang sejuk terasa menyegarkan, namun tubuhnya yang sudah mulai lelah tak dapat menyembunyikan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuh. Beberapa minggu terakhir, Gaura merasa semakin lelah, b

    Last Updated : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 4

    Di ruang klinik besar yang sunyi, Gaura terlihat berjalan perlahan dengan langkah yang goyah. Perawat yang menemaninya membantu menguatkan tubuhnya, tetapi wajah Gaura tetap tampak kosong, jauh di dalam pikirannya. Sejak kembali dari pemeriksaan, hatinya terasa begitu berat. Kehamilannya, yang tak pernah terpikirkan olehnya, kini terpampang nyata. Setiap langkahnya, setiap tarikan napasnya, seakan menjadi beban yang semakin tak tertahankan. Gaura, yang terbiasa menjaga jarak dan tegar sebagai seorang bodyguard, kini harus menghadapi kenyataan pahit yang mengancam hidupnya. Kehamilan ini—yang tidak diinginkan—adalah bencana yang tidak bisa ia hindari. Hatinya bergejolak saat memikirkan bagaimana ibunya akan merespons. Sebagai seorang bodyguard, Gaura dilatih untuk menghadapi berbagai ancaman fisik, namun ancaman yang datang kali ini berasal dari dalam dirinya sendiri. Sesampainya di rumah, Gaura disambut dengan omelan Elia yang khawatir. Wajah ibunya yang sudah tak muda lagi terlihat

    Last Updated : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 5

    "Kamu ingin mengundurkan diri? Kenapa? Kita harus berbicara tentang beberapa tugas besar yang harus kamu tangani setelah kamu tinggalkan." Gaura menatapnya dengan mata yang tidak bisa menyembunyikan sedikit pun keraguan. "Pak Edrio, saya merasa kesehatan saya semakin memburuk. Dokter menyarankan saya untuk beristirahat, fokus pada pengobatan dan pemulihan," jawab Gaura dengan suara yang sedikit gemetar, berusaha meyakinkan Edrio. Edrio menatapnya tajam, ragu. Sejak pertama kali bertemu Gaura, ia tahu wanita ini bukan tipe orang yang mudah mengeluh atau menyerah. Gaura selalu tampak kuat, tidak pernah menunjukkan kelemahan. "Tapi kamu tampak sehat-sehat saja, Gaura. Sepertinya tidak ada yang salah denganmu. Apa ini benar-benar alasanmu mengundurkan diri?" tanya Edrio, nada suaranya mulai berubah.Gaura menunduk, berusaha menahan perasaan yang mulai mencemaskan hati. Ia tahu bahwa kebohongannya ini harus tampak meyakinkan. "Sebenarnya, saya sudah merasa tidak enak badan sejak lama, Pa

    Last Updated : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 6

    Gaura berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tangannya gemetar saat menyentuh alat rias, tetapi ia mencoba tersenyum setenang mungkin. Edrio tampak terpaku di tempatnya, matanya masih menatap Gaura dengan ekspresi yang sulit diartikan—ada keterkejutan, rasa bersalah, dan sesuatu yang lebih dalam. Sementara itu, Galen, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, menatap pria itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Tuan, apakah sakit? Apa aku menabrak terlalu keras?" Edrio akhirnya tersadar, mengalihkan pandangan dari Gaura, lalu menunduk ke arah Galen. Suaranya serak saat berbicara. "Tidak apa-apa." Wanita yang sedang dirias oleh Gaura tersenyum sambil menoleh ke arah Edrio. "Sayang, kenapa diam di sana? Mendekatlah. Lihat, Gaura sudah hampir selesai. Sebentar lagi kita siap untuk acara ini." Gaura menelan ludah. Pikirannya berputar cepat. 'Sayang... jadi benar, dia pria itu. Edrio adalah calon tunangan wanita ini.' Edrio berjalan mendekat, langkahnya berat, seperti menahan be

    Last Updated : 2025-01-20
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 7

    Aula penuh dengan tawa dan obrolan hangat. Prita, yang merupakan tunangan Edrio, berdiri di tengah ruangan, tersenyum lebar sambil menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang mengelilinginya. Gaun panjangnya berkilauan, dan tangannya yang mengenakan cincin pertunangan memegang lengan Edrio dengan posesif. Namun, Edrio tidak sepenuhnya peduli. Tatapannya, meski diarahkan ke tamu-tamu yang berbicara, sesekali melirik ke sudut ruangan tempat Gaura dan Galen berdiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali ia melihat anak kecil itu. Entah mengapa, dia merasa dekat dengan anak itu. Prita menyadari sikap tunangannya yang tidak biasa. “Sayang,” ujarnya pelan sambil memiringkan kepala. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat… tidak fokus.” Edrio menoleh, wajahnya datar seperti biasa. “Tidak ada.” “Benarkah?” Priska menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kau kenapa? Kau biasanya tidak begini.” Edrio menghela napas kecil, mencoba

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 8

    Pagi itu, rutinitas berjalan seperti biasa. Gaura menyiapkan sarapan sambil memastikan Galen tidak lupa membawa semua perlengkapannya ke sekolah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Edrio. Pertemuan mereka telah mengguncang ketentraman hidupnya. “Bunda, aku sudah siap!” seru Galen sambil berlari ke meja makan. Gaura menoleh, tersenyum lembut meskipun hatinya gelisah. “Baiklah, habiskan sarapanmu dulu. Setelah itu kita berangkat.” Seperti biasa, ia mengantar Galen ke gerbang sekolah dan memastikan anaknya masuk dengan aman. Setelah melambaikan tangan, Gaura pergi menuju tempat kerjanya, mencoba mengabaikan perasaan ganjil yang tidak mau hilang dari benaknya. Namun, di balik pagar sekolah, seseorang memperhatikan Galen dengan seksama. *** Saat jam istirahat tiba, Galen duduk di taman sekolah. Ia memakan bekalnya dengan santai. Anak-anak lain bermain di sekitar, tetapi Galen memilih duduk sendirian, memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman kecil

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 9

    Edrio kembali ke kantornya dengan langkah berat. Meski ia adalah pria yang dikenal dingin dan fokus, pikirannya kini terasa kacau. Pertemuannya dengan Galen di sekolah tadi meninggalkan kesan mendalam. Wajah anak itu, senyumnya, bahkan caranya berbicara—semuanya terlalu mirip dengan dirinya. Edrio duduk di kursi kulit hitam besar di ruang kerjanya. Jendela besar di belakangnya menyuguhkan pemandangan kota, tetapi pikirannya tidak tertuju ke sana. Tangannya mengusap dagunya sambil berpikir keras. “Gaura,” gumamnya pelan. Nama itu terasa begitu akrab, seperti luka lama yang tiba-tiba terbuka kembali. Kantor Edrio yang biasanya sunyi kini dipenuhi aura ketegangan. Tumpukan dokumen di mejanya terlihat berantakan, dan meskipun ia mencoba menyusun strategi dalam pikirannya, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang tak cocok satu sama lain. Ia memutuskan untuk menghubungi orang-orang yang pernah bekerja dekat dengan Gaura. Edrio menekan tombol telepon di mejanya. ”Hubungi Brian s

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 10

    ”Bagaimana ini?” Gaura duduk di ruang tamunya. Pikirannya terus melayang ke pertemuan tak terduga antara Edrio dan Galen. Wajah anak itu sangat mirip dengan Edrio, dan itu membuat Gaura merasa sangat terancam. Gaura tahu bahwa Edrio tidak akan pernah berhenti sampai ia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Apa yang dia rencanakan? Apakah dia sengaja menemui Galen?” Gaura bergumam sendiri, tangannya sedikit gemetar. Ia memikirkan berbagai cara agar Galen dapat terhindar dari jangkauan Edrio. Ia benar-benar tak ingin mereka menjadi dekat dan menyadari ada sebuah ikatan di antara mereka. Ia takut, takut Galen akan di ambil dari dirinya. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi seseorang yang ia percayai. “Mika, aku butuh bantuanmu segera.” Suara Gaura terdengar tegas meski hatinya berdebar. Ia langsung berbicara tanpa basa-basi kepada salah satu asistennya itu. “Gaura, ada apa? Apa yang terjad

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 96

    Dengan tangan terangkat, Edrio memberi isyarat pada anak buahnya. Beberapa dari mereka membawa ke depan bukti-bukti kejahatan Jonathan. Transfer uang ilegal, dokumen palsu, bahkan rekaman percakapan dengan para pihak yang terlibat dalam pengaturan saham. Namun, di saat yang sama, sesuatu yang lebih menegangkan terjadi. Jonathan menyeringai. Ia meraih mikrofon, dan matanya menyala dengan keputusasaan yang membara. "Kalian pikir bisa menjatuhkan saya dengan cara ini?! Kalian tidak tahu siapa saya sebenarnya! Para investor ini adalah milikku, dan mereka tidak akan pernah percaya pada fitnah kalian!" Tiba-tiba, pintu besar konferensi terbuka dengan keras, dan sejumlah pengawal Jonathan berlari masuk, dengan senjata terhunus. Mereka menuju Edrio dan pasukannya, membentuk formasi pertahanan yang rapat.Sontak, semua yang hadir pun terkejut dan beberapa mulai merasa takut. Sedetik kemudian, para investor ataupun para tamu berlarian untuk menyelamatkan diri. “Lindungi saya!” teriak Jona

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 95

    "Di sini, di tengah keheningan ini, aku merasa terlindungi.” Edrio menoleh padanya, menatap mata wanita yang kini tak hanya menjadi pasangannya dalam medan pertempuran yang belum usai. “Aku akan melindungimu. Tidak hanya sebagai pasangan, tapi sebagai seseorang yang melindungimu sepenuh hati.” Gaura mengangguk pelan, matanya mulai basah. Malam itu, meskipun dunia di luar masih dipenuhi dengan bahaya, rumah kecil itu menjadi tempat paling hangat di bumi. Di tengah perang rahasia, konspirasi, dan teror, mereka masih bisa tertawa, berpelukan, dan percaya bahwa mereka masih memiliki sesuatu yang tak bisa disentuh oleh kekuatan jahat sekalipun. Cinta, keberanian, dan harapan. Dan Edrio, di dalam hatinya, bersumpah bahwa ia akan menuntaskan semua ini. Untuk Gaura. Untuk Galen. Untuk rumah yang ingin ia lindungi… selamanya.****Langit mendung menggantung pekat di atas gedung tua yang kini dijadikan markas darurat oleh Edrio. Tak ada papan nama. Tak ada sinyal ponsel yang kuat. Di te

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 94

    “Itu simbol unit pengawasan pribadi milik Jonathan. 09-17 adalah sandi untuk proyek ‘September Black’—operasi bayangan miliknya dulu saat masih jadi bagian dari jaringan intel investasi gelap di Asia Tenggara.” Gaura menegang. “Kau serius? Jadi dia bukan cuma musuh bisnis biasa?” “Dia lebih dari itu,” kata Edrio. “Dia pernah jadi sekutuku. Salah satu orang terbaik di tim. Sampai akhirnya dia mengkhianati kita semua. Menjual informasi ke pihak asing, memanipulasi laporan keuangan, dan mencoba mencuri investor besar dariku.” Gaura menggeleng pelan, dadanya terasa sesak. “Kenapa aku baru dengar ini sekarang?” “Aku ingin menjauhkanmu dari bahaya,” jawab Edrio. “Tapi sekarang aku sadar, menyembunyikannya darimu malah membuatmu jadi target yang lebih mudah.” Gaura menarik napas dalam. “Lalu apa rencanamu?” Edrio berjalan ke arah jendela, menatap malam yang mulai gelap sempurna. “Kita akan memancingnya keluar. Tapi kali ini, kau tidak akan sendirian.” Ia menoleh ke arah Gaura. “Aku a

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 93

    Terdengar suara dentuman keras dari halaman belakang. Gaura tersentak. Dengan gerakan cepat dan senyap, ia merunduk dan bergerak menuju sumber suara. Ia mengintip dari celah tirai. Sebuah kursi terjatuh di teras belakang, namun tidak ada siapa pun di sana. Tapi Gaura tahu lebih baik daripada menganggap ini hanya kebetulan. Ia menahan napas dan merapatkan punggungnya ke dinding, mendengarkan dengan saksama. Ada suara langkah kaki yang hampir tak terdengar, seperti seseorang berusaha bergerak dalam bayangan. Jantungnya berdegup lebih cepat. Ini bukan pencuri biasa. Ini peringatan, pikirnya. Gaura melirik ke cermin yang terletak di sudut ruangan. Cermin itu memantulkan bayangan dari jendela lain—dan di sanalah ia melihatnya. Seseorang berdiri di kebun belakang, mengenakan mantel hitam panjang, wajahnya tersembunyi dalam kegelapan. Orang itu tidak bergerak. Hanya berdiri di sana. Mengawasi. Dan orang itu, penampilannya mirip dengan sosok mereka temui di sekolah Galen beberapa har

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 92

    "Sama-sama, Gaura, kapanpun kau butuh bantuanku, aku selalu bersedia," balas sosok itu hingga membuat Gaura tersenyum. **** Beberapa hari kemudian ketika malam hari, ruangan bawah tanah itu hanya diterangi oleh lampu LED redup di langit-langit. Aroma besi dan keringat memenuhi udara. Gaura berdiri tegap di depan papan sasaran, matanya tajam, penuh fokus. Di tangannya, pistol semi-otomatis yang baru saja ia isi pelurunya. Ia menarik napas dalam, lalu mengangkat pistolnya dengan gerakan halus dan percaya diri. Dor! Dor! Dor! Tiga peluru menembus sasaran dalam hitungan detik. Tepat di tengah. Gaura tersenyum tipis. "Tanganku masih setajam dulu," gumamnya. Ia menurunkan pistolnya, melepaskan magazin kosong dan menggantinya dengan yang baru dalam satu gerakan cepat. Setelah bertahun-tahun meninggalkan dunia pertarungan, kini ia kembali menyentuh senjata, mengembalikan naluri yang dulu selalu menjadi bagian dari dirinya. Malam ini, ia tidak hanya berlatih. Ia kembali menjadi Gaur

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 91

    "Tenang. Kau tidak perlu melakukan ini." Edrio mengangkat tangannya perlahan, mencoba menenangkan situasi. Pria itu tersenyum miring. "Jonathan mengirim salam, Tuan Edrio." Edrio mengepalkan tangannya. Jadi ini memang ulah Jonathan. Vigo dan anak buah lainnya sudah mengepung lorong, tetapi pria itu tetap memegang pisau di leher Galen. Situasi semakin genting. Gaura berusaha menahan air matanya. "Tolong… jangan sakiti anakku." suaranya nyaris berbisik. Pria itu tertawa pelan. "Lucu sekali. Kau pikir aku peduli?" Dan saat itulah Edrio bergerak. Dalam sekejap, ia melemparkan sebuah benda kecil ke lantai—flash grenade. Blitz! Cahaya putih menyilaukan memenuhi ruangan. Pria itu berteriak, kehilangan keseimbangan sejenak. Dalam sepersekian detik, Edrio melesat maju. Dor! Sebuah tembakan melesat. Gaura memejamkan matanya sejenak, pikirannya langsung membayangkan hal terburuk. Tapi saat ia membuka matanya, ia melihat pria bertopeng itu terjatuh ke lantai, mengg

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 90

    Edrio terdiam sejenak, rahangnya mengeras. Kemudian, ia menarik napas dalam dan berkata, "Namanya Jonathan." Gaura mengerutkan kening. "Siapa dia?" Edrio mengalihkan pandangannya ke layar. Tatapannya dingin, penuh kemarahan yang ia sembunyikan dengan susah payah. "Musuhku." Gaura tertegun. "Musuh? Maksudmu bagaimana?" Edrio mengepalkan tangannya, matanya masih terpaku pada rekaman buram di layar. "Dia adalah orang yang seharusnya sudah tidak ada lagi dalam hidupku. Tapi dia kembali. Dan dia jelas mengincar kita." Gaura menelan ludah. "Apa dia yang mengirim semua ancaman ini?" tanyanya, meski ia sudah tahu jawabannya. Edrio mengangguk. "Aku yakin dia dalangnya. Dan dia tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan." Gaura menggigit bibirnya, perasaannya mulai tidak enak. "Dan apa yang dia inginkan?" Edrio menatapnya tajam. "Untuk menghancurkan hidupku." Seolah menjawab perkataan itu, tiba-tiba ponsel Edrio bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 89

    "Seseorang dengan akses tingkat tinggi masuk ke sistem beberapa menit sebelum CCTV mati. Aku masih mencoba mencari tahu siapa, tapi ini bukan kerjaan orang biasa. Mereka tahu apa yang mereka lakukan." Vigo menatap mereka dengan ekspresi serius. Gaura mengepalkan tangannya. "Siapa pun dia, mereka pasti ada di sekitar kita. Bisa jadi salah satu karyawan atau seseorang yang sering masuk ke studio." Edrio mengangguk. "Dan mereka juga tahu kapan waktu yang tepat untuk bertindak." Ketegangan memenuhi ruangan itu. Lalu, ponsel Gaura kembali bergetar. Kali ini, sebuah foto masuk. Gaura langsung membelalakkan mata ketika melihatnya. "Ya Tuhan…" Edrio dan Vigo segera mendekat untuk melihat. Di layar ponsel, terpampang sebuah foto yang diambil dari jarak jauh. Foto Gaura dan Galen—saat mereka keluar dari rumah pagi tadi. Gaura merasa tubuhnya membeku. "Mereka dimanapun selalu mengawasi kita." Edrio langsung merampas ponsel Gaura dan menatapnya dengan rahang mengeras. "Ini sudah kelew

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 88

    Gambar di layar mendadak gelap. Gaura menegang. "Apa yang terjadi?" Edrio mengernyit dan mundur beberapa detik sebelum titik mati itu terjadi. Rekaman berjalan lagi—normal. Namun, tepat ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 08.45, layar kembali gelap selama kurang lebih tiga menit, lalu kembali menyala seolah tidak ada yang terjadi. Ketika layar kembali aktif, amplop itu sudah ada di meja resepsionis. Gaura menggigit bibirnya. "Tidak mungkin…" Edrio mencoba mempercepat rekaman, mencari sudut lain dari kamera yang mungkin menangkap kejadian tersebut. Ia memutar ulang rekaman dari kamera yang menghadap pintu masuk studio. Namun, hasilnya sama. Tepat pada waktu yang sama, kamera itu juga mengalami gangguan. "Ini bukan kebetulan," gumam Vigo dari belakang. Gaura menatapnya. "Kau pikir ada yang meretas sistem kita?" Vigo mengangguk. "Seseorang jelas ingin menyembunyikan identitas mereka. Mereka cukup profesional untuk mengetahui cara menonaktifkan CCTV di waktu yang tepat." Ed

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status