Share

Bab 2

last update Last Updated: 2024-12-30 17:29:09

“Saya di sana karena tugas, Pak. Anda mabuk dan menahan saya untuk tidak meninggalkan Anda.”

Edrio duduk di kursi kebesarannya, tangannya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tak beraturan. Pikirannya terus berputar pada kejadian semalam. Mata tajamnya melihat ke depan dimana Gaura berada. Pagi tadi, saat dia terkejut melihat keberadaan Gaura di dalam kamar mandi, wanita itu langsung pergi tanpa mengatakan sepatah katapun. Maka dari itu, kini ia meminta kejelasan.

Edrio menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tidak lepas dari Gaura. “Tugas? Apakah itu termasuk tinggal semalaman di kamarku?”

“Saya mencoba pergi, tapi anda tidak mengizinkan. Saya hanya menjalankan perintah anda, Pak,” jawab Gaura dengan nada tegas, namun tetap sopan.

Edrio mendengus. “Jadi, kamu hanya mengikuti perintahku? Tidak lebih dari itu?”

“Tidak lebih, Pak.”

Hening melingkupi ruangan. Edrio menatap Gaura dengan intens, mencoba membaca pikirannya. Tapi Gaura tidak menunjukkan celah sedikit pun. Pria itu yakin. Yang terjadi semalam bukanlah hal sederhana. Karena, meskipun samar-samar, Edrio masih ingat terjadi sesuatu antara dirinya dengan Gaura.

“Baik. Kalau begitu, aku anggap kejadian semalam selesai di sini,” ucap Edrio akhirnya, meskipun raut wajahnya masih menyimpan keraguan.

Namun, Gaura tidak bisa menahan diri. “Maaf, Pak. Dengan segala hormat, saya tidak yakin ini akan selesai begitu saja. Anda harus bisa mengendalikan diri lain kali, karena ini bisa membahayakan reputasi Anda—dan pekerjaan saya.”

Edrio sedikit terkejut mendengar keberanian Gaura. Tidak banyak orang yang berani menegurnya, apalagi seseorang yang bekerja di bawahnya.

“Berani sekali kamu berbicara seperti itu,” kata Edrio, matanya menyipit.

“Saya hanya menjalankan tugas, Pak. Dan tugas saya bukan hanya melindungi tubuh Anda, tapi juga nama baik Anda,” jawab Gaura tanpa ragu.

Untuk sesaat, Edrio hanya diam. Dia tidak bisa membantah ucapan Gaura, meskipun harga dirinya tersentuh. Karena memang benar. Semalam, seharusnya dirinya waspada dengan jebakan musuh, tetapi entah mengapa dirinya lalai dan berakhir mabuk.

“Baik. Kamu boleh kembali bekerja,” katanya akhirnya, mencoba menutup pembicaraan.

Gaura membungkukkan badan sedikit sebelum berbalik dan meninggalkan ruangan. Tapi, dalam hatinya, dia tahu ini belum berakhir. Edrio adalah tipe pria yang sulit ditebak, dan dia harus selalu waspada.

Edrio menatap pintu yang tertutup dengan ekspresi rumit setelah Gaura pergi. Untuk pertama kalinya, dia merasa tidak sepenuhnya memegang kendali.

“Dia memang berbeda,” gumam Edrio pelan, sebelum kembali tenggelam dalam pikirannya.

Di luar ruangan, Gaura menghela napas panjang. Dia tahu tugas sebagai bodyguard tidak hanya soal kekuatan fisik, tapi juga mental. Dan bekerja untuk seseorang seperti Edrio adalah ujian terbesar dalam hidupnya.

“Aku harus tetap kuat. Tidak peduli seberapa sulitnya,” pikir Gaura, melanjutkan langkahnya dengan tekad baru.

Langkahnya membawanya ke sebuah ruang karyawan. Dia memeriksa seragam hitam ketatnya yang mencerminkan statusnya sebagai pengawal pribadi. Walau tubuhnya terasa letih, dia memaksakan diri untuk terlihat tegar.

“Aku harus profesional. Tidak peduli apa yang terjadi semalam, aku tetap seorang bodyguard, bukan wanita biasa,” gumamnya, mencoba menguatkan diri di hadapan cermin yang memperlihatkan wajahnya. Meskipun terlihat jelas kantung matanya menghitam dan wajahnya sedikit kusut, wanita itu memaksakan diri untuk menarik sudut bibirnya untuk membentuk senyuman.

Namun, bayangan kejadian itu masih menghantui pikirannya, membuat senyumannya kembali hilang. “Kenapa harus aku?” ucapnya getir.

Dia mencoba melupakan semua itu dan kembali bekerja. Tapi, dia tahu, sebagai pengawal, dia tidak bisa menghindari Edrio. Mau bagaimanpun, dia bukanlah seorang gadis lagi. Dia hanyalah wanita yang sudah hilang kesucianya. Kenyataan pahit itu membuatnya lagi-lagi merasakan gemuruh menyesakkan di dada.

Saat masih mencoba menguatkan diri, Gaura teringat, ada sebuah dokumen yang harus ia serahkan pada Edrio dan harus di tanda tangani oleh pria itu.

"Sial! Aku harus bertemu dengannya lagi!" Gaura mendengus kesal.

Kini, wanita itu telah berdiri di depan pintu ruang kerja Edrio, menggenggam dokumen yang harus ia serahkan. Sebagai bodyguard pribadi pria itu, tugas ini seharusnya sederhana. Tapi, perasaannya menjadi campur aduk karena bertemu dengan Edrio membuat pikirannya kembali kacau. Berkali-kali Gaura menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan perlahan.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka, Gaura mendengar suara Edrio yang sedang berbicara dengan seseorang.

"Pak Edrio, tolong pertimbangkan ini. Pak Edwin hanya ingin memastikan semuanya sesuai rencana," suara seseorang itu terdengar meyakinkan.

Edrio mendesah penuh kekesalan. "Aku tahu maksud Daddy. Dia ingin aku menikah, lalu mengambil alih tanggung jawab keluarga. Itu bukan rencanaku."

“Kalau begitu, buat kompromi, Pak. Lagipula, anda kan bisa memilih pasangan yang sesuai dengan kriteria anda,” balas seseorang itu.

“Aku tidak punya waktu untuk kompromi. Hidupku terlalu sibuk untuk menambahkan drama keluarga. Aku tidak menginginkan istri atau anak. Membayangkannya saja sudah membuatku pusing!” balas Edrio dingin.

Gaura menunduk, merasa dadanya sedikit sesak. Ia tak paham kenapa ucapan Rangga membuatnya gelisah. Ia semakin bertekad untuk tidak mengungkapkan apapun kepada atasannya itu.

“Ah, aku tidak peduli. Dasar pria brengsek!“ gumam Gaura kemudian mendengus. Wanita itu menarik napas dalam-dalam, kemudian mengetuk pintu ruang kerja Edrio dengan sikap tenang namun penuh emosi yang ia tahan mati-matian. Ketika suara Edrio mempersilakan masuk, ia membuka pintu dengan perlahan, membawa dokumen yang harus diserahkan.

“Ini laporan proyek terbaru, Pak,” ujar Gaura dengan nada datar, tanpa basa-basi. Ia meletakkan dokumen itu di meja, sedikit lebih keras dari biasanya. Ia sedikit melirik pada seseorang yang berdiri di sisi Edrio yang ternyata adalah salah satu karyawan dengan jabatan cukup tinggi bernama Brian.

Edrio yang sedang memeriksa layar laptopnya mengangkat kepala. Tatapannya langsung mengarah pada Gaura. Ia menangkap sesuatu yang tidak biasa. "Ada masalah?" tanyanya, nada suaranya terdengar lebih dingin dari biasanya.

“Tidak ada, Pak,” jawab Gaura singkat. Ia berdiri tegak, menghindari tatapan Edrio.

Edrio mengambil dokumen itu dan mulai membacanya. Ruangan itu menjadi sunyi, hanya diisi oleh suara lembut halaman yang dibalik. Tapi keheningan itu tidak mengurangi ketegangan yang terasa.

Saat Edrio selesai membaca dan mulai menandatangani dokumen, ia mendongak. “Ada sesuatu yang ingin kamu sampaikan?”

Gaura menelan ludah. Ia menatap Edrio dengan ekspresi dingin yang berusaha ia pertahankan. “Tidak ada, Pak. Tugas saya hanya menyerahkan dokumen ini.”

Edrio terdiam sejenak, lalu mengembalikan dokumen yang telah ditandatangani. “Jangan biarkan emosi atau hal lain mengganggu pekerjaanmu. Fokus pada tugasmu, Gaura.”

’Kau yang membuatku emosi! Sialan!’ umpat Gaura di dalam hati.

“Baik, Pak,” jawab Gaura singkat sebelum meninggalkan ruangan.

Edrio menatap punggung Gaura hingga bayangan wanita itu menghilang di balik pintu.

“Pak, pak Edwin meminta untuk bertemu," ujar Brian yang masih berada di dalam ruangan.

“Tunda,” jawab Edrio pendek.

“Kenapa, Pak? Ini penting.”

Edrio menghela napas lelah. “Ada sesuatu yang lebih mendesak.“

Brian terlihat berpikir. “Apakah tentang pertemuan bisnis semalam, Pak?“ Tatapan pria itu mengikuti arah pandang Edrio, kemudian berkata, “Apakah ini ada hubungannya dengan Gaura?“

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Berlian biru
aduh deg² an euyy
goodnovel comment avatar
pengagum rahasia
Gemes ihh gregetan sama Edrio. Bisa² nya gak inget abis ngapain si Gaura...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 3

    “Ya, ini ada hubungannya dengan Gaura. Kau, cari tahu siapa yang berusaha menjebakku semalam di bar," perintah Edrio pada Brian. Brian menyadari ada sesuatu yang tidak beres. Pria itu dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Baik, Pak. Saya akan menyelidikinya sekarang," balasnya sambil membuka ponsel miliknya kemudian mengutak-atiknya. Beberapa saat kemudian, Brian begitu terkejut melihat hasilnya. "Pak, saya sudah mengirimkan hasil penyelidikannya pada anda," ucapnya. Edrio segera membuka laptopnya, kemudian melihat semua hasil penyelidikan Brian. Tangannya mengepal dengan rahang yang mengeras. “Singkirkan semuanya tikus-tikus itu!“ ***Satu bulan telah berlalu. Kini, Gaura tengah berdiri tegak di lapangan tembak, matanya fokus pada target yang terletak beberapa meter di depannya. Udara pagi yang sejuk terasa menyegarkan, namun tubuhnya yang sudah mulai lelah tak dapat menyembunyikan rasa nyeri yang menjalar ke seluruh tubuh. Beberapa minggu terakhir, Gaura merasa semakin lelah, b

    Last Updated : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 4

    Di ruang klinik besar yang sunyi, Gaura terlihat berjalan perlahan dengan langkah yang goyah. Perawat yang menemaninya membantu menguatkan tubuhnya, tetapi wajah Gaura tetap tampak kosong, jauh di dalam pikirannya. Sejak kembali dari pemeriksaan, hatinya terasa begitu berat. Kehamilannya, yang tak pernah terpikirkan olehnya, kini terpampang nyata. Setiap langkahnya, setiap tarikan napasnya, seakan menjadi beban yang semakin tak tertahankan. Gaura, yang terbiasa menjaga jarak dan tegar sebagai seorang bodyguard, kini harus menghadapi kenyataan pahit yang mengancam hidupnya. Kehamilan ini—yang tidak diinginkan—adalah bencana yang tidak bisa ia hindari. Hatinya bergejolak saat memikirkan bagaimana ibunya akan merespons. Sebagai seorang bodyguard, Gaura dilatih untuk menghadapi berbagai ancaman fisik, namun ancaman yang datang kali ini berasal dari dalam dirinya sendiri. Sesampainya di rumah, Gaura disambut dengan omelan Elia yang khawatir. Wajah ibunya yang sudah tak muda lagi terlihat

    Last Updated : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 5

    "Kamu ingin mengundurkan diri? Kenapa? Kita harus berbicara tentang beberapa tugas besar yang harus kamu tangani setelah kamu tinggalkan." Gaura menatapnya dengan mata yang tidak bisa menyembunyikan sedikit pun keraguan. "Pak Edrio, saya merasa kesehatan saya semakin memburuk. Dokter menyarankan saya untuk beristirahat, fokus pada pengobatan dan pemulihan," jawab Gaura dengan suara yang sedikit gemetar, berusaha meyakinkan Edrio. Edrio menatapnya tajam, ragu. Sejak pertama kali bertemu Gaura, ia tahu wanita ini bukan tipe orang yang mudah mengeluh atau menyerah. Gaura selalu tampak kuat, tidak pernah menunjukkan kelemahan. "Tapi kamu tampak sehat-sehat saja, Gaura. Sepertinya tidak ada yang salah denganmu. Apa ini benar-benar alasanmu mengundurkan diri?" tanya Edrio, nada suaranya mulai berubah.Gaura menunduk, berusaha menahan perasaan yang mulai mencemaskan hati. Ia tahu bahwa kebohongannya ini harus tampak meyakinkan. "Sebenarnya, saya sudah merasa tidak enak badan sejak lama, Pa

    Last Updated : 2024-12-30
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 6

    Gaura berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tangannya gemetar saat menyentuh alat rias, tetapi ia mencoba tersenyum setenang mungkin. Edrio tampak terpaku di tempatnya, matanya masih menatap Gaura dengan ekspresi yang sulit diartikan—ada keterkejutan, rasa bersalah, dan sesuatu yang lebih dalam. Sementara itu, Galen, yang tak menyadari ketegangan di antara mereka, menatap pria itu dengan penuh rasa ingin tahu. "Tuan, apakah sakit? Apa aku menabrak terlalu keras?" Edrio akhirnya tersadar, mengalihkan pandangan dari Gaura, lalu menunduk ke arah Galen. Suaranya serak saat berbicara. "Tidak apa-apa." Wanita yang sedang dirias oleh Gaura tersenyum sambil menoleh ke arah Edrio. "Sayang, kenapa diam di sana? Mendekatlah. Lihat, Gaura sudah hampir selesai. Sebentar lagi kita siap untuk acara ini." Gaura menelan ludah. Pikirannya berputar cepat. 'Sayang... jadi benar, dia pria itu. Edrio adalah calon tunangan wanita ini.' Edrio berjalan mendekat, langkahnya berat, seperti menahan be

    Last Updated : 2025-01-20
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 7

    Aula penuh dengan tawa dan obrolan hangat. Prita, yang merupakan tunangan Edrio, berdiri di tengah ruangan, tersenyum lebar sambil menerima ucapan selamat dari tamu-tamu yang mengelilinginya. Gaun panjangnya berkilauan, dan tangannya yang mengenakan cincin pertunangan memegang lengan Edrio dengan posesif. Namun, Edrio tidak sepenuhnya peduli. Tatapannya, meski diarahkan ke tamu-tamu yang berbicara, sesekali melirik ke sudut ruangan tempat Gaura dan Galen berdiri. Ada sesuatu yang tidak bisa ia abaikan—sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pertama kali ia melihat anak kecil itu. Entah mengapa, dia merasa dekat dengan anak itu. Prita menyadari sikap tunangannya yang tidak biasa. “Sayang,” ujarnya pelan sambil memiringkan kepala. “Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat… tidak fokus.” Edrio menoleh, wajahnya datar seperti biasa. “Tidak ada.” “Benarkah?” Priska menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu. “Kau kenapa? Kau biasanya tidak begini.” Edrio menghela napas kecil, mencoba

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 8

    Pagi itu, rutinitas berjalan seperti biasa. Gaura menyiapkan sarapan sambil memastikan Galen tidak lupa membawa semua perlengkapannya ke sekolah. Namun, pikirannya masih dipenuhi kekhawatiran tentang Edrio. Pertemuan mereka telah mengguncang ketentraman hidupnya. “Bunda, aku sudah siap!” seru Galen sambil berlari ke meja makan. Gaura menoleh, tersenyum lembut meskipun hatinya gelisah. “Baiklah, habiskan sarapanmu dulu. Setelah itu kita berangkat.” Seperti biasa, ia mengantar Galen ke gerbang sekolah dan memastikan anaknya masuk dengan aman. Setelah melambaikan tangan, Gaura pergi menuju tempat kerjanya, mencoba mengabaikan perasaan ganjil yang tidak mau hilang dari benaknya. Namun, di balik pagar sekolah, seseorang memperhatikan Galen dengan seksama. *** Saat jam istirahat tiba, Galen duduk di taman sekolah. Ia memakan bekalnya dengan santai. Anak-anak lain bermain di sekitar, tetapi Galen memilih duduk sendirian, memperhatikan bunga-bunga yang bermekaran di taman kecil

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 9

    Edrio kembali ke kantornya dengan langkah berat. Meski ia adalah pria yang dikenal dingin dan fokus, pikirannya kini terasa kacau. Pertemuannya dengan Galen di sekolah tadi meninggalkan kesan mendalam. Wajah anak itu, senyumnya, bahkan caranya berbicara—semuanya terlalu mirip dengan dirinya. Edrio duduk di kursi kulit hitam besar di ruang kerjanya. Jendela besar di belakangnya menyuguhkan pemandangan kota, tetapi pikirannya tidak tertuju ke sana. Tangannya mengusap dagunya sambil berpikir keras. “Gaura,” gumamnya pelan. Nama itu terasa begitu akrab, seperti luka lama yang tiba-tiba terbuka kembali. Kantor Edrio yang biasanya sunyi kini dipenuhi aura ketegangan. Tumpukan dokumen di mejanya terlihat berantakan, dan meskipun ia mencoba menyusun strategi dalam pikirannya, semuanya terasa seperti potongan puzzle yang tak cocok satu sama lain. Ia memutuskan untuk menghubungi orang-orang yang pernah bekerja dekat dengan Gaura. Edrio menekan tombol telepon di mejanya. ”Hubungi Brian s

    Last Updated : 2025-01-21
  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 10

    ”Bagaimana ini?” Gaura duduk di ruang tamunya. Pikirannya terus melayang ke pertemuan tak terduga antara Edrio dan Galen. Wajah anak itu sangat mirip dengan Edrio, dan itu membuat Gaura merasa sangat terancam. Gaura tahu bahwa Edrio tidak akan pernah berhenti sampai ia mendapatkan apa yang dia inginkan. “Apa yang dia rencanakan? Apakah dia sengaja menemui Galen?” Gaura bergumam sendiri, tangannya sedikit gemetar. Ia memikirkan berbagai cara agar Galen dapat terhindar dari jangkauan Edrio. Ia benar-benar tak ingin mereka menjadi dekat dan menyadari ada sebuah ikatan di antara mereka. Ia takut, takut Galen akan di ambil dari dirinya. Tiba-tiba, sebuah ide terlintas di pikirannya. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengutak-atik ponselnya untuk menghubungi seseorang yang ia percayai. “Mika, aku butuh bantuanmu segera.” Suara Gaura terdengar tegas meski hatinya berdebar. Ia langsung berbicara tanpa basa-basi kepada salah satu asistennya itu. “Gaura, ada apa? Apa yang terjad

    Last Updated : 2025-01-22

Latest chapter

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 65

    “Sebagai wanita yang juga bergerak di dunia bisnis kecantikan, aku sangat prihatin dengan kabar ini. Jika benar studio itu menggunakan bahan berbahaya, maka ini sangat berbahaya bagi konsumen. Aku berharap pihak berwenang segera menyelidiki kasus ini agar tidak ada korban lain.” Sialan. Prita tidak hanya menghancurkan Gaura, tetapi juga berpura-pura menjadi pahlawan di depan publik. Jari-jari Edrio menegang, lalu dengan kasar ia meletakkan tablet itu kembali di meja. “Dia benar-benar cari mati.” Tanpa pikir panjang, ia meraih jas hitamnya dan berjalan keluar dari ruangan dengan langkah cepat. Andre, yang baru saja kembali dari menyelidiki kasus ini, hampir terkejut melihat ekspresi dingin dan mematikan di wajah bosnya. “Tuan, saya baru saja menemukan sesuatu—” “Kita berangkat sekarang,” potong Edrio. “Ke mana, Tuan?” Edrio menatapnya tajam. “Studio Gaura.” **** Di Studio Gaura. Gaura masih berdiri di depan layar ponselnya, wajahnya pucat dan napasnya tidak b

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 64

    Gaura mengerutkan kening, mengambil ponsel itu, dan melihat sebuah video yang sudah ditonton oleh jutaan orang. Darahnya seakan berhenti mengalir ketika melihat seorang wanita dengan wajah rusak menangis dan menyebut namanya. Tangan Gaura bergetar saat membaca komentar yang terus mengalir di bawah video itu. “Astaga! Gaura? Aku tidak menyangka produk dari studionya menggunakan bahan berbahaya!” “Ini mengerikan! Aku baru saja menggunakan jasa make-upnya! Harus bagaimana jika wajahku juga hancur!?” “Hati-hati, guys! Jangan tertipu branding studio mahal, ternyata mereka menggunakan bahan murah yang beracun!” Tuduhan… kebohongan… fitnah… Mata Gaura membulat, dadanya terasa sesak. Lisa menggigit bibirnya. “Bu, ini sudah menyebar ke mana-mana. Selebriti dan influencer mulai mengomentarinya. Beberapa bahkan sudah membatalkan janji mereka dengan studio kita.” Gaura mundur selangkah, ponselnya hampir jatuh dari tangannya. Siapa… siapa yang melakukan ini? Perasaannya bergejolak ant

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 63

    “Pastikan dia berlutut memohon di hadapanku sebelum semuanya berakhir.” Mata Prita berbinar penuh kegilaan. Ketiga pria itu akhirnya setuju. Dengan bayaran sebesar itu, mereka bisa mengatur strategi yang lebih rapi. Setelah mereka pergi, Prita kembali duduk di kursinya. Kali ini, senyum di wajahnya semakin lebar. “Gaura, mari kita lihat seberapa kuat kau bisa bertahan.” Ketiga pria itu akhirnya meninggalkan vila Prita dengan koper berisi uang dalam genggaman mereka. Dengan langkah mantap, mereka berjalan ke mobil hitam tanpa plat yang diparkir di dekat gerbang. Pria bertato, yang tampaknya menjadi pemimpin di antara mereka, membuka pintu dan duduk di kursi pengemudi. “Kita mulai dari mana?” tanyanya sambil menyalakan mesin mobil. Pria dengan bekas luka di pipinya, yang duduk di kursi penumpang, menyalakan rokoknya dan menyeringai. “Kita mulai dengan merusak reputasi wanita itu. Tak perlu langsung menyerangnya, kita buat dia hancur dari dalam dulu.” Di kursi belakang, pria berb

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 62

    'Aku harap, kebahagiaan selalu menyertai kehidupanku setelah ini.' Setelah mengucapkan doa dalam hati, Gaura meniup lilin itu sambil tersenyum lebar. Seluruh studio dipenuhi tepuk tangan dan tawa bahagia. Saat semua orang mulai berkemas untuk pulang, Gaura duduk sendirian di ruang pribadinya, memandangi foto Galen yang tersimpan di ponselnya. Ia merasa begitu bersyukur atas segala hal yang ia miliki saat ini: karier yang berkembang, tim yang mendukung, dan anak yang menjadi cahaya dalam hidupnya. Namun, ia di kejutkan dengan ponselnya yang tiba-tiba berdering dan menampilkan nama yang belakangan ini sering muncul di dalam pikirannya. Gaura terdiam sejenak, hatinya berdebar tak karuan. Ia ragu-ragu, tetapi akhirnya mengangkat panggilan itu. “Halo?” suaranya terdengar lebih lembut dari yang ia inginkan. “Selamat untuk kesuksesan studiomu,” suara berat Edrio terdengar di seberang sana, membuat dada Gaura semakin sesak. Gaura tersentak. “Dari mana kau tahu?” “Aku punya caraku s

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 61

    ”Klien VIP yang datang ini ternyata seorang aktris terkenal!”Mata Gaura melebar. “Benarkah?”Lina mengangguk. “Dan dia bilang dia sangat penasaran dengan hasil riasanmu setelah melihat postingan teman-temannya yang sudah datang ke sini.”Gaura segera melangkah ke ruang rias khusus untuk klien VIP. Di dalam, seorang wanita cantik dengan gaun berkelas duduk dengan anggun di kursi rias, menunggu dengan ekspresi ramah.“Selamat siang, Nona Gaura,” sapanya sambil tersenyum.Gaura mengenalinya dengan baik. Dia adalah seorang aktris yang sering muncul di layar kaca, terkenal dengan kecantikannya dan selera modenya yang luar biasa.“Selamat siang. Suatu kehormatan bagi saya bisa melayani Anda hari ini,” ujar Gaura dengan sopan.Aktris itu tersenyum. “Aku mendengar banyak pujian tentangmu, dan aku ingin mencoba sendiri hasil tanganmu. Aku harap kau bisa membuatku lebih mempesona untuk acara malam ini.”Gaura segera mempersiapkan perlengkapannya dan mulai bekerja. Dengan setiap sentuhan kuas d

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 60

    “Silakan periksa,” ujar Prita dengan nada percaya diri setelah ia menekan tombol di ponselnya dan dalam hitungan detik, pintu ruangan itu terbuka. Seorang pria bertubuh kekar dengan jas hitam masuk sambil membawa tiga koper besar.Dengan ekspresi datar, dia meletakkan koper-koper itu di atas meja kaca di hadapan tiga pria yang duduk di sofa kulit berwarna gelap.Ketiga pria itu saling bertukar pandang, sebelum akhirnya pria berambut hitam membuka salah satu koper dengan hati-hati. Begitu tutup koper itu terangkat, tumpukan uang seratus dolar yang tersusun rapi menyambut mata mereka.Mata pria berambut hitam itu membesar, sementara pria dengan luka di pipinya bersiul pelan, kagum. Pria ketiga, yang sejak tadi lebih banyak diam, mengulurkan tangan dan meraba lembaran uang itu seolah ingin memastikan bahwa semua ini bukan ilusi.“Ini…” suaranya terdengar setengah berbisik, “benar-benar nyata.”Prita menyeringai. “Seperti yang kukatakan, aku tidak main-main.”Pria berambut hitam menutup k

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 59

    “Aku ingin Gaura dihancurkan.” Prita memainkan gelas anggurnya, lalu berbisik dengan suara penuh kebencian. Ketiga pria itu bertukar pandang. “Hancurkan dalam arti apa?” tanya pria yang duduk di tengah. Prita menatap mereka dengan tajam. “Aku ingin dia kehilangan segalanya. Bisnisnya, reputasinya, bahkan hidupnya. Aku ingin dia menderita.” Pria berambut hitam itu terkekeh kecil. “Ini bukan tugas yang mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin.” Prita meletakkan selembar cek kosong di atas meja. “Isi saja jumlahnya sesuka kalian. Aku tidak peduli.” Salah satu pria itu mengambil cek tersebut, menatapnya sejenak, lalu memasukkannya ke dalam jasnya. “Baiklah. Berikan kami informasi lebih lanjut. Kami akan menyusun rencana.” Prita tersenyum penuh kemenangan. “Aku ingin ini dilakukan dengan sempurna. Tidak boleh ada celah sedikit pun,” katanya dengan suara yang nyaris seperti bisikan beracun. Pria-pria itu mengangguk. “Kami akan menghubungimu begitu rencana sudah matang,”

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 58

    “Apa sekarang aku bisa punya Ayah dan Bunda seperti anak-anak lain?” Suaranya lirih, hampir tidak terdengar, tapi cukup bagi dirinya sendiri untuk merasakan betapa besar harapan yang terselip dalam kata-kata itu. Galen menggigit bibirnya, menahan rasa gembira yang hampir meledak dalam dirinya. Jantungnya berdebar cepat, seolah ia baru saja menemukan hadiah yang telah lama ia impikan. “Apa kita bisa tinggal bersama?” gumamnya lagi, kali ini lebih pelan, seakan takut pertanyaannya akan buyar jika diucapkan terlalu keras. Ia ingin berlari dan memeluk mereka, ingin bertanya apakah benar mereka sudah tidak bertengkar lagi, ingin memastikan apakah mulai sekarang ia bisa hidup bersama mereka berdua. Namun, sesuatu menahannya. Entah kenapa, ia merasa ini bukan saat yang tepat. Ia tidak ingin merusak momen yang sedang terjadi di antara mereka. Maka, dengan langkah hati-hati, Galen membalikkan badan dan berjalan kembali ke kamarnya. Senyum kecil terukir di wajahnya. Ia ingin berbagi keb

  • CEO Dingin Itu Ayah Dari Putraku    Bab 57

    "Tunggu!" ujar Gaura. Namun, saat akan mengatakan sesuatu, bibirnya terasa kelu. Edrio membalikkan tubuhnya dan kembali mendekati Gaura. Tangan besar pria itu juga kembali mencengkram pelan bahu Gaura. "Kau tidak perlu menjawab sekarang," katanya pelan. "Tapi aku berharap, suatu hari nanti, kau akan percaya padaku lagi."Gaura merasakan seluruh tubuhnya menegang. Sentuhan tangan Edrio di bahunya terasa begitu nyata, terlalu nyata. Kata-kata pria itu masih bergema di telinganya, menghidupkan kembali kenangan yang telah lama ia pendam dalam-dalam.Ia mencoba menahan napasnya, mencoba menyangkal bahwa trauma yang selama ini ia tekan telah kembali muncul ke permukaan. Namun, tubuhnya tak bisa berbohong. Matanya mulai berkaca-kaca, bibirnya bergetar, dan sebelum ia bisa menghentikannya, air matanya jatuh perlahan, membasahi pipinya.Edrio melihatnya.Pria itu terkejut, matanya membulat saat menyadari perubahan ekspresi Gaura. Ia tidak pernah melihat wanita ini dalam keadaan seperti ini—b

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status