Sehari setelah menangkap pemandangan dimana kekasihnya bermesraan dengan wanita lain. Jasmine melempar surat pengunduran dirinya tepat ke wajah Jovial didepan para karyawannya. "... Aku tidak akan pernah menyesal melakukan ini. Camkan itu!" Pada akhirnya, Jasmine benar-benar menyesal. Sebab setelahnya ia kehilangan pekerjaan dan dalam seketika menjadi sosok pengangguran yang hidupnya bergantung pada Ibu. Menuruti segala perintahnya. Katakanlah ini berlebihan, tapi ia merasa layaknya Cinderella. Ditambah harus menanggung malu saat suatu hari Jovial kembali memungut dirinya sebagai seorang karyawan lewat rayuan sang Ibu. Dan dari sanalah hidupnya mulai kacau. Terlebih saat pertemuan tak disengajanya bersama Ed- Si seniman jalanan, yang membuat segalanya semakin rumit.
View MoreUntuk kesekian kalinya Jasmine hanya dapat menghela napas gusar. Bola matanya bergerak-gerak asal memandang keluar jendela kafe. Memperhatikan tiap orang-orang yang berlalu lalang dengan segala aktivitasnya.Sesekali ia menguap lebar tanpa perlu repot-repot mau menutupnya. Untuk pertama kalinya Jasmine merasa menjadi sosok yang sangat tak berguna dimuka bumi ini. Tenggelam diantara kesibukan orang-orang disekitar, sementara ia hanya duduk diam dan melamun tanpa melakukan apa-apa.Menyesal diakhir memang tiada berguna. Sebab bagaimanapun kenyataannya semua tetap sama, hal yang ia lakukan tak dapat lagi ia ulang. Walau begitu Jasmine tetap kukuh pada pendiriannya untuk tak kembali berhubungan dengan seorang Jovial.Ah, Jasmine harus melupakannya!Getaran yang bersumber dari ponselnya menyadarkan Jasmine dari lamunan panjang. Gadis itu melirik sekilas nama yang tertera dilayar benda pipih itu. Bibirnya mengulum tipis, menimbang-nimbang haruskah ia meng
Kamar bernuansa hitam putih itu terdengar bising oleh suara Hair Dryer. Tirai jendelanya belum dibuka, padahal sinar matahari sudah tidak sabar ingin menelusup masuk menyapa pemiliknya. Meja kerjanya yang menghadap ke jendela tampak berantakan dengan berbagai benda yang tergelatak asal diatasnya, termasuk sebuah map berwarna kuning yang tampak kusut.Jovial, selepas mengeringkan rambutnya. Laki-laki itu meraih kameja secara acak dari lemari yang rata-rata hampir semuanya memiliki warna yang sama. Kameja putih, jas hitam adalah pakaian andalannya sehari-hari.Pandangannya jatuh pada jam dinding dikamarnya yang menunjukkan pukul 8 lebih. Biasanya seseorang akan menelpon untuk membangunkannya lebih awal. Tapi hari ini tidak.Langkahnya beringsut menuju jendela, menyibak tirainya seaaat, lantas berdiri tegap dengan kedua tangan didalam saku, membiarkan hangat matahari membelai tubuh gagahnya. Jovial akhirnya mendudukkan tubuhnya sejenak, menata pikiranny
Brakkk...Tubuh gadis itu jatuh terhuyung kala tak sengaja menendang kaleng berisi cat merah yang saat itu juga tumpah melumuri kaki dan pakaiannya.Jasmine meringis menatap telapak tangannya yang sedikit tergores. Ia lantas mendongak saat suara mengintrupsi seorang pria yang dengan sigap turun dari tangga menanyakan keadaannya. Menjeda pekerjaannya yang tengah membuat mural didinding."Kamu tidak apa-apa?"Untuk sesaat Jasmine dibuat terpaku menatap paras laki-laki itu. "Siapa yang menaruh cat ditengah jalan?! Kamu tidak lihat? Aku terluka!" jerit Jasmine."Maaf, sebelumnya saya sudah meletakkan papan diujung sana. Agar yang lewat bisa berhati-hati." Laki-laki berkameja kotak-kotak itu mengarahkan pandangannya pada papan yang diletakan kurang lebih 3 meter dari tempatnya."Jadi disini aku yang salah? Kamu menyalahkan?!" Jasmine mendengus tak terima. Tatapannya yang masih berkaca-kaca menuntut."Bukan begitu maksud
Mata hazel gadis itu memicing saat tak sengaja menangkap pemandangan dimana sepasang kekasih baru saja memasuki sebuah club ternama dipusat kota. Genggamannya pada syal-syal yang dijual dengan harga murah dipinggir jalan ia lepas begitu saja. Perhatiannya beralih pada pasangan tadi, lebih tepatnya pada sosok sang pria yang melingkarkan tangannya posesif pada pinggang gadis disampingnya. Tidak, ia tidak mungkin salah lihat. Gadis itu yakin mengenali wajah pria tersebut. Dengan langkah tergesa ia mengikuti mereka, mengabaikan teriakan temannya yang memanggil-manggil namanya. Masuk ke dalam club dan duduk dekat jajaran minuman-minuman sembari menutupi wajahnya dengan tas selempang. Sebisa mungkin tak ingin terlihat mencurigakan, tapi hal yang dilakukannya justru malah menghasilkan persepsi sebaliknya. "Ingin pesan sesuatu nona?" seorang bartender bertanya, namun saat itu juga ia mengatupkan bibirnya rapat menangkap gerakan dari gadis itu untuk tidak berb
Mata hazel gadis itu memicing saat tak sengaja menangkap pemandangan dimana sepasang kekasih baru saja memasuki sebuah club ternama dipusat kota. Genggamannya pada syal-syal yang dijual dengan harga murah dipinggir jalan ia lepas begitu saja. Perhatiannya beralih pada pasangan tadi, lebih tepatnya pada sosok sang pria yang melingkarkan tangannya posesif pada pinggang gadis disampingnya. Tidak, ia tidak mungkin salah lihat. Gadis itu yakin mengenali wajah pria tersebut. Dengan langkah tergesa ia mengikuti mereka, mengabaikan teriakan temannya yang memanggil-manggil namanya. Masuk ke dalam club dan duduk dekat jajaran minuman-minuman sembari menutupi wajahnya dengan tas selempang. Sebisa mungkin tak ingin terlihat mencurigakan, tapi hal yang dilakukannya justru malah menghasilkan persepsi sebaliknya. "Ingin pesan sesuatu nona?" seorang bartender bertanya, namun saat itu juga ia mengatupkan bibirnya rapat menangkap gerakan dari gadis itu untuk tidak berb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments