"Kamu yakin mau menikah denganku? Kamu nggak takut mati?" Menurut rumor, Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Kesialannya membuat kakak dan ketiga calon istrinya terbunuh. Meskipun demikian, Tiffany Maheswari membulatkan tekadnya untuk menikah dengan Sean. Tiffany mengira dirinya yang harus merawat Sean setelah menikah, tetapi nyatanya dia dimanjakan habis-habisan oleh Sean. Sean berkata, "Kamu istriku, cuma aku yang boleh menindasmu. Siapa pun yang berani mengusik istriku harus menderita setengah mati!" Sean juga menyuruh Tiffany melahirkan banyak anak untuknya. Tiffany murka dan menolak, "Siapa juga yang mau melahirkan banyak anak untukmu?" Sean menunjukkan video pernikahan mereka. Di video itu, Tiffany tampak berbicara dengan serius, "Aku akan berusaha melahirkan banyak anak untukmu!" Dengan wajah memerah, Tiffany membantah, "Ini nggak sah! Waktu menikah, kamu menipuku kamu buta!" Sean mengangguk dan membuat keputusan. "Buat persiapan, kita akan mengadakan pernikahan ulang."
View MoreUcapan Lena memang terdengar sangat menyakitkan. Conan mengernyit tajam, lalu menarik tangan Lena dengan erat."Apa kami pernah bilang kami nggak mau bayar biaya pengobatan Vivi? Apa kami pernah bilang kami nggak mau bantu kalian berdua? Membalas budi nggak berarti harus mengorbankan pernikahan Sean!"Usai bicara, Conan menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Kalau kamu benar-benar berpikir bahwa tindakanmu ini benar, silakan telepon Vivi sekarang dan lihat siapa yang akan dipermalukan pada akhirnya!""Kamu bilang kamu mau kerja dan menafkahi Vivi? Memangnya kamu bisa?"Lena langsung terdiam. Kata-kata Conan membuatnya tidak bisa membalas sepatah kata pun. Sebenarnya, dia juga tidak benar-benar ingin menelepon Vivi, hanya saja ....Sementara itu, tidak jauh dari sana."Siapa gadis yang ada di sebelah Conan itu?" Tiffany bertanya dengan nada santai sambil berjalan. Dia mengenakan mantel tipis dan menarik koper dengan satu tangan, ekspresinya tetap datar saat menoleh ke Sean."Ad
"Tapi kalau kamu mau aku meninggalkan Tiffany dan anak-anak demi ngasih kejelasan sama Vivi? Jangan mimpi."Setelah berkata demikian, Sean bahkan tidak repot-repot menoleh ke arah Lena lagi. Sebaliknya, dia berbalik dan berjalan ke arah Tiffany yang menatapnya dengan lembut. "Sudah lima tahun nggak kembali ke sini. Kamu rindu nggak?"Dengan penuh kelembutan, dia menemani Tiffany mengobrol sambil berjalan melewati Lena dan meninggalkan area bandara.Lena tetap berdiri di tempat, mengepalkan tangannya begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Giginya menggigit bibirnya begitu keras hingga tampak pucat. Sampai akhirnya, Conan datang menghampirinya.Lena menatapnya dengan mata berkaca-kaca, "Kak Conan, menurutmu apa bagusnya mantan istrinya itu?"Lena hanya tahu bahwa Conan sudah lama mengenal Sean dan Sanny, sama seperti dirinya dan Vivi. Namun, dia tidak tahu bahwa dokter yang Conan temui di Kota Kintan adalah Tiffany. Karena mengira Conan tidak mengenal Tiffany, dia semakin berani m
Tiffany mengernyit. Reaksi Conan membuatnya menyadari bahwa gadis muda yang mengenakan jeans dan kaus putih itu jelas bukan pacar Michael.Lalu, siapa dia?Orang yang bisa berdiri di sebelah Michael untuk menjemput Sean dan Sanny pulang ke rumah Keluarga Tanuwijaya, pastinya bukan orang sembarangan.Di saat Tiffany masih berpikir, pengawal bertubuh tinggi yang membawa Arlene di pundaknya sudah sampai di pintu keluar."Edy, anak siapa ini? Cantik sekali!" Pengawal yang dipanggil Edy itu hanya tersenyum tipis, lalu berjongkok dan menurunkan Arlene dengan hati-hati. "Tuan Putri, turun ya.""Oke!"Arlene langsung melompat turun dengan wajah ceria, lalu menepuk bahu Edy dengan santai. "Paman tinggi sekali! Nanti aku boleh naik lagi nggak?"Edy yang ramah mengangguk tanpa ragu. "Tentu saja, Tuan Putri."Mendengar Edy terus memanggilnya "Tuan Putri", gadis yang berdiri di hadapannya mengerutkan alis. "Tuan Putri? Anak siapa ini? Apa perlu sampai memanggilnya Tuan Putri?""Anakku." Begitu ucap
"Sstt ...." Conan menutup mulut Sanny. "Jangan bicara lagi.""Sean dan Tiffany terpisah selama ini karena dendam generasi sebelumnya. Kenapa kamu masih ungkit mereka?"Sanny mengerucutkan bibirnya dan baru terdiam.....Setelah menempuh penerbangan selama lima jam, akhirnya pesawat mereka mendarat di Bandara Kota Aven pada pukul dua siang.Orang yang datang menjemput mereka adalah Michael, ditemani seorang gadis muda yang mengenakan celana jeans dan kaus putih.Michael yang mengenakan setelan jas hitam, berdiri di dekat pintu keluar dengan beberapa pengawal di sekelilingnya. Begitu melihat Sean dan yang lainnya keluar, dia segera memimpin para pengawal untuk mendekat.Sebagian pengawal langsung bergerak, ada yang membantu mendorong ranjang rumah sakit untuk Sanny, ada yang mengurus barang bawaan.Salah satu pengawal berjongkok dan menatap Arlene sambil bertanya dengan suara ramah, "Tuan Putri, mau naik ke pundak?"Arlene yang penuh semangat langsung menoleh ke Tiffany dengan mata berbi
Tiffany tidak pernah menyembunyikan identitas asli kedua anaknya.Bagaimanapun, wajah Arlo sudah jelas menunjukkan segalanya. Bahkan jika dia bersikeras mengatakan bahwa Arlo bukan anak Sean, tidak akan ada yang percaya.Namun, kedua anak ini dibesarkan olehnya seorang diri. Hubungannya dengan Sean sekarang juga tidak lebih dari sekadar teman yang sedikit lebih dekat. Jadi, saat Sanny tiba-tiba menyuruh anak-anaknya menggunakan marga Tanuwijaya, Tiffany hanya merasa hal itu benar-benar menggelikan.Apa mereka mengira karena dia orang yang sabar, jadi dia akan membiarkan anak-anaknya masuk ke dalam kendali Keluarga Tanuwijaya begitu saja?Melihat ekspresi Tiffany yang mulai kesal, Sean mengernyit dan mengangkat tangan untuk menahan tangan Sanny."Kak, anak-anak ini dilahirkan Tiffany. Selama lima tahun ini, dia membesarkan mereka sendiri dengan penuh perjuangan. Jadi, soal nama belakang atau apa pun, itu keputusannya."Sanny mengerutkan alisnya. Bukan berarti dia tidak menghargai semua
Namun, dia selalu mengira bahwa kedua anak ini adalah milik Xavier ....Seketika, Zion langsung menepuk jidatnya. "Seharusnya aku sadar dari awal!"Sean memperlakukan Tiffany dengan begitu baik hingga membuat orang lain iri dan Tiffany pun selalu menatap Sean dengan penuh perasaan .... Dia seharusnya sudah menyadari sejak awal bahwa mereka memang sepasang kekasih!Melihat ekspresi Zion yang tiba-tiba menyadari sesuatu, Tiffany hanya tersenyum samar, lalu menepuk bahunya dengan santai. "Jangan kepo.""Sekarang kamu sudah kembali kerja, fokus sama kerjaanmu sendiri. Oh ya, ngomong-ngomong, utang 100 juta yang kamu pinjam dariku, kapan rencananya mau dibayar?"Ekspresi Zion langsung berubah muram. "Dok Tiff, masa kamu masih ingat soal utang itu ...."Tiffany menjawab dengan serius, "Tentu saja. Uang 100 juta itu aku dapatkan dari kerja keras sedikit demi sedikit."Mana mungkin dia bisa melupakannya!Zion tertawa kecil. "Tapi, bukannya Pak Sean kaya sekali? Kenapa Dokter Tiffany masih mau
"Hore, ada yang enak!" seru Arleen sambil melompat kegirangan.Arlo meliriknya sinis, "Dasar norak."Tiffany dan kedua anaknya berjalan keluar dari taman kanak-kanak sambil bercanda dan tertawa.Sementara itu, Sean duduk di dalam mobil dan menatap melalui jendela yang sedikit terbuka. Matanya tertuju pada Tiffany yang menggandeng kedua anak mereka sambil berjalan keluar dari dalam gedung. Di dalam hatinya, muncul perasaan bahagia dan kebanggaan.Tiffany-nya telah tumbuh dewasa.Sekarang, dia sudah menjadi ibu yang baik.Anak-anak yang digenggamnya adalah harapan mereka berdua di kehidupan ini.Sean yang tidak bisa menahan gejolak hatinya, melangkah mendekat dan langsung mengulurkan tangan untuk memeluk Tiffany."Pak Sean." Arlo menghalangi di depan Tiffany dengan sigap, "Anda belum boleh meluk Mama-ku ....""Aku ...."Sebelum Arlo menyelesaikan ucapannya, Sean telah berjongkok dan memeluknya. "Aku tahu, kalau mau meluk Mama kamu, aku harus peluk kamu dulu."Suara Sean yang rendah serta
Tiffany tidak ingin merasakannya! Meskipun begitu, saat dia menutup matanya, dia tetap merasa senang.Pria ini memiliki hasrat yang begitu kuat, tetapi demi dirinya, dia sanggup menahan diri selama lima tahun. Jika ini terjadi pada orang lain, Tiffany pasti akan berseru heboh, ini cinta sejati! Menikah!Namun, hubungan antara dirinya dan Sean .... Pada akhirnya, dia menarik napas dalam-dalam, lalu memeluknya erat. "Sean, menurutmu, kita masih punya kemungkinan?"Pria itu mengecup bibirnya. "Selama kamu menginginkannya.""Lalu, kalau aku nggak menginginkannya?""Kalau begitu, aku akan mengejarmu sampai kamu berubah pikiran."....Sore harinya, Sean pergi bersama Tiffany untuk menjemput Arlo dan Arlene dari taman kanak-kanak."Wow! Bu Tiffany, itu suamimu? Ganteng banget!""Selama ini Bu Tiffany selalu bilang dia nggak punya suami. Aku sampai mengira kamu ibu tunggal. Ternyata suamimu seganteng ini?""Iya, pantas saja Arlo seganteng itu. Lihat saja, dia mirip sekali dengan ayahnya!""Ben
"Sean, dasar licik!" Setelah melontarkan kata-kata itu dengan marah, Cathy menarik tangan Mason, lalu berbalik dan pergi dengan kesal menggunakan sepatu hak tingginya.Melihat punggungnya yang menjauh, tiba-tiba Tiffany merasakan kepuasan yang luar biasa dalam hatinya. Dia menoleh, melirik Sean, lalu tersenyum padanya. "Terima kasih.""Untuk apa berterima kasih padaku?" Pria itu melangkah masuk, menutup pintu dengan santai, lalu menatapnya dengan senyuman tipis. "Lagian, aku pernah bilang kalau aku nggak suka ucapan terima kasih yang cuma sebatas kata-kata."Tiffany menggigit bibirnya. Entah apa yang merasukinya, dia tiba-tiba melangkah maju, berjinjit, dan mengecup bibir pria itu.Saat bibir lembutnya menyentuh bibir Sean yang dingin, keduanya terkejut sejenak. Seperti ada aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuh mereka.Jantung Tiffany mulai berdetak kencang, wajahnya memanas dan memerah. Kemudian, dia baru menyadari bahwa dirinya baru saja melakukan sesuatu yang tak seharusnya
"Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments