Share

Bab 10

Ketika berjalan melewati Michael, pria itu meremas bokong Tiffany. Tiffany benar-benar murka. Kemudian, dia buru-buru mendorong kursi roda Sean pergi.

Setibanya di taman bunga, Tiffany masih merasa takut. Dia tidak menyangka dirinya akan menjadi korban pelecehan seksual, bahkan pelakunya adalah kakak sepupu suaminya. Parahnya, pelecehan semacam ini terjadi di rumah kakek suaminya.

"Ada yang sakit?" tanya Sean sambil mengernyit.

"Nggak kok." Tiffany tidak berani memberi tahu Sean apa yang terjadi. Bagaimanapun, hanya ada mereka bertiga tadi. Tidak ada gunanya Sean tahu karena Michael tidak mungkin bersedia mengaku.

Situasi seperti ini hanya akan membuat anggota Keluarga Tanuwijaya merasa Tiffany bersikap tidak masuk akal. Mereka juga akan mengira Sean terlalu memanjakannya. Jadi, Tiffany lebih memilih memendam masalah ini.

"Aku ingin minum air." Ucapan Sean seketika menyadarkan Tiffany dari lamunannya. Tidak terlihat seorang pun pelayan di taman. Jadi, Tiffany terpaksa turun tangan.

"Biar kuambilkan. Kamu tunggu aku di sini." Selesai berbicara, Tiffany langsung pergi mengambilkan air untuk Sean.

Kediaman Keluarga Tanuwijaya sangat luas. Ketika Tiffany kembali, dia mendapati Sean meletakkan ponselnya. Itu adalah ponsel khusus orang buta.

"Rumah ini terlalu besar," ujar Tiffany sambil menyeka keringat di dahinya.

Setelah menyesap air, Sean tiba-tiba bertanya, "Apa kamu merasa menderita menikah denganku?"

"Nggak kok," sahut Tiffany sambil menggeleng. Meskipun Sean cacat dan dianggap pembawa sial, Tiffany tidak bisa membayar biaya pengobatan neneknya tanpa bantuan Sean. Jadi, Sean adalah penyelamatnya. Kenapa dia harus merasa tersiksa?

Suasana menjadi hening. Sesaat kemudian, Sean menghela napas dan berucap, "Beri tahu saja aku kalau ada masalah. Aku memang nggak bisa melihat, tapi aku bisa merasakannya."

Tiffany adalah orang yang pemaaf. Setelah lelah karena mengambil air, dia langsung melupakan masalahnya dengan Michael tadi, bahkan tidak menyadari maksud tersirat Sean.

Tiffany memandang langit sekilas, lalu bertanya, "Kita masuk ya?"

"Ya." Sean mengiakan setelah terdiam sejenak.

Di ruang tamu, kakek Sean, Darmawan, sedang mengobrol dengan putra keduanya, Ronny, juga ada istri Ronny, Lulu. Begitu melihat Tiffany dan Sean, Darmawan langsung melambaikan tangannya dan menyapa dengan ramah, "Tiffany!"

"Kakek!" Tiffany tersenyum manis, lalu mendorong kursi roda Sean dengan makin cepat.

Darmawan menatap Tiffany yang menghampirinya sambil berkata, "Aku sangat suka anak ini."

Ronny melirik Tiffany dan berujar, "Pilihanmu nggak mungkin salah."

Lulu justru tersenyum mencela dan berkata, "Kudengar Sean pagi-pagi sudah marah besar karena wanita ini. Demi dia, Sean sampai mengusir seorang pelayan tua. Sean sangat baik selama ini. Begitu menikah, sikapnya malah berubah. Wanita ini pasti bukan wanita baik-baik ...."

Darmawan mengernyit sambil menyela, "Sean terlalu tertutup. Justru bagus kalau ada orang yang bisa membuatnya marah seperti ini."

Alis Lulu berkerut hebat, mungkin karena tidak menyangka Darmawan akan begitu membela Tiffany.

"Kakek, Paman," sapa Tiffany sambil mendekat. Kemudian, dia menuangkan air untuk Sean sambil berucap, "Taman di rumah ini sangat luas. Aku sampai lelah."

Darmawan bertanya dengan tersenyum, "Sean nggak menindasmu, 'kan?"

"Nggak, dia sangat baik padaku." Tiffany menggeleng.

Lulu tersenyum dingin dan menyindir, "Tentu saja baik. Dia sampai mengusir pelayan tua pagi-pagi demi dirimu."

Sean adalah orang yang sangat misterius dan aneh. Lulu akhirnya berhasil mengatur Prisa menjadi mata-mata, tetapi Prisa yang baru bekerja 2 hari sudah diusir gara-gara Tiffany.

Tiffany bertanya dengan terkejut, "Siapa yang kamu usir?"

"Maksud Bibi, aku nggak seharusnya mengusir pelayan yang telah mempermalukan istriku pada hari kedua pernikahan kami?" tanya Sean dengan dingin, tetapi juga lantang.

"Tiffany terlalu baik hati. Dia ditindas orang, tapi nggak berani melawan. Sebagai suaminya, apa aku harus diam begitu saja?" tambah Sean.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status