Share

Bab 12

Author: Clarissa
Michael mengerlingkan mata sambil membalas, "Kalau aku keluar, bukankah aku akan dihajar sampai mati?"

Suara Sean tetap terdengar datar. "Ternyata kamu begitu nggak punya tanggung jawab. Seingatku, Kakek baru memberimu jabatan presdir di anak perusahaan, 'kan? Masalah begini saja harus diurus oleh Kakek. Kalau para pemegang saham tahu, takutnya kamu bisa dilengserkan dari jabatanmu."

Begitu ucapan ini dilontarkan, Michael tidak mungkin berkesempatan untuk mundur lagi. Lulu pun bangkit, lalu menarik Michael dan berujar dengan lantang, "Michael tentu bisa menangani masalah sepele begini. Kamu nggak perlu mengejeknya!"

Tiffany mengernyit menatap Lulu yang membawa Michael keluar. Michael sama sekali tidak merasa dirinya bersalah. Tiffany yakin masalah ini akan berakhir buruk jika diatasi mereka.

Tiffany berbalik, lalu mendapati Sean sedang meminum teh dengan santai. Darmawan memanggil kepala pelayan dengan ekspresi masam, lalu membisikkan sesuatu kepadanya.

Setelah kepala pelayan pergi, Darmawan menatap Sean sambil tersenyum dan berucap, "Keluarga Sanskara nggak pernah mengalah, sedangkan Michael nggak merasa bersalah. Dengan kecerdasanmu itu, kamu pasti tahu hasilnya akan sangat buruk kalau Michael yang menanganinya, 'kan?"

Begitu ucapan ini dilontarkan, suara pertengkaran di luar pun makin besar. Tiffany bahkan bisa mendengar Michael memaki Valerie. Sesuai dugaan, situasi menjadi makin kacau.

"Kalian pergi saja dari pintu belakang. Kuanggap kalian nggak pernah datang malam ini." Darmawan bangkit dengan murka, lalu melirik Sean dengan sinis sambil berucap, "Aku nggak akan bersikap perhitungan padamu karena kesehatanmu kurang baik. Tapi, jangan pernah memperburuk situasi seperti ini lagi!"

Usai melontarkan itu, Darmawan langsung berjalan pergi. Sean masih duduk di kursi roda dengan senyuman angkuh.

Setelah menanyakan lokasi pintu belakang, Tiffany segera mendorong kursi roda Sean. Di sisi lain, pertengkaran di luar makin sengit.

Sean tidak mengucapkan sepatah kata pun sejak tadi. Tiffany mengira pintu belakang akan mudah ditemukan, tetapi jalan di halaman belakang kediaman Keluarga Tanuwijaya berliku-liku dan dihiasi banyak ornamen. Tiffany sepertinya tersesat ....

"Sepertinya aku tersesat," gumam Tiffany sambil menatap jalan batu yang sepertinya sudah dilewati belasan kali. Dia mengembuskan napas dan berkata lagi, "Seharusnya aku menyuruh pelayan membawa jalan tadi."

"Pelayan di sini nggak mungkin membantumu," sahut Sean.

"Kenapa? Ini rumah kakekmu, 'kan? Kamu cucunya, 'kan?" tanya Tiffany sambil mencebik.

Sean menyunggingkan senyuman sambil membalas, "Sepertinya kamu belum cukup paham tentang suamimu. Aku adalah pembawa sial yang terkenal di Kota Aven. Orang tuaku meninggal saat aku berusia 9 tahun."

"Waktu aku 13 tahun, aku nggak sengaja menyebabkan kecelakaan besar karena bermain. Kakakku dan 2 pelayan yang menjaganya tewas dalam kebakaran. Sementara itu, aku buta dan salah satu kakiku lumpuh."

"Kesialanku ini membuat Keluarga Tanuwijaya takut padaku. Mereka nggak berani dekat-dekat denganku. Makanya, aku tinggal sendirian. Aku sudah tinggal di vila itu selama 13 tahun."

Tiffany menganga dengan terkejut. Itu artinya, vila yang mereka tempati sudah ditempati oleh Sean selama 13 tahun sendirian?

Suara Sean terdengar dingin dan kesepian. Dia meneruskan, "Selama 13 tahun ini, aku cuma diizinkan pulang saat tahun baru. Kami sekeluarga akan makan bersama. Hari ini, kamu bisa datang karena kemarin kita menikah."

Sean terkekeh-kekeh, lalu berujar, "Pelayan di sini nggak mungkin menghormati seseorang yang telah diusir."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
kasian Sean...pasti semua hanya konspirasi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 13

    Tangan Tiffany yang memegang kursi roda seketika menegang. Setelah mendengar semua ini, dia baru teringat bahwa tidak ada pelayan yang menghiraukan mereka sejak mereka masuk.Di bawah sinar bulan, Tiffany memandang wajah tampan Sean. Dia merasa pria ini sangat kasihan. Michael yang merupakan kakak sepupu Sean malah menghinanya karena cacat, bahkan melecehkan istrinya di hadapannya.Paman dan bibinya juga meremehkannya. Selain itu, kakek Sean .... Dulu Tiffany mengira Darmawan sangat menyayangi Sean. Jika tidak, mana mungkin dia peduli pada pernikahan Sean?Namun, setelah melihat sikap dingin Darmawan tadi, Tiffany merasa Darmawan tidak benar-benar menyukai Sean.Setelah memikirkan semua ini, hati Tiffany terasa getir. Sejak kecil, Sean telah kehilangan keluarga terdekatnya dan kerabatnya memperlakukannya dengan buruk. Dia pasti sangat sedih, 'kan?Tiffany tiba-tiba menjulurkan tangannya yang bergetar secara naluriah. Dia menyentuh tangan Sean yang dingin. Sean pun terkejut dan menggera

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 14

    Michael yang sedang murka tentu tidak bersedia mendengar cemoohan seperti ini. Dia menendang kursi roda Sean lagi. Kursi roda itu sampai hampir terjatuh.Michael mengira tendangan ini sudah cukup untuk membuat Sean terguling dari kursi rodanya. Namun, sepasang tangan yang mungil sontak menangkap kursi roda itu dengan erat saat kursi roda itu hampir terjatuh.Tiffany menggenggam pegangan kursi roda dengan sekuat tenaga. Dia memelototi Michael sambil membentak, "Kamu nggak boleh menindas suamiku!"Amarah pada tatapan Tiffany membuat Michael sempat mengira ada yang salah dengan pandangannya. Gadis ini jelas-jelas terlihat begitu lemah lembut sebelumnya. Tiffany bahkan tidak bersuara saat Michael meremas bokongnya. Kini, dia malah memelotot dan membentaknya?Michael terkekeh-kekeh, lalu menjulurkan tangan dan mengangkat dagu Tiffany. Dia membalas, "Kenapa? Kamu ingin membela suami cacatmu ya? Jangan lupa, kamu sendiri juga cuma wanita lemah."Michael terkekeh-kekeh kejam dan meneruskan, "K

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 15

    Di bawah sinar bulan yang terang, Sean tersenyum lembut dan menggoda. Tiffany menggigit bibirnya dan merasa wajahnya sangat panas. Dia menyahut, "Ya ... aku akan memeriksanya setelah pulang nanti."Kemudian, Tiffany menarik napas dalam-dalam sebelum meneruskan, "Sebenarnya aku cuma memaksakan diri tadi. Tubuhnya besar sekali, mana mungkin aku sanggup melawannya? Aku juga nggak sanggup melindungimu."Tiffany menunduk menatap kaki ayamnya sambil berkata lagi, "Untungnya, lariku sangat cepat. Aku bisa membawamu kabur."Penampilan serius Tiffany membuat Sean tidak bisa menahan tawa. Dia bertanya, "Jadi, kamu berencana membawaku kabur setiap kali ada masalah?""Ya. Tapi, aku nggak bakal terus kabur. Setelah aku jadi kuat, aku bisa melindungimu." Tiffany mengangguk, lalu teringat pada sesuatu sehingga menggeleng lagi.Sean menatapnya untuk waktu yang cukup lama, lalu berujar sambil tersenyum, "Oke, aku akan menunggumu menjadi kuat.""Ya." Tiffany mengepalkan tangannya dengan erat. Wajahnya m

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 16

    Tiffany mengernyit, berusaha mengingat kejadian semalam. Dia hanya ingat dirinya dan Sean naik ke mobil yang dikendarai oleh Genta.Ketika saat itu, Tiffany merasa kantuk dan ingin beristirahat sejenak. Alhasil, dia malah tidur sampai keesokan pagi. Lantas, bagaimana dia bisa tidur di kamar ini?Jangan-jangan .... Tiffany teringat pada mimpinya. Ini tidak mungkin! Dia buru-buru menggeleng, menyingkirkan pemikiran yang tidak masuk akal ini."Sudah bangun?" Terdengar suara merdu seorang pria. Tiffany termangu sesaat sebelum menoleh memandang ke arah sumber suara.Saat berikutnya, Tiffany langsung bertemu pandang dengan mata Sean yang dalam. Wajah Tiffany sontak memerah. Dia segera memalingkan wajahnya.Siapa yang bisa memberitahunya kenapa mata seseorang yang buta bisa setajam ini? Akan tetapi, setelah teringat bahwa Sean buta, Tiffany merasa reaksinya terlalu berlebihan. Dia bertanya sambil tersenyum, "Kamu sudah bangun?""Ya." Sean tentu melihat semua gerak-gerik Tiffany. Dia tersenyum

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 17

    Maserati hitam melaju di jalan dan akhirnya berhenti di gedung Universitas Aven. Begitu turun dari mobil, Tiffany langsung berlari ke ruang kelasnya tanpa sempat mengucapkan terima kasih kepada Genta.Yang ada di ruang kelas bukan hanya buku catatan dan buku latihan, tetapi juga sertifikat dan kartu ulang tahun yang diberikan neneknya setiap tahun.Beberapa kartu itu memang terlihat jelek, bahkan tulisan di atasnya juga miring. Namun, itu adalah barang berharga untuk Tiffanny.Pagi-pagi, kampus sudah ramai dan banyak yang berkumpul di depan lift. Ketika Tiffany menunggu di depan lift, tiba-tiba Julie meneleponnya lagi."Tiff, kamu sudah di mana? Mereka makin lama makin merajalela!" seru Julie. Tiffany bisa mendengar isak tangis sahabatnya itu! Jantungnya berdetak kencang.Tiffany menarik napas dalam-dalam. Dia memutuskan untuk tidak menunggu lift lagi dan berlari ke tangga di samping. Tidak masalah kalau harus naik tangga sampai lantai 8!Karena belum makan sarapan, kaki Tiffany pun te

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 18

    Selesai bicara, Michael yang teringat sesuatu menunjuk memar di dahinya dan bertanya, "Tiffany, seharusnya kamu masih ingat kenapa dahiku bisa memar, 'kan?"Tiffany berpikir sejenak, memangnya ada hubungan dengan dia? Apa dia yang melukainya dengan sepatu hak tinggi semalam?Michael menatap Tiffany dan mencibir. Dia melanjutkan, "Dibandingkan dengan apa yang kalian lakukan padaku semalam, aku rasa perbuatanku sama sekali nggak keterlaluan."Kemudian, Michael melihat sekilas barang-barang yang dipegang Tiffany dan menambahkan, "Kalau aku tahu kamu sangat menghargai sampah-sampah ini, seharusnya aku bakar semua saja."Semalam Ronny sudah memperingatkan Michael agar tidak bertindak gegabah. Namun, ini adalah pertama kalinya Michael dilukai dengan sepatu hak tinggi. Mana mungkin dia diam saja?Tiffany memelototi Michael seraya berucap dengan geram, "Kamu memang pantas diberi pelajaran semalam!"Michael yang melecehkan Valerie dan dia sendiri yang bertengkar. Kenapa Michael malah menyalahka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 19

    Michael melihat Tiffany seraya menahan tawa. Dia berkata, "Tentu saja. Kalau kamu melepaskan bajuku dan melakukan oral seks untukku, mungkin aku akan kehilangan minat padamu."Tiffany mengangguk dengan serius, lalu membalas, "Oke. Aku akan mengikuti kemauanmu."Begitu Tiffany melontarkan ucapannya, Michael tidak bisa menahan tawanya lagi. Dia melambaikan tangan kepada kedua pria berpakaian hitam dengan perasaan gembira dan memerintah, "Lepaskan dia."Kedua pria berpakaian hitam juga merasa antusias. Mereka pun melepaskan Tiffany. Melihat Tiffany menghampirinya, Michael bertanya seraya menyipitkan matanya, "Kamu mau mempermainkan aku, ya?"Tiffany tersenyum lebar dan berucap dengan tulus, "Aku nggak mungkin bisa lawan kalian sendirian. Mana mungkin aku mempermainkanmu? Kita sudah sepakat, aku lepaskan bajumu dan melakukan ... itu. Jadi, kamu nggak akan sentuh aku lagi."Michael tertawa, lalu menceletuk, "Benar! Ayo, cepat!"Tiffany mendekati Michael dan melepaskan kancing baju Michael d

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 20

    Jika kelak Michael menindas Sean lagi, mungkin ... Tiffany akan menusuk Michael dengan pisau. Gadis desa yang terpelajar benar-benar menakutkan!Tiffany mengatupkan bibirnya. Dia sudah mengancam dan menakut-nakuti Michael. Sekarang, dia harus memikirkan cara untuk menyelamatkan diri.Walaupun saat ini Tiffany sudah mengendalikan Michael, pria berpakaian hitam masih menunggu di luar. Mereka juga menahan Julie. Bagaimana kalau mereka mengancam Tiffany dengan Julie untuk melepaskan Michael?Tiffany tidak mungkin meninggalkan Julie. Namun, jika Michael dilepaskan, dia pasti akan menyuruh pria berpakaian hitam untuk menangkap Tiffany.Tiffany memegang pisau yang diarahkan ke dada Michael sambil merenungkan semua kemungkinan yang bisa terjadi nanti.Bagi Michael, Tiffany terlihat seperti ragu-ragu bagaimana menusuk jantungnya dengan pisau. Hal ini membuat Michael makin ketakutan.Michael sangat dimanjakan Ronny dan Lulu. Padahal, dia hampir berumur 30 tahun. Namun, dia tidak pernah mengalami

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 761

    Kepala Lena langsung terpelintir ke samping karena tamparan itu. Dia menjilat darahnya yang amis dan manis di sudut bibirnya, lalu menatap Miska yang menamparnya dengan tatapan yang dingin. "Kamu pikir kamu ini siapa?"Miska menatap Lena dengan dingin dan berkata, "Aku ini tunangan pria yang di dalam. Karena kamu, tunanganku baru jadi seperti sekarang. Kalau terjadi apa-apa padanya, aku nggak akan memaafkanmu."Setelah menatap Miska dengan tatapan menyindir selama beberapa saat, Lena tertawa. "Kamu adalah tunangannya pria itu? Kalau begitu, kamu benar-benar kasihan. Kalau kamu nggak bilang, aku akan mengira kamu ini adiknya Tiffany. Kemungkinan besar, pria itu bersamamu karena menganggapmu sebagai pengganti Tiffany, 'kan?"Setelah mengatakan itu, Lena melanjutkan sambil menggelengkan kepala dan ekspresinya terlihat kasihan. "Sayang sekali. Meskipun sudah ada kamu yang sebagai pengganti, hatinya tetap nggak bisa melupakan Tiffany. Kalau nggak, dia juga nggak akan menabrak truk itu demi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 760

    "Aku Miska, panggil aku Miska saja." Gadis itu meremas tali ranselnya dan bertanya dengan cemas, "Katanya dia mau datang duluan untuk kasih kamu kejutan. Kenapa tiba-tiba kecelakaan?"Tiffany memejamkan matanya, tidak tahu harus menjelaskan dari mana untuk sesaat. Namun, dia tetap menatap gadis itu dan berkata, "Miska, kamu ... harus menyiapkan mentalmu. Cedera Xavier kelihatannya cukup parah."Miska tertegun, baru menyadari betapa serius situasinya. Mata bulatnya yang hitam sontak menjadi suram. "Dia ... dia nggak apa-apa, 'kan? Kami baru saja ... tunangan."Kalau saja Miska tidak menyebut itu, mungkin Tiffany bisa menahan diri. Namun, begitu kalimat itu dilontarkan, rasa sakit langsung menyayat hatinya.Semua ini salahnya. Karena kebaikannya sendiri, dia memberi celah bagi kakak beradik itu untuk menyakitinya.Seandainya hari itu dia berbicara terus terang kepada Sean soal kejadian tiga tahun lalu, seandainya dia membongkar kebohongan Vivi, mungkin Xavier yang jauh-jauh datang untuk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 759

    Di belakang mereka mulai terdengar teriakan, ada yang mulai menelepon polisi. Suara sirene mobil patroli dan ambulans pun terdengar bersahut-sahutan.Tiffany terdiam dalam pelukan Sean, matanya masih tertutup oleh telapak tangan pria itu. Dia seperti boneka yang kehilangan jiwanya, bersandar lemas di dadanya."Xavier ... dia baik-baik saja, 'kan?""Dia akan baik-baik saja." Sean memeluknya erat. "Dia sudah dibawa ambulans untuk mendapatkan pertolongan. Kita ke sana ya.""Ya ...." Tiffany masih bersandar di pelukannya, suaranya lirih. "Sean, kamu yakin nggak salah lihat? Dia bilang besok baru sampai dan bawa tunangannya ke sini .... Gimana mungkin .... Nggak mungkin. Dia seharusnya masih di luar negeri sekarang ...."Nada suaranya pilu.Sean memeluknya lebih erat. "Mungkin dia mau kasih kejutan untukmu." Suara berat Sean terdengar serak. "Tadi dia telepon aku, tanya kamu di mana.""Aku bilang kamu di lembaga penelitian. Setelah itu, dia langsung matiin telepon. Sepertinya dia datang leb

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 758

    "Tiff ... kamu benaran cuma butuh dua hari untuk menyelesaikan makalah serumit ini?"Di dalam kantor Risyad, Tiffany tersenyum sambil menatapnya. "Ini semua berkat bimbingan Pak Risyad yang luar biasa. Aku tahu kamu sangat menghargaiku, jadi aku nggak berani menyepelekan tugasku. Makanya, aku buru-buru menyelesaikannya."Risyad yang memakai kacamata tebal itu pun memancarkan kebanggaan dan kekaguman. "Anak muda memang luar biasa! Penuh semangat, penuh energi, dan punya kemampuan!"Saking semangatnya, Risyad menahan Tiffany untuk mengobrol. Sampai akhirnya ada yang mengetuk pintu dari luar, barulah Tiffany bisa terbebas dari pembicaraan panjang Risyad yang sangat antusias.Saat Tiffany keluar dari lembaga penelitian, waktu sudah menunjukkan pukul 3 sore. Matahari masih bersinar, tetapi cahayanya terasa lembut.Saat berdiri di depan gerbang lembaga penelitian, Tiffany meregangkan badan sambil menarik napas lega. Beban besar di hatinya akhirnya terangkat.Beberapa hari ke depan, tugasnya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 757

    Xavier dan tunangannya dijadwalkan tiba di Kota Aven tiga hari lagi. Agar punya waktu untuk menemani tunangan Xavier jalan-jalan di Kota Aven, Tiffany sampai mengambil cuti beberapa hari dari lembaga penelitian.Untungnya, pihak lembaga cukup pengertian. Meskipun Tiffany baru bekerja di sana, setiap kali dia meminta cuti, atasan selalu menyetujui tanpa banyak tanya."Tapi, Tiff ...." Suara Risyad terdengar dari seberang telepon, diiringi batuk kecil. "Aku ingat kamu janji, selama beberapa hari ini di rumah, kamu bakal menyelesaikan jurnal penelitianmu, 'kan?"Tiffany buru-buru mengangguk. "Tenang saja, Pak! Sebelum masa cuti habis, aku pasti akan kirim jurnal penelitianku ke lembaga! Aku nggak pernah ingkar janji kok!"Suaranya yang tegas dan meyakinkan membuat Risyad tertawa. "Oke, jangan sampai kamu ingkar janji ya!"Setelah mengobrol sebentar, Tiffany langsung merengek manja pada Sean untuk mengantarnya pulang agar bisa segera menulis jurnal.Meskipun mengatakan akan menyelesaikanny

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 756

    Begitu selesai bicara, Xavier langsung mengakhiri panggilan.Di sisi lain, Tiffany masih memegang ponsel dengan perasaan yang menggebu-gebu. Xavier akhirnya menemukan cinta sejatinya! Bagi Tiffany, ini benar-benar adalah kabar bahagia!Selama lima tahun terakhir, Xavier selalu ada di sampingnya, menjaga janji yang pernah dia ucapkan pada mendiang ibunya. Tiffany bahkan sempat khawatir, apakah Xavier akan selamanya membujang demi merawatnya?Dia bahkan pernah berpikir, kalau dia akhirnya balikan dengan Sean dan meninggalkan Xavier begitu saja, bukankah itu terlalu kejam?Apalagi selama lima tahun ini, perhatian Xavier padanya benar-benar tak ada duanya. Bahkan, Xavier tidak sebaik itu terhadap adik kandungnya sendiri, Jayla.Tiffany benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikan Xavier. Kini, karena Xavier sudah menemukan cinta sejatinya, dia akhirnya merasa lega.Tak lama kemudian, Sean kembali ke mobil. Tiffany yang kini sudah tidak mengantuk, bersandar di kursi sambil terse

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 755

    Tak lama kemudian, mobil sampai di taman kanak-kanak.Meskipun Sean sudah sangat berhati-hati, suara gaduh dari luar mobil saat parkir tetap saja membangunkan Tiffany dari tidurnya.Mata wanita itu masih terlihat mengantuk, tetapi tetap terlihat jernih dan indah. Dia menguap dan menoleh ke luar jendela. "Sudah sampai ya."Setelah itu, dia mengangkat tangan untuk membuka pintu mobil, tetapi segera dihentikan oleh Sean.Pria itu tersenyum tipis, tampak tak berdaya. "Kalau masih ngantuk, jangan turun dulu. Biar aku saja yang antar mereka masuk. Kamu tunggu di mobil saja."Tiffany menggigit bibirnya, secara refleks menoleh menatap dua anak kecil di sampingnya. "Tapi ....""Sudahlah." Arlo menghela napas panjang. "Mama yang bodoh, istirahat saja di mobil. Kami turun dulu.""Betul! Mama istirahat saja ya!" Arlene ikut mengangguk sambil tersenyum lebar.Akhirnya, Tiffany pun ditinggal sendiri di dalam mobil, sementara ketiganya orang itu turun bersama.Bersandar di jok kulit mobil, Tiffany ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 754

    "Juga bakal jadi anak kecil yang gendut nanti," ucap Arlo yang mengikuti di belakang Sean dengan cemberut."Sembarangan! Arlene nggak bakal gendut!""Kamu bakal gendut!"Arlo menarik napas dalam-dalam. "Nggak masalah kalau Pak Sean antar kita ke sekolah setiap hari. Tapi, Mama juga harus ikut."Tiffany tertegun dan refleks bertanya, "Kenapa begitu?"Dia baru saja berpikir, kalau nanti anak-anak diantar Sean setiap hari, dia bisa bermalas-malasan di rumah dong ....Jujur saja, selama beberapa tahun ini, kecuali dalam kondisi khusus, semua urusan antar jemput anak-anak ke sekolah diurus oleh Tiffany sendiri. Itu cukup melelahkan.Sekarang dia akhirnya mendapat kesempatan untuk bermalas-malasan, tetapi anaknya malah tidak memberinya izin?"Buat menunjukkan kepemilikan." Arlo mencebik dan berkata dengan suara rendah, "Soalnya para ibu-ibu terus melihat Pak Sean kayak mau diterkam. Jadi, Mama harus selalu ikut. Kalau nggak, para guru juga bisa jadi gila."Tiffany tidak bisa berkata-kata. Ay

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 753

    Tiffany keluar dari kamar Sean dengan pipi memerah. Di luar pintu, dua bocah kecil yang memakai setelan jas kecil dan gaun kecil sedang berdiri manis, dengan tas kecil di punggung mereka. Mereka bersandar di dinding koridor seperti dua murid SD yang sedang dihukum berdiri.Melihat Tiffany keluar, Arlo cemberut dan mengedipkan mata dengan nakal. "Mama ini nggak tahan godaan, cepat banget ditaklukkan."Wajah Tiffany langsung memerah.Arlene yang melihat itu buru-buru berlari ke depan Tiffany dan melindunginya. "Kakak nggak boleh bicara kayak gitu ke Mama ya! Mama itu kayak Arlene, suka sama pria ganteng!"Arlo memutar bola matanya dengan pasrah. "Kalian sama-sama bucin."Arlene membalas dengan percaya diri, "Hmph! Kata Guru, cewek yang bucin itu lebih disukai!"Suara polos kedua anak itu seketika membuat hati Tiffany hangat dan senang. Dia tersenyum tipis, lalu berjongkok sambil mengelus kepala Arlene. "Mana PR yang butuh tanda tangan Mama?"Arlene cemberut dan berjinjit mendekat ke teli

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status