Share

Bab 7

Ketika Tiffany belum tahu harus bagaimana menjelaskan, bibir Sean tiba-tiba menempel pada bibirnya. Sean menahan lengan dan tubuh Tiffany sambil menciumnya secara intens.

Keintiman yang mendadak ini membuat Tiffany pusing. Dia merasa jiwanya akan diserap oleh Sean melalui ciuman ini.

Sean melepaskannya, lalu tersenyum nakal dan bertanya, "Istriku, apa kamu cukup puas?"

Perasaan Tiffany sungguh kacau balau. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan Sean, tetapi Sean menahannya dengan sangat erat. Jarak keduanya sangat dekat. Pada akhirnya, Tiffany kehabisan tenaga.

"Kenapa tenagamu besar sekali?" tanya Tiffany sambil mencebik. Sebelum menikah, kakek Sean jelas-jelas memberitahunya bahwa Sean sakit-sakitan sehingga Tiffany harus merawatnya dengan baik.

Tiffany mengira penyakit Sean hampir sama dengan penyakit neneknya. Namun, tangan kekar yang memegang pinggang Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Sean penyakitan.

Tiffany tampak cemberut . Sean pun tertawa melihatnya. Sean mengangkat Tiffany ke pangkuannya kembali, lalu berkata, "Aku cuma nggak bisa lihat. Aku nggak mengidap penyakit lain kok."

Selesai berbicara, Sean mendekati telinga Tiffany. Dia tersenyum, lalu berbisik dengan suara rendah dan serak, "Penisku juga sangat sehat. Apa kamu ingin mencobanya?"

Seketika, jantung Tiffany berdetak kencang. Wajahnya memerah dan panas. Dia menggeleng sekuat tenaga sambil menolak, "Nggak mau! Nggak mau!"

Sean menjadi ingin menggoda wanita ini. Dia mengemut telinganya dan bertanya lagi, "Mau nggak? Bukannya kamu bilang akan melahirkan anak untukku?"

"Aku ... aku pasti akan melahirkan anak untukmu, tapi bukan sekarang!" Tiffany ketakutan hingga sulit berkata-kata.

Sean adalah pria yang sangat misterius. Tiffany sampai takut naik mobilnya. Dia menambahkan, "Pokoknya nggak boleh untuk sekarang!"

Sean tidak berbicara dan hanya menatap Tiffany lekat-lekat. Tiffany sungguh takut melihat ekspresi datar itu. Pria ini seolah-olah bisa menerkamnya kapan saja.

Seperti kelinci kecil yang ketakutan, Tiffany menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca dan bergumam, "Nggak boleh ...."

Sean mengangkat alisnya sambil bertanya dengan nada datar, "Kamu yakin?"

"Ya ...." Tiffany menyahut dengan terisak-isak, "Kamu suamiku. Kamu boleh melakukan apa pun, tapi ... huhuhu, jangan melakukannya di mobil. Ada sopir di sini. Memalukan sekali ...."

Tiffany adalah wanita yang konservatif. Dia tidak bisa menerima tindakan sevulgar ini.

Sean tersenyum tipis sambil menggoda, "Aku bisa menyuruh sopir turun."

"Tetap saja nggak boleh. Banyak yang masuk berita karena berhubungan seks di mobil. Kita bisa melakukannya di rumah," ucap Tiffany dengan hati-hati dan berusaha memahami isi pikiran Sean. Dia meneruskan, "Kalau kamu nggak suka di ranjang, di lantai juga boleh kok."

Sean sampai tertawa karena merasa lucu. Dia bertanya, "Tapi, bukannya kamu curiga aku impoten?"

"Nggak kok!" Tiffany menggeleng dengan kuat dan melanjutkan, "Aku salah ambil obat! Obat itu bukan untukmu!"

Bukan untuknya? Sean tersenyum tipis dan bertanya lagi, "Jadi, obat itu untuk siapa?"

Pertanyaan ini membuat situasi makin rumit. Karena situasi mendesak, Tiffany terpaksa berbohong, "Ini punya temanku, Julie. Pacarnya kurang kuat di ranjang, jadi dia membeli obat ini. Obatku pasti tertukar dengan obatnya."

Julie berani mencelakainya, jadi Tiffany menjadikannya kambing hitam. Penampilan Tiffany yang sok serius membuat Sean tersenyum lagi.

Ketika merasakan suasana hati Sean membaik, Tiffany menggenggam bahunya dan menggoyangkan tubuhnya sambil berkata, "Aku serius. Mana mungkin aku mencurigai kemampuan ranjang suamiku sendiri."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status