Share

Bab 8

Suara itu terdengar sangat manis dan lembut.

Saat ini, mobil berhenti. Sean berucap, "Kamu punya setengah jam untuk mengganti baju."

Suara Sean terdengar rendah, tetapi Tiffany bisa mendengar kegembiraan darinya. Sepertinya pria ini tidak marah lagi.

Tiffany segera turun dari pangkuan Sean dan keluar dari mobil. Begitu mengambil langkah, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Kamu nggak ikut turun?"

Sean menyunggingkan bibirnya dan bertanya balik, "Kamu bertanya seperti itu karena ingin melanjutkan permainan kita di kamar ya?"

Begitu ucapan ini dilontarkan, Tiffany langsung berlari masuk ke vila.

Sambil menatap sosok belakang Tiffany yang bersemangat, Sean meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya untuk bersandar dengan santai. Muncul pula senyuman tipis di bibirnya.

Tiffany dan Rika berdebat sekitar 10 menit di ruang ganti. Pada akhirnya, mereka mencapai kesepakatan. Mereka memilih sebuah gaun berwarna merah muda yang terlihat sangat feminin.

Selesai berganti pakaian, Rika membantu Tiffany merias wajah. Selain gaun pengantin kemarin, ini kedua kalinya Tiffany berpakaian dan berdandan secantik ini.

Tiffany menatap dirinya di cermin. Ketika melihat penampilannya yang cantik, dia berputar dengan gembira. Rika tersenyum sambil berkata, "Nyonya, waktu 30 menit sudah hampir habis."

Tiffany baru tersadar kembali. Dia segera mengambil tas nya, lalu keluar dengan memakai sepatu hak tinggi setinggi 7 sentimeter.

Tiffany tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Begitu masuk ke mobil, dia langsung ingin memamerkan diri kepada Sean.

Akan tetapi, begitu melihat mata Sean yang ditutupi dengan sutra hitam, Tiffany segera mengurungkan niatnya. Dia baru ingat bahwa Sean tidak bisa melihat.

Tidak peduli secantik apa Tiffany, Sean tidak akan bisa melihatnya, apalagi memujinya. Tiffany menggigit bibirnya dengan agak kecewa, lalu berucap, "Sudah boleh berangkat."

Sean meliriknya sekilas, lalu memberi perintah kepada sopir, "Kita pergi."

Mobil pun melaju. Sean berucap dengan lembut, "Selera Kak Rika sangat bagus. Kamu pasti terlihat sangat cantik sekarang."

Tiffany seketika bersemangat. Dia menyahut, "Ya, kamu benar! Kak Rika pintar sekali memilih baju."

Tiffany mulai mendeskripsikan sebagus apa gaunnya sambil menggenggam tangan Sean dan meletakkannya di beberapa bagian tubuhnya, "Ini pita gaunnya. Kamu bisa merasakannya, 'kan? Pokoknya cantik sekali! Bentuk gaun ini juga membuat pinggangku terlihat sangat ramping."

Sepanjang perjalanan, Tiffany menggunakan tangan Sean untuk meraba-raba tubuhnya. Kadang, Sean akan menyentuh kulitnya yang halus. Namun, Tiffany malah tidak peduli dan terus menjelaskan dengan bersemangat.

Sean hanya bisa tersenyum tidak berdaya melihat antusiasme Tiffany. Dasar anak ini.

Ketika Tiffany mulai kehausan dan lelah, mobil akhirnya berhenti. Sopir langsung mengambilkan kursi roda lipat, lalu memapah Sean untuk duduk di atas kursi roda.

Sementara itu, Tiffany sungguh takjub dengan kediaman megah di depannya. Dia mengira vila Sean sudah sangat bagus, tetapi ternyata ....

"Sean, kenapa kamu punya waktu untuk datang malam ini? Oh, aku baru ingat kamu menikah kemarin. Kamu pasti membawa istrimu berkunjung kan?" Terdengar suara sarkastis seorang pria paruh baya sambil tersenyum mencela.

Tiffany mengernyit dan memandang ke arah sumber suara. Terlihat seorang pria berpakaian hitam sedang melipat lengan di depan dadanya. Pria itu menyunggingkan senyuman kepada Tiffany dan Sean.

Tiffany menatapnya begitu saja. Pria itu mendongak menatapnya. Ketika mereka bertemu pandang, pria itu mengedipkan matanya kepada Tiffany tanpa sungkan sedikit pun. "Ini adik iparku, 'kan?"

Tiffany merasa jijik. Dia pernah melihat pria ini di foto Keluarga Tanuwijaya. Pria ini adalah kakak sepupu Sean, Michael.

Michael ini terlihat tampan, tetapi sepertinya tidak berakhlak. Michael menghampiri mereka, lalu menatap Tiffany dengan tatapan mesum sambil berujar, "Aku nggak nyangka kamu secantik ini."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status