Share

Dimanja Suami Pembawa Sial
Dimanja Suami Pembawa Sial
Penulis: Clarissa

Bab 1

Penulis: Clarissa
"Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.

Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.

Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.

Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.

Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia mempertaruhkan nyawanya.

Karena tidak ada respons apa pun, Tiffany mengira Sean tidak mendengar omongannya. Jadi, dia mengulangi ucapannya lagi.

"Huh." Sean yang angkuh melepaskan sutra yang menutupi matanya dengan santai. Kemudian, dia meliriknya dengan dingin dan bertanya, "Kamu tahu siapa pria yang akan kamu nikahi?"

Tatapan Sean terlalu dingin, sampai membuat Tiffany tak kuasa membungkuk. Namun, sepertinya tidak ada yang perlu ditakutkan. Pria ini buta, 'kan? Hanya saja, apakah orang buta punya tatapan sedalam itu?

Tiffany tidak pernah bertemu orang buta, jadi kurang memahaminya. Meskipun begitu, dia tetap menjawab dengan jujur, "Aku tahu."

Sean tersenyum dan bertanya, "Kamu nggak takut mati?"

Setelah penutup matanya dilepaskan, Sean terlihat makin dingin dan berkarisma. Jantung Tiffany berdetak kencang. Dia menyahut, "Nggak takut."

Tiffany menatap Sean lekat-lekat sambil meneruskan dengan tegas, "Kamu telah menolong nenekku. Kamu penyelamatku. Aku pasti akan menepati janjiku. Aku akan melahirkan anak untukmu dan menjagamu hingga akhir hayat."

Wajah cantik itu tampak sangat serius. Sean mengamatinya dengan tenang. Sesaat kemudian, dia tersenyum mengejek dan berujar, "Kalau begitu, mandikan aku."

Setelah terdiam sesaat, Tiffany mengiakannya. "Ya."

Sejak menyetujui pernikahan ini, Tiffany tidak berniat untuk mengingkari janjinya. Setelah menikah dan mengambil akta nikah, dia adalah istri Sean yang sah. Suaminya cacat sehingga Tiffany harus melayaninya. Ini hal yang wajar, 'kan?

"Aku panaskan air dulu." Usai berbicara, Tiffany masuk ke kamar mandi.

Sean mengamati punggung Tiffany sambil mengernyit. Dia sudah menyuruh orang menyelidiki latar belakang Tiffany. Latar belakangnya sangat sederhana. Tiffany adalah wanita miskin dari desa. Demi biaya pengobatan kerabatnya, dia bersedia menikah dengan Sean yang dikenal sebagai pembawa sial.

Sebelumnya, ketiga calon istri Sean adalah nona kaya dari kalangan atas Kota Aven. Latar belakang mereka jelas tidak biasa. Namun, mereka semua mati dibunuh sehari sebelum pernikahan.

Sementara itu, Tiffany yang bodoh dan polos malah berhasil bertahan hidup hingga malam pertama mereka? Kemungkinannya hanya ada 2. Wanita ini terlalu bodoh sampai musuh tidak berniat membunuhnya atau wanita ini hanya berpura-pura bodoh.

Ketika Sean sedang merenung, pintu kamar mandi dibuka. Dia menengadah, lalu seketika tebersit ketakjuban di matanya.

Kabut tebal dari kamar mandi tampak menyebar keluar, lalu diikuti tubuh mungil wanita. Rambut hitam Tiffany tampak basah dan tergerai di tulang selangkanya. Handuk yang basah menempel erat dengan tubuh Tiffany sehingga memperlihatkan lekukan sempurna.

"Tunggu sebentar," ujar Tiffany. Kemudian, dia berjongkok dan membuka kopernya. Di sana, terlihat banyak pakaian dalamnya yang tersusun rapi. Dia mengambil 1 set pakaian dalam berenda yang berwarna putih, lalu melepaskan labelnya dan memakainya.

Mungkin karena mengira Sean buta, Tiffany pun memakai pakaian dalamnya di hadapan Sean. Akan tetapi, Sean tidak berpikir seperti itu. Dia merasa Tiffany sedang mencari tahu apakah dirinya benar-benar buta atau tidak.

Setelah semuanya beres, Tiffany menghampiri Sean dan mendorong kursi rodanya ke pintu kamar mandi. Kemudian, dia memapah Sean masuk dan mulai melepaskan bajunya.

Di tengah-tengah uap yang tebal, Sean memicingkan matanya. Tiffany menunduk dan ekspresinya tampak serius, seperti sedang menghadapi ujian sekolah.

Tiffany melepaskan arloji Sean, lalu kemejanya dan .... Ketika hanya tersisa celana dalam Sean, dia menarik tangannya dan bertanya dengan cemas, "A ... apa kamu bisa tetap pakai celana dalam saat mandi?"

"Nanti nggak bersih," sahut Sean dengan tatapan nakal.

"Hm, benar juga." Tiffany mengangguk dan menjulurkan tangannya kembali.

Sean cukup terkejut melihatnya. Dia menatap Tiffany dengan dingin, lalu alisnya sontak berkerut. Wanita ini benar-benar bodoh atau hanya pura-pura bodoh? Apa dia tidak bisa merasa malu?

"Masuk ke bak mandi," instruksi Tiffany sambil memapah Sean. Tiffany seolah-olah tidak menyadari perbedaan tubuh mereka, tetapi wajahnya tetap memerah. Dia menepuk wajah sendiri untuk menenangkan diri dan bertanya, "Kamu nggak takut sakit, 'kan?"

"Ya." Sean mengiakan.

Tiffany menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, lalu berbalik untuk mencari sesuatu. Sesaat kemudian, dia berbalik kembali dengan memegang handuk gosok yang kasar.

Kelopak mata Sean berkedut. Wanita ini ingin membantunya menggosok daki di malam pertama? Sementara itu, tanpa menanyakan pendapat Sean, Tiffany langsung menggosok punggung Sean dan berucap, "Beri tahu saja aku kalau sakit. Aku akan lebih pelan nanti."

Ekspresi Tiffany tampak sangat serius. Sebelum menikah dengan Sean, dia melayani neneknya yang sakit selama bertahun-tahun. Neneknya sangat suka digosok seperti ini. Katanya, dia merasa sangat nyaman dan tidurnya jadi nyenyak.

Itu sebabnya, Tiffany yakin Sean juga pasti menyukainya. Dia berjongkok di samping bak mandi sambil menggosok setiap bagian tubuh Sean. Dia telah mengerahkan tenaga besar, tetapi Sean sama sekali tidak merasa sakit.

Meskipun begitu, Sean bisa melihat betapa seriusnya wanita ini. Keringat bahkan muncul di kening Tiffany. Seketika, Sean mulai meragukan spekulasinya. Apa dia sudah salah menyalahkan wanita ini? Sepertinya wanita selugu ini tidak mungkin punya rencana jahat?

"Eee ...." Setelah menggosok seluruh badan Sean, Tiffany bertanya dengan wajah tersipu, "Bagian itu juga mau digosok?"

"Menurutmu?" tanya Sean sambil menatapnya dengan tatapan suram.

Tiffany mengernyit sambil merenung sesaat, lalu akhirnya berkata, "Sepertinya harus."

Tiffany langsung menjulurkan tangannya yang masih memegang handuk gosok. Saat berikutnya, Sean menangkap tangannya secara akurat.

Suasana menjadi tegang. Tiffany tidak merasa ada yang salah jika menggosok kemaluan Sean. Dia mendongak sambil bertanya dengan tatapan lugu, "Gimana aku bisa menggosoknya kalau kamu menahanku?"

Tebersit kilatan dingin pada tatapan Sean. Dia berkata, "Keluar."
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Naa Sa
geri bgt tapi penasaran si ingin lanjut baca lg 🫣🫣
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
aku mampir kak.........
goodnovel comment avatar
Sri Umayah
semangat buat penulis alurnya mulai bisa dibaca
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 2

    Tiffany bertanya dengan heran, "Kalau aku keluar, kamu bisa mandi sendirian?"Bukannya pria ini tidak bisa melihat apa pun? Sean tidak berbicara, tetapi suasana menjadi makin menegangkan.Tiffany bisa merasakan kemarahan Sean. Dia melepaskan handuk gosoknya, lalu berucap sebelum pergi, "Kalau begitu, kamu hati-hati ya. Panggil aku kalau butuh bantuan."Setelah keluar dari kamar mandi, Tiffany tampak gelisah dan terus memandang ke arah kamar mandi. Bagaimana kalau Sean terjatuh dan mati di dalam sana? Mereka baru menikah. Tiffany tidak ingin menjadi janda.Ketika Tiffany sedang mencemaskan Sean, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata sahabatnya, Julie, mengirimnya sebuah video. Judul video itu adalah materi pelajaran.Materi pelajaran? Tiffany mengkliknya dengan heran sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Ujian masih lama. Untuk apa mengirimnya materi pelajaran sekarang?'"Um ... ah ... hm ...." Begitu video diputar, terlihat seorang wanita bersandar di atas tubuh seorang pria ....Wajah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 3

    Kemudian, Tiffany berbalik untuk kembali ke dapur. Kedua pelayan itu segera menghentikannya. "Nyonya, nggak perlu."Mereka digaji untuk masak, tetapi semua sudah disiapkan oleh Tiffany. Kalau sampai Sean tahu soal ini, bukankah mereka akan dipecat?"Nyonya, aku dan Rika bertanggung jawab masak sarapan. Kamu baru datang ke rumah ini, nggak mungkin tahu selera Tuan. Sebaiknya jangan membuat masalah di dapur," ujar salah seorang pelayan dengan kesal.Pelayan bernama Rika itu segera menyahut, "Ya, Bibi Prisa benar. Sebaiknya Nyonya istirahat saja.""Tuan nggak makan makanan seperti ini. Dia selalu sarapan roti lapis, ham, dan susu. Sarapan yang Nyonya buat terlalu kuno," ucap Prisa sambil memandang sarapan yang terlihat hambar itu.Ekspresi Tiffany tampak heran sesaat, lalu menjadi suram. Dia menunduk dan mengiakan. "Kalian benar."Orang kaya memang suka bergaya. Di kampusnya, para siswa kaya saja tidak pernah pergi ke kantin untuk makan, apalagi orang sekaya Sean. Tiffany merasa dirinya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 4

    Suara Sean terdengar sangat dingin, seolah-olah ingin membekukan seluruh ruang makan. Saat berikutnya, buk! Prisa berlutut di lantai dan berujar dengan mata merah, "A ... aku nggak seharusnya bicara begitu dengan Nyonya ...."Sean memang terlihat baik. Namun, jika dia marah, tidak ada yang bisa menanggung amarahnya.Prisa meneruskan, "Tapi, aku nggak berniat jahat! Aku cuma nggak ingin Nyonya masak karena takut dia lelah ...."Sean tersenyum sambil menghadap Prisa dan bertanya, "Makanya, kamu sengaja merusak suasana hati istri baru yang masak untuk suaminya?"Suasana di ruang makan menjadi hening untuk sesaat. Perkataan Sean ini bukan hanya mengejutkan Rika dan Prisa, tetapi Tiffany juga memelotot terkejut. Sean sedang membelanya?Prisa ketakutan hingga gemetaran. Dia menyahut, "A ... aku nggak bermaksud begitu .... Aku nggak membuang masakan Nyonya. Aku dan Rika memakannya ...."Senyuman Sean menjadi makin dingin. Dia mengejek, "Sepertinya kamu lebih mirip majikan di sini daripada aku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 5

    Setelah tersadar kembali, Tiffany memungut ponselnya dengan panik. Dia mendongak menatap Garry, lalu bertanya, "Kak, rupanya kamu kerja di sini?"Garry menyunggingkan senyuman manis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang sambil menegur, "Sebenarnya berapa usiamu? Kenapa ceroboh seperti anak kecil?""Dua puluh tahun," jawab Tiffany dengan mata berbinar-binar.Garry memalingkan wajah dan terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Kenapa kamu datang ke rumah sakit?"Tiffany menunjuk ruangan di belakang sambil membalas, "Temanku sedang mengobrol dengan kakak sepupunya."Garry melirik jam dan berujar, "Sudah waktunya jam makan siang. Temanmu mungkin nggak akan keluar secepat itu. Kebetulan aku mau makan siang. Gimana kalau kutraktir?"Tiffany berpikir sejenak, lalu mengetuk pintu untuk berpamitan dengan Julie, "Aku pergi sebentar."Garry berjalan di depan dengan wajah berseri-seri dan Tiffany mengikuti dari belakang. Sepertinya dari SMA 2, Tiffany sudah mengagumi pria ini.Saat itu, pe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 6

    Suasana di vila menjadi menegangkan. Sean melirik beberapa botol obat di atas meja. Tebersit kilatan dingin di matanya saat berkata, "Ternyata istriku pergi ke rumah sakit demi aku. Aku malah menyalahkanmu."Tiffany tidak bodoh. Dia tentu memahami makna tersirat pada ucapan Sean. Sean memberi isyarat tangan kepada pelayan di samping. Kepala pelayan segera menghampiri dan mengambil beberapa botol obat itu.Tiffany merasa kurang percaya diri. Dia bertanya, "Kamu menyuruh kepala pelayan menyimpannya karena nggak ingin makan ya?"Tiffany bisa merasakan kekesalan pada Sean. Sean tersenyum tipis dan berujar, "Makan saja dulu."Suara Sean terdengar sangat dingin dan rendah. Hal ini membuat Tiffany merasa gugup. Sepertinya, pria ini benar-benar marah.Tiffany mengepalkan tangan dengan erat. Mereka baru menikah 2 hari, tetapi dia sudah membawakan obat untuk Sean. Apakah ini terkesan kurang pantas? Apakah Sean mengira Tiffany membelikannya obat karena tidak menyukai kondisinya?Tiba-tiba, Tiffan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 7

    Ketika Tiffany belum tahu harus bagaimana menjelaskan, bibir Sean tiba-tiba menempel pada bibirnya. Sean menahan lengan dan tubuh Tiffany sambil menciumnya secara intens.Keintiman yang mendadak ini membuat Tiffany pusing. Dia merasa jiwanya akan diserap oleh Sean melalui ciuman ini.Sean melepaskannya, lalu tersenyum nakal dan bertanya, "Istriku, apa kamu cukup puas?"Perasaan Tiffany sungguh kacau balau. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan Sean, tetapi Sean menahannya dengan sangat erat. Jarak keduanya sangat dekat. Pada akhirnya, Tiffany kehabisan tenaga."Kenapa tenagamu besar sekali?" tanya Tiffany sambil mencebik. Sebelum menikah, kakek Sean jelas-jelas memberitahunya bahwa Sean sakit-sakitan sehingga Tiffany harus merawatnya dengan baik.Tiffany mengira penyakit Sean hampir sama dengan penyakit neneknya. Namun, tangan kekar yang memegang pinggang Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Sean penyakitan.Tiffany tampak cemberut . Sean pun tertawa melihatnya. Sean mengangk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 8

    Suara itu terdengar sangat manis dan lembut.Saat ini, mobil berhenti. Sean berucap, "Kamu punya setengah jam untuk mengganti baju."Suara Sean terdengar rendah, tetapi Tiffany bisa mendengar kegembiraan darinya. Sepertinya pria ini tidak marah lagi.Tiffany segera turun dari pangkuan Sean dan keluar dari mobil. Begitu mengambil langkah, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Kamu nggak ikut turun?"Sean menyunggingkan bibirnya dan bertanya balik, "Kamu bertanya seperti itu karena ingin melanjutkan permainan kita di kamar ya?"Begitu ucapan ini dilontarkan, Tiffany langsung berlari masuk ke vila.Sambil menatap sosok belakang Tiffany yang bersemangat, Sean meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya untuk bersandar dengan santai. Muncul pula senyuman tipis di bibirnya.Tiffany dan Rika berdebat sekitar 10 menit di ruang ganti. Pada akhirnya, mereka mencapai kesepakatan. Mereka memilih sebuah gaun berwarna merah muda yang terlihat sangat feminin.Selesai berganti pakaian, Ri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 9

    Sorot mata Michael membuat Tiffany merasa sangat tidak nyaman. Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum sopan kepada Michael dan mendorong kursi roda Sean.Ketika melewati Michael, pria itu tiba-tiba menjulurkan tangan untuk menahan Tiffany dan bertanya, "Kenapa terburu-buru sekali? Kamu nggak berani bicara padaku?"Michael melipat lengannya di depan dada. Tatapannya terhadap Sean dipenuhi kebencian dan penghinaan. Meskipun begitu, dia tetap terdengar ramah saat berkata, "Sean, kenapa istrimu ini menghindar dariku? Aku rasa dia menikah denganmu karena punya motif tersembunyi."Ketika melontarkan ini, Michael diam-diam melirik payudara Tiffany dengan tatapan cabul. Tiffany sontak mengernyit dan tanpa sadar menghindar.Alhasil, tatapan Michael menjadi makin lancang. Pria ini bahkan menyunggingkan senyuman mesum dan menambahkan, "Kakek sudah tua, jadi mungkin nggak bisa menilai dengan baik. Tapi, aku punya wawasan luas. Gimana kalau kamu mengizinkan kami ngobrol sebentar? Biar ku

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 443

    Mark tersentak saat wajahnya terhempas ke samping akibat pukulan Sean.Dengan tenang, dia mengangkat tangan untuk menyeka darah di sudut bibirnya. "Tiffany nggak mengalami sesuatu yang serius. Apa kamu harus marah sebesar ini?"Hari ini, Sean telah berhadapan dengan Sanny sepanjang hari di perusahaan.Sanny bersikeras ingin menghancurkan Grup Tanuwijaya, sementara Sean hanya ingin memastikan Ronny menerima hukuman atas perbuatannya. Namun, pertengkaran saudara itu tidak menghasilkan apa-apa.Oleh karena itu, Mark memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia menggunakan Tiffany sebagai umpan untuk menjebak Michael dan mencoba memecahkan konflik Keluarga Tanuwijaya yang kacau ini.Tentu saja, dia tidak pernah memberi tahu Sean tentang rencana itu. Namun, bahkan dengan caranya ini, Mark telah mengikuti Tiffany sejak dia keluar dari sekolah untuk memastikan dia tidak mengalami hal buruk."Apa yang akan kamu lakukan kalau yang ditekan Michael hari ini adalah Julie? Gimana kalau orang yang dita

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 442

    Tiffany tidak melihat apa pun.Namun, bau darah yang menyengat di udara dan jeritan menyayat hati dari Michael membuat jantungnya seperti diremas dan meninggalkan rasa sakit yang sulit diungkapkan.Sean mengeluarkan kain sutra hitam yang selalu disimpannya di sakunya. Dis menutupi mata Tiffany, lalu menggendongnya erat di pelukannya."Karena Paman sudah membuat pilihan, aku akan menepati janjiku."Setelah berkata demikian, Sean menghela napas panjang. "Mark, telepon Charles. Setelah selesai, temui aku."Wajah Mark memucat, tetapi dia mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dengan Tiffany yang masih berada di pelukannya, Sean berjalan keluar dengan langkah cepat. Tiffany memejamkan matanya rapat-rapat, bahkan tidak berani membuka sedikit pun.Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, dia selalu merasa bahwa dia tidak seharusnya takut pada adegan berdarah apa pun. Namun, apa yang baru saja terjadi adalah sesuatu yang tidak bisa dia hadapi. Dia tidak berani melihatnya.Bahkan jika Michael adalah or

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 441

    Suasana di rumah tua itu hening, begitu sunyi hingga hanya terdengar deru napas tegang dari semua orang.Lulu tiba-tiba berdiri dengan panik dan melindungi putra kesayangannya di belakang tubuhnya. "Nggak ada yang boleh menyentuh mata anakku!""Sean, kamu terlalu kejam! Dia cuma nyentuh istrimu yang bodoh itu! Tapi kamu berani minta mata anakku sebagai gantinya! Aku ...!""Paman."Dia mengangkat matanya dan menatap Ronny dengan dingin. "Aku memberimu pilihan.""Kalau kamu bersedia menyerahkan Grup Tanuwijaya kepadaku dan bersumpah nggak akan pernah lagi mencoba merebut kendali Grup Tanuwijaya, maka masalah ini akan selesai. Aku akan menyelamatkan mata Kakak.""Tapi kalau kamu memilih untuk mengorbankan mata Kakak, maka aku hanya akan menargetkan Grup Ronny yang kamu dirikan sendiri. Aku akan mundur dari persaingan untuk Grup Tanuwijaya.""Kalau Kak Sanny ingin menghancurkan Grup Tanuwijaya dan kamu ingin mempertahankannya, itu urusan kalian. Aku nggak akan ikut campur.""Sean!" Sanny me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 440

    Mark hanya bisa menghela napas dalam hati, menyadari betapa berbeda pandangan Sean dan Sanny tentang masalah keluarga mereka. Dulu, Sean pernah memiliki pemikiran untuk membiarkan Grup Tanuwijaya "mati" sebagai penebus dosa atas tragedi yang menimpa orang tuanya.Namun seiring waktu, dia hanya berharap kebenaran dapat terungkap, Ronny menerima hukuman yang pantas, dan dia bisa meminta maaf di depan makam orang tuanya. Sementara itu, Sanny tetap ingin menghancurkan semuanya."Tentang kejadian orang tua kalian dulu ...."Ronny menutup matanya dan senyuman getir muncul di wajahnya. "Kalau aku bilang itu bukan perbuatanku, kalian pasti nggak akan percaya. Tapi, soal kejadian itu ...."Dia menghela napas panjang, lalu menatap Sanny dengan mata penuh kelelahan. "Sanny, 13 tahun yang lalu, kamu sudah mencoba menuduhku dengan berbagai alasan untuk menyeretku bersama orang tuamu ke dalam kehancuran.""Sekarang setelah 13 tahun berlalu, aku nggak nyangka kamu masih menyimpan dendam itu. Ya, aku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 439

    Ucapan Sanny membuat seisi ruangan menjadi sunyi senyap. Tidak ada satu pun yang mampu berkata-kata. Tiffany menatap Sanny dengan tatapan terkejut dan perasaan dingin menyelimuti hatinya.Tiffany memang tahu bahwa Ronny kemungkinan besar adalah dalang di balik penghancuran keluarga Sean, termasuk orang tua dan kakaknya. Dia juga tahu bahwa meskipun Sean tidak pernah terlibat dengan Grup Tanuwijaya, jauh di dalam hatinya, Sean memahami betapa pentingnya perusahaan itu.Sean pernah bercerita pada Tiffany, bagaimana orang tuanya sangat menghargai warisan ini ketika mereka masih hidup. Mereka ingin memperluas, memperkuat, dan memuliakan Grup Tanuwijaya sebagai warisan keluarga yang besar.Namun kini, Sanny terang-terangan menyatakan keinginannya untuk menghancurkan seluruh warisan Keluarga Tanuwijaya. Semua ini hanya karena Ronny yang begitu serakah ingin memiliki semuanya. Oleh karena itu, Sanny ingin menghancurkan semuanya.Logika itu sekilas tampaknya masuk akal. Namun, Grup Tanuwijaya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 438

    "Kenapa? Kamu nggak senang aku masih hidup, Kak Michael?" Sanny tersenyum tipis dan nada bicaranya sangat dingin. "Oh, benar juga.""Memang masuk akal kalau kehadiranku membuatmu nggak senang. Lagian, bagi keluargamu, kalian semua selalu berpikir bahwa seluruh harta keluarga ini seharusnya menjadi milik kalian. Baik aku, adikku, maupun orang tuaku, sama sekali nggak berhak bersaing sama kalian."Ucapannya membuat Lulu yang berdiri di dekatnya, mendengus kesal dan memutar matanya. "Sanny, suaramu saja sudah seperti itu. Sebaiknya jangan terlalu banyak bicara.""Sekarang wajahmu memang menakutkan, tapi setidaknya suara kamu masih bisa didengar. Kalau kamu terus bicara omong kosong begini, jangan menyesal kalau suatu hari nanti kamu bahkan nggak bisa bicara lagi."Sanny tertawa dingin. "Bibi terlalu khawatir. Bahkan kalau Bibi meninggal sekalipun, aku nggak akan kehilangan suaraku." Perkataan pedas itu membuat Darmawan mengerutkan kening dengan tajam."Cukup!" Darmawan mengentakkan tongka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 437

    Tamparan Michael menghantam Tiffany dengan keras hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke tiang di sebelahnya. Untungnya, Mark dengan sigap melangkah maju dan menariknya, sehingga dia tidak benar-benar menabrak tiang.Keributan di luar menarik perhatian Darmawan yang keluar dengan bantuan kepala pelayan.Ketika Darmawan melihat Tiffany dengan wajah penuh bekas tamparan dan pakaian yang tidak rapi, lalu memandang Michael dengan ekspresi penuh amarah, dia langsung memahami apa yang telah terjadi."Dasar bajingan!" Darmawan mengentakkan tongkatnya dengan keras ke lantai, lalu memberi perintah kepada kepala pelayan. "Seret dia keluar! Cambuk dia sampai nggak bisa bicara lagi!""Tunggu."Mark tersenyum tipis, sambil memasukkan kameranya ke dalam tas dengan tenang. "Michael telah melecehkan istri Sean. Masalah ini harus diselesaikan langsung oleh Sean, bukan?""Kalau Anda menghukumnya sekarang dan Sean nggak puas dengan cara Anda, bukankah cambukan ini akan menjadi si

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 436

    "Ah ...!" Saat Tiffany berpikir dia sudah aman, langkah kaki di belakangnya tiba-tiba berhenti. Detik berikutnya, dia merasakan tasnya ditarik kuat ke belakang .... Tubuh Tiffany langsung terseret ke dalam pelukan Michael."Lepaskan aku!" teriaknya sambil berjuang sekuat tenaga.Sebenarnya, dia sudah berjaga-jaga. Namun, dia tidak menyangka bahwa Michael masih berani bertindak meskipun dia sudah hampir masuk ke ruang tamu!"Teriak apa?!" Michael buru-buru menutup mulutnya dengan tangan dan menyeretnya ke sudut taman kecil. "Susah payah aku mendapatkanmu sendirian, kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?""Beberapa kali sebelumnya aku diganggu sama si buta itu, aku sudah sangat kesal!"Tiffany terus meronta, bahkan menggigit tangan Michael. "Lepaskan aku! Kamu lupa sumpahmu waktu itu? Kamu bilang kalau kamu berani menyentuhku lagi .... "Saat Tiffany menyebutkan kejadian sebelumnya, wajah Michael menjadi semakin marah. Dia langsung mengangkat tangan dan menampar Tiffany dengan ker

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 435

    Tiffany menghabiskan sepanjang hari untuk ujian.Ketika ujian terakhir selesai menjelang malam, dia meregangkan tubuhnya sejenak. Sebelum dia sempat menghidupkan ponselnya, Julie sudah berlari menghampirinya dari belakang.Julie langsung merangkul Tiffany. "Barusan Mark ngirim pesan dan minta aku menyampaikan ini padamu. Setelah ujian selesai, jangan langsung pulang, pergi dulu ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya."Tiffany mengerutkan kening. "Ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya?""Benar," jawab Julie sambil menggaruk kepalanya, tampak sedikit bingung dengan pesan Mark."Dia bilang, kamu harus bicara sama Pak Darmawan. Sepertinya Sean sedang menghadapi sesuatu dan membutuhkan bantuan Pak Darmawan untuk menyelesaikannya. Tapi Sean sepertinya nggak akur sama Pak Darmawan, jadi mereka ingin kamu yang turun tangan."Tiffany berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baik."Mark adalah teman terbaik Sean. Dia tidak mungkin membohonginya. Selain itu, dengan kepribadian Sean, meskipun menghadapi kesulit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status