Share

Dimanja Suami Pembawa Sial
Dimanja Suami Pembawa Sial
Author: Clarissa

Bab 1

Author: Clarissa
last update Last Updated: 2024-09-14 20:11:16
"Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.

Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.

Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.

Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.

Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia mempertaruhkan nyawanya.

Karena tidak ada respons apa pun, Tiffany mengira Sean tidak mendengar omongannya. Jadi, dia mengulangi ucapannya lagi.

"Huh." Sean yang angkuh melepaskan sutra yang menutupi matanya dengan santai. Kemudian, dia meliriknya dengan dingin dan bertanya, "Kamu tahu siapa pria yang akan kamu nikahi?"

Tatapan Sean terlalu dingin, sampai membuat Tiffany tak kuasa membungkuk. Namun, sepertinya tidak ada yang perlu ditakutkan. Pria ini buta, 'kan? Hanya saja, apakah orang buta punya tatapan sedalam itu?

Tiffany tidak pernah bertemu orang buta, jadi kurang memahaminya. Meskipun begitu, dia tetap menjawab dengan jujur, "Aku tahu."

Sean tersenyum dan bertanya, "Kamu nggak takut mati?"

Setelah penutup matanya dilepaskan, Sean terlihat makin dingin dan berkarisma. Jantung Tiffany berdetak kencang. Dia menyahut, "Nggak takut."

Tiffany menatap Sean lekat-lekat sambil meneruskan dengan tegas, "Kamu telah menolong nenekku. Kamu penyelamatku. Aku pasti akan menepati janjiku. Aku akan melahirkan anak untukmu dan menjagamu hingga akhir hayat."

Wajah cantik itu tampak sangat serius. Sean mengamatinya dengan tenang. Sesaat kemudian, dia tersenyum mengejek dan berujar, "Kalau begitu, mandikan aku."

Setelah terdiam sesaat, Tiffany mengiakannya. "Ya."

Sejak menyetujui pernikahan ini, Tiffany tidak berniat untuk mengingkari janjinya. Setelah menikah dan mengambil akta nikah, dia adalah istri Sean yang sah. Suaminya cacat sehingga Tiffany harus melayaninya. Ini hal yang wajar, 'kan?

"Aku panaskan air dulu." Usai berbicara, Tiffany masuk ke kamar mandi.

Sean mengamati punggung Tiffany sambil mengernyit. Dia sudah menyuruh orang menyelidiki latar belakang Tiffany. Latar belakangnya sangat sederhana. Tiffany adalah wanita miskin dari desa. Demi biaya pengobatan kerabatnya, dia bersedia menikah dengan Sean yang dikenal sebagai pembawa sial.

Sebelumnya, ketiga calon istri Sean adalah nona kaya dari kalangan atas Kota Aven. Latar belakang mereka jelas tidak biasa. Namun, mereka semua mati dibunuh sehari sebelum pernikahan.

Sementara itu, Tiffany yang bodoh dan polos malah berhasil bertahan hidup hingga malam pertama mereka? Kemungkinannya hanya ada 2. Wanita ini terlalu bodoh sampai musuh tidak berniat membunuhnya atau wanita ini hanya berpura-pura bodoh.

Ketika Sean sedang merenung, pintu kamar mandi dibuka. Dia menengadah, lalu seketika tebersit ketakjuban di matanya.

Kabut tebal dari kamar mandi tampak menyebar keluar, lalu diikuti tubuh mungil wanita. Rambut hitam Tiffany tampak basah dan tergerai di tulang selangkanya. Handuk yang basah menempel erat dengan tubuh Tiffany sehingga memperlihatkan lekukan sempurna.

"Tunggu sebentar," ujar Tiffany. Kemudian, dia berjongkok dan membuka kopernya. Di sana, terlihat banyak pakaian dalamnya yang tersusun rapi. Dia mengambil 1 set pakaian dalam berenda yang berwarna putih, lalu melepaskan labelnya dan memakainya.

Mungkin karena mengira Sean buta, Tiffany pun memakai pakaian dalamnya di hadapan Sean. Akan tetapi, Sean tidak berpikir seperti itu. Dia merasa Tiffany sedang mencari tahu apakah dirinya benar-benar buta atau tidak.

Setelah semuanya beres, Tiffany menghampiri Sean dan mendorong kursi rodanya ke pintu kamar mandi. Kemudian, dia memapah Sean masuk dan mulai melepaskan bajunya.

Di tengah-tengah uap yang tebal, Sean memicingkan matanya. Tiffany menunduk dan ekspresinya tampak serius, seperti sedang menghadapi ujian sekolah.

Tiffany melepaskan arloji Sean, lalu kemejanya dan .... Ketika hanya tersisa celana dalam Sean, dia menarik tangannya dan bertanya dengan cemas, "A ... apa kamu bisa tetap pakai celana dalam saat mandi?"

"Nanti nggak bersih," sahut Sean dengan tatapan nakal.

"Hm, benar juga." Tiffany mengangguk dan menjulurkan tangannya kembali.

Sean cukup terkejut melihatnya. Dia menatap Tiffany dengan dingin, lalu alisnya sontak berkerut. Wanita ini benar-benar bodoh atau hanya pura-pura bodoh? Apa dia tidak bisa merasa malu?

"Masuk ke bak mandi," instruksi Tiffany sambil memapah Sean. Tiffany seolah-olah tidak menyadari perbedaan tubuh mereka, tetapi wajahnya tetap memerah. Dia menepuk wajah sendiri untuk menenangkan diri dan bertanya, "Kamu nggak takut sakit, 'kan?"

"Ya." Sean mengiakan.

Tiffany menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, lalu berbalik untuk mencari sesuatu. Sesaat kemudian, dia berbalik kembali dengan memegang handuk gosok yang kasar.

Kelopak mata Sean berkedut. Wanita ini ingin membantunya menggosok daki di malam pertama? Sementara itu, tanpa menanyakan pendapat Sean, Tiffany langsung menggosok punggung Sean dan berucap, "Beri tahu saja aku kalau sakit. Aku akan lebih pelan nanti."

Ekspresi Tiffany tampak sangat serius. Sebelum menikah dengan Sean, dia melayani neneknya yang sakit selama bertahun-tahun. Neneknya sangat suka digosok seperti ini. Katanya, dia merasa sangat nyaman dan tidurnya jadi nyenyak.

Itu sebabnya, Tiffany yakin Sean juga pasti menyukainya. Dia berjongkok di samping bak mandi sambil menggosok setiap bagian tubuh Sean. Dia telah mengerahkan tenaga besar, tetapi Sean sama sekali tidak merasa sakit.

Meskipun begitu, Sean bisa melihat betapa seriusnya wanita ini. Keringat bahkan muncul di kening Tiffany. Seketika, Sean mulai meragukan spekulasinya. Apa dia sudah salah menyalahkan wanita ini? Sepertinya wanita selugu ini tidak mungkin punya rencana jahat?

"Eee ...." Setelah menggosok seluruh badan Sean, Tiffany bertanya dengan wajah tersipu, "Bagian itu juga mau digosok?"

"Menurutmu?" tanya Sean sambil menatapnya dengan tatapan suram.

Tiffany mengernyit sambil merenung sesaat, lalu akhirnya berkata, "Sepertinya harus."

Tiffany langsung menjulurkan tangannya yang masih memegang handuk gosok. Saat berikutnya, Sean menangkap tangannya secara akurat.

Suasana menjadi tegang. Tiffany tidak merasa ada yang salah jika menggosok kemaluan Sean. Dia mendongak sambil bertanya dengan tatapan lugu, "Gimana aku bisa menggosoknya kalau kamu menahanku?"

Tebersit kilatan dingin pada tatapan Sean. Dia berkata, "Keluar."
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
aku mampir kak.........
goodnovel comment avatar
Sri Umayah
semangat buat penulis alurnya mulai bisa dibaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 2

    Tiffany bertanya dengan heran, "Kalau aku keluar, kamu bisa mandi sendirian?"Bukannya pria ini tidak bisa melihat apa pun? Sean tidak berbicara, tetapi suasana menjadi makin menegangkan.Tiffany bisa merasakan kemarahan Sean. Dia melepaskan handuk gosoknya, lalu berucap sebelum pergi, "Kalau begitu, kamu hati-hati ya. Panggil aku kalau butuh bantuan."Setelah keluar dari kamar mandi, Tiffany tampak gelisah dan terus memandang ke arah kamar mandi. Bagaimana kalau Sean terjatuh dan mati di dalam sana? Mereka baru menikah. Tiffany tidak ingin menjadi janda.Ketika Tiffany sedang mencemaskan Sean, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata sahabatnya, Julie, mengirimnya sebuah video. Judul video itu adalah materi pelajaran.Materi pelajaran? Tiffany mengkliknya dengan heran sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Ujian masih lama. Untuk apa mengirimnya materi pelajaran sekarang?'"Um ... ah ... hm ...." Begitu video diputar, terlihat seorang wanita bersandar di atas tubuh seorang pria ....Wajah

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 3

    Kemudian, Tiffany berbalik untuk kembali ke dapur. Kedua pelayan itu segera menghentikannya. "Nyonya, nggak perlu."Mereka digaji untuk masak, tetapi semua sudah disiapkan oleh Tiffany. Kalau sampai Sean tahu soal ini, bukankah mereka akan dipecat?"Nyonya, aku dan Rika bertanggung jawab masak sarapan. Kamu baru datang ke rumah ini, nggak mungkin tahu selera Tuan. Sebaiknya jangan membuat masalah di dapur," ujar salah seorang pelayan dengan kesal.Pelayan bernama Rika itu segera menyahut, "Ya, Bibi Prisa benar. Sebaiknya Nyonya istirahat saja.""Tuan nggak makan makanan seperti ini. Dia selalu sarapan roti lapis, ham, dan susu. Sarapan yang Nyonya buat terlalu kuno," ucap Prisa sambil memandang sarapan yang terlihat hambar itu.Ekspresi Tiffany tampak heran sesaat, lalu menjadi suram. Dia menunduk dan mengiakan. "Kalian benar."Orang kaya memang suka bergaya. Di kampusnya, para siswa kaya saja tidak pernah pergi ke kantin untuk makan, apalagi orang sekaya Sean. Tiffany merasa dirinya s

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 4

    Suara Sean terdengar sangat dingin, seolah-olah ingin membekukan seluruh ruang makan. Saat berikutnya, buk! Prisa berlutut di lantai dan berujar dengan mata merah, "A ... aku nggak seharusnya bicara begitu dengan Nyonya ...."Sean memang terlihat baik. Namun, jika dia marah, tidak ada yang bisa menanggung amarahnya.Prisa meneruskan, "Tapi, aku nggak berniat jahat! Aku cuma nggak ingin Nyonya masak karena takut dia lelah ...."Sean tersenyum sambil menghadap Prisa dan bertanya, "Makanya, kamu sengaja merusak suasana hati istri baru yang masak untuk suaminya?"Suasana di ruang makan menjadi hening untuk sesaat. Perkataan Sean ini bukan hanya mengejutkan Rika dan Prisa, tetapi Tiffany juga memelotot terkejut. Sean sedang membelanya?Prisa ketakutan hingga gemetaran. Dia menyahut, "A ... aku nggak bermaksud begitu .... Aku nggak membuang masakan Nyonya. Aku dan Rika memakannya ...."Senyuman Sean menjadi makin dingin. Dia mengejek, "Sepertinya kamu lebih mirip majikan di sini daripada aku

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 5

    Setelah tersadar kembali, Tiffany memungut ponselnya dengan panik. Dia mendongak menatap Garry, lalu bertanya, "Kak, rupanya kamu kerja di sini?"Garry menyunggingkan senyuman manis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang sambil menegur, "Sebenarnya berapa usiamu? Kenapa ceroboh seperti anak kecil?""Dua puluh tahun," jawab Tiffany dengan mata berbinar-binar.Garry memalingkan wajah dan terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Kenapa kamu datang ke rumah sakit?"Tiffany menunjuk ruangan di belakang sambil membalas, "Temanku sedang mengobrol dengan kakak sepupunya."Garry melirik jam dan berujar, "Sudah waktunya jam makan siang. Temanmu mungkin nggak akan keluar secepat itu. Kebetulan aku mau makan siang. Gimana kalau kutraktir?"Tiffany berpikir sejenak, lalu mengetuk pintu untuk berpamitan dengan Julie, "Aku pergi sebentar."Garry berjalan di depan dengan wajah berseri-seri dan Tiffany mengikuti dari belakang. Sepertinya dari SMA 2, Tiffany sudah mengagumi pria ini.Saat itu, pe

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 6

    Suasana di vila menjadi menegangkan. Sean melirik beberapa botol obat di atas meja. Tebersit kilatan dingin di matanya saat berkata, "Ternyata istriku pergi ke rumah sakit demi aku. Aku malah menyalahkanmu."Tiffany tidak bodoh. Dia tentu memahami makna tersirat pada ucapan Sean. Sean memberi isyarat tangan kepada pelayan di samping. Kepala pelayan segera menghampiri dan mengambil beberapa botol obat itu.Tiffany merasa kurang percaya diri. Dia bertanya, "Kamu menyuruh kepala pelayan menyimpannya karena nggak ingin makan ya?"Tiffany bisa merasakan kekesalan pada Sean. Sean tersenyum tipis dan berujar, "Makan saja dulu."Suara Sean terdengar sangat dingin dan rendah. Hal ini membuat Tiffany merasa gugup. Sepertinya, pria ini benar-benar marah.Tiffany mengepalkan tangan dengan erat. Mereka baru menikah 2 hari, tetapi dia sudah membawakan obat untuk Sean. Apakah ini terkesan kurang pantas? Apakah Sean mengira Tiffany membelikannya obat karena tidak menyukai kondisinya?Tiba-tiba, Tiffan

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 7

    Ketika Tiffany belum tahu harus bagaimana menjelaskan, bibir Sean tiba-tiba menempel pada bibirnya. Sean menahan lengan dan tubuh Tiffany sambil menciumnya secara intens.Keintiman yang mendadak ini membuat Tiffany pusing. Dia merasa jiwanya akan diserap oleh Sean melalui ciuman ini.Sean melepaskannya, lalu tersenyum nakal dan bertanya, "Istriku, apa kamu cukup puas?"Perasaan Tiffany sungguh kacau balau. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan Sean, tetapi Sean menahannya dengan sangat erat. Jarak keduanya sangat dekat. Pada akhirnya, Tiffany kehabisan tenaga."Kenapa tenagamu besar sekali?" tanya Tiffany sambil mencebik. Sebelum menikah, kakek Sean jelas-jelas memberitahunya bahwa Sean sakit-sakitan sehingga Tiffany harus merawatnya dengan baik.Tiffany mengira penyakit Sean hampir sama dengan penyakit neneknya. Namun, tangan kekar yang memegang pinggang Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Sean penyakitan.Tiffany tampak cemberut . Sean pun tertawa melihatnya. Sean mengangk

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 8

    Suara itu terdengar sangat manis dan lembut.Saat ini, mobil berhenti. Sean berucap, "Kamu punya setengah jam untuk mengganti baju."Suara Sean terdengar rendah, tetapi Tiffany bisa mendengar kegembiraan darinya. Sepertinya pria ini tidak marah lagi.Tiffany segera turun dari pangkuan Sean dan keluar dari mobil. Begitu mengambil langkah, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Kamu nggak ikut turun?"Sean menyunggingkan bibirnya dan bertanya balik, "Kamu bertanya seperti itu karena ingin melanjutkan permainan kita di kamar ya?"Begitu ucapan ini dilontarkan, Tiffany langsung berlari masuk ke vila.Sambil menatap sosok belakang Tiffany yang bersemangat, Sean meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya untuk bersandar dengan santai. Muncul pula senyuman tipis di bibirnya.Tiffany dan Rika berdebat sekitar 10 menit di ruang ganti. Pada akhirnya, mereka mencapai kesepakatan. Mereka memilih sebuah gaun berwarna merah muda yang terlihat sangat feminin.Selesai berganti pakaian, Ri

    Last Updated : 2024-09-14
  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 9

    Sorot mata Michael membuat Tiffany merasa sangat tidak nyaman. Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum sopan kepada Michael dan mendorong kursi roda Sean.Ketika melewati Michael, pria itu tiba-tiba menjulurkan tangan untuk menahan Tiffany dan bertanya, "Kenapa terburu-buru sekali? Kamu nggak berani bicara padaku?"Michael melipat lengannya di depan dada. Tatapannya terhadap Sean dipenuhi kebencian dan penghinaan. Meskipun begitu, dia tetap terdengar ramah saat berkata, "Sean, kenapa istrimu ini menghindar dariku? Aku rasa dia menikah denganmu karena punya motif tersembunyi."Ketika melontarkan ini, Michael diam-diam melirik payudara Tiffany dengan tatapan cabul. Tiffany sontak mengernyit dan tanpa sadar menghindar.Alhasil, tatapan Michael menjadi makin lancang. Pria ini bahkan menyunggingkan senyuman mesum dan menambahkan, "Kakek sudah tua, jadi mungkin nggak bisa menilai dengan baik. Tapi, aku punya wawasan luas. Gimana kalau kamu mengizinkan kami ngobrol sebentar? Biar ku

    Last Updated : 2024-09-14

Latest chapter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 317

    Tiffany mengernyit jengkel. Apa maksudnya dengan tidak peka? Waktu pacaran Samuel dan Julie bahkan belum mencapai sebulan.Selama jangka waktu ini, sikap Samuel pada Julie juga tidak sehangat saat dia masih mengejar gadis itu sebelumnya. Apa haknya untuk menuntut sekamar dengan Julie?Lagi pula, hubungan Samuel dan Julie belum berkembang ke tahap itu. Bahkan jika hubungan keduanya sudah semaju itu, atas dasar apa Samuel bisa meminta Tiffany tidur di luar sendirian sementara dirinya dan Julie tidur di dalam?Chelsea duduk di sebelah Tiffany dan tertawa kecil. Dia berucap, "Samuel, apa maksudmu dengan nggak peka? Kalau nggak ada gadis lain yang sekamar denganku, aku pasti sudah tukar tempat denganmu dan tidur dengan mereka berdua."Samuel mengambil pecahan kaca dan membalas dengan kepala tertunduk, "Aku pacarnya Julie. Apa salahnya kalau aku ingin tidur dengannya?" Jika bukan demi memperdalam hubungannya dengan Julie, buat apa dia repot-repot mengikuti kegiatan klub fotografi ini?"Ada s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 316

    Siapa sangka, setelah Zara selesai bicara, Samuel yang merupakan salah satu penanggung jawab klub fotografi mengangguk dan berkata, "Kurasa kata-kata Zara ada benarnya."Semua orang terkejut. Samuel, Tiffany, dan Julie adalah orang-orang pertama yang memilih kamar. Jika alokasi kamar disesuaikan dengan urutan pendaftaran, mereka akan mendapatkan kamar terbaik. Namun, sekarang pemuda itu malah setuju untuk melakukan cabut undi.Orang-orang di vila terdiam untuk beberapa saat. Akhirnya, salah satu gadis penanggung jawab menghela napas dan berucap dengan pasrah, "Okelah, ayo cabut undi."Di antara belasan orang ini, enam orang harus tinggal di rumah desa. Lantaran hari sudah larut, semua orang segera melakukan cabut undi.Hasilnya, gadis penanggung jawab klub fotografi dan temannya, serta Julie, Tiffany, Samuel, dan seorang pemuda lainnya harus tinggal di rumah desa itu.Saat beberapa orang itu tengah berkemas, Penny mengejek Tiffany dengan nada puas, "Kamu memang paling cocok tinggal di

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 315

    Entah disengaja atau tidak, Samuel mengerahkan cukup tenaga hingga Zara hampir terjatuh ke dalam pelukannya. Untungnya, Zara sempat menstabilkan tubuhnya dengan memegang lengan Samuel sehingga hal itu tidak terjadi."Terima kasih," ujar Zara dengan raut pucat.Samuel membalas dengan wajah tersipu, "Sama-sama.""Cowok jelek, kamu cari kesempatan untuk menyentuh Zara!" seru Penny sambil memelototi Samuel. Dia segera mendekat, lalu menarik Zara pergi.Sebelum beranjak pergi, Zara melirik Samuel sekali lagi. Dia melihat binar antusias dan kegembiraan di mata pemuda itu.Mata Zara berkilat dingin. Jadi, pemuda itu pacar Julie? Tidak ada bagus-bagusnya."Ayo jalan," ucap Julie sambil mengernyit. Dia mendekat sambil membawa kopernya.Tiffany menghampiri temannya dan bertanya dengan alis berkerut, "Kamu lihat kejadian tadi, 'kan?" Dia memandang dengan cemas ke arah Samuel yang masih mengambil barang-barang dari bus bersama orang-orang klub fotografi."Biarpun dia hanya berniat membantu, dia bi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 314

    Zara mengenakan gaun panjang bunga-bunga warna putih dan topi matahari. Dengan wajah dan penampilannya yang feminin, dia terlihat sangat menawan saat memandang ke luar jendela.Samuel juga tertegun untuk sesaat saat melihat Zara. Sebelumnya, dia hanya tahu bahwa Julie cantik dan Tiffany manis.Samuel tidak tahu ternyata ada gadis secantik Zara di kelas mereka. Kecantikan gadis itu berbeda jauh dengan Julie. Zara sangat memesona, anggun, dan elegan.Begitu melihat kedua orang itu di dalam bus, Tiffany sontak bertanya sambil mengernyit, "Apa mereka juga anggota klub fotografi?"Seingat Tiffany, Zara baru pindah ke sini beberapa hari lalu. Sejak kapan dia menjadi anggota klub fotografi?Lamunan Samuel buyar. Dia berdeham dan menjawab, "Mereka baru gabung beberapa hari lalu, aku juga baru tahu.""Mungkin karena kita pergi, jadi mereka sengaja ikut. Seperti hantu saja, nempel terus sama kita," ucap Julie sambil mengangkat bahu. Dia memutar bola matanya dengan galak ke arah kedua orang itu.

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 313

    Akhir bulan tiba dengan cepat. Pada hari keberangkatan klub fotografi, Tiffany bangun pagi-pagi sekali.Ini adalah pertama kalinya Tiffany bepergian jauh setelah menikah. Perjalanan ke desa tempo hari juga jauh, tetapi bagaimanapun itu adalah kampung halamannya. Kegiatan klub fotografi di Kabupaten Purjaga ini barulah bepergian jauh yang sebenarnya.Pagi-pagi buta, Rika sudah bangun untuk menyiapkan barang-barang Tiffany. Dari pakaian dalam, pakaian anti UV, hingga jas hujan. Semua Rika kemas hingga memenuhi dua koper besar.Sambil mengeluarkan barang-barang di dalam koper, Tiffany berucap dengan malu pada Rika, "Aku hanya pergi tiga hari dua malam, nggak perlu bawa sebanyak ini."Rika menggeleng dan membalas, "Bu Tiffany, cuaca di pegunungan nggak menentu. Gimana kalau tiba-tiba panas, lalu tiba-tiba dingin? Gimana kalau hujan? Gimana kalau ada topan?"Tiffany kehilangan kata-kata. Meski merasa Rika terlalu cemas berlebihan, hatinya terasa hangat.Saat Tiffany masih tinggal bersama ke

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 312

    Zara yang sedang membaca buku di samping jendela pun mengernyit dan membalas, "Mungkin dia belum pernah punya kamera sebelumnya. Jadi, karena sekarang punya kamera, dia belajar dengan serius."Sorot mata Zara terlihat rumit saat memandang gadis yang memegang kamera di luar. Dia berkata, "Sebenarnya, bisa melakukan apa yang kita suka itu ... cukup menyenangkan." Dia sendiri sudah kehilangan kesempatan ini 13 tahun lalu.Penny berucap, "Zara, kudengar Tiffany mau ikut kegiatan klub fotografi di desa akhir bulan ini. Aku punya teman di klub itu, katanya masih ada dua tempat kosong. Gimana kalau kita juga pergi?"Sambil bicara, Penny mendongak dan menatap Tiffany di luar. Dia menambahkan, "Kalau terjadi sesuatu di desa ...."Zara memejamkan matanya dan menyela, "Kalau Sean nggak pergi, aku nggak tertarik."Tujuannya hanya Sean. S melarang dirinya menyakiti Tiffany. Dia hanya memerintahkan agar gadis itu dipisahkan dari Sean. Zara tersenyum pahit. Misi ini ... lumayan rumit."Justru bagus k

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 311

    Mark tidak menjawab. Dia hanya memberikan barang-barang itu pada Tiffany dan berkata, "Terserah dia kalau mau jadi gadis rusak, itu nggak ada hubungannya denganku." Usai berkata begitu, dia melangkah ke lantai atas dengan raut muram.Tiffany memutar bola matanya dua kali. Orang gila! Julie hanya berpacaran dengan pemuda yang sudah mengejarnya selama setahun. Mengapa dia malah dikatai sebagai gadis rusak?Sebenarnya, Tiffany juga merasa bahwa Samuel tidak layak untuk Julie. Namun, orang yang tidak terlibat langsung tidak berhak mengomentari cinta orang lain.Sama seperti Garry yang merasa Sean tidak layak untuk Tiffany dan beranggapan bahwa dia adalah pria jahat. Nyatanya, gadis itu tahu betul betapa baiknya Sean.Kasus Julie juga sama. Sebagai temannya, dia boleh saja tidak menyukai Samuel, tetapi dia tidak boleh menjadikan hal itu sebagai alasan untuk mengekang Julie.Sudah bagus Julie tidak terus berharap pada Mark. Namun, pria itu bersikap seolah-olah kebersamaan Julie dan Samuel ad

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 310

    Sean menepati janjinya. Sore hari setelah Tiffany makan, dia duduk di sofa ruang tamu sambil nonton bersama Rika. Saat ini, Mark datang.Mark membawa kamera SLR yang canggih dan sekotak kecil lensa beserta buku panduan yang tebal. Setelah meletakkan semuanya di atas meja, Mark tersenyum kepada Tiffany. "Aku beli semua ini beberapa tahun lalu, tapi nggak pernah pakai. Masih baru kok."Tiffany mengamati lensa-lensa di dalam kotak. "Gimana ... cara pakainya ....""Ada di buku panduan." Mark bersandar di sofa sambil menerima teh dari Rika. "Di mana Sean?""Setelah makan, dia menghadiri rapat daring," sahut Tiffany yang membaca buku panduan dengan penasaran. "Hm, apertur ...."Ketika melihat Tiffany tidak paham apa-apa, Mark tertawa. "Kenapa tiba-tiba belajar fotografi? Aku sampai terkejut waktu Sean meneleponku. Gadis kampungan sepertimu tiba-tiba jadi keren."Tiffany mengerlingkan matanya. "Bukan begitu." Dia membalikkan buku panduan dan menjelaskan, "Akhir bulan nanti, Samuel mau bawa Ju

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 309

    Malam itu, Tiffany ditahan oleh Sean di ranjang dan terus dijilatnya. Jadi, dia tidak tahu apa yang terjadi di antara Julie dan Mark semalam.Tiffany hanya tahu wajah Samuel babak belur keesokan harinya. Dengar-dengar, Mark memukulnya. Teman-teman Samuel juga dipukul Mark.Julie tidak tahu secara detail apa yang terjadi, sedangkan Samuel tidak ingin menjelaskannya. Akan tetapi, menurut penjelasan Samuel, mereka berusaha melindungi Julie dari Mark sehingga semuanya babak belur.Sebagai balasannya, Julie akan mengikuti Samuel mengunjungi desa sekitar. Ini adalah kegiatan yang diorganisasi oleh asosiasi fotografi.Sejak kuliah, setiap kali ada aktivitas kelompok, Tiffany dan Julie selalu berpartisipasi bersama. Selain itu, Sean menyuruh Tiffany untuk melaporkan gerak-gerik Julie dan Samuel kepadanya. Jadi, setelah melapor, Tiffany memelas, "Aku juga mau pergi."Tiffany merasa bosan karena terus di rumah. Apalagi, Sean terus melahapnya setiap malam. Tiffany sampai merasa dirinya hampir men

DMCA.com Protection Status