Share

Dimanja Suami Pembawa Sial
Dimanja Suami Pembawa Sial
Penulis: Clarissa

Bab 1

Penulis: Clarissa
"Eee ... anu, aku seharusnya melepaskan bajuku dulu atau bajumu dulu?" tanya Tiffany Maheswari dengan hati-hati. Dia berdiri di depan kamar mandi dan hanya membalut tubuhnya dengan handuk.

Malam ini adalah malam pertamanya. Pria di depan sana, yang duduk di kursi roda dan menutup matanya dengan sutra hitam adalah suaminya.

Ini pertama kalinya Tiffany bertemu calon suaminya. Parasnya lebih tampan daripada yang terlihat di foto. Hidungnya mancung, alisnya tebal, tubuhnya tinggi dan tegap. Ini adalah tipe pria Tiffany.

Sayang sekali, pria itu buta dan duduk di kursi roda. Ada yang mengatakan bahwa Sean Tanuwijaya adalah pembawa sial. Ketika berusia 9 tahun, orang tuanya meninggal karenanya. Ketika berusia 13 tahun, kakaknya meninggal karenanya. Kemudian, 3 wanita yang pernah menjadi calon istrinya juga mati.

Ketika mendengar rumor ini, Tiffany sangatlah takut. Namun, pamannya bilang mereka baru bisa mengobati penyakit neneknya jika dia menikah dengan Sean. Demi neneknya, Tiffany bersedia mempertaruhkan nyawanya.

Karena tidak ada respons apa pun, Tiffany mengira Sean tidak mendengar omongannya. Jadi, dia mengulangi ucapannya lagi.

"Huh." Sean yang angkuh melepaskan sutra yang menutupi matanya dengan santai. Kemudian, dia meliriknya dengan dingin dan bertanya, "Kamu tahu siapa pria yang akan kamu nikahi?"

Tatapan Sean terlalu dingin, sampai membuat Tiffany tak kuasa membungkuk. Namun, sepertinya tidak ada yang perlu ditakutkan. Pria ini buta, 'kan? Hanya saja, apakah orang buta punya tatapan sedalam itu?

Tiffany tidak pernah bertemu orang buta, jadi kurang memahaminya. Meskipun begitu, dia tetap menjawab dengan jujur, "Aku tahu."

Sean tersenyum dan bertanya, "Kamu nggak takut mati?"

Setelah penutup matanya dilepaskan, Sean terlihat makin dingin dan berkarisma. Jantung Tiffany berdetak kencang. Dia menyahut, "Nggak takut."

Tiffany menatap Sean lekat-lekat sambil meneruskan dengan tegas, "Kamu telah menolong nenekku. Kamu penyelamatku. Aku pasti akan menepati janjiku. Aku akan melahirkan anak untukmu dan menjagamu hingga akhir hayat."

Wajah cantik itu tampak sangat serius. Sean mengamatinya dengan tenang. Sesaat kemudian, dia tersenyum mengejek dan berujar, "Kalau begitu, mandikan aku."

Setelah terdiam sesaat, Tiffany mengiakannya. "Ya."

Sejak menyetujui pernikahan ini, Tiffany tidak berniat untuk mengingkari janjinya. Setelah menikah dan mengambil akta nikah, dia adalah istri Sean yang sah. Suaminya cacat sehingga Tiffany harus melayaninya. Ini hal yang wajar, 'kan?

"Aku panaskan air dulu." Usai berbicara, Tiffany masuk ke kamar mandi.

Sean mengamati punggung Tiffany sambil mengernyit. Dia sudah menyuruh orang menyelidiki latar belakang Tiffany. Latar belakangnya sangat sederhana. Tiffany adalah wanita miskin dari desa. Demi biaya pengobatan kerabatnya, dia bersedia menikah dengan Sean yang dikenal sebagai pembawa sial.

Sebelumnya, ketiga calon istri Sean adalah nona kaya dari kalangan atas Kota Aven. Latar belakang mereka jelas tidak biasa. Namun, mereka semua mati dibunuh sehari sebelum pernikahan.

Sementara itu, Tiffany yang bodoh dan polos malah berhasil bertahan hidup hingga malam pertama mereka? Kemungkinannya hanya ada 2. Wanita ini terlalu bodoh sampai musuh tidak berniat membunuhnya atau wanita ini hanya berpura-pura bodoh.

Ketika Sean sedang merenung, pintu kamar mandi dibuka. Dia menengadah, lalu seketika tebersit ketakjuban di matanya.

Kabut tebal dari kamar mandi tampak menyebar keluar, lalu diikuti tubuh mungil wanita. Rambut hitam Tiffany tampak basah dan tergerai di tulang selangkanya. Handuk yang basah menempel erat dengan tubuh Tiffany sehingga memperlihatkan lekukan sempurna.

"Tunggu sebentar," ujar Tiffany. Kemudian, dia berjongkok dan membuka kopernya. Di sana, terlihat banyak pakaian dalamnya yang tersusun rapi. Dia mengambil 1 set pakaian dalam berenda yang berwarna putih, lalu melepaskan labelnya dan memakainya.

Mungkin karena mengira Sean buta, Tiffany pun memakai pakaian dalamnya di hadapan Sean. Akan tetapi, Sean tidak berpikir seperti itu. Dia merasa Tiffany sedang mencari tahu apakah dirinya benar-benar buta atau tidak.

Setelah semuanya beres, Tiffany menghampiri Sean dan mendorong kursi rodanya ke pintu kamar mandi. Kemudian, dia memapah Sean masuk dan mulai melepaskan bajunya.

Di tengah-tengah uap yang tebal, Sean memicingkan matanya. Tiffany menunduk dan ekspresinya tampak serius, seperti sedang menghadapi ujian sekolah.

Tiffany melepaskan arloji Sean, lalu kemejanya dan .... Ketika hanya tersisa celana dalam Sean, dia menarik tangannya dan bertanya dengan cemas, "A ... apa kamu bisa tetap pakai celana dalam saat mandi?"

"Nanti nggak bersih," sahut Sean dengan tatapan nakal.

"Hm, benar juga." Tiffany mengangguk dan menjulurkan tangannya kembali.

Sean cukup terkejut melihatnya. Dia menatap Tiffany dengan dingin, lalu alisnya sontak berkerut. Wanita ini benar-benar bodoh atau hanya pura-pura bodoh? Apa dia tidak bisa merasa malu?

"Masuk ke bak mandi," instruksi Tiffany sambil memapah Sean. Tiffany seolah-olah tidak menyadari perbedaan tubuh mereka, tetapi wajahnya tetap memerah. Dia menepuk wajah sendiri untuk menenangkan diri dan bertanya, "Kamu nggak takut sakit, 'kan?"

"Ya." Sean mengiakan.

Tiffany menyelipkan rambutnya ke belakang telinga, lalu berbalik untuk mencari sesuatu. Sesaat kemudian, dia berbalik kembali dengan memegang handuk gosok yang kasar.

Kelopak mata Sean berkedut. Wanita ini ingin membantunya menggosok daki di malam pertama? Sementara itu, tanpa menanyakan pendapat Sean, Tiffany langsung menggosok punggung Sean dan berucap, "Beri tahu saja aku kalau sakit. Aku akan lebih pelan nanti."

Ekspresi Tiffany tampak sangat serius. Sebelum menikah dengan Sean, dia melayani neneknya yang sakit selama bertahun-tahun. Neneknya sangat suka digosok seperti ini. Katanya, dia merasa sangat nyaman dan tidurnya jadi nyenyak.

Itu sebabnya, Tiffany yakin Sean juga pasti menyukainya. Dia berjongkok di samping bak mandi sambil menggosok setiap bagian tubuh Sean. Dia telah mengerahkan tenaga besar, tetapi Sean sama sekali tidak merasa sakit.

Meskipun begitu, Sean bisa melihat betapa seriusnya wanita ini. Keringat bahkan muncul di kening Tiffany. Seketika, Sean mulai meragukan spekulasinya. Apa dia sudah salah menyalahkan wanita ini? Sepertinya wanita selugu ini tidak mungkin punya rencana jahat?

"Eee ...." Setelah menggosok seluruh badan Sean, Tiffany bertanya dengan wajah tersipu, "Bagian itu juga mau digosok?"

"Menurutmu?" tanya Sean sambil menatapnya dengan tatapan suram.

Tiffany mengernyit sambil merenung sesaat, lalu akhirnya berkata, "Sepertinya harus."

Tiffany langsung menjulurkan tangannya yang masih memegang handuk gosok. Saat berikutnya, Sean menangkap tangannya secara akurat.

Suasana menjadi tegang. Tiffany tidak merasa ada yang salah jika menggosok kemaluan Sean. Dia mendongak sambil bertanya dengan tatapan lugu, "Gimana aku bisa menggosoknya kalau kamu menahanku?"

Tebersit kilatan dingin pada tatapan Sean. Dia berkata, "Keluar."
Komen (6)
goodnovel comment avatar
FAISAL
bagus ceritanya
goodnovel comment avatar
Hana Yori
bangus ceritanya
goodnovel comment avatar
Lucya Vilian
Bagus, lanjut
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 2

    Tiffany bertanya dengan heran, "Kalau aku keluar, kamu bisa mandi sendirian?"Bukannya pria ini tidak bisa melihat apa pun? Sean tidak berbicara, tetapi suasana menjadi makin menegangkan.Tiffany bisa merasakan kemarahan Sean. Dia melepaskan handuk gosoknya, lalu berucap sebelum pergi, "Kalau begitu, kamu hati-hati ya. Panggil aku kalau butuh bantuan."Setelah keluar dari kamar mandi, Tiffany tampak gelisah dan terus memandang ke arah kamar mandi. Bagaimana kalau Sean terjatuh dan mati di dalam sana? Mereka baru menikah. Tiffany tidak ingin menjadi janda.Ketika Tiffany sedang mencemaskan Sean, ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata sahabatnya, Julie, mengirimnya sebuah video. Judul video itu adalah materi pelajaran.Materi pelajaran? Tiffany mengkliknya dengan heran sambil bertanya-tanya dalam hati, 'Ujian masih lama. Untuk apa mengirimnya materi pelajaran sekarang?'"Um ... ah ... hm ...." Begitu video diputar, terlihat seorang wanita bersandar di atas tubuh seorang pria ....Wajah

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 3

    Kemudian, Tiffany berbalik untuk kembali ke dapur. Kedua pelayan itu segera menghentikannya. "Nyonya, nggak perlu."Mereka digaji untuk masak, tetapi semua sudah disiapkan oleh Tiffany. Kalau sampai Sean tahu soal ini, bukankah mereka akan dipecat?"Nyonya, aku dan Rika bertanggung jawab masak sarapan. Kamu baru datang ke rumah ini, nggak mungkin tahu selera Tuan. Sebaiknya jangan membuat masalah di dapur," ujar salah seorang pelayan dengan kesal.Pelayan bernama Rika itu segera menyahut, "Ya, Bibi Prisa benar. Sebaiknya Nyonya istirahat saja.""Tuan nggak makan makanan seperti ini. Dia selalu sarapan roti lapis, ham, dan susu. Sarapan yang Nyonya buat terlalu kuno," ucap Prisa sambil memandang sarapan yang terlihat hambar itu.Ekspresi Tiffany tampak heran sesaat, lalu menjadi suram. Dia menunduk dan mengiakan. "Kalian benar."Orang kaya memang suka bergaya. Di kampusnya, para siswa kaya saja tidak pernah pergi ke kantin untuk makan, apalagi orang sekaya Sean. Tiffany merasa dirinya s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 4

    Suara Sean terdengar sangat dingin, seolah-olah ingin membekukan seluruh ruang makan. Saat berikutnya, buk! Prisa berlutut di lantai dan berujar dengan mata merah, "A ... aku nggak seharusnya bicara begitu dengan Nyonya ...."Sean memang terlihat baik. Namun, jika dia marah, tidak ada yang bisa menanggung amarahnya.Prisa meneruskan, "Tapi, aku nggak berniat jahat! Aku cuma nggak ingin Nyonya masak karena takut dia lelah ...."Sean tersenyum sambil menghadap Prisa dan bertanya, "Makanya, kamu sengaja merusak suasana hati istri baru yang masak untuk suaminya?"Suasana di ruang makan menjadi hening untuk sesaat. Perkataan Sean ini bukan hanya mengejutkan Rika dan Prisa, tetapi Tiffany juga memelotot terkejut. Sean sedang membelanya?Prisa ketakutan hingga gemetaran. Dia menyahut, "A ... aku nggak bermaksud begitu .... Aku nggak membuang masakan Nyonya. Aku dan Rika memakannya ...."Senyuman Sean menjadi makin dingin. Dia mengejek, "Sepertinya kamu lebih mirip majikan di sini daripada aku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 5

    Setelah tersadar kembali, Tiffany memungut ponselnya dengan panik. Dia mendongak menatap Garry, lalu bertanya, "Kak, rupanya kamu kerja di sini?"Garry menyunggingkan senyuman manis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang sambil menegur, "Sebenarnya berapa usiamu? Kenapa ceroboh seperti anak kecil?""Dua puluh tahun," jawab Tiffany dengan mata berbinar-binar.Garry memalingkan wajah dan terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Kenapa kamu datang ke rumah sakit?"Tiffany menunjuk ruangan di belakang sambil membalas, "Temanku sedang mengobrol dengan kakak sepupunya."Garry melirik jam dan berujar, "Sudah waktunya jam makan siang. Temanmu mungkin nggak akan keluar secepat itu. Kebetulan aku mau makan siang. Gimana kalau kutraktir?"Tiffany berpikir sejenak, lalu mengetuk pintu untuk berpamitan dengan Julie, "Aku pergi sebentar."Garry berjalan di depan dengan wajah berseri-seri dan Tiffany mengikuti dari belakang. Sepertinya dari SMA 2, Tiffany sudah mengagumi pria ini.Saat itu, pe

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 6

    Suasana di vila menjadi menegangkan. Sean melirik beberapa botol obat di atas meja. Tebersit kilatan dingin di matanya saat berkata, "Ternyata istriku pergi ke rumah sakit demi aku. Aku malah menyalahkanmu."Tiffany tidak bodoh. Dia tentu memahami makna tersirat pada ucapan Sean. Sean memberi isyarat tangan kepada pelayan di samping. Kepala pelayan segera menghampiri dan mengambil beberapa botol obat itu.Tiffany merasa kurang percaya diri. Dia bertanya, "Kamu menyuruh kepala pelayan menyimpannya karena nggak ingin makan ya?"Tiffany bisa merasakan kekesalan pada Sean. Sean tersenyum tipis dan berujar, "Makan saja dulu."Suara Sean terdengar sangat dingin dan rendah. Hal ini membuat Tiffany merasa gugup. Sepertinya, pria ini benar-benar marah.Tiffany mengepalkan tangan dengan erat. Mereka baru menikah 2 hari, tetapi dia sudah membawakan obat untuk Sean. Apakah ini terkesan kurang pantas? Apakah Sean mengira Tiffany membelikannya obat karena tidak menyukai kondisinya?Tiba-tiba, Tiffan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 7

    Ketika Tiffany belum tahu harus bagaimana menjelaskan, bibir Sean tiba-tiba menempel pada bibirnya. Sean menahan lengan dan tubuh Tiffany sambil menciumnya secara intens.Keintiman yang mendadak ini membuat Tiffany pusing. Dia merasa jiwanya akan diserap oleh Sean melalui ciuman ini.Sean melepaskannya, lalu tersenyum nakal dan bertanya, "Istriku, apa kamu cukup puas?"Perasaan Tiffany sungguh kacau balau. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan Sean, tetapi Sean menahannya dengan sangat erat. Jarak keduanya sangat dekat. Pada akhirnya, Tiffany kehabisan tenaga."Kenapa tenagamu besar sekali?" tanya Tiffany sambil mencebik. Sebelum menikah, kakek Sean jelas-jelas memberitahunya bahwa Sean sakit-sakitan sehingga Tiffany harus merawatnya dengan baik.Tiffany mengira penyakit Sean hampir sama dengan penyakit neneknya. Namun, tangan kekar yang memegang pinggang Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Sean penyakitan.Tiffany tampak cemberut . Sean pun tertawa melihatnya. Sean mengangk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 8

    Suara itu terdengar sangat manis dan lembut.Saat ini, mobil berhenti. Sean berucap, "Kamu punya setengah jam untuk mengganti baju."Suara Sean terdengar rendah, tetapi Tiffany bisa mendengar kegembiraan darinya. Sepertinya pria ini tidak marah lagi.Tiffany segera turun dari pangkuan Sean dan keluar dari mobil. Begitu mengambil langkah, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Kamu nggak ikut turun?"Sean menyunggingkan bibirnya dan bertanya balik, "Kamu bertanya seperti itu karena ingin melanjutkan permainan kita di kamar ya?"Begitu ucapan ini dilontarkan, Tiffany langsung berlari masuk ke vila.Sambil menatap sosok belakang Tiffany yang bersemangat, Sean meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya untuk bersandar dengan santai. Muncul pula senyuman tipis di bibirnya.Tiffany dan Rika berdebat sekitar 10 menit di ruang ganti. Pada akhirnya, mereka mencapai kesepakatan. Mereka memilih sebuah gaun berwarna merah muda yang terlihat sangat feminin.Selesai berganti pakaian, Ri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 9

    Sorot mata Michael membuat Tiffany merasa sangat tidak nyaman. Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum sopan kepada Michael dan mendorong kursi roda Sean.Ketika melewati Michael, pria itu tiba-tiba menjulurkan tangan untuk menahan Tiffany dan bertanya, "Kenapa terburu-buru sekali? Kamu nggak berani bicara padaku?"Michael melipat lengannya di depan dada. Tatapannya terhadap Sean dipenuhi kebencian dan penghinaan. Meskipun begitu, dia tetap terdengar ramah saat berkata, "Sean, kenapa istrimu ini menghindar dariku? Aku rasa dia menikah denganmu karena punya motif tersembunyi."Ketika melontarkan ini, Michael diam-diam melirik payudara Tiffany dengan tatapan cabul. Tiffany sontak mengernyit dan tanpa sadar menghindar.Alhasil, tatapan Michael menjadi makin lancang. Pria ini bahkan menyunggingkan senyuman mesum dan menambahkan, "Kakek sudah tua, jadi mungkin nggak bisa menilai dengan baik. Tapi, aku punya wawasan luas. Gimana kalau kamu mengizinkan kami ngobrol sebentar? Biar ku

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 573

    "Tiff." Sean mengangkat pandangannya dan menatapnya. "Dulu aku memang salah. Aku ... nggak pernah benar-benar berusaha memahami dirimu. Aku pikir, apa yang kamu tunjukkan di depanku adalah perasaan yang sesungguhnya."Tatapan Sean yang dalam kini dipenuhi penyesalan. "Seharusnya aku menyadarinya sejak awal. Dengan sifatmu yang begitu lembut, tentu saja ... kamu bersedia berpura-pura hanya demi membuatku bahagia."Sambil berkata begitu, Sean tersenyum. "Sekarang, biarkan aku yang membahagiakanmu. Apa lagi yang kamu suka, tapi belum kamu katakan padaku? Katakan saja."Tiffany menatap wajahnya yang semakin pucat. Wajahnya sendiri menjadi merah karena panik. "Jangan bicara lagi! Ikut aku kembali ke rumah sakit!"Namun, Sean malah berusaha menenangkannya. "Aku baik-baik saja.""Baik-baik saja apanya?" Suara Tiffany mulai bergetar. Dia nyaris menangis. "Kamu sendiri tahu perutmu lemah, 'kan?""Makanan pedas bisa melukai lambungmu! Dua tahun lalu kamu sakit maag, sekarang kamu malah ceroboh s

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 572

    Setelah mengatakan itu, Tiffany berbalik dan pergi bersama Sean. Begitu keluar dari pintu utama, pria yang mengenakan setelan putih dengan aksen emas itu langsung menuju ke BMW merah milik Tiffany.Tiffany mengerutkan kening dan mengikutinya. "Pak Sean, kalau kamu yang mengundang makan, kenapa aku yang harus nyetir?""Karena aku nggak familier dengan tempat ini." Pria itu menyilangkan tangan dan bersandar di mobil. "Dari pertama kali aku mendengar nama kota ini sampai sekarang, belum genap 72 jam. Kamu rasa, apa mungkin aku tahu jalan atau tahu restoran mana yang enak?”Tiffany tidak bisa merespons. Benar juga, dia sampai lupa soal itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia membuka pintu mobil dan duduk di kursi pengemudi. Sementara itu, Sean yang bersetelan putih duduk di kursi penumpang dengan elegan.Tiffany menarik napas dalam-dalam. "Pak Sean ingin makan apa?”"Karena aku yang mengundangmu, tentu kamu yang harus pilih. Aku nggak terlalu pemilih soal makanan."Tiffany menyipitkan mata. "

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 571

    Adegan penuh gairah yang telah lama tertunda ini tidak berlangsung terlalu lama. Meskipun tubuhnya masih menuntut lebih, Sean tahu Tiffany yang sekarang sudah berbeda.Dulu Tiffany polos dan menggemaskan, masih seorang mahasiswa, bisa sesuka hati. Sean bisa membuatnya tidak sanggup turun dari ranjang.Namun, kini dia cerdas dan dewasa. Dia adalah dokter ternama dengan status yang tidak bisa diremehkan. Sean tidak bisa terlalu menyita waktunya, apalagi merusak reputasinya."Pak Sean." Setelah selesai merapikan diri, Tiffany keluar dari toilet dengan ekspresi canggung. "Anggap saja nggak ada yang pernah terjadi.""Tapi kuharap kamu menepati janjimu dengan mendonasikan 40 miliar untuk dana medis rumah sakit kami. Nggak boleh kurang sepeser pun."Setelah mengatakan itu, dia seperti teringat sesuatu dan menatap Sean dengan datar. "Oh ya, saat menyumbangkan dana itu, tolong pastikan 30 miliar dari dana itu digunakan untuk departemen bedah jantung. Terima kasih."Sean tersenyum santai sambil

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 570

    "Sean! Kamu gila ya!" Tiffany menggigit bibirnya, menahan amarah. "Ini rumah sakit!""Tapi, di sini ada ranjang." Sean menekan tubuhnya lebih erat. Bibirnya membentuk senyuman jahil. "Apa instruksi medisnya tadi? Apa Dok Tiff bisa mengulanginya untukku?"Tiffany memaki, "Dasar nggak tahu malu!""Aku cuma bertingkah nakal padamu." Sean mencium wajahnya, lalu turun ke lehernya dan menarik jasnya. Kemudian, dia terus mengecup ke bawah. "Tiff, aku sudah menahan diri selama 5 tahun.""Sejak kamu pergi, aku nggak pernah bersama wanita lain. Kamu tahu aku selalu seperti ini. Aku telah memikirkanmu selama 5 tahun. Sekarang kita bertemu lagi dan kamu berdiri di depanku mengatakan aku harus lebih sering melakukan ini. Gimana aku bisa menahan diri?"Tiffany tidak bisa berkata-kata. Sialan! Dia harus tahu siapa dokter urologi yang bertugas hari ini! Begitu dia tahu, dia akan langsung menghajarnya!Namun, ini bukan saatnya memikirkan bagaimana menangani dokter urologi itu! Sean telah mencium sampai

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 569

    Tiffany menghabiskan sepanjang pagi menemani Sean menjalani pemeriksaan. Karena hari ini ada beberapa perusahaan yang datang untuk pemeriksaan kesehatan kolektif, staf medis di departemen medical check-up pun sangat sibuk. Akibatnya, banyak pemeriksaan Sean yang harus dilakukan langsung oleh Tiffany sendiri.Meskipun Tiffany adalah spesialis bedah jantung, dia adalah orang yang rajin dan gemar belajar. Dia memahami semua prosedur dan alat yang biasa digunakan dalam pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.Sepanjang pagi, Tiffany seperti lebah pekerja yang sibuk. Dia membawa Sean ke berbagai ruangan pemeriksaan, berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat.Dia tidak ingin berduaan terlalu lama dengan Sean, jadi dia sengaja mempercepat semua proses pemeriksaan.Saat jam menunjukkan pukul 10 pagi, Tiffany sudah berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian pemeriksaan Sean."Ada beberapa hasil yang baru akan keluar besok, lainnya sudah tersedia." Tiffany berdiri di depan Sean dengan ma

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 568

    "Setelah kamu pakai, bawa saja." Setelah mengatakan itu, Tiffany menambahkan dengan suara pelan, "Kalau nggak suka, dibuang juga nggak apa-apa.""Gimana mungkin aku membuangnya?" Sambil mengganti pakaian dengan elegan, Sean menyahut dengan tenang, "Ini bisa dibilang hadiah pertama yang Dok Tiff berikan kepadaku. Tentu saja aku harus menyimpannya dengan baik."Tiffany merasa konyol. "Ini hadiah pertamaku untukmu?"Jika dia tidak salah ingat, lima tahun yang lalu ketika mereka masih bersama, dia sudah sering memberi Sean hadiah.Bahkan saat pergi ke Elupa dan membelikan oleh-oleh bagi paman dan bibinya, dia juga membeli untuk Sean. Lantas, bagaimana bisa pakaian ini menjadi hadiah pertama darinya?Tiffany tertawa dingin. "Pak Sean ini terlalu sibuk sampai melupakan banyak hal. Lima tahun lalu, aku ....""Lima tahun lalu, kamu belum menjadi dokter." Sean memotong ucapannya dengan nada datar, "Lima tahun lalu, yang memberiku hadiah adalah istriku. Kini, yang memberiku pakaian adalah Dokter

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 567

    Ruangan tiba-tiba menjadi sunyi.Tiffany tertegun sejenak, lalu tanpa sadar melangkah mundur.Sudah lima tahun berlalu. Mereka sudah melalui begitu banyak hal. Namun, saat Sean berbicara demikian, jantungnya tetap saja ... berdebar kencang.Tiffany menarik napas dalam-dalam, mencengkeram erat lengan jasnya. Butuh beberapa saat sebelum Tiffany akhirnya kembali tenang.Sean menatap wajahnya yang merah, sudut bibir Sean menyunggingkan senyuman puas. Wanita ini bersikap dingin, tetapi masih memikirkannya, 'kan?Jika tidak, kenapa hanya dengan satu kalimat sederhana darinya, wajah Tiffany bisa langsung memerah dan jantungnya berdetak kencang? Hah, ini namanya menipu perasaan sendiri.Sean tersenyum tipis, melangkah santai ke lift. "Tadi katanya ada baju untukku, 'kan? Ayo."Suara berat dan serak itu menyadarkan Tiffany kembali. Tiffany menggigit bibirnya, menekan perasaan yang berkecamuk di hatinya, lalu berdeham pelan sebelum masuk ke lift.Pintu lift tertutup. Di dalam ruangan yang sempit

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 566

    "Mereka semua bilang, kalau Tuan berlutut sambil membawa bunga mawar di hadapan mereka, mereka pasti akan menangis di tempat dan langsung memaafkanmu!"Sean mengernyit saat mendengar ucapan Genta di earphone, lalu menggigit bibirnya erat-erat. "Aku akan percaya padamu sekali lagi."Setelah berkata begitu, pria itu menarik napas dalam-dalam. Dengan membawa mawar di tangannya, dia berjalan perlahan ke arah Tiffany. Dia berlutut dengan satu kaki, lalu menatapnya dengan serius. "Tiff.""Semua yang terjadi di masa lalu memang nggak bisa kita ubah, tapi tolong beri aku satu kesempatan untuk mengenalmu kembali. Kita bisa mengintrospeksi diri dan memulai dari awal."Pria itu mengangkat matanya yang hitam, menatap Tiffany dengan sungguh-sungguh. "Halo, namaku Sean."Tiffany menyipitkan matanya. Mengenal kembali? Betapa bodohnya ide ini. Kalau Sean bukan klien pentingnya hari ini, dia pasti sudah pergi.Tidak, sebelum pergi, dia harus menendangnya dulu dan berkata, "Sean, sadarlah. Aku sekarang

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 565

    "Tiffany, pasien VIP ... maksudku, tamu spesial kita sudah menunggumu di lobi lantai satu. Kamu bisa langsung ke sana."Begitu Tiffany keluar dari kamar Sanny, kepala departemen yang botak itu langsung menyambutnya dengan wajah penuh antusiasme."Semangat, ya! Pastikan kamu membuat pasien ini senang, demi kemajuan departemen kita! Nasib peralatan baru untuk kuartal berikutnya ada di tanganmu!"Tiffany tersenyum canggung, sedikit merasa tertekan dengan ekspektasi ini."Aku ... akan berusaha."Sejak Nancy meninggal, hidupnya hanya berpusat pada membesarkan Arlo dan Arlene. Dia hampir tidak pernah merawat orang lain, apalagi menjadi pemandu pribadi untuk pemeriksaan kesehatan seseorang.Baginya, ini adalah pekerjaan yang membuang waktu.Namun sekarang ...."Huf ...." Dia menghela napas panjang. Baiklah. Jika ini bisa dianggap sebagai balas budi untuk kepala departemen, dia akan melakukannya.Setelah menata kembali emosinya, Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah ke dalam lift.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status