Share

Bab 5

Penulis: Clarissa
Setelah tersadar kembali, Tiffany memungut ponselnya dengan panik. Dia mendongak menatap Garry, lalu bertanya, "Kak, rupanya kamu kerja di sini?"

Garry menyunggingkan senyuman manis. Dia mengelus kepala Tiffany dengan penuh kasih sayang sambil menegur, "Sebenarnya berapa usiamu? Kenapa ceroboh seperti anak kecil?"

"Dua puluh tahun," jawab Tiffany dengan mata berbinar-binar.

Garry memalingkan wajah dan terkekeh-kekeh, lalu bertanya, "Kenapa kamu datang ke rumah sakit?"

Tiffany menunjuk ruangan di belakang sambil membalas, "Temanku sedang mengobrol dengan kakak sepupunya."

Garry melirik jam dan berujar, "Sudah waktunya jam makan siang. Temanmu mungkin nggak akan keluar secepat itu. Kebetulan aku mau makan siang. Gimana kalau kutraktir?"

Tiffany berpikir sejenak, lalu mengetuk pintu untuk berpamitan dengan Julie, "Aku pergi sebentar."

Garry berjalan di depan dengan wajah berseri-seri dan Tiffany mengikuti dari belakang. Sepertinya dari SMA 2, Tiffany sudah mengagumi pria ini.

Saat itu, penyakit nenek Tiffany tiba-tiba kambuh saat datang menjemputnya. Neneknya pun jatuh pingsan, lalu Garry buru-buru menghampiri untuk memberikan pertolongan pertama. Kemudian, Garry yang menggendong neneknya ke rumah sakit terdekat.

Dengan disinari sinar matahari yang terik, Garry yang berdiri di koridor rumah sakit memberi tahu Tiffany bahwa dirinya adalah mahasiswa kedokteran. Dia mengajari Tiffany banyak hal tentang perawatan neneknya.

Itu pertama kalinya Tiffany menyukai seorang pria. Rasa suka ini yang memotivasinya untuk belajar kedokteran. Dia ingin sekampus dengan Garry dan mengejarnya.

Namun, setelah keinginannya terwujud, Tiffany malah tidak punya keberanian untuk mencari Garry. Terakhir kali, mereka bertemu saat Tiffany SMA 3 dan Garry menyemangatinya untuk tidak menyerah.

Garry membawa Tiffany ke sebuah restoran kecil. Setelah melepaskan jas putihnya, Garry terlihat makin tampan. Dia mengambil menu, lalu bertanya, "Mau makan apa? Seingatku kamu sangat suka makanan manis?"

"Ya." Karena sudah lama tidak bertemu Garry, Tiffany merasa sangat gugup. Tiba-tiba, ponsel Tiffany berdering. Dia ditelepon oleh nomor tak dikenal. Tiffany meminta izin dari Garry sebelum menerima panggilan itu.

"Di mana?" Terdengar suara dingin seorang pria yang familier.

Tiffany mengernyit dan bertanya, "Siapa ini?"

"Sean!" jawab Sean.

"Kok kamu punya nomor teleponku?" tanya Tiffany dengan terkejut.

"Sepertinya kamu sangat terkejut? Pulang dan temani aku makan," ujar Sean dengan suara serak.

Tiffany langsung melirik Garry yang masih melihat menu. Kemudian, dia bertanya kepada Sean, "Apa kamu bisa tunggu sebentar?"

Tiffany sudah lama tidak bertemu kakak kelasnya ini. Garry bahkan berinisiatif mentraktirnya makan. Dia tidak mungkin langsung pergi, 'kan?

Sean terdiam sejenak sebelum berujar dengan tegas, "Sepuluh menit."

"Ya." Tiffany mengiakan.

"Pacarmu ya?" tanya Garry sambil tersenyum setelah Tiffany mengakhiri panggilan.

"Bukan, tapi suamiku." Tiffany menggaruk kepalanya dengan malu.

Senyuman Garry sontak membeku. Sesaat kemudian, dia tersenyum kembali dan bertanya, "Kamu nikah muda? Sudah berapa lama kalian menikah?"

"Kami baru menikah kemarin," timpal Tiffany.

Tebersit ejekan pada tatapan Garry. Dia berdeham sebelum berkata, "Kamu menikah, tapi aku malah nggak memberimu hadiah. Anggap saja traktiran ini hadiah untukmu."

Kemudian, Garry langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan. Tiffany menghentikan, "Nggak usah lagi. Aku minum air saja. Suamiku menyuruhku pulang untuk menemaninya makan."

Ekspresi Garry seketika menjadi masam. Sesaat kemudian, dia menghela napas dan bertanya, "Sudah berapa lama kalian bersama?"

Sudah berapa lama? Tiffany berpikir sejenak. Sepertinya baru 1 hari 2 jam? Namun, Tiffany tidak mungkin memberi jawaban seperti ini. Dia pun berbohong, "Dua bulan lebih."

Garry terkekeh-kekeh dan bertanya lagi, "Baru 2 bulan lebih? Kalian jatuh cinta pada pandangan pertama?"

Tiffany memegang gelas air dengan canggung sambil mengiakan. "Ya, kamu benar."

Ketika terkena sentuhan air hangat, Tiffany sontak teringat pada ciuman semalam. Bibir Sean tampak tipis dan datar, tetapi sentuhan bibirnya sangat lembut dan panas ....

Seketika, wajah Tiffany memerah. Garry mengira Tiffany tersipu karena membahas tentang pria yang dicintainya. Itu sebabnya, wajahnya menjadi makin murung.

"Tiff!" Ketika keduanya terdiam, Julie tiba-tiba mendorong pintu dan berseru, "Sopir suamimu sudah menunggu di luar. Kamu masih mau mengobrol?"

Tiffany memeriksa jam. Ternyata 10 menit telah berlalu sejak panggilan teleponnya dengan Sean. Tiffany pun bangkit, lalu berkata dengan nada menyesal, "Kak, nanti kita cari waktu untuk mengobrol lagi ya."

Garry mengangguk dan berujar, "Ya, hati-hati di jalan."

Garry duduk di samping jendela. Dia menyaksikan Julie menggandeng tangan Tiffany. Keduanya berjalan ke BMW hitam yang terparkir di pinggir jalan.

Garry tersenyum getir melihatnya. Sepertinya Tiffany sangat gembira dengan kehidupannya ini.

....

"Tiff, ini obat dari kakak sepupuku. Obat ini untuk mata suamimu," ucap Julie. Begitu masuk ke mobil, dia langsung memasukkan beberapa botol obat ke tas Tiffany.

Kemudian, Julie meneruskan, "Orang cacat pasti merasa rendah diri. Kalau kamu bilang ini obat mata, dia nggak mungkin mau makan. Kamu bilang saja ini vitamin. Aku sudah menyobek semua instruksi dan label. Dosis dan jam makannya sudah kutulis di catatan."

"Terima kasih." Tiffany masih merasa gusar karena tidak sempat mengobrol banyak dengan Garry. Makanya, dia tidak mencari tahu lebih lanjut.

Genta menurunkan Julie di gerbang universitas, lalu mengantar Tiffany pulang. Di vila kosong yang sunyi senyap, tampak Sean duduk sendirian di meja makan. Penampilannya tampak misterius.

Setelah tiba, Tiffany langsung mencuci tangan dan menghampiri. Dia duduk, lalu menatap makanan mewah di meja dan bertanya, "Ada tamu yang bakal datang?"

"Nggak, cuma kita berdua," timpal Sean dengan nada datar.

Tiffany berucap, "Nggak mungkin bisa habis."

"Benar, aku sengaja menyuruh pelayan masak lebih banyak," ujar Sean dengan santai.

"Kenapa begitu?" tanya Tiffany.

Tangan Sean membeku sesaat, lalu dia terkekeh-kekeh dan menyahut, "Untuk berjaga-jaga. Takutnya orang-orang akan mengira aku memperlakukan istriku dengan buruk, sampai-sampai dia makan bersama pria lain di restoran. Padahal, ini baru hari kedua pernikahan kita."

Tiffany tidak bisa berkata-kata. Pada akhirnya, dia bertanya, "Ja ... jadi, kamu tahu aku di restoran?"

"Sepertinya yang aku katakan memang benar," gumam Sean sambil menyantap makanan dengan ekspresi datar.

Apakah pria ini mengiranya bodoh? Mana mungkin Tiffany tidak memahami maksud ucapannya? Tiffany paling membenci orang yang bertele-tele begini!

Setelah menarik napas dalam-dalam, Tiffany berkata, "Bukannya aku nggak suka makanan di rumah atau nggak ingin pulang makan. Kami cuma kebetulan bertemu di rumah sakit."

"Ngapain kamu ke rumah sakit?" tanya Sean sambil mengangkat alis.

Tiffany bangkit, lalu mencari sesuatu di tasnya dan meletakkan beberapa botol obat pemberian Julie di atas meja. Dia membalas, "Kesehatanmu kurang baik. Aku beli vitamin untukmu."
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Naa Sa
cemburu Sean ......
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
ada yang cemburu rupanya.........
goodnovel comment avatar
Sri Umayah
sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 6

    Suasana di vila menjadi menegangkan. Sean melirik beberapa botol obat di atas meja. Tebersit kilatan dingin di matanya saat berkata, "Ternyata istriku pergi ke rumah sakit demi aku. Aku malah menyalahkanmu."Tiffany tidak bodoh. Dia tentu memahami makna tersirat pada ucapan Sean. Sean memberi isyarat tangan kepada pelayan di samping. Kepala pelayan segera menghampiri dan mengambil beberapa botol obat itu.Tiffany merasa kurang percaya diri. Dia bertanya, "Kamu menyuruh kepala pelayan menyimpannya karena nggak ingin makan ya?"Tiffany bisa merasakan kekesalan pada Sean. Sean tersenyum tipis dan berujar, "Makan saja dulu."Suara Sean terdengar sangat dingin dan rendah. Hal ini membuat Tiffany merasa gugup. Sepertinya, pria ini benar-benar marah.Tiffany mengepalkan tangan dengan erat. Mereka baru menikah 2 hari, tetapi dia sudah membawakan obat untuk Sean. Apakah ini terkesan kurang pantas? Apakah Sean mengira Tiffany membelikannya obat karena tidak menyukai kondisinya?Tiba-tiba, Tiffan

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 7

    Ketika Tiffany belum tahu harus bagaimana menjelaskan, bibir Sean tiba-tiba menempel pada bibirnya. Sean menahan lengan dan tubuh Tiffany sambil menciumnya secara intens.Keintiman yang mendadak ini membuat Tiffany pusing. Dia merasa jiwanya akan diserap oleh Sean melalui ciuman ini.Sean melepaskannya, lalu tersenyum nakal dan bertanya, "Istriku, apa kamu cukup puas?"Perasaan Tiffany sungguh kacau balau. Dia mencoba melepaskan diri dari pelukan Sean, tetapi Sean menahannya dengan sangat erat. Jarak keduanya sangat dekat. Pada akhirnya, Tiffany kehabisan tenaga."Kenapa tenagamu besar sekali?" tanya Tiffany sambil mencebik. Sebelum menikah, kakek Sean jelas-jelas memberitahunya bahwa Sean sakit-sakitan sehingga Tiffany harus merawatnya dengan baik.Tiffany mengira penyakit Sean hampir sama dengan penyakit neneknya. Namun, tangan kekar yang memegang pinggang Tiffany tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa Sean penyakitan.Tiffany tampak cemberut . Sean pun tertawa melihatnya. Sean mengangk

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 8

    Suara itu terdengar sangat manis dan lembut.Saat ini, mobil berhenti. Sean berucap, "Kamu punya setengah jam untuk mengganti baju."Suara Sean terdengar rendah, tetapi Tiffany bisa mendengar kegembiraan darinya. Sepertinya pria ini tidak marah lagi.Tiffany segera turun dari pangkuan Sean dan keluar dari mobil. Begitu mengambil langkah, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya, "Kamu nggak ikut turun?"Sean menyunggingkan bibirnya dan bertanya balik, "Kamu bertanya seperti itu karena ingin melanjutkan permainan kita di kamar ya?"Begitu ucapan ini dilontarkan, Tiffany langsung berlari masuk ke vila.Sambil menatap sosok belakang Tiffany yang bersemangat, Sean meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya untuk bersandar dengan santai. Muncul pula senyuman tipis di bibirnya.Tiffany dan Rika berdebat sekitar 10 menit di ruang ganti. Pada akhirnya, mereka mencapai kesepakatan. Mereka memilih sebuah gaun berwarna merah muda yang terlihat sangat feminin.Selesai berganti pakaian, Ri

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 9

    Sorot mata Michael membuat Tiffany merasa sangat tidak nyaman. Tiffany menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum sopan kepada Michael dan mendorong kursi roda Sean.Ketika melewati Michael, pria itu tiba-tiba menjulurkan tangan untuk menahan Tiffany dan bertanya, "Kenapa terburu-buru sekali? Kamu nggak berani bicara padaku?"Michael melipat lengannya di depan dada. Tatapannya terhadap Sean dipenuhi kebencian dan penghinaan. Meskipun begitu, dia tetap terdengar ramah saat berkata, "Sean, kenapa istrimu ini menghindar dariku? Aku rasa dia menikah denganmu karena punya motif tersembunyi."Ketika melontarkan ini, Michael diam-diam melirik payudara Tiffany dengan tatapan cabul. Tiffany sontak mengernyit dan tanpa sadar menghindar.Alhasil, tatapan Michael menjadi makin lancang. Pria ini bahkan menyunggingkan senyuman mesum dan menambahkan, "Kakek sudah tua, jadi mungkin nggak bisa menilai dengan baik. Tapi, aku punya wawasan luas. Gimana kalau kamu mengizinkan kami ngobrol sebentar? Biar ku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 10

    Ketika berjalan melewati Michael, pria itu meremas bokong Tiffany. Tiffany benar-benar murka. Kemudian, dia buru-buru mendorong kursi roda Sean pergi.Setibanya di taman bunga, Tiffany masih merasa takut. Dia tidak menyangka dirinya akan menjadi korban pelecehan seksual, bahkan pelakunya adalah kakak sepupu suaminya. Parahnya, pelecehan semacam ini terjadi di rumah kakek suaminya."Ada yang sakit?" tanya Sean sambil mengernyit."Nggak kok." Tiffany tidak berani memberi tahu Sean apa yang terjadi. Bagaimanapun, hanya ada mereka bertiga tadi. Tidak ada gunanya Sean tahu karena Michael tidak mungkin bersedia mengaku.Situasi seperti ini hanya akan membuat anggota Keluarga Tanuwijaya merasa Tiffany bersikap tidak masuk akal. Mereka juga akan mengira Sean terlalu memanjakannya. Jadi, Tiffany lebih memilih memendam masalah ini."Aku ingin minum air." Ucapan Sean seketika menyadarkan Tiffany dari lamunannya. Tidak terlihat seorang pun pelayan di taman. Jadi, Tiffany terpaksa turun tangan."Bi

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 11

    Lulu tidak bisa berkata-kata. Prisa hanya memberitahunya bahwa dirinya diusir karena Tiffany. Dia tidak mendengar alasan spesifiknya. Ternyata Prisa mempermalukan Tiffany?Lulu menggigit bibirnya. Jika tahu alasannya seperti ini, dia tidak akan berani membahasnya. Pada akhirnya, Ronny terkekeh-kekeh dan mencairkan suasana. "Sean memang pria baik. Tiffany sudah menjadi menantu Keluarga Tanuwijaya. Nggak boleh ada pelayan yang menindasnya."Lulu hanya bisa mendengus dan tidak berbicara lagi. Darmawan pun mengalihkan topik pembicaraan dan mengobrol dengan Tiffany.Tiba-tiba, ponsel Ronny berdering. Dia melirik sekilas layar ponselnya, lalu ekspresinya memucat. Dia berkata, "Kalian mengobrol dulu. Aku mau jawab telepon.""Ya, nggak usah terburu-buru," ucap Sean dengan suara dingin.Setelah Ronny pergi, Michael berjalan masuk dengan ekspresi nakal. Setelah mengamati sesaat, dia akhirnya duduk di seberang Tiffany dan mengedipkan matanya lagi.Darmawan yang melihatnya langsung membentak denga

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 12

    Michael mengerlingkan mata sambil membalas, "Kalau aku keluar, bukankah aku akan dihajar sampai mati?"Suara Sean tetap terdengar datar. "Ternyata kamu begitu nggak punya tanggung jawab. Seingatku, Kakek baru memberimu jabatan presdir di anak perusahaan, 'kan? Masalah begini saja harus diurus oleh Kakek. Kalau para pemegang saham tahu, takutnya kamu bisa dilengserkan dari jabatanmu."Begitu ucapan ini dilontarkan, Michael tidak mungkin berkesempatan untuk mundur lagi. Lulu pun bangkit, lalu menarik Michael dan berujar dengan lantang, "Michael tentu bisa menangani masalah sepele begini. Kamu nggak perlu mengejeknya!"Tiffany mengernyit menatap Lulu yang membawa Michael keluar. Michael sama sekali tidak merasa dirinya bersalah. Tiffany yakin masalah ini akan berakhir buruk jika diatasi mereka.Tiffany berbalik, lalu mendapati Sean sedang meminum teh dengan santai. Darmawan memanggil kepala pelayan dengan ekspresi masam, lalu membisikkan sesuatu kepadanya.Setelah kepala pelayan pergi, Da

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 13

    Tangan Tiffany yang memegang kursi roda seketika menegang. Setelah mendengar semua ini, dia baru teringat bahwa tidak ada pelayan yang menghiraukan mereka sejak mereka masuk.Di bawah sinar bulan, Tiffany memandang wajah tampan Sean. Dia merasa pria ini sangat kasihan. Michael yang merupakan kakak sepupu Sean malah menghinanya karena cacat, bahkan melecehkan istrinya di hadapannya.Paman dan bibinya juga meremehkannya. Selain itu, kakek Sean .... Dulu Tiffany mengira Darmawan sangat menyayangi Sean. Jika tidak, mana mungkin dia peduli pada pernikahan Sean?Namun, setelah melihat sikap dingin Darmawan tadi, Tiffany merasa Darmawan tidak benar-benar menyukai Sean.Setelah memikirkan semua ini, hati Tiffany terasa getir. Sejak kecil, Sean telah kehilangan keluarga terdekatnya dan kerabatnya memperlakukannya dengan buruk. Dia pasti sangat sedih, 'kan?Tiffany tiba-tiba menjulurkan tangannya yang bergetar secara naluriah. Dia menyentuh tangan Sean yang dingin. Sean pun terkejut dan menggera

Bab terbaru

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 443

    Mark tersentak saat wajahnya terhempas ke samping akibat pukulan Sean.Dengan tenang, dia mengangkat tangan untuk menyeka darah di sudut bibirnya. "Tiffany nggak mengalami sesuatu yang serius. Apa kamu harus marah sebesar ini?"Hari ini, Sean telah berhadapan dengan Sanny sepanjang hari di perusahaan.Sanny bersikeras ingin menghancurkan Grup Tanuwijaya, sementara Sean hanya ingin memastikan Ronny menerima hukuman atas perbuatannya. Namun, pertengkaran saudara itu tidak menghasilkan apa-apa.Oleh karena itu, Mark memutuskan untuk mengambil inisiatif. Dia menggunakan Tiffany sebagai umpan untuk menjebak Michael dan mencoba memecahkan konflik Keluarga Tanuwijaya yang kacau ini.Tentu saja, dia tidak pernah memberi tahu Sean tentang rencana itu. Namun, bahkan dengan caranya ini, Mark telah mengikuti Tiffany sejak dia keluar dari sekolah untuk memastikan dia tidak mengalami hal buruk."Apa yang akan kamu lakukan kalau yang ditekan Michael hari ini adalah Julie? Gimana kalau orang yang dita

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 442

    Tiffany tidak melihat apa pun.Namun, bau darah yang menyengat di udara dan jeritan menyayat hati dari Michael membuat jantungnya seperti diremas dan meninggalkan rasa sakit yang sulit diungkapkan.Sean mengeluarkan kain sutra hitam yang selalu disimpannya di sakunya. Dis menutupi mata Tiffany, lalu menggendongnya erat di pelukannya."Karena Paman sudah membuat pilihan, aku akan menepati janjiku."Setelah berkata demikian, Sean menghela napas panjang. "Mark, telepon Charles. Setelah selesai, temui aku."Wajah Mark memucat, tetapi dia mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dengan Tiffany yang masih berada di pelukannya, Sean berjalan keluar dengan langkah cepat. Tiffany memejamkan matanya rapat-rapat, bahkan tidak berani membuka sedikit pun.Sebagai seorang mahasiswa kedokteran, dia selalu merasa bahwa dia tidak seharusnya takut pada adegan berdarah apa pun. Namun, apa yang baru saja terjadi adalah sesuatu yang tidak bisa dia hadapi. Dia tidak berani melihatnya.Bahkan jika Michael adalah or

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 441

    Suasana di rumah tua itu hening, begitu sunyi hingga hanya terdengar deru napas tegang dari semua orang.Lulu tiba-tiba berdiri dengan panik dan melindungi putra kesayangannya di belakang tubuhnya. "Nggak ada yang boleh menyentuh mata anakku!""Sean, kamu terlalu kejam! Dia cuma nyentuh istrimu yang bodoh itu! Tapi kamu berani minta mata anakku sebagai gantinya! Aku ...!""Paman."Dia mengangkat matanya dan menatap Ronny dengan dingin. "Aku memberimu pilihan.""Kalau kamu bersedia menyerahkan Grup Tanuwijaya kepadaku dan bersumpah nggak akan pernah lagi mencoba merebut kendali Grup Tanuwijaya, maka masalah ini akan selesai. Aku akan menyelamatkan mata Kakak.""Tapi kalau kamu memilih untuk mengorbankan mata Kakak, maka aku hanya akan menargetkan Grup Ronny yang kamu dirikan sendiri. Aku akan mundur dari persaingan untuk Grup Tanuwijaya.""Kalau Kak Sanny ingin menghancurkan Grup Tanuwijaya dan kamu ingin mempertahankannya, itu urusan kalian. Aku nggak akan ikut campur.""Sean!" Sanny me

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 440

    Mark hanya bisa menghela napas dalam hati, menyadari betapa berbeda pandangan Sean dan Sanny tentang masalah keluarga mereka. Dulu, Sean pernah memiliki pemikiran untuk membiarkan Grup Tanuwijaya "mati" sebagai penebus dosa atas tragedi yang menimpa orang tuanya.Namun seiring waktu, dia hanya berharap kebenaran dapat terungkap, Ronny menerima hukuman yang pantas, dan dia bisa meminta maaf di depan makam orang tuanya. Sementara itu, Sanny tetap ingin menghancurkan semuanya."Tentang kejadian orang tua kalian dulu ...."Ronny menutup matanya dan senyuman getir muncul di wajahnya. "Kalau aku bilang itu bukan perbuatanku, kalian pasti nggak akan percaya. Tapi, soal kejadian itu ...."Dia menghela napas panjang, lalu menatap Sanny dengan mata penuh kelelahan. "Sanny, 13 tahun yang lalu, kamu sudah mencoba menuduhku dengan berbagai alasan untuk menyeretku bersama orang tuamu ke dalam kehancuran.""Sekarang setelah 13 tahun berlalu, aku nggak nyangka kamu masih menyimpan dendam itu. Ya, aku

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 439

    Ucapan Sanny membuat seisi ruangan menjadi sunyi senyap. Tidak ada satu pun yang mampu berkata-kata. Tiffany menatap Sanny dengan tatapan terkejut dan perasaan dingin menyelimuti hatinya.Tiffany memang tahu bahwa Ronny kemungkinan besar adalah dalang di balik penghancuran keluarga Sean, termasuk orang tua dan kakaknya. Dia juga tahu bahwa meskipun Sean tidak pernah terlibat dengan Grup Tanuwijaya, jauh di dalam hatinya, Sean memahami betapa pentingnya perusahaan itu.Sean pernah bercerita pada Tiffany, bagaimana orang tuanya sangat menghargai warisan ini ketika mereka masih hidup. Mereka ingin memperluas, memperkuat, dan memuliakan Grup Tanuwijaya sebagai warisan keluarga yang besar.Namun kini, Sanny terang-terangan menyatakan keinginannya untuk menghancurkan seluruh warisan Keluarga Tanuwijaya. Semua ini hanya karena Ronny yang begitu serakah ingin memiliki semuanya. Oleh karena itu, Sanny ingin menghancurkan semuanya.Logika itu sekilas tampaknya masuk akal. Namun, Grup Tanuwijaya

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 438

    "Kenapa? Kamu nggak senang aku masih hidup, Kak Michael?" Sanny tersenyum tipis dan nada bicaranya sangat dingin. "Oh, benar juga.""Memang masuk akal kalau kehadiranku membuatmu nggak senang. Lagian, bagi keluargamu, kalian semua selalu berpikir bahwa seluruh harta keluarga ini seharusnya menjadi milik kalian. Baik aku, adikku, maupun orang tuaku, sama sekali nggak berhak bersaing sama kalian."Ucapannya membuat Lulu yang berdiri di dekatnya, mendengus kesal dan memutar matanya. "Sanny, suaramu saja sudah seperti itu. Sebaiknya jangan terlalu banyak bicara.""Sekarang wajahmu memang menakutkan, tapi setidaknya suara kamu masih bisa didengar. Kalau kamu terus bicara omong kosong begini, jangan menyesal kalau suatu hari nanti kamu bahkan nggak bisa bicara lagi."Sanny tertawa dingin. "Bibi terlalu khawatir. Bahkan kalau Bibi meninggal sekalipun, aku nggak akan kehilangan suaraku." Perkataan pedas itu membuat Darmawan mengerutkan kening dengan tajam."Cukup!" Darmawan mengentakkan tongka

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 437

    Tamparan Michael menghantam Tiffany dengan keras hingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke tiang di sebelahnya. Untungnya, Mark dengan sigap melangkah maju dan menariknya, sehingga dia tidak benar-benar menabrak tiang.Keributan di luar menarik perhatian Darmawan yang keluar dengan bantuan kepala pelayan.Ketika Darmawan melihat Tiffany dengan wajah penuh bekas tamparan dan pakaian yang tidak rapi, lalu memandang Michael dengan ekspresi penuh amarah, dia langsung memahami apa yang telah terjadi."Dasar bajingan!" Darmawan mengentakkan tongkatnya dengan keras ke lantai, lalu memberi perintah kepada kepala pelayan. "Seret dia keluar! Cambuk dia sampai nggak bisa bicara lagi!""Tunggu."Mark tersenyum tipis, sambil memasukkan kameranya ke dalam tas dengan tenang. "Michael telah melecehkan istri Sean. Masalah ini harus diselesaikan langsung oleh Sean, bukan?""Kalau Anda menghukumnya sekarang dan Sean nggak puas dengan cara Anda, bukankah cambukan ini akan menjadi si

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 436

    "Ah ...!" Saat Tiffany berpikir dia sudah aman, langkah kaki di belakangnya tiba-tiba berhenti. Detik berikutnya, dia merasakan tasnya ditarik kuat ke belakang .... Tubuh Tiffany langsung terseret ke dalam pelukan Michael."Lepaskan aku!" teriaknya sambil berjuang sekuat tenaga.Sebenarnya, dia sudah berjaga-jaga. Namun, dia tidak menyangka bahwa Michael masih berani bertindak meskipun dia sudah hampir masuk ke ruang tamu!"Teriak apa?!" Michael buru-buru menutup mulutnya dengan tangan dan menyeretnya ke sudut taman kecil. "Susah payah aku mendapatkanmu sendirian, kamu pikir aku akan melepaskanmu begitu saja?""Beberapa kali sebelumnya aku diganggu sama si buta itu, aku sudah sangat kesal!"Tiffany terus meronta, bahkan menggigit tangan Michael. "Lepaskan aku! Kamu lupa sumpahmu waktu itu? Kamu bilang kalau kamu berani menyentuhku lagi .... "Saat Tiffany menyebutkan kejadian sebelumnya, wajah Michael menjadi semakin marah. Dia langsung mengangkat tangan dan menampar Tiffany dengan ker

  • Dimanja Suami Pembawa Sial   Bab 435

    Tiffany menghabiskan sepanjang hari untuk ujian.Ketika ujian terakhir selesai menjelang malam, dia meregangkan tubuhnya sejenak. Sebelum dia sempat menghidupkan ponselnya, Julie sudah berlari menghampirinya dari belakang.Julie langsung merangkul Tiffany. "Barusan Mark ngirim pesan dan minta aku menyampaikan ini padamu. Setelah ujian selesai, jangan langsung pulang, pergi dulu ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya."Tiffany mengerutkan kening. "Ke rumah lama Keluarga Tanuwijaya?""Benar," jawab Julie sambil menggaruk kepalanya, tampak sedikit bingung dengan pesan Mark."Dia bilang, kamu harus bicara sama Pak Darmawan. Sepertinya Sean sedang menghadapi sesuatu dan membutuhkan bantuan Pak Darmawan untuk menyelesaikannya. Tapi Sean sepertinya nggak akur sama Pak Darmawan, jadi mereka ingin kamu yang turun tangan."Tiffany berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baik."Mark adalah teman terbaik Sean. Dia tidak mungkin membohonginya. Selain itu, dengan kepribadian Sean, meskipun menghadapi kesulit

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status