"Jadilah istriku dan aku akan membantumu untuk terbebas dari hukuman." "Itu adalah harga yang pas untuk kau bayar, Stacy. Aku harap, kau akan menjadi istri yang sempurna. Istri yang bisa membuatku merasa puas di atas bisnisku dan juga di atas ranjang ku." "Be my wife. My perfect hot wife!" _______ Stacylia Frey tiba-tiba di hadapkan dengan pilihan yang sulit. Di mana dia harus menjalani hukuman sebagai pembunuh atau menikahi seorang pria yang misterius bernama Christian Aldrich Devoire. Sebuah pernikahan yang dipilih Stacy pada akhirnya membawanya ke dalam kehidupan baru yang dipenuhi kemewahan. Tidak hanya itu, Stacy dituntut untuk menjadi seorang istri yang sempurna untuk Aldrich. Tanpa dia tahu, banyak sekali rahasia yang disembunyikan Aldrich darinya. Bisakah Stacy menuruti permintaan pria penuh gairah itu? Atau bahkan, membongkar segala rahasia yang ada di dalam diri Aldrich?
View More"Perkenalkan, ini istriku, Stacylia Frey. Dia yang akan menjadi Presdir sementara untuk menggantikan Pak Yovi."Itulah bagaimana Aldrich memperkenalkan Stacy pada beberapa orang yang sudah duduk di kursinya masing-masing. Sebuah perkenalan yang lantas membuat Stacy harus bersikap elegan sembari tersenyum dan memperkenalkan dirinya sendiri. Seperti yang diinginkan oleh Aldrich, Stacy sedang berusaha untuk menjadi seorang istri yang sempurna, untuk bisnisnya."Duduklah," ucap Aldrich pada Stacy.Stacy mengangguk dengan lembut. Dia pada akhirnya duduk tepat di samping Aldrich. Dan sekali lagi, Stacy tengah berusaha bersikap baik dengan segala manner yang dia miliki. Tak lupa, Stacy juga mencoba untuk terlihat angkuh.Membutuhkan waktu beberapa puluh menit untuk mereka semua membahas beberapa hal tentang perusahaan dan semacamnya. Stacy tak begitu tahu banyak hal tentang itu. Tapi, sedikitnya dia yang sudah paham dengan bisnis sedikit menger
"Karena dengan menjadi istriku, keamananmu adalah nomor satu. Kau tak pernah tahu bahaya yang mungkin akan datang saat menjadi bagian dari diriku."Bisikan yang diberikan Aldrich di telinganya jelas membuat Stacy tidak bisa tenang begitu saja. Jelas yang dikatakan pria itu mampu membuat kecemasan dalam dirinya bangkit. Tidak mungkin Stacy tidak khawatir kalau Aldrich mengatakannya dengan begitu serius.Sebab, di sisi lain, Stacy juga tak pernah benar-benar mengenal bagaimana Aldrich sebenarnya. Bagaimana pria itu menjalani kehidupannya. Meski lelah dengan hidupnya, tapi Stacy juga tidak mau kalau dia harus mati konyol hanya karena telah menjadi istri seorang Christian Aldrich Devoire.Stacy menelan ludahnya sendiri. "Apa orang-orang mencoba memburumu atau semacamnya?" tanya Stacy pada akhirnya.Rasa penasaran dalam dirinya tak bisa dielakkan lagi.Bukannya menjawab, Aldrich justru malah tersenyum dan mengangkat kedua bahunya."Ay
Cukup memalukan untuk Stacy saat Levin berucap demikian. Dimana itu berarti, Levin benar-benar mengetahui apa yang terjadi semalam. Tentang apa yang dia lakukan bersama Aldrich di dalam kamar hingga membuat Stacy melenguh dan mendesah dengan begitu keras. Nyaris seperti jeritan, tepat dengan yang dikatakan oleh Levin.Pun begitu, Stacy sudah mendapati Levin pergi dari mereka. Pria itu sudah berlalu meninggalkan Stacy dan Aldrich di sana. Bahkan, membuat Aldrich bisa merasakan bahunya sengaja ditabrakkan oleh tubuh Levin. Membuat Aldrich ingin sekali memberikan pukulan pada Levin, jika saja Stacy tidak mengalihkan fokusnya."Dari mana? Kenapa tidak mengatakan akan pergi?" tanya Stacy penasaran pada Aldrich.Nyatanya, wanita itu lebih memilih untuk memberikan pertanyaan, daripada membahas apa yang sebelumnya dikatakan oleh Levin."Ada urusan," jawab Aldrich singkat."Kenapa tidak membangunkan aku? Kau malah meninggalkan aku sendiri," ujar S
Stacy cukup terkejut saat dia telah berjalan keluar kamar pagi ini. Dimana dia yang tengah mencari Aldrich yang entah kemana sejak pagi buta, malah menemukan suasana Mansion itu yang sudah rapi. Dengan beberapa pelayan yang ada di sana. Padahal, sebelumnya suasana di sana begitu ramai dan dapat dipastikan jika pagi ini tempat itu akan begitu berantakan.Mungkin, karena memang Aldrich atau entah siapa yang mengurus tempat itu telah mengerahkan puluhan pekerja untuk membereskan semua itu. Hingga akhirnya, semuanya cepat beres dalam waktu singkat. Saat waktu baru menunjukan pukul tujuh pagi."Selamat pagi, Nona Stacy."Sapaan itu terus terdengar selama Stacy berjalan ke sana kemari untuk mencari Aldrich. Ya, itu adalah sapaan dari beberapa pelayan yang berpapasan dengannya selagi dia menyusuri beberapa tempat yang ada di sana."Ya. Apa kau melihat Suamiku?" tanya Stacy saat dia mulai merasa lelah mencari Aldrich ke sana kemari."Ah, Tuan Ald
"Jangan melakukan hal lain selain dengan menuruti perintahku dan menjadi istri yang baik untukku, Stacy. Atau kau, akan terluka. Lebih buruknya, kau mungkin akan mati."Kalau sudah seperti ini, jelas Stacy sudah tidak bisa melakukan apapun lagi. Dia hanya bisa menjadi seorang wanita yang telah patuh pada suaminya. Ah, atau mungkin lebih tepatnya itu adalah tuannya.Karena Stacy sendiri sadar kalau Aldrich tak benar-benar menganggapnya sebagai istri saja. Nyatanya pria itu juga menganggapnya sebagai seseorang yang bisa dia perbudak di antara bisnis dan urusan ranjangnya."Aku ingin beristirahat," ucap Stacy kemudian. Dia berusaha menghindari Aldrich di sana dengan bangkit dari duduknya.Aldrich malah menunjukan senyumnya pada Stacy yang sudah berdiri dari sampingnya."Memangnya siapa yang mengizinkanmu untuk beristirahat, sayang? Kau bahkan sudah menghabiskan beberapa waktu mu untuk tertidur di kamar Levin," ucap Aldrich dengan jari telunjuk yang sudah bergerak menggaruk pelipisnya yan
Tidak seperti Stacy yang terlihat begitu gelisah mendengar suara Aldrich di luar sana. Levin justru terlihat santai dan tenang-tenang saja, seolah kehadiran Aldrich bukanlah hal yang akan menjadi masalah untuk dirinya. Padahal dari suaranya saja terdengar jelas jika Aldrich tengah berada di dalam sebuah amarah."Tenang saja, jangan khawatirkan apapun. Biar aku yang menjelaskan pada pria itu," ucap Levin saat melihat kekhawatiran Stacy.Dia juga sudah berjalan melewati Stacy di sana. Dimana dia kini telah membukakan pintu kamar tersebut.'Levin, benar-benar tidak merasa takut untuk berhadapan dengan Aldrich?' tanya Stacy dalam hati.Menghela nafasnya dalam, Stacy sempat memejamkan matanya untuk beberapa detik. Dia mempersiapkan diri jika saja Aldrich memarahi dan melemparkan makian padanya."Hai! Lama tidak bertemu, Aldrich. Kakakku!"Stacy kembali dikejutkan dengan hal lain. Kakak, katanya? Stacy sampai harus berpikir dengan baik, dia takut jika memang telinganya salah mendengar Levin
Stacy melangkahkan kakinya ke dalam kamar dengan pintu hitam yang dipilihnya. Dengan perlahan, Stacy lantas melihat-lihat seisi ruangan tersebut. Memperhatikan setiap detail kamar super besar itu.Mungkin, kalau dibandingkan dengan kamar miliknya di rumahnya terdahulu, ini jelas berkali lipat lagi besarnya. Belum lagi dengan barang-barang mewah yang ada di sana. Sepertinya kalau Stacy meminta beberapa persen kekayaan Aldrich saat bercerai nanti saja sudah mampu membuatnya hidup sebagai janda kaya.Ya, janda yang dipenuhi dengan kemewahan dimana dia hanya perlu bersantai di rumahnya tanpa harus kebingungan saat memikirkan bagaimana dia bisa menghidupi dirinya sendiri."Sayangnya, pasti sulit untuk bercerai dengan Aldrich saat kontrak itu masih menjadi ikatan mereka," gumam Stacy.Kalau diperbolehkan untuk memilih juga Stacy sendiri pasti lebih memilih menjadi janda kaya raya daripada harus menjadi istri yang merangkap sebagai budak sekaligus untuk Aldrich si pria penuh kelicikan itu."
Menikmati segelas champagne yang sudah ada di tangannya, Stacy menyesap isi gelas itu untuk yang ke sekian kalinya. Sembari menatap Aldrich yang kini tengah berdiri dengan seseorang yang Stacy yakini adalah salah satu rekan kerjanya.Namun, satu hal yang membuat Stacy bingung di sana adalah Aldrich yang tidak ikut serta membawa Stacy untuk mengobrol dengan pria itu. Padahal sebelumnya Aldrich selalu membawa Stacy dan memperkenalkan dirinya dengan bangga.Sekarang? Stacy malah disuruh menunggu di salah satu meja bundar yang ada di sana. Seorang diri dengan hanya ditemani beberapa makanan dan sebotol champagne mahal itu."Mrs. Stacy?"Stacy menoleh pada asal suara. Seorang pria kini telah berdiri di sampingnya. Sedikit membungkuk dengan sopan ke arah Stacy."Ya? Apa kau mengenalku?" tanya Stacy kebingungan.Pria dengan pakaian yang dipakai para pelayan di sana itu nampak menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dengan senyuman tipis yang dia tunjukan pada Stacy."Seseorang menitipkan pe
"Mikayla?"Aldrich tak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Kejutan yang diberikan Steve mampu membuat dia menatap wanita itu tak percaya. Bersamaan dengan Aldrich yang kini telah menatap Stacy di sampingnya."Ow, Steve. Kau tidak mengatakan Aldrich datang dengan istrinya."Sama seperti Aldrich, Mikayla sendiri kini juga menunjukan raut wajah terkejutnya saat melihat ke arah Aldrich yang tengah duduk bersama Stacy. Meski memang tidak begitu terkejut seperti Aldrich."Ya, aku juga tidak tahu. Mungkin karena pengantin baru, susah berpisah," ujar Steve meledek.Rasanya membuat Stacy semakin tak suka lagi pada pria itu. Nyatanya Steve telah benar-benar membuat Stacy jengkel dengan tingkahnya itu."Tunggu, apa yang sebenarnya kalian—""Rileks, Aldrich. Aku hanya menjadi tamu yang kebetulan dihubungi Steve untuk datang kemari," potong Mikayla dengan senyuman yang dia tunjukan. Dimana selanjutnya dia telah menatap ke arah Stacy."Hai, Stacy. Boleh 'kan aku bergabung di sini?" tanya Mikayla
"Ohh! Aku ... membunuhnya?"Stacylia Frey lantas terdiam saat seorang pria yang bersimbah darah berbaring di hadapannya. Matanya bergetar, begitu pula dengan tubuhnya. Kakinya melangkah mundur dengan perlahan, begitu kaku layaknya sebuah robot."Stacy?"Seseorang memanggil namanya. Teriakan yang menjadi samar di telinga Stacy. Sebab, saat ini telinganya seperti tengah berdengung, hingga pendengarannya menjadi tak begitu normal."A–aku membunuhnya ... Aku membunuh dia," ucap Stacy lirih.Tangannya terangkat, sebilah pisau yang berada di genggaman tangannya lantas dia jatuhkan. Tangannya bergetar hebat, rasa takutnya semakin menjadi saat dia baru saja teringat telah menghunuskan pisau itu pada perut pria di hadapannya.Pria yang terbaring dengan genangan darah, pria yang tak sadarkan diri, pria yang dibunuhnya."No, Stacy. Ayo, kau harus ikut bersamaku." Pria yang juga terlihat terkejut melihat Stacy dengan pisau berdarah itu lantas menarik tangan Stacy.Membawa Stacy setengah berlari, ...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments