Terpenjara Dalam Kesetiaan

Terpenjara Dalam Kesetiaan

last updateLast Updated : 2024-12-27
By:   Duvessa  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
79Chapters
533views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ketika cinta diuji oleh pengkhianatan dan rahasia, Alea dihadapkan pada pilihan antara mempertahankan rumah tangga yang retak dan penuh penghianatan atau meraih kebebasan penuh resiko. Sampai tersirat sebuah pertanyaan, "Sampai di mana batas kesetiaan itu?"

View More

Latest chapter

Free Preview

Bab 1 : Luka yang Tak Terucap

Alea mengingat kembali hari-hari awal pernikahan mereka, saat Arka adalah segalanya baginya. Dulu, setiap sudut rumah mereka terasa hangat. Bahkan saat pulang larut, Arka selalu memastikan untuk mengirim pesan atau menelepon, sekadar memberitahu bahwa ia akan terlambat. Tapi sekarang, tidak ada lagi kehangatan itu. Hubungan mereka seperti kapal yang perlahan hanyut tanpa arah. Sambil menatap cangkir teh yang semakin dingin, Alea bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat semuanya berubah. Terkadang, ia merasakan kebahagiaan itu bagai mimpi yang semakin pudar sulit diingat, namun terasa begitu nyata saat masih ada. Kini yang tersisa hanyalah rasa sakit yang terbungkus rapi dalam diam. Dia teringat betapa bahagianya ketika tahu dirinya hamil. Arka saat itu tampak bahagia, mencium perutnya, dan berkata, “Aku akan jadi ayah yang baik untuk anak kita.” Namun, setelah kelahiran Raka, semua perlahan berubah. Perhatian Arka seakan lenyap, digantikan dengan sikap dingin dan jara...

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
berryber
kasian Alea...
2024-12-13 20:12:24
0
default avatar
Gaffa
Menurut aku klasik ya ceritanya, tapi cerita gini bikin pembaca tertarik sih
2024-11-27 23:18:01
0
79 Chapters
Bab 1 : Luka yang Tak Terucap
Alea mengingat kembali hari-hari awal pernikahan mereka, saat Arka adalah segalanya baginya. Dulu, setiap sudut rumah mereka terasa hangat. Bahkan saat pulang larut, Arka selalu memastikan untuk mengirim pesan atau menelepon, sekadar memberitahu bahwa ia akan terlambat. Tapi sekarang, tidak ada lagi kehangatan itu. Hubungan mereka seperti kapal yang perlahan hanyut tanpa arah. Sambil menatap cangkir teh yang semakin dingin, Alea bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuat semuanya berubah. Terkadang, ia merasakan kebahagiaan itu bagai mimpi yang semakin pudar sulit diingat, namun terasa begitu nyata saat masih ada. Kini yang tersisa hanyalah rasa sakit yang terbungkus rapi dalam diam. Dia teringat betapa bahagianya ketika tahu dirinya hamil. Arka saat itu tampak bahagia, mencium perutnya, dan berkata, “Aku akan jadi ayah yang baik untuk anak kita.” Namun, setelah kelahiran Raka, semua perlahan berubah. Perhatian Arka seakan lenyap, digantikan dengan sikap dingin dan jara
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
Bab 2: Bayangan Masa Lalu
Ketika Arka pulang malam itu, Alea menyambutnya dengan senyuman samar, meski terasa berat. Ia ingin mencoba menghidupkan kembali percakapan yang sudah lama mati di antara mereka. Namun, seperti biasa, Arka hanya membalas dengan anggukan singkat, tanpa sepatah kata. Setelah menaruh tas kerjanya di meja, Arka berjalan menuju kamar mandi tanpa melirik Alea sedikit pun. Alea hanya bisa memandangi punggung suaminya yang semakin terasa asing. Hatinya mencelos, dan rasa sepi kembali menyergap. Dulu, setiap kali mereka bertemu setelah hari yang panjang, Arka selalu punya senyum hangat dan pelukan untuk Alea. Tapi sekarang, senyum itu lenyap, menyisakan hanya keheningan yang membuat setiap sudut rumah mereka terasa dingin. Air dari kamar mandi berhenti mengalir, membuyarkan lamunannya. Beberapa saat kemudian, Arka keluar, mengenakan piyama lusuhnya, tanpa berkata apa-apa. Ia langsung menuju kamar dan merebahkan diri di kasur. Alea menatapnya dari kejauhan, merasa dirinya seperti or
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
Bab 3: Pertemuan yang Tak Terduga
Hari reuni pun tiba, dan Alea merasa cemas namun antusias. Ia menitipkan Raka ke rumah ibunya yang hanya berjarak 15 menit dari rumah mereka. Ia mengenakan pakaian yang sederhana namun tetap terlihat cantik, dengan rambut ikalnya terurai panjang, sedikit bergelombang. Dress berwarna pink muda yang ia kenakan menambah kesan lembut pada dirinya, sementara sepatu putih yang nyaman memantulkan kilau di setiap langkah. Alea memutuskan untuk memesan taksi online agar bisa berangkat lebih nyaman. Setiap detik yang berlalu membuat hatinya semakin berdebar. Ini kesempatan untuk merasakan kebebasan, walaupun hanya sebentar. Setibanya di restoran tempat reuni, Alea disambut hangat oleh teman-temannya yang sudah lama tak ia jumpai. Ada tawa, cerita, dan kenangan masa sekolah yang kembali hadir, seolah-olah tidak ada waktu yang terlewatkan. Alea merasa sedikit lebih ringan, seolah menemukan tempat di mana ia bisa tertawa lepas, meski hanya sementara. Namun, meskipun suasananya penuh ke
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
Bab 4: Mencari Arti yang Hilang
Malam itu, saat Arka pulang, Alea mencoba membuka percakapan yang berbeda dari biasanya. "Mas, gimana kalau kita ambil cuti sebentar? Pergi berlibur, hanya kita dan Raka?" Alea mencoba, suaranya bergetar sedikit, berharap kata-katanya bisa membuka pintu kehangatan yang sudah lama tertutup. Arka mengangkat alis, terkejut sesaat sebelum ekspresinya kembali datar. "Cuti? Aku lagi banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, Al. Mungkin nanti, kalau ada waktu," jawabnya singkat, tanpa ada perubahan nada atau ekspresi. Alea merasakan jarak yang semakin melebar, seperti angin dingin yang menyelimuti hatinya. Kekecewaan Alea kembali terasa, menghujam dengan cepat dan tajam. Ia sadar, segala usahanya untuk menghidupkan kembali percikan itu selalu berakhir dengan penolakan. Setelah Arka pergi mandi, Alea duduk di ruang tamu sendirian, menatap kosong ke dinding, merenungi percakapan mereka yang pendek dan kering. Di tengah keheningan itu, handphone Alea berbunyi. Sebuah pesan dari Rand
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
Bab 5: Pecahan yang Belum Tersusun
Arka duduk di kursi kantor, menatap layar komputer di depannya tanpa melihat apapun. Tugas yang seharusnya ia kerjakan terasa membingungkan dan memusingkan. Setiap detik berlalu, pikirannya lebih banyak melayang jauh dari pekerjaan, terperangkap dalam kebingungan yang terus menghantui hatinya. "Kenapa aku nggak bisa fokus?" pikir Arka frustasi, mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Ia mencoba untuk kembali menatap layar komputer, tapi kata-kata di layar itu berputar-putar tanpa arti. Arka mengangkat ponselnya, sekadar untuk mengalihkan perhatian, tetapi tidak ada pesan baru yang masuk. Ia mengetik pesan yang hendak dikirimkan kepada Alea, namun urung menekan tombol kirim. Pikirannya terus berkutat pada satu hal. Alea. Hubungan mereka terasa semakin jauh, seperti dua orang yang berbagi ruang yang sama tapi tak pernah benar-benar saling berbicara. Setiap kali ia melihat Alea, ada perasaan cemas yang tiba-tiba muncul, tapi ia tak bisa mengungkapkannya. Setiap kali ia mencoba b
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
Bab 6 : Yang Tertinggal
Pagi itu, Arka merasa lebih lelah dari biasanya. Meskipun semalam mereka sudah berbicara dengan cukup terbuka, hatinya tetap terasa berat.Percakapan itu memberikan secercah harapan, tapi juga menambah keraguan yang sulit diungkapkan. Arka merasa bingung, apakah dia benar-benar bisa memperbaiki semuanya dengan Alea, atau apakah kata-kata itu hanya sekedar pelipur lara sementara.Setelah sarapan, Arka berangkat ke kantor. Sepanjang perjalanan, pikirannya terus berputar. Ada banyak hal yang masih belum terselesaikan, banyak pertanyaan yang belum terjawab.Apakah dia bisa kembali membuka hatinya untuk Alea? Apakah mereka bisa menemukan kembali kebahagiaan yang dulu mereka miliki, atau perasaan itu sudah terlalu jauh menghilang?Setibanya di kantor, Arka berusaha untuk fokus pada pekerjaan, tetapi pikirannya tetap mengembara. Setiap kali matanya melintas pada layar komputer, dia merasakan ketegangan yang sama.Dia ingin memperbaiki hubungan mereka, tapi perasaan itu sulit untuk diungkapka
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
Bab 7: Persimpangan Jalan
Alea memandang layar ponselnya dengan tatapan kosong.Pesan dari Arka yang baru saja masuk terasa berat, namun juga memberikan secercah harapan. "Jangan pergi terlalu jauh ya, Al? Agar ketika kamu pergi, aku bisa dengan mudah menemukan kamu."Pesan itu sederhana, namun penuh makna. Alea merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat membaca kalimat itu.Ada kehangatan yang terasa, namun di sisi lain, keraguan tetap membayangi dirinya. Mereka sudah berbicara panjang lebar semalam, mencoba merajut kembali hubungan yang terkoyak. Tetapi apakah kata-kata Arka itu cukup untuk memulai semuanya lagi?Alea menggigit bibir bawahnya, memikirkan setiap kalimat yang akan ia balas. “Mas, aku juga ingin kita memperbaiki semuanya. Tapi aku juga takut kalau aku terlalu berharap, nanti malah kecewa lagi.”Namun, saat jemarinya mulai mengetik balasan, ia terhenti sejenak. Hatinya diliputi perasaan campur aduk, antara ingin percaya dan takut terluka lagi. Akhirnya, ia hanya mengirimkan satu kalimat singkat
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
Bab 8 : Tak Ada Ruang
Seminggu berlalu, dan kesibukan Arka semakin menyita waktu. Pagi-pagi sekali, ia sudah berangkat, bahkan sebelum matahari terbit, dan sering kali baru pulang larut malam. Alea terbiasa dengan kesibukannya, tetapi kali ini terasa lebih berat.Raka sering bertanya, “Bunda, Ayah kenapa nggak pulang-pulang lagi? Aku kangen main sama Ayah.” Pertanyaan itu membuat hati Alea terasa nyeri, tetapi ia tetap mencoba tersenyum.“Ayah lagi sibuk kerja, Sayang. Tapi Ayah pasti ingat sama Raka,” jawab Alea, meski kata-kata itu terasa getir di bibirnya.Namun, Alea sendiri merasakan jarak yang kian lebar. Pesan-pesan dari Arka semakin singkat. Sapaan lembut dan perhatian yang mulai terasa kembali minggu lalu kini berganti menjadi balasan dingin seperti, “Iya, Al,” atau “Nanti aku kabarin.”Malam itu, setelah memastikan Raka tertidur, Alea duduk di meja makan dengan secangkir teh yang sudah mulai dingin. Pikirannya melayang. Ia memandang layar ponselnya, berharap ada pesan dari Arka, tetapi mungkin ia
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
Bab 9 : Pertemuan yang Mengusik
Malam selanjutnya, Alea sedang duduk di meja makan, mencoba untuk menyibukkan diri dengan kegiatan sehari-hari, meski hatinya terasa kacau.Dia berharap waktu bisa berhenti sejenak untuk memberi ruang pada pikirannya yang penuh tanda tanya. Perasaannya terhadap Arka masih tak jelas, meski pesan-pesan manis yang dikirimkan Arka selalu membuat hatinya sedikit lebih hangat.Namun, hari ini ada sesuatu yang berbeda. Ketika Arka pulang, langkahnya terdengar lebih berat daripada biasanya. Meskipun wajahnya tersenyum, ada sesuatu yang terasa tidak sama.Ada kilatan kebahagiaan di matanya, namun juga aura yang tampak agak berbeda. Arka tampak terfokus pada sesuatu, dan Alea merasakannya.“Mas, kita makan dulu, ya? Aku masak, kok,” kata Alea mencoba mengalihkan perhatian dari perasaan aneh yang menggelayuti dirinya.Arka mengangguk tanpa banyak bicara. "Aku masih banyak kerjaan, Al. Tapi boleh deh kita makan dulu yuk."Alea menatapnya, ada keheningan yang terbentuk di antara mereka. Sejak keda
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
Bab 10 : Di Balik Pintu yang Terbuka
Keesokan harinya, Arka tiba di kantor lebih awal. Ia ingin menyelesaikan beberapa laporan yang mendesak sebelum rapat siang nanti.Pikiran tentang Dina dan percakapan mereka kemarin masih mengganggunya, meskipun ia tidak bisa mengabaikan rasa nyaman yang Dina berikan.Tak lama setelah Arka duduk, Dina muncul di pintu ruangannya, membawa dua cangkir kopi. “Pagi, Arka. Semangat banget pagi-pagi udah sibuk,” sapa Dina dengan senyum hangat.“Harus, Din. Kalau nggak begini, kerjaan nggak akan selesai,” balas Arka sambil mengangkat pandangan dari laptopnya.“Makanya aku bawain kopi, biar energimu nggak habis sebelum tengah hari.” Dina menaruh salah satu cangkir di meja Arka dan duduk di kursi seberang tanpa menunggu undangan.“Makasih Din,” ujar Arka singkat.Ia menatap Arka dengan senyuman kecil yang penuh arti. “Kamu masih kepikiran obrolan kita kemarin?”Arka diam sejenak, lalu mengangguk. “Ya, sedikit.”“Kalau kamu mau, aku masih di sini buat dengar,” kata Dina sambil menyandarkan tubuh
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
DMCA.com Protection Status