Suami Pengangguran Pilihan Bapak

Suami Pengangguran Pilihan Bapak

last updateLast Updated : 2024-07-13
By:  KN_AuthorCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
53Chapters
11.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Lamarannya batal, lalu calon suaminya menikahi sahabat yang sudah lama Ayra kenal. Keluarganya harus rela menanggung malu lantaran saat semua orang berkumpul hendak menyambut calon mempelai pria, justru yang datang hanya seserahan dan permohonan maaf. Bapaknya Ayra memutuskan tetap akan menikahkan putrinya dengan pria lain. Yang beliau berjanji di hadapan keluarga besar calon suami Ayra, bahkan lelaki itu akan jauh lebih baik dan lebih sukses dari Ari. Namun lelaki itu justru Azri. Si pengangguran yang selalu berpenampilan kucel dan tinggal di rumah kecil yang selalu berantakan. Yang kala itu Ayra sangka Bapaknya telah putus asa hingga tidak punya pilihan lain yang penting anaknya menikah. Tapi siapa sangka, pria itu mempu memberikan mahar sampai 200 juta untuk mempersunting Ayra. Siapa sebenarnya Azri? Si pengangguran yang bajunya itu-itu saja, bahkan mungkin tak pernah mandi. Kerjaannya cuma duduk-duduk di teras sambil merokok. Bagaimana caranya Ayra bisa menang di hadapan mantan calon suami dan sahabatnya

View More

Chapter 1

1. Batalnya Lamaran

"Sudah jam segini, kok rombongan mempelai laki-laki tidak datang?"

Sudah lima jam menunggu dari waktu yang telah di sepakati. Hari lamaran Ayra sedang dalam keadaan sangat tegang lantaran terlalu lama menunggu.

"Sudah bisa telpon calon suamimu belum, Ay?" tanya Bu Riri, Ibu dari Ayra.

Ayra menggeleng setelah kesekian kalinya panggilannya tak sampai pada lelaki yang ia tunggu kedatangannya. Reza, lelaki yang punya niat baik ingin melamarnya hari ini tak kunjung ada kabar.

"Gimana sih?! Make up udah luntur gini gak dateng-dateng. Janjinya jam 1 siang mau lamaran. Ini udah sore banget gak dateng-dateng," keluh salah satu keluarga.

Ayra memilih masuk ke kamar untuk menenangkan diri.

Ibunya mengikuti Ayra.

"Kita harus gimana, Ay? Ibu udah mulai malu sama tetangga dan para tamu. Calon suami kamu itu gimana sih!" Bu Riri nampak cemas.

Sungguh Ayra juga tidak tau bagaimana. Ia bahkan tidak tau keadaan Reza, apalagi alasannya kenapa tidak datang juga.

Berbagai macam kemungkinan berputar di kepalanya.

Apakah kini lelaki yang sudah berhubungan dengannya selama 5 tahun itu sedang baik-baik saja? Atau mungkin ada hal buruk yang menimpanya.

Rasa takut semakin membalut hatinya.

"Kayak gak niat banget sih calon suaminya kakak itu!" Alia adik tirinya menghampiri dengan wajah kesal.

Ayra sebisa mungkin tidak mempedulikan mereka. Berfikir sepositif mungkin seperti sejak 5 jam lalu.

"Jangan tekan putriku." Bapak kandungnya tiba-tiba datang.

Bapak Rahman berdiri di ambang pintu. Ia berjalan menghampiri Ayra yang duduk dengan wajah cemasnya.

"Kalian berdua bisa keluar. Suamimu mencarimu sejak tadi."

Dengan dengusan, Ibu dan adik tirinya keluar.

Seperti yang Bapaknya bilang, suami Ibu mencari. Tentu suami ibunya itu tidak suka kalau Bapaknya berada di rumah ini. Padahal hanya sekedar menjadi wali untuk menerima lamaran pria yang akan mempersunting putrinya.

"Perlu Bapak minta Azri ke rumah calon suamimu? Biar kita tau mereka kenapa tidak datang juga."

Azri orang yang selalu menjadi andalan bapaknya. Tentunya dia akan siap sedia melalukan apapun permintaan bapaknya.

Ayra tampak ragu. Ia menatap Bapaknya dengan wajah antara setuju atau tidak.

"Mobil calon suamimu datang tuh."

Alia memberitahu di ambang pintu. Seketika nafas Ayra jadi plong. Ia dapat tersenyum setelah beberapa jam di balut rasa takut.

"Mari ke depan," ajak Bapaknya. Walau tampak di wajah Bapaknya seperti kecewa karena ini sudah sangat terlambat.

Tapi kelihatannya bapaknya akan bersabar mengingat lelaki yang datang itu adalah pilihan putri kesayanganya.

Ayra mengangguk. Ia dan Bapaknya keluar.

Di ruang tamu, seserahan tampak memenuhi sebagian tempat di lantai itu barang-barang bawaan mempelai pria.

Namun, di mana mempelai pria?

"Mohon maaf. Kami ingin bicara baik-baik dulu."

Dua pria yang mengantarkan seserahan itu tampak aneh.

"Silahkan."

Bapak menggenggam tangan Ayra putrinya dengan erat lalu menyuruhnya duduk tepat di sampingnya.

"Ada apa ini?" tanya Bapak dengan tegas.

"Sebelumnya, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dari pihak keluarga besar, kami sudah memutuskan hal yang tidak terduga. Saya sebagai paman dari Reza, hanya bisa menyampaikan ini sebagai amanah dari keluarga mereka."

"Langsung ke intinya saja!" tegas Bapak.

Ayra menatap Bapaknya sekilas dengan perasaan tidak karuan.

'Ya allah. Ada apa ini? Kenapa sepertinya keadaannya tidak normal,' batinnya.

"Keluarga besar kami, memutuskan tidak jadi melamar Ayra."

Setidaknya ada sekitar 10 detik dunia serasa berhenti. Entah kupingnya bermasalah, atau memang orang di ruang tamu tiba-tiba jadi hening.

Ayra bahkan merasa tubuhnya tak lagi duduk di lantai. Serasa mengawang di udara. Sebisa mungkin ia tetap sadar walau rasanya sudah hampir kehilangan pandangan.

Brak!

Riuh teriakan setelah salah satu dari dua orang itu terpental dengan wajah memar.

Ayra baru sadar kalau orang-orang bersusah payah menahan agar bapaknya tidak menyerang yang satunya lagi.

"Sabar, Pak. Kami di sini hanya memberikan amanah seserahan ini. Kami meminta permohonan maaf pada Ayra dengan seserahan ini." Orang yang satunya itu berkata.

"Putriku tidak butuh seserahan hanya untuk permohonan maaf seperti itu! Beraninya kalian bersikap pengecut seperti ini! Aku merasa harga diri putriku di injak-injak!" teriakan Bapak Rahman menggelegar penuh amarah.

"Sabar, Pak."

Ayra dengan air mata berlinang memeluk bapaknya yang seperti orang di rasuki setan saking marahnya.

"Ayo! Aku harus menemui laki-laki pengecut itu!"

****

Sesungguhnya Ayra tidak siap menemui Reza saat ini. Apalagi dalam kesadaran Reza membatalkan lamaran mereka seperti ini.

Tapi paksaan bapaknya memang tidak bisa di bantah. Berisikan beberapa orang di dalam mobil, dirinya dan bapaknya, mereka menuju sebuah rumah seorang keluarga besar.

Rumah ini di tujukan oleh salah satu dari mereka setelah bapak bicara sambil teriak-teriak pada keduanya.

Ayra terpaku melihat halaman rumah yang di hias begitu indah. Sesak di dadanya kala mengingat rumah ini, membuat dirinya makin di landa pikiran buruk.

Rumah ini, bukan rumah asing. Ia kenal betul bahkan pernah pergi berkali-kali ke rumah ini. Tentunya ini bukan kediaman Reza.

"Ayo!" ajak Bapaknya dengan wajah memerah padam.

Orang-orang yang di sana menatap mereka keheranan. Lalu tanpa permisi Bapak berteriak nama Reza.

Susah payah mereka menenangkan Bapak.

Sampai Ayra melihat hal yang tidak pernah di duganya.

Hal yang mencabik-cabik hati Ayra, tatkala dengan matanya, ia melihat Ari yang duduk mengucapkan ijab qabul, dan perempuan yang duduk di sebelahnya, Jesika sahabat sejak di bangku kuliah.

Ayra hanya mampu terpaku. Melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kenyataan serasa menghantam kesadaran. Calon suaminya membatalkan lamaran mereka, karena melangsungkan ijab qabul dengan sahabatnya.

"Br*ngs*k! Laki-laki kurang ajar! Kau permainkan putriku!"

"Sabar, Pak. Jangan lakukan kekerasan lagi." Azri bersusah payah menenangkan Bapak.

Tubuh Ayra yang limbung, ditahan oleh seseorang. Ia melihat sekilas pada wajah istri bapaknya yang nampak risau.

****

"Maaf, Ay. Aku sudah 6 bulanan ini menjalin hubungan dengan Jesika. Ternyata, mama benar. Jesika jauh lebih baik. Itulah kenapa setelah aku pikir-pikir, lebih baik kita tidak menjalani ini."

Semudah itu Reza mengungkapkannya. Seolah apa yang telah mereka jalani ini hanya sebuah hubungan singkat yang tidak ada artinya. 5 tahun yang mereka jalani hanya sampah semata.

"Lagian, Ayra. Keluarga kami gak bisa nerima kamu. Lulusan S1 tapi cuma jadi guru ngajar. Gajinya berapa sih?! Kalau Jesika dia sekertaris direktur. Saya jadi bangga kalau lagi ngumpul sama keluarga saya," jelas Bu Muthiya.

Tatapan merendahkan bu Muthiya terpancar jelas menilai Ayra.

"Jangan berani anda menghina anak saya! Pendidikan dan pekerjaannya adalah hal mulia!" Bapak Rahman kembali naik pitam.

Harusnya Ayra mengerti bicara baik-baik juga tidak akan membuat masalah ini selesai.

Harusnya Ayra sadar, dirinya di ragukan sejak awal. Tapi ia pikir Reza akan membuktikan pada keluarga besarnya kalau mereka pantas bersanding bersama.

Tapi nyatanya lelaki itu tidak cukup gentle. Mentalnya lebih b*nci dari yang Ayra pikirkan.

"Harusnya kalau memang kamu tidak berniat serius, tidak usah beri harapan," kata Ayra. "Sejak awal harusnya kamu bilang. Kalau kamu memang tidak bisa menerimaku, kenapa kamu malah bilang ingin melamarku?"

"Jangan salahin anakku! Dia gak salah. Kamu yang sejak awal minta di nikahinkan?" sambar Bu Muthiya dengan mata besarnya yang hampir melompat dari kelopak matanya.

"Salah saya minta begitu? Kami sudah berpacaran 5 tahun dan saya menanyakan kapan hubungan kami akan serius? Apa saya salah?!"

Kenapa dalam situasi di mana dirinya di khianati, tapi nyatanya dirinya malah di tempatkan dalam posisi orang yang paling bersalah.

"Udahlah. Jangan banyak ngomong. Kami sudah kasih banyak seserahan. Terima saja. Kami sekeluarga sudah sepakat tidak bisa menerima kamu karena memperhitungkan level kamu yang jauh di bawah kami. Berhenti menyalahkan putraku." Bu Muthiya berbicara ngegas dengan raut wajah yang makin kesal.

"Enggak. Ayra gak salah. Aku dan Jesika yang salah." Reza menyahut tiba-tiba. "Kami tidak berani bicara pada kamu. Kami takut kamu sakit hati."

Reza menggenggam jemari Jesika. Yang menambah remuk hati Ayra.

"Bener, Ay. Tapi untungnya Mama menyadarkan kami kalau kami tidak harus mengorbankan rasa cinta kami berdua hanya untuk menjaga perasaan kamu," sahut Jesika.

Bapak berdiri. Seolah tak bisa lagi mendengarkan alasan-alasan mereka yang sudah mempermainkan putrinya.

"Kalian sudah menyakiti putriku, tapi berlakon seperti kalian berdua yang tersakiti! Sejak awal aku sudah melihat kau memang tidak pantas untuk putriku. Lihat saja, putriku akan mendapatkan suami yang jauh lebih baik darimu."

Beliau menarik Ayra meninggalkan tempat itu.

"Ay, tunggu."

Jesika menghentikan tangan Ayra.

"Aku harap kamu gak benci kami. Ini takdir, Ay. Tuhan menakdirkan kami bersama. Jadi aku harap kamu ikhlas. Jangan marah ya, Ay."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

default avatar
iemataher57
terima kasih sudah membuat cerita ini, saya suka ...️
2024-07-01 16:26:49
0
53 Chapters
1. Batalnya Lamaran
"Sudah jam segini, kok rombongan mempelai laki-laki tidak datang?"Sudah lima jam menunggu dari waktu yang telah di sepakati. Hari lamaran Ayra sedang dalam keadaan sangat tegang lantaran terlalu lama menunggu."Sudah bisa telpon calon suamimu belum, Ay?" tanya Bu Riri, Ibu dari Ayra.Ayra menggeleng setelah kesekian kalinya panggilannya tak sampai pada lelaki yang ia tunggu kedatangannya. Reza, lelaki yang punya niat baik ingin melamarnya hari ini tak kunjung ada kabar."Gimana sih?! Make up udah luntur gini gak dateng-dateng. Janjinya jam 1 siang mau lamaran. Ini udah sore banget gak dateng-dateng," keluh salah satu keluarga.Ayra memilih masuk ke kamar untuk menenangkan diri.Ibunya mengikuti Ayra."Kita harus gimana, Ay? Ibu udah mulai malu sama tetangga dan para tamu. Calon suami kamu itu gimana sih!" Bu Riri nampak cemas.Sungguh Ayra juga tidak tau bagaimana. Ia bahkan tidak tau keadaan Reza, apalagi alasannya kenapa tidak datang juga.Berbagai macam kemungkinan berputar di kep
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more
2. Pilihan Bapak
"Ibu malu, Ayra. Gara-gara kamu batal nikah, satu keluarga kita jadi bahan omongan orang-orang!" Ibu mengeluh dengan dengusan kesalnya kala Ayra memasuki ruang makan."Iya nih. Lagian kakak tuh kenapa sih? Sampai bisa di serempet temen sendiri?" Alia menyahut.Ayra berusaha tak mempedulikan mereka. Ia memilih duduk tanpa banyak bicara. mengambil makanan "Contoh tuh, Ay. Alia dia gak sesusah kamu. Dia nikah sama laki-laki yang kerjanya di tambang batu bara. Gak ada tuh drama-drama kayak kamu gini." Ibunya berkata lagi."Memang anak gadisku pada dasarnya beruntung. Sekolahnya hanya sampai SMA, di lamar laki-laki mapan, dan hidup enak. Gak perlu tuh kayak anak kamu." Suami ibunya menyahut dengan nada bangga.Sungguh. Hal yang Ayra butuhkan saat ini hanya pengertian dari orang-orang terdekatnya. Setidaknya sedikit saja mereka mau mengerti. Hatinya saat ini begitu terluka. "Percuma aja kamu sampai kuliah S1. Jadi guru tapi malahan kalah sama adik kamu yang cuma sekolah sampai kelas 1 SMA
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more
3. Cuma Butuh Istirahat
Ayra pergi ke kota. Dirinya berjalan tak tentu arah di terotoar. Pikirannya berkelana kemana-mana. Ia menyeret tubuh yang serasa lemas. Dengan kupluk jaket yang ia gunakan menutup kepalanya. Tangannya bersembunyi di balik saku jaket.Jangan tanya apa yang mau ia lakukan. Ayra juga tidak tau apa. Harapan dan angan akan segera menikah di pacahkan di waktu yang sangat menyakitkan.Bisa bernafas dan makan saja masih untung. Ia berjalan-jalan begini menyusuri malam di tengah kota yang ramai ini juga agar tidak gila. Setidaknya dingin angin malam sedikit banyak mengobati rasa sakit di hatinya.Tanpa Ayra sadari, ia berjalan kaki terlalu jauh dari keramaian. Ia sampai di taman kota yang lebih sepi dari jalanan tadi.Alih-alih ingin kembali ke keramaian, rasanya ia lebih tenang bila duduk di kursi taman ini sembari merasakan hembusan angin malam.Ia membuka handphone, jarinya iseng membuka sosial media. Yang pada akhirnya membuat Ayra menyesal.Jesikaa.Jes Akhirnya setelah beberapa bulan sal
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more
4. Non-Pengertian
"Kamu izin dulu aja kerjanya hari ini, Ay."Ayra yang sedang mempelajari bahan ajar untuk anak yang akan ia ajari hari ini, mengerut kening heran.Ia bekerja sebagai guru bimbel. Jadi tiap harinya bisa dapat dapat murid yang berbeda-beda. Tergantung jadwal dan pelajaran murid yang cocok dengan keahliannya."Gak bisa gitu, Bu. Aku harus banget kerja hari ini.""Alah. Kamu kerja kayak gitu berapa sih gajinya. Sebulan paling sejuta dua juta. Suaminya Alia mau datang hari ini sama temennya yang sama-sama kerja jadi supir di perusahaan tambang batu bara.""Terus apa masalahnya sama aku?""Ya ampun. Dia mau ngenalin temennya itu. Siapa tau kamu sama dia bisa kenal terus nikah. Lumayan, Ay. Biar kamu bisa hidup enak kayak Alia.""Apa sih, Bu!" Ayra sudah kepalang kesal. Tidak Bapak, tidak Ibu, sama-sama gak ngerti anaknya lagi patah hati. Ia maunya di support, di mengerti sama seluruh keluarganya biar bisa cepat move on dari masalah ini. Biar bisa hodup normal dan kembali ceria kayak dulu.
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more
5. Keluarkan Saja
Bersikap ramah dan frandly saat pikiran kacau itu perlu bakat dan ketahanan mental yang kuat. Apalagi pada anak-anak TK yang baru belajar membaca.Banyak drama yang perlu di sikapi dengan hati yang lapang. Jujur membuat kepalanya berputar tujuh keliling. Harus tetap ramah dan tegas dalam satu waktu. Pun juga ia harus membuat suasana kelas nyaman tapi si murid harus belajar dengan baik tapi tak boleh tertekan.Tugas guru bimbel itu berat. Tapi gajinya kadang kalah dari gaji para PNS guru yang kerjanya kadang gak becus tapi gajinya besar.Ini gak mencakup semuanya ya. Cuma beberapa yang kadang udah tua tapi skillnya gak terupgrad. Biasanya nyalain LCD buat belajar di kelas aja rempong.Jangan bahas soal kalau ada acara. Para guru PNS lebih banyak diam dan melihat aja.Malah para guru honerer yang banyak di kembani tugas tapi gajinya, sama kayak relawan. Kerjaannya banyak, gak sesuai gajinya.Memang sih Ayra bukan guru honorer. Sejak lulus kuliah ia bekerja di bimbel. Jadi pengajar yang
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more
6. Dilamar
Pagi hari. Saat semua orang baru saja bangun. Sebuah mobil datang yang tentunya orang rumah tau itu mobil bapak Rahman.Dengan Azri yang menyupirnya. Lelaki itu keluar bersama bapak Rahman.Membawa sebuah kotak hitam. Dari pakaian mereka, tampak lebih rapi.Bahkan Azri yang biasanya tidak penampilan seperti orang tidak pernah mandi saja kelihatan lebih baik sekarang ini."Ayra. Bapak dan Azri datang untuk membicarakan yang kemarin."Bapak kali ini tampak lebih serius. Bahkan tak peduli kalau mantan istrinya tak setuju sekalipun."Mau apa lagi sih kau bawa jongosmu? Aku bilang anakku tidak akan menjadi istri dari pengangguran satu itu!" Ibu Riri langsung membalas dengan kalimat telak."Dengar dulu, Bu. Saya harap di beri kesempatan untuk bicara. Setidaknya kasih kesempatan saya masuk."Ibu Riri mendengus sambil masuk.Daster dengan ketiak bolong yang sejak tadi malam di kenakan beliau menunjukkan kalau beliau baru bangun tidur.Sejujurnya sangat tidak relevan bertamu sepagi ini. Baru j
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more
7. Masalah Lagi
"Bapak baik-baik aja?"Azri panik di tambah istri bapak Rahman yang lebih panik lagi darinya.Napas tak teratur bapak Rahman seolah sedang sakaratul maut membuat istrunya seolah tidak siap untuk kehilangan. Sementara Azri yang sejak tadi di penuhi pikiran tentang Ayra yang batal menikah, ikutan panik hingga bingung harus bagaimana.Bapak tampak tidak baik-baik saja sejak kembali. Usai mengantar Ayra perkara lamaran yang kacau, mereka kembali pulang.Tentunya dengan perasaan marah dan kecewa pada orang yang telah mempermainkan Ayra.Tadi istri Bapak Rahman menggedor pintu rumahnya karena keadaan bapak Rahman yang tiba-tiba setengah sadar."Minum dulu, Pak." Azri membawa teh hangat dari dapur karena istri Bapak Rahman tampak tidak bisa bergerak melihat suaminya yang seperti orang sekarat.Konon katanya teh hangat obat segala penyakit.Tapi penyakit suka ngutang dan suka susah bayar tuh gak bisa di
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more
8. Ada yang Mencurigakan
"Maaf. Aku belum bersihkan rumah."Azri tampak tidak enak saat Ayra akan memasuki rumahnya. Rumah yang tidak bisa lagi di bilang berantakan. Ini sih lebih parah dari kandang kambing."Ya. Rumah bujangan," balas Ayra.Kalau Ayra sih juga bukan orang yang bersih. tapi kalau sekotor ini, apa bisa di bilang habis di huni manusia."Aku sibuk sekali beberapa waktu ini. Jadinya tidak sempat membersihkan rumah."Yang benar saja. "Sibuk apa?" tanya Ayra sambil memunguti sampah kulit bekas snack."Sibuk. . . ."Kurang ngenes apa hidup Ayra. Sudah di selingkuhi, di tikung sahabat sendiri, lalu harus menikah dengan Azri karena ibunya.Cuma perkara tidak jadi dapat uang 200 juta, ibunya sampai stroke. Ini lagi lebih parah. Baru menikah bukannya senang-senang malah harus bersih-bersih rumah."Sibuk apa?" tanya Ayra yang sejak tadi menunggu jawaban Azri.Menerima menikah dengan
last updateLast Updated : 2024-05-02
Read more
9. Halunya Azri
Ayra memperhatikan gerak gerik Azri. Setelah sarapan, lelaki itu duduk di teras dengan dengan sebungkus rokok. Dari ruang tamu, ia melihat kepulan asap yang dihasilkan oleh batang-batang rokok itu.Ia mulai membayangkan hal yang kemungkinan terjadi sekarang.Tentang ibu tirinya dan Azri.Lelaki itu bahkan tidak bekerja. Dari mana dapat uang untuk beli rokok. Sudah pasti dari ibu tirinya itu bukan?Sejujurnya Ayra tidak merasa perlu mencurigai keduanya jikalau perasaan Bapaknya tidak dipertaruhkan.Bahkan Ayra tidak peduli kalau lelaki pengangguran yang berstatus suaminya ini mau selingkuh atau bagaimanapun. Tidak ada gunanya juga.Dari sekian banyak kemungkinan yang muncul di otaknya, Ayra yakin ibu tirinya sedang berusaha memoroti uang bapaknya. Bisa saja suatu hari nanti Azri dan ibu tirinya pergi membawa semua harta bapaknya.Dan sebelum itu terlambat, ia harus menyelamatkan harta bapaknya dan memastikan
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more
10. Hubungan Suami dan Ibu Tiri
Ayra menatap Azri dengan kilat kemarahan."Oh, jadi kalian mau nyewa rumah depan itu ya?" tanya Azri dengan senyum terpaksa.Sembari ia menatap tatapan Ayra yang menghunus dirinya.Kalau itu sudah di luar prediksi BMKG. Azri awalnya hanya mau Ayra tampak berkelas dan terhormat depan sahabat dan mantan calon suaminya."Semoga kita bisa jadi tetangga yang baik ya, Ay," ujar Jesika girang.'Semoga saja kalian ditemui mbak kunti penjaga rumah depan itu. Jadi kalian tidak betah dan pergi.' Ayra membatin.Mereka tinggal di tempat yang lumayan jauh dari kehidupan Ayra saja, ia sudah ngeri dengan ucapan Azri. Apalagi kalau sudah jadi tetangga. Apa gak kecium duluan bangkai rumah tangganya ini?Usai keduanya pergi, Ayra mematung di sofa. Pandangannya lurus dengan nafas yang tipis."Belum matikan, Ay?""Udah pulangkan mereka?""Iya. Udah di luar.""Udah jauh?"Az
last updateLast Updated : 2024-05-04
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status