Share

6. Dilamar

Author: KN_Author
last update Last Updated: 2024-04-30 08:34:18

Pagi hari. Saat semua orang baru saja bangun. Sebuah mobil datang yang tentunya orang rumah tau itu mobil bapak Rahman.

Dengan Azri yang menyupirnya. Lelaki itu keluar bersama bapak Rahman.

Membawa sebuah kotak hitam. Dari pakaian mereka, tampak lebih rapi.

Bahkan Azri yang biasanya tidak penampilan seperti orang tidak pernah mandi saja kelihatan lebih baik sekarang ini.

"Ayra. Bapak dan Azri datang untuk membicarakan yang kemarin."

Bapak kali ini tampak lebih serius. Bahkan tak peduli kalau mantan istrinya tak setuju sekalipun.

"Mau apa lagi sih kau bawa jongosmu? Aku bilang anakku tidak akan menjadi istri dari pengangguran satu itu!" Ibu Riri langsung membalas dengan kalimat telak.

"Dengar dulu, Bu. Saya harap di beri kesempatan untuk bicara. Setidaknya kasih kesempatan saya masuk."

Ibu Riri mendengus sambil masuk.

Daster dengan ketiak bolong yang sejak tadi malam di kenakan beliau menunjukkan kalau beliau baru bangun tidur.

Sejujurnya sangat tidak relevan bertamu sepagi ini. Baru jam 6. Ayra sendiri saja masih pakai baju tidur. Untung saja masih bisa di bilang sopan karena lengan panjang dan tidsk lusuh-lusuh amat.

"Kamu butuh cermin?" tanya Ibu riri.

Azri yang baru duduk terdiam beberapa saat.

"Buat ngaca biar bisa ngerti kalau kamu gak cocok dengan Ayra."

Seharusnya itu cukupkan agar Azri tidak melanjutkan. Setidaknya merasa terhinalah sehingga lamaran ini batal dan Ayra bisa kembali ke kamar lalu tidur.

"Begini. Saya akan terima kalau ibu bilang saya tidak cocok untuk Ayra setelah saya tunjukkan ini. Setidaknya kasih saya kesempatan untuk menunjukkan. . . . "

"Apa? Menunjukkan apa? Heh! Pengangguran! Sadar diri. Seenggaknya jadi pegawai batu bara kayak mantuku itu. Jadinya kamu lebih pantas melamar anakku!"

Brak!

Bapak Rahman membuka koper yang Azri bawa dan memperlihatkannya langsung kehadapan ibu riri.

"Kau minta inikan? Sudah Azri tepati. Dia sudah memberikan mahar 200 juta sebagai syarat melamar Ayra. Dan biar kutegaskan! Ayra juga putriku. Selama kita berpisah, aku selalu membiayainya. Menyekolahkannya bahkan saat kau tidak bisa memberikan pendidikan yang lebih tinggi, aku bisa! Dan aku lakukan! Jadi aku juga berhak menentukan masa depan Ayra. Maka setelah semua ini, Ayra akan menikah dengan Azri."

Ibu riri terdiam. Tumpukan uang dalam koper itu menyilaukan hingga membuat kuping beliau rasanya tersumbat.

"Ayra!"

"Ay!"

"Ayra!"

Azri yang sejak tadi melirik Ayra yang tak jauh darinya sontak mengejar Ayra yang lari kebelakang.

Ayra berhenti di dapur sementara Azri berusaha mendekatinya.

"Ay. Aku ke sini mau lamar kamu."

"Dengar aku, Ay. Aku mau bahagiain kamu."

"Diem!"

Ayra menjerit. Kini tangis yang tadi malam kembali.

"Aku gak butuh lamaran dari laki-laki manapun. Aku cuma butuh waktu buat sendiri! Aku gak mau nikah!" jerit Ayra sambil memegang pisau dapur.

"Ay? Ay? Sadar! Jangan gitu."

Azri berjalan perlahan mendekati Ayra. Setenang mungkin agar Ayra tidak bertindak lebih gegabah.

Ayra tertawa hampa. "Kamu kayak orang yang mahamin aku. Yang bilang aku harus move on, harus ini harus itu. Tapi sampai detik ini kamu masih belum paham aku gak mau nikah sama kamu, sama laki-laki manapun juga. Aku benci sama laki-laki! Paham gak sih kamu?!" teriak Ayra seperti orang kehilangan akal.

Pisau yang Ayra pegang sangat erat. Kapan saja pisau itu bisa melukai dirinya sendiri.

"Paham, Ay. Aku paham. Sekarang lepas pisaunya. Aku bakal nurutin maunya kamu. Lepas ya? Jangan main pisau, Ay. Kita bicara baik-baik."

Azri berusaha meluluhkan hati Ayra. Dengan berbagai kalimat ia menenangkannya. Semakin maju lebih dekat pada Ayra.

Berkat bujukan Azri. Ayra mau meletakkan pisau itu kembali.

Azripun langsung mengamankannya.

"Gak apa-apa. Aku ngerti, Ay," kata Azri saat Ayra menatapnya sendu.

"Kamu mau sendiri. Gak mau di ganggu. Aku paham."

****

"Udah malam. Tidur, Ay."

Ayra mematung di dekat daun pintu. Ia menatap tempat tidur yang akan di tiduri mereka malam ini.

"Gak udah khawatir. Aku akan tidur di bawah. Kamu tidur di atas kasur."

"Tapi. . . ."

"Udah. Buat biar kamu ngerasa nyaman."

Ayra tidak tau harus apa selain menurut. Ia merebahkan dirinya di tempat tidur sementara Azri di bawah.

Ia tidak mau dengan pernikahan ini. Ayra tidak mau menikah dan rasanya tidak akan pernah bisa menerima laki-laki lagi setelah pengkhianatan Ari.

Tapi drama ibunya dua hari lalu membuat Ayra tidak punya pilihan selain menerima lamaran Azri.

Karena lamaran Azri ia tolak, maka uang 200 juta akan Azri bawa lagi. Ibunya malah setruk ringan gara-gara tidak jadi memilikinya.

Rucauan sang ibu yang membuat Ayra merasa takut dirinya jadi anak durhaka, mau tak mau membuatnya harus menerima pernikahan ini.

Tapi, rasanya ia cukup lega.

"Aku mengerti, Ay. Dan aku gak mau kamu kepaksa jadi istriku. Makanya aku akan terima kalau sebagai suami istri nanti, kita memiliki jarak. Sampai kamu siap."

"Bagaimana kalau aku tidak pernah siap?"

"Kamu boleh tinggalkan aku. Semuanya ada di tangan kamu, Ay. Kamu bisa tetap di sisiku sepanjang yang kamu mau. Tapi kamu boleh meninggalkan aku kapanpun kamu rasa tidak bisa lagi kita bersama."

Ya. Ayra lega dirinya tidak di paksa. Sekaligus dirinya juga merasa jahat karena telah membuat Azri seperti itu.

Tapi ia tidak pernah meminta ini. Azri yang menawarkan hal itu. Apa salah kalau ia menerimanya?

Setidaknya sekarang kesehatan ibunya membaik. Dan lagi, dirinya tak akan di rong-rong oleh ibu maupun bapaknya untuk segera menikah.

Walaupun harus terjebak pada pernikahan yang tidak di inginkan.

****

"Ini semua gara-gara kakak! Kenapa sih kakak gak pernah nurut apa kata ibu? Tinggal nikah aja susah banget!"

Alia terus mengoceh jika segala yang terjadi salahnya. Keributan di rumah yang jadi perbincangan banyak orang adalah salahnya. Bahkan kini mereka berakhir di rumah sakit malam-malam juga salahnya.

Keputusan Ayra yang akhirnya membuat Azri menyerah untuk tidak melanjutkan keinginan Bapak Rahman soal pernikahan mereka.

Azri membiarkan seluruhnya bahkan berjanji tak akan mengganggu Ayra lagi.

Ia juga membawa uang 200 juta itu pulang. Yang tidak tau dari mana lelaki itu dapatkan. Ia tak mau peduli. Karena Azri berjanji sudah tidak akan menganggunya saja, itu sudah membuat Ayra tenang.

Namun, ternyata itu bukan awal ketenangannya.

Justru ibunya malah kelihatan seperti orang gila dan berakhir kejang hingga stroke. Dokter menyimpulkan Ibunya kaget dan perasaannya sangat kacau. Hingga tidak kuasa di tahan dan menyebabkan beberapa saraf ibunya tak bekerja dengan baik.

Perakaranya tentu soal uang 200 juta yang sempat ibunya pegang, namun tak jadi di miliki.

Ayra berjalan keluar rumah sakit. Udara dingin yang menerpa kulitnya berusaha memberikan ketenangan untuk Ayra di sebalik kacau hidupnya saat ini.

Masalah datang rasanya tak cukup sekali. Sementara stok sabar dan kekuatan bertahan dalam kesulitan rasanya sudah mulai meredup.

Ia sempat melihat ke jalanan. Di mana mobil berjalan silih berganti melewati jalanan raya. Rasanya sungguh menyedihkan bila jalan cerita hidupnya seperti itu.

Gagal menikah, hidup rasanya berantakan, tujuan hidup seperti kehilangan arah, tak tau harus bagaimana, dan ibunya yang di rawat di rumah sakit.

Akan lebih menyedihkan bila foto dan namanya berakhir di koran sebagai korban bunuh diri .

Sebisa mungkin Ayra melenyapkan pikiran-pikiran buruk yang tak seharusnya hinggap di kepalanya.

Ia masih utuh meski rasanya seperti gelas kaca yang berderai di atas kramik. Berhamburan, hingga hanya satu solusinya. Menyapu semua beling yang nyatanya tak akan menyatu menjadi gelas lagi.

"Ayra?"

Sosok yang tengah berdiri di sampingnya.

Tersenyum tipis menatap dirinya.

"Maaf, aku ganggu kamu lagi."

Ayra membuat muka ke sembarang arah. "Tertawalah. Kau pasti senang. Aku sudah menolak lamaranmu, dan hidupku jadi hancur."

"Aku tidak akan bisa tertawa melihat orang yang harusnya tersenyum bahagia malah dibalut luka."

Ayra tak mengerti harus mengatakan apa. Tapi dirinya cukup kaget dengan kehadiran Azri. "Apa maumu ke sini?"

"Hanya memastikan kamu baik-baik saja, Ay."

"Tidak usah sok peduli."

"Tidak. Aku tidak sok peduli. Hanya aku tidak bisa tidur sebelum memastikan kamu tidak melakukan tindakan bodoh."

Related chapters

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   7. Masalah Lagi

    "Bapak baik-baik aja?"Azri panik di tambah istri bapak Rahman yang lebih panik lagi darinya.Napas tak teratur bapak Rahman seolah sedang sakaratul maut membuat istrunya seolah tidak siap untuk kehilangan. Sementara Azri yang sejak tadi di penuhi pikiran tentang Ayra yang batal menikah, ikutan panik hingga bingung harus bagaimana.Bapak tampak tidak baik-baik saja sejak kembali. Usai mengantar Ayra perkara lamaran yang kacau, mereka kembali pulang.Tentunya dengan perasaan marah dan kecewa pada orang yang telah mempermainkan Ayra.Tadi istri Bapak Rahman menggedor pintu rumahnya karena keadaan bapak Rahman yang tiba-tiba setengah sadar."Minum dulu, Pak." Azri membawa teh hangat dari dapur karena istri Bapak Rahman tampak tidak bisa bergerak melihat suaminya yang seperti orang sekarat.Konon katanya teh hangat obat segala penyakit.Tapi penyakit suka ngutang dan suka susah bayar tuh gak bisa di

    Last Updated : 2024-05-01
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   8. Ada yang Mencurigakan

    "Maaf. Aku belum bersihkan rumah."Azri tampak tidak enak saat Ayra akan memasuki rumahnya. Rumah yang tidak bisa lagi di bilang berantakan. Ini sih lebih parah dari kandang kambing."Ya. Rumah bujangan," balas Ayra.Kalau Ayra sih juga bukan orang yang bersih. tapi kalau sekotor ini, apa bisa di bilang habis di huni manusia."Aku sibuk sekali beberapa waktu ini. Jadinya tidak sempat membersihkan rumah."Yang benar saja. "Sibuk apa?" tanya Ayra sambil memunguti sampah kulit bekas snack."Sibuk. . . ."Kurang ngenes apa hidup Ayra. Sudah di selingkuhi, di tikung sahabat sendiri, lalu harus menikah dengan Azri karena ibunya.Cuma perkara tidak jadi dapat uang 200 juta, ibunya sampai stroke. Ini lagi lebih parah. Baru menikah bukannya senang-senang malah harus bersih-bersih rumah."Sibuk apa?" tanya Ayra yang sejak tadi menunggu jawaban Azri.Menerima menikah dengan

    Last Updated : 2024-05-02
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   9. Halunya Azri

    Ayra memperhatikan gerak gerik Azri. Setelah sarapan, lelaki itu duduk di teras dengan dengan sebungkus rokok. Dari ruang tamu, ia melihat kepulan asap yang dihasilkan oleh batang-batang rokok itu.Ia mulai membayangkan hal yang kemungkinan terjadi sekarang.Tentang ibu tirinya dan Azri.Lelaki itu bahkan tidak bekerja. Dari mana dapat uang untuk beli rokok. Sudah pasti dari ibu tirinya itu bukan?Sejujurnya Ayra tidak merasa perlu mencurigai keduanya jikalau perasaan Bapaknya tidak dipertaruhkan.Bahkan Ayra tidak peduli kalau lelaki pengangguran yang berstatus suaminya ini mau selingkuh atau bagaimanapun. Tidak ada gunanya juga.Dari sekian banyak kemungkinan yang muncul di otaknya, Ayra yakin ibu tirinya sedang berusaha memoroti uang bapaknya. Bisa saja suatu hari nanti Azri dan ibu tirinya pergi membawa semua harta bapaknya.Dan sebelum itu terlambat, ia harus menyelamatkan harta bapaknya dan memastikan

    Last Updated : 2024-05-03
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   10. Hubungan Suami dan Ibu Tiri

    Ayra menatap Azri dengan kilat kemarahan."Oh, jadi kalian mau nyewa rumah depan itu ya?" tanya Azri dengan senyum terpaksa.Sembari ia menatap tatapan Ayra yang menghunus dirinya.Kalau itu sudah di luar prediksi BMKG. Azri awalnya hanya mau Ayra tampak berkelas dan terhormat depan sahabat dan mantan calon suaminya."Semoga kita bisa jadi tetangga yang baik ya, Ay," ujar Jesika girang.'Semoga saja kalian ditemui mbak kunti penjaga rumah depan itu. Jadi kalian tidak betah dan pergi.' Ayra membatin.Mereka tinggal di tempat yang lumayan jauh dari kehidupan Ayra saja, ia sudah ngeri dengan ucapan Azri. Apalagi kalau sudah jadi tetangga. Apa gak kecium duluan bangkai rumah tangganya ini?Usai keduanya pergi, Ayra mematung di sofa. Pandangannya lurus dengan nafas yang tipis."Belum matikan, Ay?""Udah pulangkan mereka?""Iya. Udah di luar.""Udah jauh?"Az

    Last Updated : 2024-05-04
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   11. Berdamai dengan Keadaan

    "Udah semua barangnya, Nak?""Udah kayaknya, Ma."Ibu Muthiya, atau ibunya Ari ikut membantu pindahan anak menantunya."Posisi ruang tamunya jangan kayak gitu. Kayak gini dong biar kelihatan lebih bagus."Mungkin lebih tepatnya ikut mengatur."Kayaknya udah bagus deh gini, Ma," balas Jesika."Ck! Jangan gitu. Nanti kurang enak kalau ada tamu."Bu Muthiya tetap kuekeh ingin mengubah posisi sofa dan letak telivisi."Mas. Tapi aku maunya gitu," keluh Jesika."Ikutin aja apa kata mama, Jes. Jangan di bantah. Mama cuma mau kasih yang terbaik aja," balas Ari.Ia meninggalkan Jesika ke mamanya yang tampak kesulitan mengubah posisi sofa yang beliau inginkan.Sementara itu Jesika yang sejak tadi merasa semua yang di lakukannya pasti salah, hanya bisa menghela nafas lalu ikut seperti apa kata mertuanya."Kok kalian pindahnya ke sini sih. Kan lumayan jauh kalau dari rumah mama. Padahal mama udah kasih rekomendasi kalian tinggal di komplek dekat perumahan kita aja." Bu Muthiya mendumal.Rumah yan

    Last Updated : 2024-05-09
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   12. Janji Azri

    Ayra mengiyakan ajakan Azri untuk pergi piknik hari ini. Hitung-hitung refreshing. Mereka tengah menyiapkan makanan dalam rantang.Rencananya pun pikniknya hanya di pinggir danau dekat-dekat sini. Biasanya hari minggu begini di sana banyak yang duduk-duduk santai sambil makan-makan sekeluarga."Buah udah, cemilan sama minumannya juga udah. Mau bawa apa lagi?" tanya Azri setelah memastikan bawaan mereka lengkap."Cukup deh, Mas. Gak usah banyak-banyak. Nanti repot bawanya."Azri tersenyum lebar mendengar panggilan Ayra pada dirinya yang sudah mulai istrinya itu terapkan sejak tadi lagi.Panggilan "Mas" yang membuat Azri merasakan kehangatan di hatinya."Ya sudah. Aku siapin motor dulu."Ayra mengangguk lalu berjalan ke kamar untuk memberekan dandanannya.Sementara Azri membawa tiker yang akan jadi alas duduk mereka.Tak lama setelah memanaskan motor, Ayra keluar membawa rantang makanan

    Last Updated : 2024-05-10
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   13. Menghilangnya Azri

    Ayra sibuk menyiapkan sarapan pagi. Rutinitas pagi yang akan ia jalani mulai sekarang. Tak bisa Ayra pungkiri. Jiwanya lebih tenang sekarang. Setelah memilih akan berdamai dengan segala sakit hatinya. Kini menerima segalanya dengan ikhlas membuat dirinya merasa begitu bahagia."Pagi Ay.""Pagi. Sarapannya masih belum. . . ."Ayra tertegun melihat Azri. Pria itu tampak lebih segar, dan penampilannya lebih rapi dari biasanya. Walau tidak serapi orang mau kerja kantoran."Mas mau kemana?" tanya Ayra.Tak mungkin Azri berpakaian serapi ini tapi ingin di rumah sajakan?Terus tumben sekali Azri sudah bangun sepagi ini. Biasanya pria itu paling cepat bangun jam 8 pagi."Kerja," ujarnya sambil melepas tas ransel lalu menaruhnya di atas meja makan.Pria itu berjalan ke dekatnya yang sedang memasak nasi goreng."Maksudnya mau cari kerja?" tanya Ayra memastikan."Persis. Bi

    Last Updated : 2024-05-11
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   14. Dugaan Pembunuhan

    Di pagi harinya di halaman rumah tampak ramai orang-orang berbondong-bondong mendatangi rumah.Ayra yang kebingungan, ketakutan, hanya bisa berlindung di balik bapaknya. Sementara itu bapaknya yang kesulitan meredam amarah warga nampak memanggil seseorang lewat telpon.Ibu tirinya menarik Ayra untuk masuk ke dalam rumah. Beliau tampak yakin suaminya bisa menangani masa itu.Ambar memberikan Ayra air putih hangat."Tenangkan diri kamu, Ay."Ayra menggeleng. Ia tak bisa tenang kalau sudah sampai serunyam ini.Ambar meraih jemari Ayra yang gemetaran."Azri hanya ingin melihat kamu bahagia, Ay. Semua ini bukan berarti Azri ingin melihat kamu jadi depresi. Tolong percaya pada Azri. Dia akan pulang saat urusannya selesai.""Bagaimana aku bisa mempertahankan kepercayaan bahwa Azri bukan pembunuh? Aku saja bahkan tidak pernah sekalipun tau siapa dia. Begitu banyak keganjilan yang aku tidak tau persis apa

    Last Updated : 2024-05-12

Latest chapter

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   53. EXTRA PART 2

    "Ayra di dalam." Yang menunggunya ternyata bos dari istrinya. Baru saja ia menaiki lorong, Bu Adelia sudah menunggunya di depan kamar rawat.Azri segera masuk ke dalam."Dia masih belum sadar sampai sekarang," ucap Adelia saat Azri terpaku melihat istrinya terbaring di atas bangsal rumah sakit.Azri merengkuh tubuh Ayra tak kuasa menahan rasa yang bergejolak dalam dirinya melihat sang istri di sini. Atas alasan apa dan kejadian apa yang menimpa istrinya."Tenang. Dia baik-baik saja. Dokter bilang dia cuma kecapean. Tapi Doktar bilang ingin bertemu denganmu. Katanya ada yang mau di sampaikan.""Ayra kenapa? Dia. . . ." Suara Azri tercekat hendak menanyakan apa yang membuat istrinya sampai berakhir di rumah sakit."Handphone Ayra kehabisan batrai. Jadi kami tidak bisa langsung menghubungimu.""Apa yang terjadi dengan Ayra?""Ayra pingsan saat bersama Fandi. Dia menggunakan handphone adm

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   52. EXTRA PART 1

    Sejak selesai acara resepsi beberapa bulan lalu, Azri dan Ayra memutuskan tinggal di apartement. Tidak lagi tinggal di kampung di rumah bapak Rahman.Apartement yang mereka tinggali pula, bukan tempat tinggal Azri yang dulu.Rupanya sebelum acara resepsi Azri membeli apartement baru dan menjual yang lama. Pokoknya Azri kali ini benar-benar mempersiapkan kehidupan mereka ke depannya dengan jauh lebih baik.Sudah hampir 5 bulanan lebih mereka tinggal di sini."Malam ini jadi nginap di rumah bapak dan kak Ambar, kan?" Azri keluar dari ruang kerjanya dengan earphone di lehernya. Tampak wajah lelah pria itu karena bekerja hampir semalaman."Iya. Aku sudah siapkan barang kita."Ayra masih sibuk masak untuk makan siang mereka. Dirinya menyempatkan diri masak dulu sebelum berangkat kerja.Tak lupa ia juga menyiapkan masakan untuk di bawa nanti malam. Sedikit cemilan buat bapaknya dan kak Ambar. Jadi tak

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   51. ENDING

    Jesika duduk menunduk di sebuah taman yang cukup sepi. Ia mengenakan masker wajah, dan kacamata menutupi wajahnya. Topi lebar juga ia kenakan agar tidak dikenali.Dengan memegang sebuah undangan pernikahan, senyum dua insan yang tampak berbahagia dalam undangan itu membuat hatinya perih.Kejadian saat dirinya melawan suami dan mertuanya berbuah bahkan sampai pembicaraan perceraian. Batin Jesika tak henti-hentinya merasa nyeri dengan hal yang menimpanya.Segala bentuk kebahagiaan yang Jesika bayangkan setelah menikah dengan Ari, hanya tinggal bayangan. Bahkan tak pernah ada kebahagiaan yang nyata untuknya.Sekarang, hidupnya hancur sehancur-hancurnya. Berita perselingkuhan Jesika dan atasannya di bongkar istri Jacob. Bahkan istri atasannya yang notabenenya adalah seorang model, menyewa infotement gosib untuk mempermalukannya.Wajahnya terpampang di portal-portal gosib sebagai pelakor yang sudah tidur dengan suaminya.T

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   50. Akhir Yang di Dapatkan

    Ayra tak menyangka Azri bisa menemukan nama teman-teman sekolahnya. Bahkan teman-teman dekat masa kuliahnya. Ibu kostnya dulu, bahkan sampai orang-orang yang pernah berkenalan dengannya sesama penganjar bimbel. Semua ada dalam daftar list tamu undangan. Segelas es susu coklat tersaji di hadapannya. Lalu Azri yang duduk di kursi dengan wajah lelah. "Ada lagi yang mau di masukan dalam list?" tanya Azri lalu menguap. Undangan belum di sebar karena Ayra mau memeriksa list undangannya dulu. "Sudah cukup kok." Azri mengangguk kecil. Ia menghubungi tim WO dengan handphonenya. Detail kecil seperti menyebar undangan pun Azri gunakan tim WO nya. Walau harus bayar lebih, tapi pekerjaan jadi lebih mudah. "Kamu mau tidur aja gak? Kayaknya ngantuk," kata Ayra. "Enggaklah. Aku mau nemenin kamu coba gaunnya." Mereka menunggu di sebuah tempat perancang busana pernikahan. Padahal sepertinya Azri butuh istirahat.

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   49. Kejadian Gila Tadi Malam

    Azri berjalan dengan langkah lemas. Hampir semalaman ia tak tidur mencari Ayra yang pergi setelah kejadian gila tadi malam.Saat maghrib menjelang, Ayra menghubunginya jika akan pulang terlambat karena ada urusan di bimbelnya. Hingga isya, Ayra tak kunjung pulang membuatnya khawatir, tapi Azri mencoba berpikir positif dengan terus menyelesaikan pekerjaannya.Namun gedoran pintu membuat Azri seketika menghentikan pekerjaannya. Ia membuka layar monitor yang menunjukkan CCTV di pintu depan.Dirinya tentu kaget melihat Lisa yang menggedor pintu rumahnya. Dan yang lebih mengagetkan lagi, perempuan itu hanya mengenakan sarung untuk menutupi tubuhnya."Mas! Tolong buka pintunya!" teriakan bercampur tangisan itu membuatnya berjalan ke depan untuk tau apa yang terjadi pada Lisa.Sedetik setelah pintu terbuka, Lisa memeluk Azri erat."Tolong aku, Mas. Aku mau di bunuh." Lisa meraung sambil memeluk Azri erat."Di bunu

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   48. Cari Perhatian Suami

    "Kak ambar baik-baik ajakan?"Ayra menghampiri Ambar yang terkulai lemas habis mual-mual."Kakak gak apa-apa, Ay. Cuma reaksi hamil ya gini. Suka muntah-muntah."Rasa cemas Ayra berkali lipat setelah kejadian ibunya. Ia takut Kak Ambar kenapa-napa, dan Azri akan sangat murka nantinya.Apalagi mengingat sudah berkali-kali kak Ambar keguguran."Aku udah gak apa-apa, Ay. Setelah melihat Azri sekarang bahagia, aku sudah berhasil melupakan masalalu yang sangat menyedihkan itu. Terlepas, meski kadang ingat, tapi aku tidak apa-apa. Dia juga sepertinya kuat di dalam sana."Ambar mengusap perutnya yang sudah mulai berbentuk."Syukurlah, Kak. Aku gak kebayang akan sesedih apa Azri dan bapak kalau sampai kakak kenapa-napa.""Gak, Ay. Kakak gak kenapa-napa."Ayra mengangguk, lalu menundukkan wajahnya dengan bibir tertutup. Raut wajahnya menimbulkan penasaran Ambar."Tapi muka kamu kenap

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   47. Putri Yang Tak Pernah diakui

    Mereka pergi ke dapur untuk bicara berdua. Namun baru saja Ayra duduk di kursi meja makan, Azri sudah memotong sebelum bibirnya mengucapkan apapun."Gak bisa Ay. Maaf. Aku gak bisa bagaimanapun bujuk rayumu."Bahkan belum Ayra bicara apa-apa. Azri sudah mengklaim keputusannya.Walau begitu, Ayra menangkap ekspresi tidak enak di wajah Azri."Jadi ibuku harus tetap pergikan?" tanya Ayra.Azri mendekatkan wajahnya, ia menghela nafas pelan."Maaf. Tapi aku gak mau Kak Ambar jadi sakit karena kejadian hari ini. Kau orang berharga dalam hidupku, Ay. Begitupun kak Ambar."Ia tau saat ini Azri sedang merasa sangat serba salah.Ayra mengangguk. "Kalau gitu, tolong siapkan tempat tinggal untuk ibu."Azri tercenung seolah tak menyangka itu yang keluar dari mulut Ayra.Ia pikir akan berdebat panjang karena persoalan ini."Ibu tidak pernah mencintai Bapak. Bahkan sampai saat ini. Ta

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   46. Serba Salah

    Ayra masuk ke kamar, dari ambang pintu dirinya menyaksikan sang ibu menangis."Bu. Ibu kenapa?" tanya Ayra.Ia duduk di pinggir ranjang tak jauh dari ibunya yang duduk di lantai sambil menangis."Ibu gak tau kenapa bisa sehancur ini, Ayra!" Di usap Ayra pelan punggung ibunya. "Udahlah, Bu. Gak usah di inget lagi. Ikhlasin aja.""Ibu udah kasih apapun yang ibu punya. Bahkan rasanya gak pernah sedetikpun ibu gak mencintai dia. Tapi dia tetap meninggalkan ibu."Rupanya kesedihan ibunya berupa pada bapak tirinya yang sampai di sini Ayra tau telah pergi dengan perempuan lain."Kenapa ibu bisa menikah dengan dia?" tanya Ayra.Sang ibu tampak menoleh pada Ayra. Untuk beberapa saat terdiam."Ibu memcintainya, Ayra. Ini adalah cinta pertama dan terakhir."Sungguh sulit keluar dari mulut Ayra. Tapi, dirinya hanya ingin apa yang orang-orang katakan padanya selama ini tidak benar.

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   45. Tingkah Bu Riri

    Bahan di dapur habis, opsi termudah untuk membuat makan siang hari ini hanya dengan pergi ketukang sayur yang biasanya di gerumbuni oleh emak-emak yang nyambi beli sayur sambil ngomongin orang.Ia ingat sekali ibu-ibu itu tampaknya golongan yang tidak mengerti teknologi bahkan tidak paham yang namanya kurir."Kemarin saya liat anak Pak Ridwan di kasih cowok barang.""Anak pak Ridwan si bunga itu?""Iya. Katanya itu barang dari jakarta. Sering banget saya liat cowoknya ke rumah nganter-nganterin barang gitu. Mana pake bajunya selalu sama. Merah gitu. Heran sama anak zaman sekarang."Di jelasin juga gak mau tau apa itu kurir dan kerjaannya emang gitu nganter-nganter barang.Ayra sejujurnya malas sekali ke sana. Tapi masa iya dirinya lagi-lagi tidak masak hanya karena tidak mau mendengarkan omongan orang lain.Lagi pula Bu Retno tak akan ada di tukang sayur. Ada bagusnya juga lumpuhnya bu Retno. Ngurang-nguran

DMCA.com Protection Status