Mertua Bengis dan Pilih Kasih

Mertua Bengis dan Pilih Kasih

last updateHuling Na-update : 2023-10-28
By:  saffaghaniaOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
81Mga Kabanata
1.4Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Synopsis

Jika saja aku tak takut berdosa, rasanya lebih baik menganggap tak punya mertua dan ipar sekalian." Batinku marah memendam kesal dan sakit hati. Kanaya adalah seorang istri dari lelaki bernama Bagaskara, lelaki tampan, baik dan setia. Namun sayang, dia seolah terasing di antara keluarganya. Karena Sang Ibunda yang melahirkannya, selalu membuatnya merasa tak nyaman dan memilih kasih dirinya dengan saudaranya yang lain. Kanaya prihatin dengan pernikahannya sendiri, karena tak jarang, Ibu mertua dan ipar-iparnya, mengganggu ketentraman rumah tangganya. Mulai dari masalah materi, gaya hidup dan segala masalah kecil lainnya yang menurutnya tak begitu penting. Lisan mereka tak ayalnya bagai duri yang menusuk, begitu tajam dan menyakitkan. Mereka hanya peduli pada Kanaya dan Bagaskara hanya saat mereka perlu saja. Ketika Kanaya berada di titik nadir, seringkali ia berpikir untuk berpisah dengan Bagaskara. Akankah Kanaya sanggup bertahan bersama suami yang tak dianggap oleh keluarganya? Sanggupkah Kanaya menerima perlakuan buruk Ibu mertua dan ipar-iparnya?

view more

Kabanata 1

Sah Menikah Walau Dipermalukan

“Sah!”

Para saksi pernikahan kami mengucapkan kata-kata itu selepas suamiku mengucapkan ijab-qabul. Para hadirin bertepuk tangan karena suamiku mengucapkannya dengan lancar tanpa hambatan.

Ada pemandangan aneh di palang pintu gedung sebelah kiri, sekumpulan orang yang begitu banyak layaknya rombongan piknik, berkumpul di satu titik pintu tersebut.

"Bang! Itu yang di palang pintu masuk sebelah kiri siapa ya? Kok banyakan?" tanyaku menepuk tangan Bagaskara pelan. 

"Abang juga gak tahu, Yang!" jawab Bagaskara memantau sekumpulan orang itu.

Rombongan pengantar pengantin pria yang tengah duduk di dalam gedung, beranjak pada acara ramah-tamah, berbaris mengantre hidangan parasmanan yang telah disediakan, diikuti oleh sekumpulan orang yang berkumpul di palang pintu tadi.

"Loh! Mereka rombongan pengantar rupanya, Bang?!" ujarku menoleh pada Bagaskara.

Bagaskara menunduk diam, lalu meminta maaf padaku karena ia pun tidak tahu akan hal itu. Mama dan Papa saling memandang aneh, karena masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Mereka banyak sekali, tidak salah, Nak Bagas?" tanya Papa.

"Bagas juga gak tahu, Pa! Ibu bilang sih yang ikut hanya 25 orang saja. Ibu sudah sepakat dengan Mama dan Papa, bukan?" tanya Bang Bagas.

"Betul, tapi kamu lihat sendiri, anak-cucu-cicit ikut semua tuh kayaknya." Kekeh Papa mencandai Bagaskara.

"Semoga saja hidangannya tidak kurang ya, Pa!" harap Bagaskara tersenyum simpul.

"Itu yang Papa harapkan, Nak!" jawab Papa mengusap punggung Bagaskara-suamiku.

Usai masalah list pengantar yang tidak sesuai janji, datang lagi masalah lainnya yang membuat kepala penat.

Di sebelah kanan tempat photoshoot, Kak Hana sibuk mengatur fotografer untuk keluarga Bang Bagas berfoto bergiliran tanpa menghiraukan siapa pemilik acara sesungguhnya.

Kak Alana melirikku, seolah tidak terima, dengan sikap tak santun kak Hana. Tangan Kak Lana mengepal gemas ingin protes pada Kakak iparku itu.

"Bang! Lihat Kakakmu di sudut sana! Sibuk sekali di tempat photoshoot, aku jadi gak enak sama Mama dan Papa." Bisikku tepat di rungu suamiku.

"Duh, Kak Hana ini! Bisanya malu-maluin aku aja!" kesal Bang Bagas.

Bang Bagas merogoh ponsel di tas kecilnya, lalu menghubungi wanita yang ditakdirkan menjadi Kakak kandungnya.

"Kak! Sudah dong! Jangan foto-foto melulu! kan bukan kakak yang bayar, aku malu!"

"Ya gak apa-apa juga kali, ini kan acara pernikahan kamu, sah-sah aja, kan!"

"Sah itu kalau kakak yang bayar, terus Ibu sumbang uang belanja yang cukup untuk pernikahanku pada Mamanya Kanaya." 

"Sombong kamu, Gas! Baru punya mertua gitu aja berani menjelekkan Ibu kamu sendiri."

"Sudah lah! Susah memang bicara sama kakak!"

Ketika yang lain tengah duduk manis menikmati hidangan, nampak Ibu mertuaku yang juga ikut makan bersama mereka, begitu juga Kak Hana dan suaminya.

"Makanannya gini-gini aja ya, gak berkelas, katanya orang terpandang, tapi kok begini kasih makanan untuk tamunya." Celetuk Kak Hana pada suaminya.

"Ssst, nanti kedengeran, kamu ini suka ceplas-ceplos!" bentak suami Kak Hana.

Kak Lana yang tak sengaja mendengar perkataan Kak Hana, langsung menghampiri dengan geram, netranya memerah menahan emosi.

"Maaf, Jeng Hana! Kalau anda tidak puas dengan hidangan dan menu yang kami sediakan, silakan makan saja di restoran pilihan anda!" tegas Kak Lana berdiri di depan Kak Hana memandang wajahnya tanpa takut.

"Rupanya Kakaknya Kanaya begini ya, sukanya nge-gas!"

"Masih bagus kami bisa melangsungkan acara di aula hotel, dengan varian menu yang banyak. Padahal adik anda tidak memberi mas kawin yang besar, loh!" marah Kak Lana.

"Sombong benar, siapa anda berani menghina keluarga saya? Siapa suruh mau sama adik saya Bagas?" ketus Kak Hana membalas.

"Siapa suruh banyak janji! Bahkan Ibu anda menjanjikan uang pekah 10 juta kenyataannya nol besar, tiga juta pun tidak! Mohon maaf jika anda tersinggung!" kesal Kak Lana menatap fokus netra Kak Hana.

Perkataan Kak Lana benar. Pada akhirnya kesepakatan antara kedua belah pihak mengenai uang pekah hasilnya nihil, untungnya orang tuaku sudah mempersiapkan jauh-jauh hari untuk dana pernikahanku, bagaimana jadinya jika kami tetap menunggu janji mereka yang kosong, bisa jadi acara pernikahanku tak dapat berjalan.

Kak Hana mendelik layaknya pemeran antagonis dalam film usai mendengar ucapan Kak Lana, lalu pergi meninggalkan aula tanpa basa-basi sembari melempar semangkuk empal gentong yang dipegangnya.

Anehnya, kedua mertuaku malah ikut pulang bersama Kak Hana dan rombongan pengantar. Dimana perasaan mereka?

"Kenapa Ibu dan Bapak malah pulang, Bang? Gak dampingin kamu dulu? Kalau saudara-saudaramu sih gak masalah. Masalahnya ini orang tua kamu, Bang!" keluhku sedih.

Betapa malangnya suamiku, ditinggalkan orang tuanya, tidak  didampingi menyalami para tamu undangan.

Bang Bagas nampak sedih, kecewa, marah, juga malu. Akibat mertuaku tidak nampak mendampingi di pelaminan, maka timbulah desas-desus bahwa pernikahan kami tidak mendapat restu mertua. Saat seharusnya aku berbahagia tanpa memikirkan apa pun, aku tak menyangka, akhirnya akan dipermalukan seperti ini. Bersyukur Mama dan Papa tidak mendendam. Mereka justru memberiku semangat. Aku tak dapat menahan tangisku, sesak sekali rasanya dadaku ini. 

Acara resepsi telah usai, kami semua tiba di rumah dengan kelelahan kami dan setumpuk penyesalan juga emosi yang terpendam.

"Sabar ya, Nay! Mama tahu kamu pasti mangkel, malu dan sakit hati. Tuhan pasti akan kasih kamu upah dibalik musibah ini, syaratnya sabar dan ikhlas." Tutur Mama lembut dan menentramkan hati.

Aku tumpahkan semua kesedihanku di atas hamparan sajadah, padaNya aku memohon ketenangan. Air mataku berlinang, menangis tanpa henti hingga sepasang netraku sembab.

"Naya, Sayang. Maafkan Abang ya, kamu menyesal menikah dengan abang?" tanya Bang Bagas memelukku yang masih lengkap dengan kain penutup aurat wanita muslim berwarna putih yang digunakan saat salat itu.

"Abang ngerti, gak ada yang harus kamu jelaskan, menangislah! Abang siap menerima konsekuensinya." Peluknya mengusap punggungku.

"Kenapa semua ini terjadi? Saat pernikahan kita yang seharusnya bahagia?" keluhku menumpahkan bulir air mata yang membasahi kais oblongnya.

"Kamu tahu? Sebenarnya Abang sudah tidak punya muka dihadapan keluarga kamu, Abang merasa sangat bersalah." Lirih Bang Bagas penuh penyesalan.

"Ini semua bukan salah kamu, Bang! Dan kamu tidak perlu malu dengan keluargaku, kami tidak sepicik itu memandang orang lain." Jawabku menghibur kesedihannya.

"Jika kamu ingin menebus kesalahanmu, cukup menjadi suami yang baik dan setia, sayangi orang tuaku seperti aku menyayangi mereka. Karena mereka adalah harta yang sangat bernilai bagiku," pesanku penuh harap.

"Baik, Abang akan berusaha menjadi suami dan menantu yang baik," jawabnya.

Bang Bagas, masih memelukku dengan hangat, rasanya nafas ini sedikit lega. Karena, walaupun keluarga suamiku tak dapat diharapkan, setidaknya aku masih memiliki suami yang baik dan perhatian padaku.

Bang Bagas lelaki yang baik, aku jatuh hati padanya tidak semata-mata karena wajahnya yang tampan saja, namun karena dia lelaki yang lembut, romantis, mengerti aku, dan selalu mengalah.

Lepas puas menangis, aku segera membuatkan kopi untuk suamiku. Kami bersantai dan menonton televisi, sejenak melupakan masalah keluarga kami yang rumit. Tiba-tiba, terbersit olehku perihal kado dan hantaran yang dibawa keluarga Bang Bagas. Iseng-iseng, kubuka hantaran lebih dulu, dan betapa mengejutkannya aku melihat isi dari hantaran tersebut.

"Loh! Bang? Kok beginian semua? Gimana bisa jadi kayak gini?"

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
81 Kabanata
Sah Menikah Walau Dipermalukan
“Sah!”Para saksi pernikahan kami mengucapkan kata-kata itu selepas suamiku mengucapkan ijab-qabul. Para hadirin bertepuk tangan karena suamiku mengucapkannya dengan lancar tanpa hambatan.Ada pemandangan aneh di palang pintu gedung sebelah kiri, sekumpulan orang yang begitu banyak layaknya rombongan piknik, berkumpul di satu titik pintu tersebut."Bang! Itu yang di palang pintu masuk sebelah kiri siapa ya? Kok banyakan?" tanyaku menepuk tangan Bagaskara pelan. "Abang juga gak tahu, Yang!" jawab Bagaskara memantau sekumpulan orang itu.Rombongan pengantar pengantin pria yang tengah duduk di dalam gedung, beranjak pada acara ramah-tamah, berbaris mengantre hidangan parasmanan yang telah disediakan, diikuti oleh sekumpulan orang yang berkumpul di palang pintu tadi."Loh! Mereka rombongan pengantar rupanya, Bang?!" ujarku menoleh pada Bagaskara.Bagaskara menunduk diam, lalu meminta maaf padaku karena ia pun tidak tahu akan hal itu. Mama dan Papa saling memandang aneh, karena masih tak
last updateHuling Na-update : 2023-03-08
Magbasa pa
Masalah Di Awal Pernikahan
"Kenapa, Sayang?" tanya suamiku menatap wajahku dan barang hantaran itu.Aku melanjutkan membuka satu per satu hantaran itu, sambil merasa heran, aku tak habis pikir mengapa bisa begini?"Lihat deh, Bang! Hantaran yang keluargamu bawa beda dengan yang kita pilih sebelumnya. Katanya udah fix, kok jadinya begini?" heranku memperlihatkan satu hantaran utama pada suamiku."Abang gak tahu, Nay! Apa mungkin ada yang nuker? Tapi siapa?” jawab suamiku mencoba menenangkanku."Terus kalau gak ada yang nuker, ketuker gitu? Ketuker sama siapa, Bang? Suka aneh-aneh aja kamu. Ini lagi baju tidurnya kok jadi yang tipis banget kayak gini!" marahku melempar piyama tipis menerawang."Abang kan cuma mengira-ngira aja, Abang juga nggak tau jawabannya. Abang telepon Ibu aja, gimana?" tanya Bagaskara mengambil ponselnya di atas nakas.Aku buru-buru mencegahnya, karena tidak mau urusannya menjadi semakin rumit. Bagiku sama saja seperti menyulut api."Gak perlu, Bang! Pelakunya pasti keluarga kamu, siapa lag
last updateHuling Na-update : 2023-03-08
Magbasa pa
Lagi-lagi Masalah
"Ibu apa, Bu!" marah Bagaskara.Bu Aini-mertuaku, tertunduk di hadapan putranya, ia seolah enggan mengungkap kebenaran tentang putrinya yang tak lain adalah kakak dari suamiku. Namun, Bapak memberi isyarat pada Ibu untuk mengatakannya dengan jujur. Tanpa menunggu lama, bapak lekas menepuk tangan Ibu yang tengah mengetuk-ngetukkan jarinya tidak karuan. Lantas Bapak menegur, "Ayo! Bilang sama Bagas, Bu! Jangan tutupi terus kesalahan Hana, kalau memang benar dia yang melakukannya, Ibu gak usah takut Hana marah sama Ibu!"Ibu menganggukkan kepalanya walau nampak ragu, sambil menoleh pada Bapak, seolah meminta perlindungan."Itu semua … Hana yang menukarnya. Katanya gak perlu yang mewah kalau sekadar untuk hantaran, tabungan kamu lebih baik dipakai keperluan lain.” Ibu mengatur napasnya usai kalimatnya yang panjang. “Ibu pikir kenapa enggak, itu kan menghemat budget?!" ungkap Ibu gugup sembari memantau setiap sudut ruangan. Mungkin beliau khawatir aku mendengar pengakuannya."Duh Ibu! Kak
last updateHuling Na-update : 2023-03-08
Magbasa pa
Gara-gara Telur
"Enggak tahu, Bang! Jangan tahu lah, kalau mereka tahu nanti mereka ikut-ikutan mikirin," jawabku merenung."Berdoa saja lah, semoga rezeki kita lancar, dan bisa terus membantu," jawab Bagaskara menghiburku.Keesokan harinya, saat mentari menghangatkan tubuhku yang tengah berjemur di halaman, Bagaskara berjalan menghampiriku."Yang! Kita ke rumah Ibu yuk! Udah lama kita belum nengok," katanya."Boleh, sekalian aja kita manpir dulu ke toko kue yang di jalan Ir.H Djuanda itu, kita belikan brownies kukus coklat kesukaan Ibu dan Bapak, Bang!" ajakku semangat. "Boleh lah, sudah lama juga kita gak kasih oleh-oleh, ya?" kata Bang Bagas. Aku pun mengangguk, lalu pergi ke kamar untuk bersiap. Rupanya Bang Bagas sudah lebih dulu siap, dengan kemeja flanel berwarna biru dongker, celana joger chinos dan sepatu sport bermerk Niki.Bang Bagas nampak tampan, duduk di kursi rotan menunggu di teras rumah.Kami pun segera berangkat dengan skuter matic asal Italia itu. Bang Bagas melaju dengan kecepat
last updateHuling Na-update : 2023-03-09
Magbasa pa
Mama Meninggal
"Sudahlah Sayang, mulai saat ini kita berkunjung ke rumah Ibu cukup sebulan sekali aja, gak usah setiap seminggu sekali, bisa panas telingaku." Begitu ucap Bagaskara setelah kami meninggalkan rumah mertuaku. Aku langsung mengangguk, tak menutupi rasa panas akibat mulut pedas Kak Hana tadi. "Iya, Bang! Begitu jauh lebih baik! Keluargamu julid banget sama aku, Bang!" sahutku setuju sambil menatap wajah sedih suamiku."Iya. Dan lagi-lagi Abang dibuat malu dengan keluarga sendiri," kata Bang Bagas dengan lesu.“Tapi, mereka begitu karena cemburu padamu, Nay.” Aku menelengkan kepala. “Ngapain cemburu sama aku?" "Iya, karena keluarga kamu orang terpandang, kamu juga berpendidikan, apalah artinya mereka jika dibandingkan dengan kamu, Nay?" sahut Bang Bagas merendahkan diri. Aku mengibas-kibaskan tangan. "Jangan terlalu melebih-lebihkan, Bang! Aku tidak sebaik itu!" jawabku. "Kamu menyesal nikah sama Abang, Nay?"Dahiku kembali merengut mendengar pertanyaannya. “Kenapa sih, itu terus y
last updateHuling Na-update : 2023-03-09
Magbasa pa
Mereka Tidak Datang
"Bang! Kok Ibu sama Bapak gak kelihatan? Mereka kemana? Kamu udah kasih tahu mereka kan, kalau Mama meninggal?" tanyaku. "Sudah Abang kasih tahu, Kok! Malah Bapak bilang agak sore mau kesini katanya." Sahut Bagaskara. Tak lama setelah itu, nampak Bapak di depan teras menyalami saudara-saudaraku. Rupanya Bapak hanya sendirian tidak ditemani Ibu. "Assalamualaikum." Salam Bapak. "Waalaikumussallam," jawab Papa dan Bang Bagas. "Maaf Pak Rendra, saya baru datang." Bapak duduk di samping Papa. "Kenapa sendirian? Bu Aini gak ikut? Saudaranya Bagas?" tanya Papa menoleh pada besannya. "Maaf istri dan anak-anak saya sepertinya gak bisa datang, karena ada keperluan lain." Tutur Bapak merasa tidak enak. "Oh ya sudah, tidak apa-apa Pak Alan, itu hak mereka." Sindir Papa melirikku. "Naya! Buatkan Bapakmu minum!" titah Papa. "Iya, Pa!" sahutku. Aku melangkahkan kakiku menuju dapur, seraya memanggil Bang Bagas yang sedang menyelesaikan pekerjaannya di laptop. "Bang! Sudah dulu kerjanya
last updateHuling Na-update : 2023-05-04
Magbasa pa
Tanggal 25, Ada Apa?
"Mungkin Ibu, biasanya ibu suka bawel kalo Bapak belum pulang, apalagi selarut ini." Sahut Bagaskara sembari menggulung karpet yang berada di ruang tamu.Aku menggelengkan kepala lalu menoleh pada bapak. Kemudian Bapak mengambil benda pipih itu sembari memantau siapa nama yang tertera di layar monitor ponselnya dengan malas, beliau tekan tombol berwarna hijau dengan mode loudspeaker."Ada apa telepon terus! Gak usah telepon!" "Kamu dimana ini! Malah ceramahin aku! Lekas pulang! Sudah malam, Pak!" "Ini di rumah Naya, mau apa memangnya! Aku gak akan pulang, mau bermalam disini temani Bagas!""Bagaskara itu sudah dewasa, Pak! Lelaki yang sudah menikah, kenapa minta ditemani! Macam anak-anak saja!" "Dia enggak minta ditemani, akunya saja yang gak mau pulang, kasihan Kanaya, baru saja kehilangan Ibunya." "Terserah kamu, Pak! Cuma dia mantumu, ya!"Tak banyak bicara lagi, Bapak segera menutup panggilan dari Ibu sebelum ibu selesai dengan kalimatnya, bapak merasa tidak enak karena belia
last updateHuling Na-update : 2023-05-06
Magbasa pa
Nyinyiran Tetangga
"Lihat rekening Abang, sudah masuk belum gaji kamu bulan ini? Kita kan mesti kasih uang sekolah adik-adik kamu, Bang!""Oya! Kok Abang bisa lupa? Makasih sudah ingetin Abang, Sayang!""Iya, sama-sama, Bang! Kita mesti gerak cepet sebelum ibu ngomelin kamu. Aku belum bisa gajian, Bang! Kan belum dapat sebulan aku disini." Ungkapku khawatir."Aduh! Gimana ya, belum masuk gajinya, kayaknya pending deh, soalnya kemarin menejer Abang bilang kalau Abang harus cari lagi nasabah dua orang, biar gajinya turun." Keluhnya memperlihatkan bukti saldo di aplikasi bank digitalnya."Tenang, pasti bakal ada jalan, Bang! Aku cek juga saldo punyaku, siapa tahu masih punya tabungan sisa gaji dari SPG kemarin." Kataku menenangkannya.Selepas pulang dari restoran, kami merebahkan diri di atas ranjang, Bagaskara merenung nampak tak tenang."Bang, gak usah cemas, masih ada waktu lima hari lagi. Kita berdoa aja ya.""Gak usah terbebani, kalau gak ada gak apa-apa, kita bilang aja sama ibu. Kamu gak usah ikut-i
last updateHuling Na-update : 2023-05-06
Magbasa pa
Tidak Ada Habisnya
"Kamu mana denger, ibu kalau ngomong begituan gak pernah ada kamu, Bang! Nanti juga pasti kamu tahu!" ketusku meyakinkan suamiku."Ya udah, jangan sedih terus. Kamu jangan bosan memaklumi ibu ya, ibu memang begitu, Abang minta maaf!" jawab Bang Bagas."Gak perlu minta maaf, bukan salah kamu!" kesalku membanting pintu kamar mandi."Kamu suka gitu sih Yang kalau aku bilangin. Maafin Abang dong, jangan ngambek lagi ya!" teriaknya di depan pintu kamar mandi yang kututup."Iya, deh iya! Aku juga minta maaf, kalau bawaannya ketus melulu, habis aku kesel! Udah digibahin sama tetangga, ibu juga sama aja, nah kamu malah gak ngerti! Mereka semua gibahin aku belum punya anak melulu!" Kesalku memasang wajah masam keluar dari kamar mandi."Gak usah kamu pikirkan kata-kata mereka dong, Sayang! Mereka tugasnya cuma ngeramein hidup kita aja, gak usah dianggep, ya!" bujuk Bang Bagas."Iya deh!" sahutku singkat.Sebenarnya banyak ketidak cocokkan antara aku dan suamiku, karakterku adalah kebalikannya.
last updateHuling Na-update : 2023-05-07
Magbasa pa
Tidak Diberi Seragam di Acara Pertunangan Lya
"Gak ada yang kasih tahu kami pakai seragaman. Justru Bagas mau tanya sama Kakak, kenapa seolah kalian sengaja bikin kami malu, sudah gak aneh kalian begini sama Bagas!" Bang Bagas berbicara dengan nada tinggi. Kak Hana mendengus kesal tanpa menghiraukan suamiku, lalu pergi meninggalkan kami membawa saudara Bagaskara lainnya untuk mengikutinya. Kemudian Bang Bagas menghampiri Bapak yang kebetulan sedang berada di ruang tengah, tempat kami berkumpul. "Pak! Kok ibu gak bilang kalau bajunya seragaman? Apa kalian sengaja gak kasih tahu Bagas?" tanya suamiku. "Masa sih, Gas?" tanya Bapak heran, seolah tak percaya. "Kalau Bagas memang nerima atau dikasih informasi jauh-jauh hari, untuk apa Bagas tanya Bapak?" bantah Bang Bagas. "Setahu Bapak, Ibu dan Hana belanja keperluan tunangan Lya minggu lalu. Bapak kira kamu sudah aman!" sahut Bapak. "Aman apanya, Pak! Malahan Ibu kasih tahu Lya tunangan juga, baru malem tadi! Kesannya kayak ngedadak!" keluh Bagaskara melirikku. "Ada-ada aja
last updateHuling Na-update : 2023-05-07
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status