Bagaimana perasaan mu jika suami yang sangat kamu cintai malah berselingkuh dengan adikmu sendiri ? Pasti sungguh menyakitkan bukan ? Itulah yang aku alami saat ini. Berawal dari terungkapnya perselingkuhan antara suami dan adik kandungku sendiri yang membuat hidupku menjadi di liputi oleh rasa kecewa dan sakit hati. Ingin pergi namun tak bisa karena anak yang menjadi alasan utamaku, namun walaupun aku tetap bertahan, aku mempunyai taktik jitu agar dalam kisah ini aku yang tetap menjadi pemenangnya. Penasaran dengan kisah nya ? Yuk baca kisah selengkapnya Happy reading guys
View More"Astagfirullah mas, apa yang kamu lakukan ?" Ucapku spontan karena kaget melihat suami ku mas Roni sedang berhubungan badan dengan adikku sendiri tanpa mengenakan sehelai kain pun untuk menutupi tubuh mereka.
Aku yang waktu itu baru saja pulang bekerja, dengan keaadan lelah dan capek karena tengah seharian bekerja tiba tiba setibanya di rumah aku di kagetkan dengan pemandangan yang sangat sangat menjijikan.
Awalnya aku ingin memberi suprise kepada mas Roni karena hari ini aku tidak bekerja lembur seperti biasanya, dan aku tak memberi tahu mas Roni jika aku pulang cepat karena rencananya aku akan memberi kejutan kepadanya.
Namun setelah sampai di rumah, bukannya aku yang memberi kejutan melainkan akulah yang di beri kejutan oleh mas Roni.
Pemandangan yang sangat tidak aku sukai.
"Eh ka.. kamu udah pulang Rin, Rin u.. untuk masalah ini mas bisa jelaskan, ka.. kamu jangan salah paham dulu ya." Ucap mas Roni dengan gelagapan karena sudah tertangkap basah.Sementara Kartika adikku ia tampak shock dan dan takut kena dengan omelanku, makanya saat ia telah melihatku yang telah memergokinya ia langsung buru buru mengambil bajunya yang tergeletak berceceran di atas lantai di dekat tempat tidur dan kemudian dia langsung pergi berlari keluar dari kamarku dan sepertinya menuju kamar mandi, untuk segera mengenakan bajunya.
"Mau di jelaskan bagaimana lagi mas, semuanya sudah jelas, kamu tega ya mas menghianati pernikahan kita, apalagi kamu berselingkuh dengan adikku sendiri, sungguh tak punya hati kamu mas." Ucapku dengan luapan emosi yang sudah tak tertahankan.
Aku begitu kesal dan geram dengan kelakuan mas Roni dan Kartika adikku sendiri, di tambah lagi Kartika pun telah mempunyai suami tapi mengapa ia bisa ada di rumahku dan melakukan hal yang sehina ini bersama suamiku.
Saking marahnya aku terus saja memaki maki suamiku dengan membantingkan semua barang barang yang ada di dekatku ini.
Melihat ku yang di penuhi dengan emosi dan terus saja melemparkan benda benda di sekitarku kepada mas Roni.
Akhirnya mas Roni pun langsung mendekatiku dan langsung berdiri di hadapan ku.
Melihat perawakan mas Roni yang tinggi besar melihat ku dengan tatapan yang sulit ku artikan, nyaliku menjadi ciut, pikiranku mulai berpikiran kemana mana, aku takut mas Roni akan memarahi ku balik dan bahkan aku takut jika bagaimana nanti mas Roni akan melakukan KDRT kepadaku.Pikiran ku sudah tak karuan, pikiranku sudah negatif thingking saja terhadap mas Roni.
Namun karena aku merasa bahwa aku berhak marah dan yang salah dalam masalah ini adalahl mas Roni maka aku memberanikan diri untuk langsung saja melawan mas Roni.Di saat mas Roni telah berdiri di depan ku aku langsung saja mencakar wajahnya dengan sekuat tenaga dan dengan penuh emosi yang telah mempengaruhi diriku.Setelah wajahnya penuh dengan luka goresan cakaranku aku pun tak segan segan menamparnya beberapa kali dan memukul perut dan dada bidangnya itu, hingga aku mulai kelelahan dan tak terasa air mataku pun mengalir kembali dengan sangat derasnya mengalir membasahi pipi ini.
Namun ternyata tak ku duga melihatku yang sedari tadi memukulinya dengan tanpa ampun mas Roni hanya diam saja mematung dan tanpa melakukan perlawanan sedikit pun, dan ketika aku berhenti memukulinya pun ia malah langsung saja bersimpuh di hadapanku sambil memegangi kedua kaki ku dan ia pun malah menangis begitu kencang.
"Maafkan mas Ran, mas salah, mas khilaf, maaf Ran, tolong maafkan mas." Ucapnya memohon ampunanku sambil mengangis sejadi jadinya.
Pikiran ku salah besar terhadap mas Roni, awal nya aku pikir mas Roni adalah sosok lelaki yang ringan tangan dan dingin, namun bahkan setelah aku memarahi, memaki dan melakukan kekerasan terhadapnya pun ia malah langsung bersimpuh dan meminta maaf kepadaku sambil menangis dengan sejadi jadinya.Namun pada saat ini, karena aku sudah terlanjur sangat sakit hati dan kecewa kepada mas Roni dan juga Kartika, rasanya aku sudah tak mau memaafkan lelaki penghianat ini.
"Lepaskan aku mas lepas, kamu tega mas." Ucapku sambil ku coba menggerak gerakan kakiku agar bisa terlepas dari pegangan tangannya itu.
Namun usahaku sia sia karena tenaganya jauh lebih besar dari pada aku.
"Aku tak akan melepaskan mu Ran, sebelum kamu memaafkan ku." Jawabnya dengan suara yang sudah parau karena ia terus saja menangis sesegukan.
Dan baru kali ini aku melihatnya menangis karena selama ini aku melihat sosoknya yang tegas dan dingin, namun begitu sangat perhatian kepadaku dan kepada anak anak kami.
"Tak sudi aku mas memaafkan mu, dasar laki laki yang tak tahu di untung, harusnya kamu mikir mas, kamu hanya bekerja sebagai tukang cukur rambut dan semua biaya sehari hari pun aku yang menanggung semuanya, kamu tak pernah memberiku nafkah, dengan alasan setiap uang hasil mencukur rambut itu habis untuk membeli rokok dan juga kopi, tapi apakah aku pernah protes mas ? Tak pernah sama sekali karena aku pun bekerja dan gajiku lumayan besar jadi aku ikhlas menjadi tulang punggung di keluarga ini, sampai rumah besar ini pun aku bangun dengan hasil kerja kerasku dan kamu hanya tinggal menikmatinya saja, tapi apa balasan mu mas, kamu jahat, kamu malah menghianatiku, atau jangan jangan penghasilan mu dari hasil kamu menyukur rambut pun kamu serahkan kepada Kartika, sehingga ku lihat minggu minggu kemarin ia bisa merenovasi rumahnya yang semula kecil sekarang menjadi besar padahal suaminya hanya bekerja serabutan, apakah dugaan ku itu benar mas ?" Tuduhku dengan penuh emosi dan prasangka prasangka buruk.
"Sudah Ran sudah, yang lalu biarlah berlalu jangan pernah kamu mengungkitnya lagi ya, mas mengaku mas salah dan khilaf, mas minta maa dan sekarang alangkah lebih baiknya kalau kita mulai lagi kehidupan rumah tangga ini dari nol ya, mas janji mas gak akan menyakiti mu lagi." Ucapnya dengan sangat lancar dan etengnya ia berbicara tanpa mengerti perasaanku ini.
"Wah hebat banget kamu mas, dengan enteng nya kamu bilang begitu, kamu gak mikir gimana perasaanku saat ini, sakit mas sakit." Ucapku yang kesal dengan perkataannya tadi.
"Mas tahu kamu marah dan sakit hati, tapi sudahlah Ran maafin mas, yang lalu biarlah berlalu, kamu mau kan maafin mas ?" Tanyanya dengan suara yang di manja manjakan membuatku semakin jijik saja kepadanya.
"Maaf mas sepertinya kata maaf mu ini sudah tak berlaku lagi untuk sekarang ini, hatiku sudah terlanjur sakit dan aku sudah muak dengan keadaan ini, lebih baik sekarang kamu pergi keluar sekarang juga dari rumahku ini." Ucapku dengan tegasnya mengusir mas Roni.
"Kamu ngusir aku Ran ?" Tanyanya seolah tak percaya dan ia mulai melepaskan pegangan tangannya dari kaki ku dan langsung beranjak berdiri di hadapanku.
"Ya, aku mengusir mu, karena aku sudah tak mau tinggal bersama penghianat seperti mu, aku sudah jijik dengan tubuhmu yang sudah di sentuh wanita lain selain diriku, jadi silahkan kamu angkat kaki sekarang juga dan cepat kemasi barang barang mu, aku tak sudi lagi tinggal satu atap bersama dengan lelaki rukang selingkuh." Ucapku dengan lantang menjawab pertanyaan dari mas Roni tersebut.
"Tapi Ran..." Ucapnya terpotong karena a langsung memotong ucapannya itu dan menimpalinya dengan ucapanku.
"Gak ada tapi tapian, cepat kemasi seluruh barang barang mu, atau perlu aku bantu untuk memasukannya ke dalam koper hah." Ucapku.
Melihatku yang terus saja mengusirnya, ia hanya berdiam diri mematung, sepertinya ia tak menyangka bahwa aku yang memiliki perangai yang lemah lembut bisa bersikap kasar dan bahkan tega sampai mengusirnya.
Bersambung...
# Bab 19# PoV NadiaSetelah membereskan barang barangku, Dewi pun kemudian berlalu pergi meninggalkanku karena ia menyuruhku untuk istirahat."Mbak, Dewi tinggalin dulu ya, mbak Nadia pasti capek, mbak langsung istirahat saja ya," ucapnya dan kemudian berlalu."Iya wi," jawabku dan kemudian ku tutup pintu kamar ini.Kamar disini memang tak seluas kamarku di rumah ibuku, namun lumayan nyaman juga menurutku walaupun luas kamarnya hanya cukup untuk 1 kasur dan 1 lemari saja.Aku pun langsung merebahkan tubuhku di atas kasur ini, karena cukup lelah juga menempuh perjalan menggunakan motor.Namun baru saja aku merebahkan tubuhku tiba tiba pintu di ketuk dari luar.Tok.. tok.. tok.."Dek.. dek.."Dari balik pintu ku dengar suara mas Deni memanggil."Iya mas sebentar," sahutku dari dalam kamar dan aku pun langsung beranjak bangun dari tempat tidur ini.Aku langsung membuka pintu kamar ini, dan ternya mas Deni sudah berdiri di ambang pintu.Saat aku membuka pintu mas Deni langsung berkata."
# Bab 18# PoV Nadia"Mah, hari ini Deni mau minta ijin sama mamah untuk membawa Nadia pulang ke rumah Deni," ucap mas Deni langsung to the poin kepada ibuku di saat kami baru saja berjalan di depan kedua orangtuaku.Awalnya aku mengira bahwa ibuku tak akan mengijinkanku pergi dari rumah ini, karena ku lihat di saat mas Deni mengutarakan niatnya untuk memboyongku ke rumah orang tuanya, raut wajah ibuku terlihat murung dan tak bersahabat, namun prasangkaku di patahkan oleh kata kata ibuku yang ternyata langsung mengijinkanku untuk di bawa pergi dan tinggal di rumah orang tua mas Deni."Ya sudah mamah izinkan, tapi mamah berpesan sama kamu Deni, terus bahagiakan Nadia ya, jangan buat Nadia menangis, sayangi dia sepenuh hati," ucap ibuku memberi wejangan kepada mas Deni "Iya mah, Deni janji akan selalu menyayangi dan membahagiakan Nadia selamanya," ucap mas Deni dengan yakin menjawab pertanyaan dari ibuku."Dan untuk kamu Nad, putri mamah yang mamah sayang, kamu baik baik ya di sana, nu
# Bab 17PoV NadiaRasanya senang hati ini, karena kini ibuku sudah merestuiku menikah dengan mas Deni.Dan tepat hari ini adalah hari pernikahanku dengan mas Deni.Acaranya berjalan lancar dan meriah, namun setelah 1 hari menikah mas Deni langsung mengajakku untuk tinggal bersama kedua orang tuanya.Awalnya aku tak mau, karena aku sudah nyaman dengan rumah ku ini, semua fasilitas tersedia, tak perlu membersihkan rumah dan tak perlu memasak, karena ada bi Minah disini, sedangkan di rumah mas Deni yang ku tahu ia tak punya pembantu dan aku tak tahu nantinya siapa yang akan memasak dan mencucikan baju bajuku, namun karena mas Deni gigih dalam membujukku, akhirnya aku mau ikut bersamanya untuk tinggal di rumah orang tuanya."Sayang, besok kita pindah ke rumah orang tuaku yah ?" Ucapnya sambil mendekatiku yang tengah sibuk melepaskan aksesoris riasan pengantin yang ada di kepalaku."Loh kenapa mas, memangnya kamu gak betah tinggal disini ?" Tanyaku kepada mas Deni."Bukannya gitu sayang,
# Bab 16Setelah bu Entin di antar ke rumah saudaranya pak RW pun mulai mengumumkan soal sumbangan dana untuk rumah bu Entin.Kami pun langsung menyumbang dengan seikhlasnya dan akhirnya setelah terkumpul, pak RW mengerahkan bapak bapak warga sini untuk bergotong royong membantu merenovasi rumah bu Entin kembali.Singkat cerita setelah beberapa hari akhirnya rumah bu Entin telah di bangun kembali dan sudah bagus kembali.* * * *Setahun telah berlalu, kini Nadia mulai menagih janjinya kepadaku."Mah.." panggilnya sambil menghampiriku yang sedang jaga warung."Iya apa Nad ?" Tanyaku.Setelah ia berada tepat di sampingku ia mengutarakan keinginannya lagi kepadaku."Apa mamah tidak ingat ?" Tanyanya "Hah.. tidak ingat apa nak ?" Tanyaku yang awalnya tak mengerti apa maksudnya."Sekarang sudah lebih dari satu tahun mah, dan umurku sudah menginjak 17 tahun," ucapnya."Lalu ?" Tanyaku masih belum mengerti."Ih.. mamah lupa ya ? Kan dulu mamah bilang jika umurku telah 17 tahun aku bisa meni
# Bab 15# Karma instanSetelah melayani pesanan bu Titi dan setelah bu Titi pergi kembali ke rumahnya, aku merenungkan tentang siapakah orang yang mempunyai sifat iri dengki terhadapku.Apakah Kartika atau ada orang lain lagi ? Entahlah aku bingung memikirkannya, namun aku berdoa semoga di berikan petunjuk mengenai siapa orang yang telah menaruh kotoran manusia di depan warungku itu.* * * *Keesokan harinya, entah dari mustajabnya doa orang yang tersakiti atau memang sudah waktunya ketahuan, tiba tiba saat aku ingin membuka warung ku lihat bu Entin sedang mengendap endap di depan warungku, ku lihat ia seperti ingin menaburkan sesuatu yang ada di dalam buntalan kain putih, namun untungnya aku keburu memergokinya hingga ia tak jadi berulah."Bu Entin lagi apa ?" Tanyaku kepada dia yang hendak membuka sebuah bungkusan kain putih."Eh, eng.. enggak bu Rina, saya cuma numpang lewat saja, permisi," ucapnya gelagapan.Melihat bu Entin yang tampak mencurigakan, aku pun jadi kepikiran soal s
# Bab 14"Tapi dengan siapa nak ? Apakah kamu sudah memiliki pacar ?" Tanyaku dengan lemah lembut kepada Nadia putriku.Saat ku tanya ia pun hanya mengangguk lalu menundukan kepalanya."Siapa namanya ?" Tanyaku."Mas Deni mah," jawabnya pasti."Deni ? Deni anaknya bu Ami ?" Tanyaku tak percaya, karena Deni itu terkenal sebagai pria yang banyak wanitanya, kalau kata anak jaman sekarang bisa di bilang play boy."Iya mah," jawabnya sambil tersenyum ke arahku."Tapi nak, dia itu kan seorang seniman, dan terkenal selalu dekat dengan banyak wanita," ucapku mengingatkan Nadia, karena aku tak mau jika nantinya Nadia malah di khianati oleh Deni seperti yang dulu pernah aku rasakan saat di khianati suamiku sendiri."Mas Deni itu baik mah, meski orang bilang banyak wanitanya ya wajar lah mah karena kan wanita wanita itu temen satu profesi dengan mas Deni, bukannya mas Deni playboy," ucap Nadia dengan nada yang terasa menyentakku, karena baru kali ini Nadia berbicara keras kepadaku."Bukannya git
# Bab 1310 bulan telah berlalu, aku telah melahirkan seorang anak laki laki yang kini usianya baru akan menginjak 1 bulan.Karena melahirkan bayi, kini aku berhenti bekerja untuk sementara waktu."Sayang kan sekarang kamu sudah melahirkan, sebaiknya kamu istirahat saja di rumah dan fokus mengurus bayi kita, lebih baik kamu berhenti kerja," usul mas Roni."Tapi mas, kalau aku berhenti kerja, gimana dengan kebutuhan sehari hari kita ?" Tanyaku karena selama ini aku yang mencari nafkah untuk makan dan untuk menggaji baby sister juga asisten rumah tangga di rumah ini."Sudahlah jangan di pikirkan, kalau untuk makan sehari hari mas kan kerja, walau cuma tukang cukur rambut tapi lumayanlah penghasilan mas bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan kita," ucapnya terlihat meyakinkan.Awalnya aku percaya saja, karena ku lihat ia sudah banyak berubah dan aku tak pernah lagi melihat suamiku dekat dengan perempuan lain, namun selama aku bekerja ia masih tak memberiku nafkah, tapi setelah ia berkata se
# Bab 12"Dek, maafin mas ya, mas salah, tapi mas sudah tak berhubungan lagi dengan Kartika kok," ucapnya seraya bersimpuh di hadapanku yang sedang duduk di atas ranjang kamar kami."Ya sudah jangan di bahas lagi," jawabku ketus."Tapi kamu mau maafin mas kan ?" Tanya kembali."Heemm," jawabku yang hanya bergumam karena aku tak mau menimpali pertanyaan pertanyaannya lagi.Capek ku rasa jika terus terusan memikirkan hal yang membuat dada ini terasa sakit dan sesak.* * * *Keesokan harinya tanpa ku duga Kartika datang ke rumah ku.Tok.. tok.. tok..Pintu di ketuk dengan sangat kencang.Bi Minah segera ke depan untuk membukakan pintu dan kemudian ia kembali lagi dan menemuiku."Maaf nyonya, ada adik nyonya di depan," ucap bi Minah dengan menundukan kepalanya.Tanpa menjawab apapun aku langsung saja berjalan ke depan untuk menemui Kartika."Ada apa lagi kamu kesini ?" Tanyaku dengan nada yang tinggi."Ya mau ketemu sama mas Roni lah," kali ini ia terlihat sangat berani menjawab ucapan da
# Bab 11Tak menunggu waktu lama ku lihat mas Roni langung berjalan cepat sedikit berlari ke arahku."Ran," teriaknya dengan semangat sambil terus menghampiriku dengan langkah yang cepat.Namun anehnya setelah mas Roni masuk gerbang aku tak melihat mobil pick up masuk mengikuti mas Roni.Aku melihat ke sekeliling melihat mobil pick up yang mengangkut sofa ku namun tak ada ku lihat sama sekali.Setelah ia menghampiriku, sebelum ia berkata apapun aku langsung saja bertanya kepadanya."Mas sofaku mana ?" Tanyaku dengan pikiran yang sudah mulai negatif.Dia lalu mendekatiku dan berdiri di hadapanku."Emm.. anu i.. itu.." ucapnya dengan gugup."Anu itu apa ? Yang jelas dong ngomongnya ?" Ucapku yang tiba tiba ingin marah kepadanya.Sejak aku telat haid dan di nyatakan hamil aku menjadi lebih sensitif, mudah marah dan juga mudah menangis.Mendengar bicaraku yang langsung mendampratnya mas Roni tampak kaget karena mungkin di dalam pikirannya Karina yang dulu pendiam dan penyabar telah sirna
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments