# Bab 4
"Sayang, udah ya peluk pelukannya, sekarang mamah mau ngobrol dulu sama tante Tika, kamu main dulu aja ya sama bi Minah," ucapku dengan lembut kepada putriku Nadia.
"Iya mah," jawabnya langsung menurut.
"Bi, bi Minah..." Panggil ku berteriak memanggil nama bi Minah.
"Iya non ada apa ?" Tanya bi Minah di saat dia telah berada di hadapanku.
"Bibi tolong bawa Nadia main dulu ya, saya mau ngobrol dulu," ucapku kepada bi Minah.
"Baik non," jawabnya dengan cepat, dan ia pun telah paham dengan maksudku itu karena ia langsung saja bergegas membawa Nadia pergi bermain di luar.
"Ayo neng Nadia, kita main di depan teras yuk ?" Ajak bi Minah.
"Iya ayo bi, mah aku main dulu di teras depan ya mah," ucap putriku dengan wajah senangnya.
"Iya sayang, jangan main lari larian ya," ucapku masih mencoba bersikap ceria di hadapan anakku.
"Oke siap bu bos," sahut Nadia sambil ia melangkahkan kakinya di tuntun oleh bi Minah untuk segera ke depan teras rumah.
Setelah bi Minah keluar rumah membawa Nadia untuk bermain bersamanya, aku langsung melirik tajam ke arah Kartika, ia nampak ketakutan dan hanya menunduk lalu ia bersembunyi di balik badan ibuku.
Sehingga ibuku sampai bertanya heran.
"Rin, ada apa ini ? Apa yang terjadi di antara kalian ?" Tanya ibuku heran, ku pikir ia belum mengatahui apa yang terjadi di antara aku dan juga adikku Kartika.
"Apakah mamah tahu, bahwa anak kesayangan mamah ini telah melakukan hal bejat," ucapku dengan amarah yang membara.
"Maksud kamu apa Rin ? Hal bejat apa ?" Tanya ibuku yang semakin keheranan dan kebingungan dengan ucapanku.
"Putri kesayangan ini telah tega menusuk ku dari belakang, ia berselingkuh dengan suamiku mah, bahkan ia telah berhubungan badan dengan suamiku di depan mataku sendiri mah," ucapku dengan nafas yang memburu, jika tak ada ibuku ingin rasa nya aku mencakar cakar wajahnya itu sampai wajah mulusnya itu lenyap dan berubah menjadi buruk rupa.
Mendengar ucapanku barusan, ibuku langsung melirik Kartika dengan tajam, lalu berkata...
"Apa benar itu Tika ? Apakah kamu berselingkuh dengan suami dari kakak mu ?" Tanya ibuku dengan tegas.
Kartika pun langsung menunduk lesu dan hanya diam saja tak bergeming.
"Jawab Tika jangan diam saja kamu," bentak ibuku ketika ia melihat bahwa Kartika hanya diam saja dan tak mau menjawab apapun yang di tanyakan oleh ibuku.
Kartika menjadi semakin menundukan pandangannya ketika ibu membentaknya.
Bukannya iba aku malah menjadi senang melihat Kartika di bentak oleh ibuku karena ku yakin ibuku pasti akan memarahi dan menasehatinya dan berlaku adil kepada para putrinya.
"Jawab cepat," ucap ibuku lagi dan lagi.
Kemudian Kartika pun menegakkan sedikit kepalanya dan mulai menjawab perkataan ibu.
"Maafkan Kartika mah, Kartika khilaf," unarnya sambil meneteskan air matanya, yang ku tahu itu pasti hanya air mata buaya.
"Harusnya kamu mikir dari awal Kartika, lelaki yang kamu dekati itu siapa ? Dia suami mbak Tika suami kakak mu sendiri," bentakku tak kuasa aku menahan amarah yang telah menggebu ini.
"Tapi kami saling mencintai mbak," jawabnya dengan percaya diri.
Aku sampai tak percaya mengapa ia berbicara seperti itu, ia dengan lugasnya berkata cinta padahal mas Roni itu suami ku dan apalagi Kartika pun telah memiliki suami.
"Cinta katamu ? Hebat ya kamu sampai berani beraninya berkata seperti itu, lihat mah, putri kesayangan mamah yang selalu mamah banggakan ternyata dia tumbuh menjadi seorang pelakor," ucapku ketus.
"Cukup Rina, cukup," ucap ibu, tak ku sangka ia malah berbalik membentakku.
Aku pun dalam sekejap terdiam tak bergeming karena bentakan ibuku itu sungguh membuat hatiku terasa sakit.
"Sudah Rin, sudah," ucap ibuku dengan nada bicara yang mulai melunak, lemah dan lembut seperti biasanya.
Tak terasa air mataku mengalir membasahi pipi ini.
"Maafkan mamah Rin, karena tadi mamah sudah membentak mu juga, mamah tak mau hubungan persaudaraan di antara kalian memudar, mamah ingin kalian menjadi adik kakak yang akur dan saling pengertian," ucap ibu dengan lemah lembut.
"Aku pun inginnya begitu mah, tapi sungguh kesalahan Kartika kali ini sulit untuk di maafkan, padahal dia pun memiliki suami, tapi mengapa ia malah berselingkuh dengan suamiku dan seperti ingin merebut suamiku ?" Ketusku sudah tak kuasa membendung sakit yang teramat dalam ini.
"Coba kamu tenang dulu ya Rin dan dengarkan saran mamah, karena sekarang Kartika sudah mengaku bahwa ia melakukan semua itu karena ia cinta dengan suami mu dan suami mu pun mau melakukannya dengan Kartika, jadi sudah di pastikan mereka ini sama sama saling cinta Rin, kalau cinta sudah tumbuh kita pun tak bisa melarangnya, mamah pun setuju kalau Kartika bercerai dengan suaminya dan menikah denga Roni toh kamu dan Kartika pun beda bapak kan jadi walinya pun berbeda, jadi tak ada salahnya kan kalau Roni melakukan poligami," ucap ibuku tiba tiba berkata seperti itu dan sungguh perkataan itu sangat tak ku sangka akan keluar dari mulut ibuku itu.
"Tenang kata mamah ? Terus apakah mamah tidak salah bicara mamah berbicara seperti itu padaku ? Oh iya aku lupa, bahwa dulu pun mamah pasti sifatnya pasti seperti Kartika kan, tukang rebut suami orang," Ucapku spontan karena aku tak menyaka ibuku sendiri, seorang ibu yang telah melahirkanku ia malah berbicara seperti itu kepada putrinya sendiri.
"Heh jaga bicara mu ya Rin, mamah bukan orang yang seperti itu," jawab ibuku yang mulai tersulut emosi.
"Kalau mamah bukan orang yang seperti itu, mengapa mamah malah membela orang yang salah ?" Ucapku menimpali perkataan ibuku.
Setelah aku berucap seperti itu ibuku tak menimpali lagi ucapanku, ia hanya terdiam dan tertunduk, mungkin ia merasa ucapanku itu ada benarnya juga, karena tak seharusnya juga ia membela yang salah walaupun itu putrinya sendiri.
Sejenak ruangan ini pun menjadi hening namun tiba tiba di dalam ke heningan ini Kartika mulai kembali menyulut emosi ku.
"Udah ya mbak jangan sudutin mamah kayak gitu deh, seharusnya mbak itu sadar diri, karena sebenarnya mas Roni itu selingkuh karena ia sudah tak mencintai mbak lagi, jika mbak gak mau mas Roni poligami maka relakan saja mas Roni, toh ia juga sudah tak cinta dan tak sayang lagi sama mbak, dan yang harus mbak tau ya, mas Roni masih mempertahankan mbak itu hanya karena ada Nadia," ucap Kartika malah memarahiku dan menyuruhku untuk meninggalkan mas Roni.
Namun bukannya aku bersedih dan kecewa setela ia membeberkan sebuah pernyataan yang entah itu faktanya atau mungkin karanganannya, mendengar ia berkata seperti itu aku merasa menjadi tertantang untuk melawannya.
"Oh begitu, aku memang ingin tak mau di madu atau aku tak mau mas Roni berpoligami, namun aku tidak percaya jika mas Roni mencintaimu dan sudah tak mencintaiku lagi, aku akan lebih percaya jika mas Roni sendiri yang berkara kepadaku, jika mas Roni benar benare mencintaimu dan ingin menikah dengan mu aku bersedia untuk mundur dan Nadia sudah pasti akan ikut bersama ku," ucapku dengan tegas.
"Oke, akan ku buktikan, bahwa mas Roni akan lebih memilihku di bandingkan dengan mu," ucap Kartika yang merasa tertantang.
"Silahkan buktikan saja dan aku menunggu bukti darimu," ketusku.
# Bab 5"Ya sudah, ayo mah temani aku, kita ke rumah mbak Rina sekarang, aku mau bertemu dengan mas Roni, agar dia tahu diri bahwa dia sudah tak berarti lagi di mata mas Roni," ucap Kartika yang langsung menggandeng tangan ibuku."Percuma saja jika kamu mencari mas Roni ke rumahku, ia tak akan ada," ucapku sambil tersenyum kecil ke arahnya."Hah tak ada ? Kamu kemanakan dia ?" Tanya Kartika, karena ternyata Kartika tak mengetahui kepergian mas Roni dari rumahku semalam."Aku tidak tahu, cari saja sendiri sampai ketemu, dan untuk mamah aku sangat kecewa ya mah karena mamah terlalu membela anak mamah yang manja ini, dan terimakasih sudah mau menjaga Nadia di saat aku bekerja dan mulai sekarang mamah tak perlu menjaga Nadia lagi, karena aku akan menyewa baby sister untuk menjaganya selagi aku bekerja, aku pamit pulang ma," ucapku dengan nada yang tegas, dan tanpa menunggu mereka berdua berbicara lagi aku pun langsung melangkahkan kaki ku ke arah teras luar untuk mengajak Nadia pergi bers
# Bab 6Tak menunggu waktu lama akhirnya aku sampai juga di tempat yang aku tuju, kini semua aset dan harta milikku telah aman semuanya dan kini aku tak perlu khawatir dengan apa yang ku punya, karena aku ingin kelak harta itu jatuhnya ke tangan anak ku bukan ke tangan orang orang munafik seperti mas Roni dan Kartika juga ibuku, bagiku semuanya sama saja mereka hanya baik ketika ada maunya saja, apalagi jika mereka tau di hari kemarin aku di angkat menjadi manager dan di fasilitasi mobil yang akan di kirimkan ke rumahku hari ini sebagai inventaris dari kantor untuk ku.Awalnya di hari kemarin aku ingin memberi tahu suamiku dan hari ini jika nanti mobilnya datang aku ingin mengajak mas Roni dan Nadia untuk berjalan jalan, namun rencanaku tak sesuai dengan harapanku karena sepulang kerja kemarin aku malah menyaksikan kejadian yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya."Rin kita mampir dulu yuk ke rumah mbahku ?" Ajak Riri membuyarkan lamunanku."Oh iya boleh Ri," sahutku dengan sedikit t
# Bab 7Aku semakin aneh dengan mbah Suminten, mengapa ia bisa berkata seperti itu, apakah ia seorang paranormal atau dukun sehingga ia bisa tahu segalanya."Emm.. baik mbah nanti sepulang dari sini saya langsung periksa," ucapku mengiyakan saja.Saat kami sedang mengobrol tiba tiba Riri muncul dari arah dapur dengan membawa teh manis hangat yang berada di atas nampan yang ia pegang."Nih Rin di minum dulu biar relaks," ucap Riri sambil tersenyum ke arahku."Iya Ri, makasih ya." Aku pun langsung menyeruput teh manis yang di bawakan Riri."Habis ini loe mau di anter kemana lagi Rin ?" Tanya Riri.Aku berpikir sejenak, namun aku merasa penasaran dengan apa yang di katakan oleh mbah Suminten barusan."Anter gue ke dokter kandungan ya Ri, habis itu kita langsung pulang aja," ucapku yang sepertinya membuat Riri sedikit terkejut karena saat ia sedang menyeruput teh manis nya ia langsung terbatuk."Uhukk... Hah ke dokter kandungan ? Mau ngapain ?" Tanya Riri spontan.Namun belum aku menjawab
# Bab 8Ternyata hasilnya garis 1."Huh.. akhirnya aku tak hamil," lirihku sembari bernafas lega."Rupanya apa yang di ucapkan mbah Suminten itu tak benar hingga aku bisa dengan secepatnya menggugat cerai lelaki berengsek tersebut," gumamku dalam hati.Aku pun langsung segera keluar dari kamar mandi dengan wajah yang mulai berseri.Dan aku pun langsung duduk kembali di tempat duduk ku tadi."Bagaimana mbak, apakah hasilnya sudah jelas ?" Tanya dokter muda tersebut."Sudah dok, dan hasilnya negatif," ucapku dengan penuh semangat sambil memberikan hasil testpeck tersebut.Ia pun lalu meraihnya dan melihatnya dengan seksama."Coba saya lihat dulu ya mbak.""Silahkan dok.""Saya rasa mbak memang positif hamil," ucap dokter tersebut secara tiba tiba hingga membuatku menjadi heran karena ku lihat memang garisnya hanya garis 1."Sini coba mbak perhatikan dengan seksama, ini terlihat seperti ada 2 garis namun yang satunya terlihat masih sangat samar, jadi untuk meyakinkan mbak sedang hamil at
# Bab 9Aku dan Riri pun langsung segera pulang dan tak lupa kami mampir terlebih dahulu ke toko boneka untuk membeli boneka beruang besar pesanan putriku Nadia.* * * *Tok tok tok"Assalamu'alikum."Setelah sampai di depan rumah dan setelah Riri langsung berlalu pulang kembali ke rumahnya aku pun langsung mengetuk pintu dan tak lupa mengucap salam."Waalaikumussalam," sahutan dari dalam rumah dengan serempak dan bersemangat.Dan tak lama kemudian pintu pun terbuka dan Nadia langsung menyambutku dengan penuh semangat."Yey mamah udah pulang dan bawa boneka yang aku mau," ucapnya dengan sangat bersemangat dan gembira"Iya sayang, yuk masuk," ajak ku kepada anakku yang tengah berlari dan kini berada di luar menyambut kedatanganku."Iya mah yuk," sahut putriku dengan cerianya.Namun saat aku akan menutup pintu rumah ini tiba tiba ku lihat seseorang dari arah sebrang jalan sana sedang memperhatikanku.Orang itu tak lain dan tak bukan adalah mas Roni, suami yang telah menghianatiku dan ju
# Bab 10Ku buka secarik kertas itu dan ternyata isinya.."Sayang, maafkan mas. Mas khilaf, sekarang mas sadar mas telah berlaku dzolim, mungkin memang sulit untuk memaafkan kesalahan besar yang telas mas lakukan, namun mas mohon tolong terima mas kembali, mas janji gak akan membuat mu kecewa lagi, bila kamu mau memaafkan mas dan kita kembali sama sama lagi maka mas tunggu kamu di taman komplek depan pukul 4 sore nanti." Tulisnya dalam secarik kertas tersebut.Sebenarnya sangat sulit untuk memaafkan suamiku yang telah menghianatiku itu, namun harus bagaimana lagi aku begitu bingung karena aku sedang mengandung."Apa kata orang nanti jika aku bercerai dan nanti aku melahirkan anak ini tanpa adanya seorang pendamping bisa bisa aku di tuduh yang tidak tidak oleh warga karena janin yang ada di dalam rahim ku ini masih sangat kecil dan orang orang belum mengetahui kehamilanku ini." Pikirku dalam hati karena aku harus benar benar matang memikirkan ini semua.Setelah aku berpikir sejenak dan
# Bab 11Tak menunggu waktu lama ku lihat mas Roni langung berjalan cepat sedikit berlari ke arahku."Ran," teriaknya dengan semangat sambil terus menghampiriku dengan langkah yang cepat.Namun anehnya setelah mas Roni masuk gerbang aku tak melihat mobil pick up masuk mengikuti mas Roni.Aku melihat ke sekeliling melihat mobil pick up yang mengangkut sofa ku namun tak ada ku lihat sama sekali.Setelah ia menghampiriku, sebelum ia berkata apapun aku langsung saja bertanya kepadanya."Mas sofaku mana ?" Tanyaku dengan pikiran yang sudah mulai negatif.Dia lalu mendekatiku dan berdiri di hadapanku."Emm.. anu i.. itu.." ucapnya dengan gugup."Anu itu apa ? Yang jelas dong ngomongnya ?" Ucapku yang tiba tiba ingin marah kepadanya.Sejak aku telat haid dan di nyatakan hamil aku menjadi lebih sensitif, mudah marah dan juga mudah menangis.Mendengar bicaraku yang langsung mendampratnya mas Roni tampak kaget karena mungkin di dalam pikirannya Karina yang dulu pendiam dan penyabar telah sirna
# Bab 12"Dek, maafin mas ya, mas salah, tapi mas sudah tak berhubungan lagi dengan Kartika kok," ucapnya seraya bersimpuh di hadapanku yang sedang duduk di atas ranjang kamar kami."Ya sudah jangan di bahas lagi," jawabku ketus."Tapi kamu mau maafin mas kan ?" Tanya kembali."Heemm," jawabku yang hanya bergumam karena aku tak mau menimpali pertanyaan pertanyaannya lagi.Capek ku rasa jika terus terusan memikirkan hal yang membuat dada ini terasa sakit dan sesak.* * * *Keesokan harinya tanpa ku duga Kartika datang ke rumah ku.Tok.. tok.. tok..Pintu di ketuk dengan sangat kencang.Bi Minah segera ke depan untuk membukakan pintu dan kemudian ia kembali lagi dan menemuiku."Maaf nyonya, ada adik nyonya di depan," ucap bi Minah dengan menundukan kepalanya.Tanpa menjawab apapun aku langsung saja berjalan ke depan untuk menemui Kartika."Ada apa lagi kamu kesini ?" Tanyaku dengan nada yang tinggi."Ya mau ketemu sama mas Roni lah," kali ini ia terlihat sangat berani menjawab ucapan da
# Bab 19# PoV NadiaSetelah membereskan barang barangku, Dewi pun kemudian berlalu pergi meninggalkanku karena ia menyuruhku untuk istirahat."Mbak, Dewi tinggalin dulu ya, mbak Nadia pasti capek, mbak langsung istirahat saja ya," ucapnya dan kemudian berlalu."Iya wi," jawabku dan kemudian ku tutup pintu kamar ini.Kamar disini memang tak seluas kamarku di rumah ibuku, namun lumayan nyaman juga menurutku walaupun luas kamarnya hanya cukup untuk 1 kasur dan 1 lemari saja.Aku pun langsung merebahkan tubuhku di atas kasur ini, karena cukup lelah juga menempuh perjalan menggunakan motor.Namun baru saja aku merebahkan tubuhku tiba tiba pintu di ketuk dari luar.Tok.. tok.. tok.."Dek.. dek.."Dari balik pintu ku dengar suara mas Deni memanggil."Iya mas sebentar," sahutku dari dalam kamar dan aku pun langsung beranjak bangun dari tempat tidur ini.Aku langsung membuka pintu kamar ini, dan ternya mas Deni sudah berdiri di ambang pintu.Saat aku membuka pintu mas Deni langsung berkata."
# Bab 18# PoV Nadia"Mah, hari ini Deni mau minta ijin sama mamah untuk membawa Nadia pulang ke rumah Deni," ucap mas Deni langsung to the poin kepada ibuku di saat kami baru saja berjalan di depan kedua orangtuaku.Awalnya aku mengira bahwa ibuku tak akan mengijinkanku pergi dari rumah ini, karena ku lihat di saat mas Deni mengutarakan niatnya untuk memboyongku ke rumah orang tuanya, raut wajah ibuku terlihat murung dan tak bersahabat, namun prasangkaku di patahkan oleh kata kata ibuku yang ternyata langsung mengijinkanku untuk di bawa pergi dan tinggal di rumah orang tua mas Deni."Ya sudah mamah izinkan, tapi mamah berpesan sama kamu Deni, terus bahagiakan Nadia ya, jangan buat Nadia menangis, sayangi dia sepenuh hati," ucap ibuku memberi wejangan kepada mas Deni "Iya mah, Deni janji akan selalu menyayangi dan membahagiakan Nadia selamanya," ucap mas Deni dengan yakin menjawab pertanyaan dari ibuku."Dan untuk kamu Nad, putri mamah yang mamah sayang, kamu baik baik ya di sana, nu
# Bab 17PoV NadiaRasanya senang hati ini, karena kini ibuku sudah merestuiku menikah dengan mas Deni.Dan tepat hari ini adalah hari pernikahanku dengan mas Deni.Acaranya berjalan lancar dan meriah, namun setelah 1 hari menikah mas Deni langsung mengajakku untuk tinggal bersama kedua orang tuanya.Awalnya aku tak mau, karena aku sudah nyaman dengan rumah ku ini, semua fasilitas tersedia, tak perlu membersihkan rumah dan tak perlu memasak, karena ada bi Minah disini, sedangkan di rumah mas Deni yang ku tahu ia tak punya pembantu dan aku tak tahu nantinya siapa yang akan memasak dan mencucikan baju bajuku, namun karena mas Deni gigih dalam membujukku, akhirnya aku mau ikut bersamanya untuk tinggal di rumah orang tuanya."Sayang, besok kita pindah ke rumah orang tuaku yah ?" Ucapnya sambil mendekatiku yang tengah sibuk melepaskan aksesoris riasan pengantin yang ada di kepalaku."Loh kenapa mas, memangnya kamu gak betah tinggal disini ?" Tanyaku kepada mas Deni."Bukannya gitu sayang,
# Bab 16Setelah bu Entin di antar ke rumah saudaranya pak RW pun mulai mengumumkan soal sumbangan dana untuk rumah bu Entin.Kami pun langsung menyumbang dengan seikhlasnya dan akhirnya setelah terkumpul, pak RW mengerahkan bapak bapak warga sini untuk bergotong royong membantu merenovasi rumah bu Entin kembali.Singkat cerita setelah beberapa hari akhirnya rumah bu Entin telah di bangun kembali dan sudah bagus kembali.* * * *Setahun telah berlalu, kini Nadia mulai menagih janjinya kepadaku."Mah.." panggilnya sambil menghampiriku yang sedang jaga warung."Iya apa Nad ?" Tanyaku.Setelah ia berada tepat di sampingku ia mengutarakan keinginannya lagi kepadaku."Apa mamah tidak ingat ?" Tanyanya "Hah.. tidak ingat apa nak ?" Tanyaku yang awalnya tak mengerti apa maksudnya."Sekarang sudah lebih dari satu tahun mah, dan umurku sudah menginjak 17 tahun," ucapnya."Lalu ?" Tanyaku masih belum mengerti."Ih.. mamah lupa ya ? Kan dulu mamah bilang jika umurku telah 17 tahun aku bisa meni
# Bab 15# Karma instanSetelah melayani pesanan bu Titi dan setelah bu Titi pergi kembali ke rumahnya, aku merenungkan tentang siapakah orang yang mempunyai sifat iri dengki terhadapku.Apakah Kartika atau ada orang lain lagi ? Entahlah aku bingung memikirkannya, namun aku berdoa semoga di berikan petunjuk mengenai siapa orang yang telah menaruh kotoran manusia di depan warungku itu.* * * *Keesokan harinya, entah dari mustajabnya doa orang yang tersakiti atau memang sudah waktunya ketahuan, tiba tiba saat aku ingin membuka warung ku lihat bu Entin sedang mengendap endap di depan warungku, ku lihat ia seperti ingin menaburkan sesuatu yang ada di dalam buntalan kain putih, namun untungnya aku keburu memergokinya hingga ia tak jadi berulah."Bu Entin lagi apa ?" Tanyaku kepada dia yang hendak membuka sebuah bungkusan kain putih."Eh, eng.. enggak bu Rina, saya cuma numpang lewat saja, permisi," ucapnya gelagapan.Melihat bu Entin yang tampak mencurigakan, aku pun jadi kepikiran soal s
# Bab 14"Tapi dengan siapa nak ? Apakah kamu sudah memiliki pacar ?" Tanyaku dengan lemah lembut kepada Nadia putriku.Saat ku tanya ia pun hanya mengangguk lalu menundukan kepalanya."Siapa namanya ?" Tanyaku."Mas Deni mah," jawabnya pasti."Deni ? Deni anaknya bu Ami ?" Tanyaku tak percaya, karena Deni itu terkenal sebagai pria yang banyak wanitanya, kalau kata anak jaman sekarang bisa di bilang play boy."Iya mah," jawabnya sambil tersenyum ke arahku."Tapi nak, dia itu kan seorang seniman, dan terkenal selalu dekat dengan banyak wanita," ucapku mengingatkan Nadia, karena aku tak mau jika nantinya Nadia malah di khianati oleh Deni seperti yang dulu pernah aku rasakan saat di khianati suamiku sendiri."Mas Deni itu baik mah, meski orang bilang banyak wanitanya ya wajar lah mah karena kan wanita wanita itu temen satu profesi dengan mas Deni, bukannya mas Deni playboy," ucap Nadia dengan nada yang terasa menyentakku, karena baru kali ini Nadia berbicara keras kepadaku."Bukannya git
# Bab 1310 bulan telah berlalu, aku telah melahirkan seorang anak laki laki yang kini usianya baru akan menginjak 1 bulan.Karena melahirkan bayi, kini aku berhenti bekerja untuk sementara waktu."Sayang kan sekarang kamu sudah melahirkan, sebaiknya kamu istirahat saja di rumah dan fokus mengurus bayi kita, lebih baik kamu berhenti kerja," usul mas Roni."Tapi mas, kalau aku berhenti kerja, gimana dengan kebutuhan sehari hari kita ?" Tanyaku karena selama ini aku yang mencari nafkah untuk makan dan untuk menggaji baby sister juga asisten rumah tangga di rumah ini."Sudahlah jangan di pikirkan, kalau untuk makan sehari hari mas kan kerja, walau cuma tukang cukur rambut tapi lumayanlah penghasilan mas bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan kita," ucapnya terlihat meyakinkan.Awalnya aku percaya saja, karena ku lihat ia sudah banyak berubah dan aku tak pernah lagi melihat suamiku dekat dengan perempuan lain, namun selama aku bekerja ia masih tak memberiku nafkah, tapi setelah ia berkata se
# Bab 12"Dek, maafin mas ya, mas salah, tapi mas sudah tak berhubungan lagi dengan Kartika kok," ucapnya seraya bersimpuh di hadapanku yang sedang duduk di atas ranjang kamar kami."Ya sudah jangan di bahas lagi," jawabku ketus."Tapi kamu mau maafin mas kan ?" Tanya kembali."Heemm," jawabku yang hanya bergumam karena aku tak mau menimpali pertanyaan pertanyaannya lagi.Capek ku rasa jika terus terusan memikirkan hal yang membuat dada ini terasa sakit dan sesak.* * * *Keesokan harinya tanpa ku duga Kartika datang ke rumah ku.Tok.. tok.. tok..Pintu di ketuk dengan sangat kencang.Bi Minah segera ke depan untuk membukakan pintu dan kemudian ia kembali lagi dan menemuiku."Maaf nyonya, ada adik nyonya di depan," ucap bi Minah dengan menundukan kepalanya.Tanpa menjawab apapun aku langsung saja berjalan ke depan untuk menemui Kartika."Ada apa lagi kamu kesini ?" Tanyaku dengan nada yang tinggi."Ya mau ketemu sama mas Roni lah," kali ini ia terlihat sangat berani menjawab ucapan da
# Bab 11Tak menunggu waktu lama ku lihat mas Roni langung berjalan cepat sedikit berlari ke arahku."Ran," teriaknya dengan semangat sambil terus menghampiriku dengan langkah yang cepat.Namun anehnya setelah mas Roni masuk gerbang aku tak melihat mobil pick up masuk mengikuti mas Roni.Aku melihat ke sekeliling melihat mobil pick up yang mengangkut sofa ku namun tak ada ku lihat sama sekali.Setelah ia menghampiriku, sebelum ia berkata apapun aku langsung saja bertanya kepadanya."Mas sofaku mana ?" Tanyaku dengan pikiran yang sudah mulai negatif.Dia lalu mendekatiku dan berdiri di hadapanku."Emm.. anu i.. itu.." ucapnya dengan gugup."Anu itu apa ? Yang jelas dong ngomongnya ?" Ucapku yang tiba tiba ingin marah kepadanya.Sejak aku telat haid dan di nyatakan hamil aku menjadi lebih sensitif, mudah marah dan juga mudah menangis.Mendengar bicaraku yang langsung mendampratnya mas Roni tampak kaget karena mungkin di dalam pikirannya Karina yang dulu pendiam dan penyabar telah sirna