# Bab 2
Melihatnya yang terus saja mematung seperti itu, aku langsung saja mengambil langkah untuk lebih tegas lagi kepada mas Roni suamiku yang telah menghinatiku itu.
Aku langsung mendorong dengan sekuat tenaga untuk segera keluar dari kamar ini.
Setelah ia berhasil keluar dari kamar ini, aku langsung saja menutup pintu kamar ini dengan keras dan tak lupa aku mengunci pintu kamar ini, karena aku takut ia malah masuk lagi mengikuti ke dalam kamar.
Melihatku yang masuk ke dalam kamar dan menguncinya, mas Roni tampak panik karena ia langsung menggedor gedor pintu.
"Ran maafin mas Ran, kamu jangan mengunci pintu dari dalam seperti itu, mas juga mau masuk, tolong buka pintunya Ran." Ucapnya berteriak teriak sambil menggedor gedor pintu kamar ini.
Namun aku tak menggubrisnya, aku malah langsung memasuk masukan pakaian milik mas Roni ke dalam koper dengan secepat kilat, karena aku ingin malam ini juga mas Roni segera angkat kaki dari rumahku ini.
Setelah selesai ku mengemasi baju mas Roni dan ku masukan ke dalam koper miliknya, aku pun langsung membuka kunci pintu dan langsung menyerahkan koper milik mas Roni.
Awalnya mungkin ia menyangka bahwa aku membuka pintu karena akan memaafkan nya karena saat pintu terbuka ia langsung tersenyum dan menghambur memelukku, namun setelah ia melihat ada koper yang ada di tanganku ia langsung melepaskan pelukannya dan senyuman di wajahnya menghilang dan ia memasang wajah sedihnya kembali.
"Rin itu apa di tanganmu ?" Tanyanya dengan lirih.
"Ini semua baju dan barang barang mu mas, tanpa kau susah payah mengemasinya sekarang aku sudah membantu mu mengemasinya, sekarang kau tinggal angkat kaki saja dari rumah ini." Ucapku dengan lantang dan kini sudah tak ada lagi air mata yang mengalir membasahi pipi ini lagi
"Setega itu kah kamu Ran sampai mengusir mas seperti ini ?" Tanyanya yang seolah sedang mengiba meminta belas kasih dariku.
"Kamu gak salah ngomong mas, mikir dong mas, siapa yang tega, aku atau kamu, masih mending aku tak merekam aksi panas mu tadi bersama adikku dan lalu menyebarkan nya seperti orang lain yang juga pernah mengalami di selingkuhi sama seperti ku." Ucapku mencibirnya dengan ucapan ucapan pedasku ini.
"Cukup Rin, hentikan ucapan pedas mu itu, ucapan mu sungguh menyakiti hati ku." Ucapnya yang seakan akan dialah yang paling tersakiti dalam masalah ini.
"Kalau kamu gak mau ngedenger mulut pedasku ini, silahkan kamu langsung angkat kaki dari rumah ini, agar telinga mu tak mendengar lagi semua perkataan pedasku ini." Ucapku dengan sangat angkuh.
Karena Karina yang cengeng, penurut dan juga baik sudah hilang saat ini juga, dan berubah menjadi Karina yang tegas dan bermulut tajam, dan semua itu bisa terjadi karena ulah suami yang pernah ku banggakan dan sangat ku cintai karena telah tega menghianatiku, bahkan ia menghianatiku tak tanggung tanggung karena perempuan selingkuhannya itu adalah adikku sendiri.
"Kamu gak bisa mengusir aku begitu lah Rin, aku itu masih suami kamu coba hargai aku sedikit saja Rin." Ucapnya yang tetap berdiam diri di depan kamar ini seakan akan ia tak ingin pergi dari rumah ini.
"Jelas aku bisa mas, ini rumah milik ku, dan kamu cuma numpang aja di sini, dan jika kamu ingin di hargai sebagai suami, seharusnya kamu pun bisa menghargai ku sebagai istrimu mas, jadi sekarang silahkan kamu angkat kaki dari rumah ku karena aku sudah tak mau lagi berdebat dengan mu." Ucapku dengan lantang dan tegas, lalu ku banting dengan kencang pintu kamarku ini dan tak lupa aku menguncinya.
Brakkk...
Ku tutup pintu kamar ku dengan sekencang kencangnya karena aku merasa emosi pada hari ini dan tak lupa aku pun mengunci pintunya dan mulai menangis sesegukkan.
Hari hari ku hancur seketika setelah aku memergoki mas Roni telah berselingkuh dengan Kartika yang merupakan adikku sendiri, bahkan mereka telah berselingkuh dengan sebegitu jauhnya sampai mereka tega melakukan hubungan badan padahal mereka sama sama mempunyai pasangan masing masing.
* * * *
Namaku Karina Ambar wati, dan aku memiliki adik yang satu ibu namun berbeda ayah yang bernama Kartika Dwi Astuti, karena ayahku telah lama meninggal dunia dan akhirnya setelah masa idah nya habis ia dengan mudahnya menikah lagi dengan seorang pria paruh baya yang menjadi ayah angkatku dan bapak dari adikku Kartika.
Walau pun berbeda ayah, namun aku sangat menyayangi Kartika bahkan ibuku pun sangat memanjakannya dan selalu Kartika yang di nomor satukan, tapi aku pun tidak pernah merasa iri atau pun tersaingi karena aku pun sangat menyayangi Kartika dan memanjakannya sama seperti yang ibuku lakukan, namun di saat ada masalah seoerti ini aku menjadi sangat kecewa sekaligus marah besar kepada adikku ini.
Dan aku yakin setelah aku menangkap basah kelakuan bejatnya itu ia pasti sudah pergi dari rumahku ini, dan langsung pulang ke rumah suaminya.
* * * *
Pada malam hari ini, aku menangis dengan sejadi jadinya di kamar ini, karena perasaan kecewa terhadap suamiku ini.
"Ya tuhan, mengapa ini terjadi kepadaku dan bahkan selingkuhan suamiku pun ia adalah adikku sendiri." Ucapku sambil menangis sesegukan meratapi nasib malang yang menimpaku ini.
Aku tak mengerti dengan suamiku yang tega berselingkuh, padahal selama ini aku tak pernah menuntut apapun, bahkan dia tak memberi nafkah pun aku tak pernah protes atau pun meminta, aku selalu mengerti dengan setiap alasan alasannya.
Aku pikir dengan menjadi istri yang sabar, lemah lembut dan pendiam juga penurut akan membuat suamiku tak berpaling dariku, namun pada kenyataannya, jika setan telah menggoda iman seseorang bisa saja ini terjadi, bahkan suami ku tega berselingkuh dengan adikku sendiri.
Dalam kesunyian di malam ini aku terus saja menangis karena aku begitu kecewa kepada suamiku, dia bahkan tega sampai bersebadan dengan adikku sendiri, sampai membuat ku tak habis pikir.
Dalam tangisku ini aku sampai menyimpan dendam kepada adikku sendiri karena ia telah menggoda suamiku, bahkan ternyata ia pun telah sering meminta uang kepada suamiku bahkan sampai ia bisa membangun sebuah rumah untuk ia tinggali dengan suaminya yang tak bekerja itu.
Bahkan aku sampai mengucap sumpah serapah di dalam tangisku ini.
"Jika rumah itu hasil dari memoroti uang suamiku, aku bersumpah semoga rumah itu segera di jual kembali, karena aku tak ridho sedikitpun jika ia menempati rumah yang di dapat dari hasil berzina dengan suamiku." Sumpah serapahku untuk adikku sendiri.
Setelah puas menangis meratapi nasibku yang bisa di bilang malang ini, aku pun tak sadar bahwa aku sampai terlelap tidur.
# Bab 3Keesokan harinya aku terbangun dari tidur panjang yang menyedihkan, ku mulai bercermin di depan meja rias ku, ku lihat pantulan diriku yang begitu sangat menyedihkan.Namun aku bertekad untuk tetap bangkit dan tak mau untuk terus menerus terpuruk seperti sekarang ini.Mulai hari ini aku akan menata hidupku kembali, dan aku berencana pada hari ini aku akan melaporkan kejadian malam tadi kepada ibuku, agar ia tahu bahwa anak kesayangannya itu telah melakukan hal hina dan di luar batasannya.Ku mulai hari ini dengan membersihkan diri ku terlebih dahulu.Setelah aku selesai mandi, aku langsung bergegas bersiap siap akan langsung berangkat ke rumah ibuku untuk mengadukan kejadian semalam antara Kartika dan suamiku mas Roni.Setelah siap aku langsung saja keluar dari kamarku dan akan langsung pergi berangkat ke rumah ibuku.Ceklek..Pintu kamar pun mulai terbuka dan aku merasa lega karena mas Roni kini sudah tak ada lagi di depan pintu kamar.Dan dengan tenangnya aku langsung melang
# Bab 4"Sayang, udah ya peluk pelukannya, sekarang mamah mau ngobrol dulu sama tante Tika, kamu main dulu aja ya sama bi Minah," ucapku dengan lembut kepada putriku Nadia."Iya mah," jawabnya langsung menurut."Bi, bi Minah..." Panggil ku berteriak memanggil nama bi Minah."Iya non ada apa ?" Tanya bi Minah di saat dia telah berada di hadapanku."Bibi tolong bawa Nadia main dulu ya, saya mau ngobrol dulu," ucapku kepada bi Minah."Baik non," jawabnya dengan cepat, dan ia pun telah paham dengan maksudku itu karena ia langsung saja bergegas membawa Nadia pergi bermain di luar."Ayo neng Nadia, kita main di depan teras yuk ?" Ajak bi Minah."Iya ayo bi, mah aku main dulu di teras depan ya mah," ucap putriku dengan wajah senangnya."Iya sayang, jangan main lari larian ya," ucapku masih mencoba bersikap ceria di hadapan anakku."Oke siap bu bos," sahut Nadia sambil ia melangkahkan kakinya di tuntun oleh bi Minah untuk segera ke depan teras rumah.Setelah bi Minah keluar rumah membawa Nadi
# Bab 5"Ya sudah, ayo mah temani aku, kita ke rumah mbak Rina sekarang, aku mau bertemu dengan mas Roni, agar dia tahu diri bahwa dia sudah tak berarti lagi di mata mas Roni," ucap Kartika yang langsung menggandeng tangan ibuku."Percuma saja jika kamu mencari mas Roni ke rumahku, ia tak akan ada," ucapku sambil tersenyum kecil ke arahnya."Hah tak ada ? Kamu kemanakan dia ?" Tanya Kartika, karena ternyata Kartika tak mengetahui kepergian mas Roni dari rumahku semalam."Aku tidak tahu, cari saja sendiri sampai ketemu, dan untuk mamah aku sangat kecewa ya mah karena mamah terlalu membela anak mamah yang manja ini, dan terimakasih sudah mau menjaga Nadia di saat aku bekerja dan mulai sekarang mamah tak perlu menjaga Nadia lagi, karena aku akan menyewa baby sister untuk menjaganya selagi aku bekerja, aku pamit pulang ma," ucapku dengan nada yang tegas, dan tanpa menunggu mereka berdua berbicara lagi aku pun langsung melangkahkan kaki ku ke arah teras luar untuk mengajak Nadia pergi bers
# Bab 6Tak menunggu waktu lama akhirnya aku sampai juga di tempat yang aku tuju, kini semua aset dan harta milikku telah aman semuanya dan kini aku tak perlu khawatir dengan apa yang ku punya, karena aku ingin kelak harta itu jatuhnya ke tangan anak ku bukan ke tangan orang orang munafik seperti mas Roni dan Kartika juga ibuku, bagiku semuanya sama saja mereka hanya baik ketika ada maunya saja, apalagi jika mereka tau di hari kemarin aku di angkat menjadi manager dan di fasilitasi mobil yang akan di kirimkan ke rumahku hari ini sebagai inventaris dari kantor untuk ku.Awalnya di hari kemarin aku ingin memberi tahu suamiku dan hari ini jika nanti mobilnya datang aku ingin mengajak mas Roni dan Nadia untuk berjalan jalan, namun rencanaku tak sesuai dengan harapanku karena sepulang kerja kemarin aku malah menyaksikan kejadian yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya."Rin kita mampir dulu yuk ke rumah mbahku ?" Ajak Riri membuyarkan lamunanku."Oh iya boleh Ri," sahutku dengan sedikit t
# Bab 7Aku semakin aneh dengan mbah Suminten, mengapa ia bisa berkata seperti itu, apakah ia seorang paranormal atau dukun sehingga ia bisa tahu segalanya."Emm.. baik mbah nanti sepulang dari sini saya langsung periksa," ucapku mengiyakan saja.Saat kami sedang mengobrol tiba tiba Riri muncul dari arah dapur dengan membawa teh manis hangat yang berada di atas nampan yang ia pegang."Nih Rin di minum dulu biar relaks," ucap Riri sambil tersenyum ke arahku."Iya Ri, makasih ya." Aku pun langsung menyeruput teh manis yang di bawakan Riri."Habis ini loe mau di anter kemana lagi Rin ?" Tanya Riri.Aku berpikir sejenak, namun aku merasa penasaran dengan apa yang di katakan oleh mbah Suminten barusan."Anter gue ke dokter kandungan ya Ri, habis itu kita langsung pulang aja," ucapku yang sepertinya membuat Riri sedikit terkejut karena saat ia sedang menyeruput teh manis nya ia langsung terbatuk."Uhukk... Hah ke dokter kandungan ? Mau ngapain ?" Tanya Riri spontan.Namun belum aku menjawab
# Bab 8Ternyata hasilnya garis 1."Huh.. akhirnya aku tak hamil," lirihku sembari bernafas lega."Rupanya apa yang di ucapkan mbah Suminten itu tak benar hingga aku bisa dengan secepatnya menggugat cerai lelaki berengsek tersebut," gumamku dalam hati.Aku pun langsung segera keluar dari kamar mandi dengan wajah yang mulai berseri.Dan aku pun langsung duduk kembali di tempat duduk ku tadi."Bagaimana mbak, apakah hasilnya sudah jelas ?" Tanya dokter muda tersebut."Sudah dok, dan hasilnya negatif," ucapku dengan penuh semangat sambil memberikan hasil testpeck tersebut.Ia pun lalu meraihnya dan melihatnya dengan seksama."Coba saya lihat dulu ya mbak.""Silahkan dok.""Saya rasa mbak memang positif hamil," ucap dokter tersebut secara tiba tiba hingga membuatku menjadi heran karena ku lihat memang garisnya hanya garis 1."Sini coba mbak perhatikan dengan seksama, ini terlihat seperti ada 2 garis namun yang satunya terlihat masih sangat samar, jadi untuk meyakinkan mbak sedang hamil at
# Bab 9Aku dan Riri pun langsung segera pulang dan tak lupa kami mampir terlebih dahulu ke toko boneka untuk membeli boneka beruang besar pesanan putriku Nadia.* * * *Tok tok tok"Assalamu'alikum."Setelah sampai di depan rumah dan setelah Riri langsung berlalu pulang kembali ke rumahnya aku pun langsung mengetuk pintu dan tak lupa mengucap salam."Waalaikumussalam," sahutan dari dalam rumah dengan serempak dan bersemangat.Dan tak lama kemudian pintu pun terbuka dan Nadia langsung menyambutku dengan penuh semangat."Yey mamah udah pulang dan bawa boneka yang aku mau," ucapnya dengan sangat bersemangat dan gembira"Iya sayang, yuk masuk," ajak ku kepada anakku yang tengah berlari dan kini berada di luar menyambut kedatanganku."Iya mah yuk," sahut putriku dengan cerianya.Namun saat aku akan menutup pintu rumah ini tiba tiba ku lihat seseorang dari arah sebrang jalan sana sedang memperhatikanku.Orang itu tak lain dan tak bukan adalah mas Roni, suami yang telah menghianatiku dan ju
# Bab 10Ku buka secarik kertas itu dan ternyata isinya.."Sayang, maafkan mas. Mas khilaf, sekarang mas sadar mas telah berlaku dzolim, mungkin memang sulit untuk memaafkan kesalahan besar yang telas mas lakukan, namun mas mohon tolong terima mas kembali, mas janji gak akan membuat mu kecewa lagi, bila kamu mau memaafkan mas dan kita kembali sama sama lagi maka mas tunggu kamu di taman komplek depan pukul 4 sore nanti." Tulisnya dalam secarik kertas tersebut.Sebenarnya sangat sulit untuk memaafkan suamiku yang telah menghianatiku itu, namun harus bagaimana lagi aku begitu bingung karena aku sedang mengandung."Apa kata orang nanti jika aku bercerai dan nanti aku melahirkan anak ini tanpa adanya seorang pendamping bisa bisa aku di tuduh yang tidak tidak oleh warga karena janin yang ada di dalam rahim ku ini masih sangat kecil dan orang orang belum mengetahui kehamilanku ini." Pikirku dalam hati karena aku harus benar benar matang memikirkan ini semua.Setelah aku berpikir sejenak dan
# Bab 19# PoV NadiaSetelah membereskan barang barangku, Dewi pun kemudian berlalu pergi meninggalkanku karena ia menyuruhku untuk istirahat."Mbak, Dewi tinggalin dulu ya, mbak Nadia pasti capek, mbak langsung istirahat saja ya," ucapnya dan kemudian berlalu."Iya wi," jawabku dan kemudian ku tutup pintu kamar ini.Kamar disini memang tak seluas kamarku di rumah ibuku, namun lumayan nyaman juga menurutku walaupun luas kamarnya hanya cukup untuk 1 kasur dan 1 lemari saja.Aku pun langsung merebahkan tubuhku di atas kasur ini, karena cukup lelah juga menempuh perjalan menggunakan motor.Namun baru saja aku merebahkan tubuhku tiba tiba pintu di ketuk dari luar.Tok.. tok.. tok.."Dek.. dek.."Dari balik pintu ku dengar suara mas Deni memanggil."Iya mas sebentar," sahutku dari dalam kamar dan aku pun langsung beranjak bangun dari tempat tidur ini.Aku langsung membuka pintu kamar ini, dan ternya mas Deni sudah berdiri di ambang pintu.Saat aku membuka pintu mas Deni langsung berkata."
# Bab 18# PoV Nadia"Mah, hari ini Deni mau minta ijin sama mamah untuk membawa Nadia pulang ke rumah Deni," ucap mas Deni langsung to the poin kepada ibuku di saat kami baru saja berjalan di depan kedua orangtuaku.Awalnya aku mengira bahwa ibuku tak akan mengijinkanku pergi dari rumah ini, karena ku lihat di saat mas Deni mengutarakan niatnya untuk memboyongku ke rumah orang tuanya, raut wajah ibuku terlihat murung dan tak bersahabat, namun prasangkaku di patahkan oleh kata kata ibuku yang ternyata langsung mengijinkanku untuk di bawa pergi dan tinggal di rumah orang tua mas Deni."Ya sudah mamah izinkan, tapi mamah berpesan sama kamu Deni, terus bahagiakan Nadia ya, jangan buat Nadia menangis, sayangi dia sepenuh hati," ucap ibuku memberi wejangan kepada mas Deni "Iya mah, Deni janji akan selalu menyayangi dan membahagiakan Nadia selamanya," ucap mas Deni dengan yakin menjawab pertanyaan dari ibuku."Dan untuk kamu Nad, putri mamah yang mamah sayang, kamu baik baik ya di sana, nu
# Bab 17PoV NadiaRasanya senang hati ini, karena kini ibuku sudah merestuiku menikah dengan mas Deni.Dan tepat hari ini adalah hari pernikahanku dengan mas Deni.Acaranya berjalan lancar dan meriah, namun setelah 1 hari menikah mas Deni langsung mengajakku untuk tinggal bersama kedua orang tuanya.Awalnya aku tak mau, karena aku sudah nyaman dengan rumah ku ini, semua fasilitas tersedia, tak perlu membersihkan rumah dan tak perlu memasak, karena ada bi Minah disini, sedangkan di rumah mas Deni yang ku tahu ia tak punya pembantu dan aku tak tahu nantinya siapa yang akan memasak dan mencucikan baju bajuku, namun karena mas Deni gigih dalam membujukku, akhirnya aku mau ikut bersamanya untuk tinggal di rumah orang tuanya."Sayang, besok kita pindah ke rumah orang tuaku yah ?" Ucapnya sambil mendekatiku yang tengah sibuk melepaskan aksesoris riasan pengantin yang ada di kepalaku."Loh kenapa mas, memangnya kamu gak betah tinggal disini ?" Tanyaku kepada mas Deni."Bukannya gitu sayang,
# Bab 16Setelah bu Entin di antar ke rumah saudaranya pak RW pun mulai mengumumkan soal sumbangan dana untuk rumah bu Entin.Kami pun langsung menyumbang dengan seikhlasnya dan akhirnya setelah terkumpul, pak RW mengerahkan bapak bapak warga sini untuk bergotong royong membantu merenovasi rumah bu Entin kembali.Singkat cerita setelah beberapa hari akhirnya rumah bu Entin telah di bangun kembali dan sudah bagus kembali.* * * *Setahun telah berlalu, kini Nadia mulai menagih janjinya kepadaku."Mah.." panggilnya sambil menghampiriku yang sedang jaga warung."Iya apa Nad ?" Tanyaku.Setelah ia berada tepat di sampingku ia mengutarakan keinginannya lagi kepadaku."Apa mamah tidak ingat ?" Tanyanya "Hah.. tidak ingat apa nak ?" Tanyaku yang awalnya tak mengerti apa maksudnya."Sekarang sudah lebih dari satu tahun mah, dan umurku sudah menginjak 17 tahun," ucapnya."Lalu ?" Tanyaku masih belum mengerti."Ih.. mamah lupa ya ? Kan dulu mamah bilang jika umurku telah 17 tahun aku bisa meni
# Bab 15# Karma instanSetelah melayani pesanan bu Titi dan setelah bu Titi pergi kembali ke rumahnya, aku merenungkan tentang siapakah orang yang mempunyai sifat iri dengki terhadapku.Apakah Kartika atau ada orang lain lagi ? Entahlah aku bingung memikirkannya, namun aku berdoa semoga di berikan petunjuk mengenai siapa orang yang telah menaruh kotoran manusia di depan warungku itu.* * * *Keesokan harinya, entah dari mustajabnya doa orang yang tersakiti atau memang sudah waktunya ketahuan, tiba tiba saat aku ingin membuka warung ku lihat bu Entin sedang mengendap endap di depan warungku, ku lihat ia seperti ingin menaburkan sesuatu yang ada di dalam buntalan kain putih, namun untungnya aku keburu memergokinya hingga ia tak jadi berulah."Bu Entin lagi apa ?" Tanyaku kepada dia yang hendak membuka sebuah bungkusan kain putih."Eh, eng.. enggak bu Rina, saya cuma numpang lewat saja, permisi," ucapnya gelagapan.Melihat bu Entin yang tampak mencurigakan, aku pun jadi kepikiran soal s
# Bab 14"Tapi dengan siapa nak ? Apakah kamu sudah memiliki pacar ?" Tanyaku dengan lemah lembut kepada Nadia putriku.Saat ku tanya ia pun hanya mengangguk lalu menundukan kepalanya."Siapa namanya ?" Tanyaku."Mas Deni mah," jawabnya pasti."Deni ? Deni anaknya bu Ami ?" Tanyaku tak percaya, karena Deni itu terkenal sebagai pria yang banyak wanitanya, kalau kata anak jaman sekarang bisa di bilang play boy."Iya mah," jawabnya sambil tersenyum ke arahku."Tapi nak, dia itu kan seorang seniman, dan terkenal selalu dekat dengan banyak wanita," ucapku mengingatkan Nadia, karena aku tak mau jika nantinya Nadia malah di khianati oleh Deni seperti yang dulu pernah aku rasakan saat di khianati suamiku sendiri."Mas Deni itu baik mah, meski orang bilang banyak wanitanya ya wajar lah mah karena kan wanita wanita itu temen satu profesi dengan mas Deni, bukannya mas Deni playboy," ucap Nadia dengan nada yang terasa menyentakku, karena baru kali ini Nadia berbicara keras kepadaku."Bukannya git
# Bab 1310 bulan telah berlalu, aku telah melahirkan seorang anak laki laki yang kini usianya baru akan menginjak 1 bulan.Karena melahirkan bayi, kini aku berhenti bekerja untuk sementara waktu."Sayang kan sekarang kamu sudah melahirkan, sebaiknya kamu istirahat saja di rumah dan fokus mengurus bayi kita, lebih baik kamu berhenti kerja," usul mas Roni."Tapi mas, kalau aku berhenti kerja, gimana dengan kebutuhan sehari hari kita ?" Tanyaku karena selama ini aku yang mencari nafkah untuk makan dan untuk menggaji baby sister juga asisten rumah tangga di rumah ini."Sudahlah jangan di pikirkan, kalau untuk makan sehari hari mas kan kerja, walau cuma tukang cukur rambut tapi lumayanlah penghasilan mas bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan kita," ucapnya terlihat meyakinkan.Awalnya aku percaya saja, karena ku lihat ia sudah banyak berubah dan aku tak pernah lagi melihat suamiku dekat dengan perempuan lain, namun selama aku bekerja ia masih tak memberiku nafkah, tapi setelah ia berkata se
# Bab 12"Dek, maafin mas ya, mas salah, tapi mas sudah tak berhubungan lagi dengan Kartika kok," ucapnya seraya bersimpuh di hadapanku yang sedang duduk di atas ranjang kamar kami."Ya sudah jangan di bahas lagi," jawabku ketus."Tapi kamu mau maafin mas kan ?" Tanya kembali."Heemm," jawabku yang hanya bergumam karena aku tak mau menimpali pertanyaan pertanyaannya lagi.Capek ku rasa jika terus terusan memikirkan hal yang membuat dada ini terasa sakit dan sesak.* * * *Keesokan harinya tanpa ku duga Kartika datang ke rumah ku.Tok.. tok.. tok..Pintu di ketuk dengan sangat kencang.Bi Minah segera ke depan untuk membukakan pintu dan kemudian ia kembali lagi dan menemuiku."Maaf nyonya, ada adik nyonya di depan," ucap bi Minah dengan menundukan kepalanya.Tanpa menjawab apapun aku langsung saja berjalan ke depan untuk menemui Kartika."Ada apa lagi kamu kesini ?" Tanyaku dengan nada yang tinggi."Ya mau ketemu sama mas Roni lah," kali ini ia terlihat sangat berani menjawab ucapan da
# Bab 11Tak menunggu waktu lama ku lihat mas Roni langung berjalan cepat sedikit berlari ke arahku."Ran," teriaknya dengan semangat sambil terus menghampiriku dengan langkah yang cepat.Namun anehnya setelah mas Roni masuk gerbang aku tak melihat mobil pick up masuk mengikuti mas Roni.Aku melihat ke sekeliling melihat mobil pick up yang mengangkut sofa ku namun tak ada ku lihat sama sekali.Setelah ia menghampiriku, sebelum ia berkata apapun aku langsung saja bertanya kepadanya."Mas sofaku mana ?" Tanyaku dengan pikiran yang sudah mulai negatif.Dia lalu mendekatiku dan berdiri di hadapanku."Emm.. anu i.. itu.." ucapnya dengan gugup."Anu itu apa ? Yang jelas dong ngomongnya ?" Ucapku yang tiba tiba ingin marah kepadanya.Sejak aku telat haid dan di nyatakan hamil aku menjadi lebih sensitif, mudah marah dan juga mudah menangis.Mendengar bicaraku yang langsung mendampratnya mas Roni tampak kaget karena mungkin di dalam pikirannya Karina yang dulu pendiam dan penyabar telah sirna