21+ Arabella dipertemukan kembali dengan Hasbi, teman sekaligus penyebab kelamnya masa lalu Arabella. Saat itu, Hasbi menyelamatkannya dari kepungan para preman. Akan tetapi, di mata Hasbi, ada yang berbeda dengan Arabella, dirinya merasa Arabella tidak megenalinya, sebetulnya apa yang telah terjadi pada Arabella delapan tahun ini?
View MoreAra terus melangkah menelusuri jalan sepi, gadis itu tak memiliki pilihan lain selain berjalan kaki menuju perusahaan temannya, untuk melamar pekerjaan. Belum sampai 15 menit dia jalan, Ara dikejutkan dengan kedatangan segerombolan preman bertubuh kekar. Ara mencoba tenang, dan berjalan melewati para preman itu. Namun, keberuntungan seakan sedang tidak memihak Ara. Tangan dia di cekal oleh salah satu preman itu, lalu menariknya.
"Kau mau kemana, Nona manis?" tanya preman itu."Tolong lepaskan saya, Tuan. Saya tidak berniat mengganggu anda dan teman teman anda.""Tapi dengan datangnya kau ke sini, itu artinya kau menyerahkan diri pada kami, Nona," ucap preman lainnya.Tak lama gelak tawa keluar dari bibir para preman itu, dan itu membuat Ara semakin ketakutan. Dia sekuat tenaga mencoba terlihat tenang, dan membaca doa dalam hati. Semoga ada orang yang mau membantunya lepas dari para preman itu.Kali ini sepertinya Tuhan sedang berbaik hati padanya, tak lama ada sebuah mobil yang berhenti di dekat mereka. Tampak seorang laki-laki muda turun dari mobil itu, dan mendekati Ara. "Lepaskan dia," tegas laki-laki itu."Hei, kau siapa hah?" tanya salah satu preman itu.Laki-laki itu tak menjawab, dia langsung menarik Ara dan membawanya kedalam mobil. Setelah di pastikan aman, laki-laki itu kembali kepada para preman. Dilihat dari raut wajahnya, para preman itu tampak marah dengan perbuatan laki-laki itu. Satu persatu mulai menyerang laki-laki muda itu, dan hebatnya laki-laki itu mampu mengatasi semuanya hingga para preman itu tumbang.Setelah dipastikan lumpuh, laki-laki muda itu masuk kembali ke dalam mobil. Dilihat Ara yang tampak ketakutan dengan tubuh bergetar hebat."Kau baik baik saja?" tanya laki-laki itu.Ara memberanikan diri menatap laki-laki disebelahnya. " Ya, aku baik baik saja. Dan terimakasih telah menolongku," ucap Ara.Laki-laki muda itu terpaku saat mendengar suara gadis itu, ingatannya seakan kembali pada kejadian 8 tahun yang lalu. Dia seakan mengingat seseorang dari diri gadis itu, saat meneliti wajah Ara. Laki-laki itu tersentak kaget, menatap tak percaya pada gadis di hadapkannya itu."Ara?" mendengar namanya dipanggil, Ara menatap kembali pada laki-laki yang telah menolongnya tadi. Dia menyeritkan dahinya, saat laki-laki itu tau namanya."Kau mengenalku?" tanya Ara dengan bingung.Deg!Laki-laki itu diam mendengar jawaban dari bibir Ara. Jadi benar dia Arabella, batinnya."Kau tidak mengingatku?" tanya laki-laki itu, dan Ara hanya menggeleng dengan raut wajah yang masih bingung.laki-laki itu diam dengan raut wajah terkejut. Bagaimana Ara tidak mengingat dirinya? Apakah Ara sedang berpura-pura tidak mengenalnya setelah kejadian 8 tahun yang lalu?"Kau masih membenciku karena kejadian itu?" tanya Laki-laki itu pada Ara."Kejadian apa, Tuan? Apakah kita sebelumnya sudah bertemu? Saya benar-benar tidak mengenal anda."Mendengar pertanyaan yang meluncur dari mulut Ara, laki-laki itu menatap lekat wajah Ara untuk mencari kebohongan. Namun, nihil. Ara sepertinya tidak berbohong dengan ucapannya. Lalu kenapa Ara tidak mengingat? Apakah terjadi sesuatu 8 tahun yang lalu, dan ia tidak mengetahuinya. Laki-laki itu menghela nafasnya, lalu berpaling menatap ke depan."Kau akan pergi kemana?" tanya laki-laki itu, mencoba mengalihkan pembicaraan mereka."Aku ingin melamar pekerjaan," balas Ara."Dimana?""Perusahaan A.""Baiklah, akan ku antar kau kesana." Laki-laki itu bersiap menjalankan mobilnya, tetapi Ara cegah."Tidak perlu, aku ingin pulang sekarang.""Dimana rumahmu?" tanya laki-laki itu."Komplek G."Tanpa banyak bertanya lagi, laki-laki itu segera melajukan mobilnya menuju komplek yang Ara bilang. Sebenarnya laki-laki itu tau alamat Ara, tetapi ia memilih berpura-pura tidak tahu saja. Agar Ara tidak terlalu curiga. Banyak pernyataan yang muncul di benaknya, terutama tentang Ara yang tak kenal dirinya. Tetapi, tampaknya laki-laki itu mengabaikannya, dia akan mencari sendiri apa yang sebenarnya telah terjadi 8 tahun yang lalu.Sesampainya didepan rumah, Ara segera turun dan menyuruh laki-laki itu ikut turun. "Ayo masuklah, aku akan mengenalkan mu dengan Mamaku, sebagai ucapan terimakasih."Laki-laki itu diam dan berfikir, antara menerima tawaran Ara atau menolaknya. "Aku sedang buru-buru. Jadi maaf, aku tak bisa mampir terlalu lama," ucap laki-laki itu menolak halus tawaran Ara.Mendengar hal itu, Ara hanya mampu mengangguk saja. "Baiklah kalau–""Ara," ucapan Ara terpotong saat mendengar Mamanya memanggilnya."Ya, Ma." Ara melihat Mamanya tampak berjalan mendekati dia. Sesampainya didekat Ara, Mamanya menyerit saat mendapati laki-laki asing dihadapannya. "Dia siapa?" tanyanya."Akh ... Ara juga lupa menanyakan namanya. Namamu siapa?" tanya Ara.Sedangkan laki-laki itu menelan ludahnya susah payah, dia tidak punya pilihan lain lagi selain berkata jujur. Dan siap menerima kemarahan Diana, Mama Ara."Hasbi, Tante."Mendengar ucapan laki-laki itu, tubuh Diana langsung membeku seketika. Ia memberanikan diri untuk menatap intest laki-laki muda dihadapannya, dan benar saja, laki-laki muda itu memang lah Hasbi Hutomo."Kau," Diana menunjuk wajah Hasbi dengan tatapan tak percaya. Sedangkan Hasbi hanya mampu menundukan kepalanya, saat melihat kemarahan di wajah Diana. Inilah alasan mengapa Hasbi menolak tawaran Ara untuk masuk ke dalam rumah. Selain menghindari Diana, Hasbi juga tidak ingin mendapatkan kemarahan dari Diana lagi. Baginya sudah cukup 8 tahun yang lalu ia dia marahi habis habisan oleh Diana, dan Hasbi tak ingin hal itu terjadi kembali.Disisi lain Ara hanya diam dan mencoba mencerna, apa yang terjadi diantara Mamanya dan laki-laki bernama Hasbi itu. Kenapa keduanya tampak dingin? Apakah sebelumnya mereka sudah bertemu dan mengalami satu insiden yang membuat hubungan mereka menjadi seperti ini."Mama mengenalnya?" tanya Ara memecahkan keheningan diantara mereka bertiga."Tidak!" tegas Diana, dengan memalingkan wajahnya, tak ingin menatap Hasbi."Lalu, kenapa–""Sudah, lupakan itu semua. Ayo, kita masuk." Diana menarik tangan Ara dengan cepat dan membawanya ke dalam rumah.Dia tidak akan membiarkan Ara berdekatan terlalu lama dengan orang yang telah membunuh suaminya, sekaligus membunuh Ayah dari putrinya itu. Karena Diana takut Ara akan mengingat kembali ke masa lalu, walaupun kemungkinan sangat kecil. Namun, tetap saja Diana harus terus berjaga-jaga.Hasbi yang ditinggal begitu saja hanya diam dan menatap nanar rumah sederhana itu. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk meninggal kediaman Ara. Ia akan segera mencari tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi 8 tahun yang lalu. Bila perlu ia akan menyewa seseorang untuk memecahkan segala pertanyaan yang ada di dalam benaknya itu.Sudah 3 hari Hasbi dan Ara menghabiskan waktu di Jerman. Selama 3 hari, mereka terus berkeliling dan mengunjungi tempat wisata indah yang ada di sana. Seperti saat ini, Hasbi dan Ara sedang berada di salah satu pantai. Bukan tanpa alasan mereka datang ke pantai ini, tetapi, Ara yang memintanya. "Ah, kenapa tiba-tiba aku merindukan Om Mars?" gumam Ara yang tengah memejamkan mata dengan posisi berbaring di atas ayunan yang ada di pantai itu. "Kamu merindukan siapa?" tanya Hasbi dengan menatap tajam istrinya. "Om Mars. Sudah 3 hari kita meninggalkan dia, aku merasa sangat merindukannya," ucap Ara masih dengan memejamkan matanya. Ara sama sekali tidak menyadari, bahwa ucapannya tadi membuat singa dalam diri Hasbi terbangun. Tiba-tiba saja, Ara merasa ayunannya terasa berat. Dan saat membuka mata, Ara terkejut mendapati Hasbi tengah menindihnya. "Hasbi, apa yang kau lakukan? Turun lah! Kau sangat berat," ucap Ara dengan mendorong kasar suaminya. Bukannya beranjak pergi, Hasbi malah se
Hari yang ditunggu pun tiba, dimana Hasbi dan Ara akan melakukan honeymoon ke Jerman. Setelah melewati waktu yang cukup lama, akhirnya keduanya sampai di Jerman tepat pukul 4 sore. Karena lelah setelah melakukan perjalanan panjang, Ara dan Hasbi memutuskan beristirahat dulu. Pukul 7 malam, Ara dan Hasbi sudah rapi dengan baju mereka masing-masing. Keduanya memutuskan untuk makan malam diluar. Sesampainya di restoran, Hasbi dan Ara memilih tempat duduk paling pojok dekat kaca. Makan datang, dan mereka mulai menyantap makannya. "Kamu suka?" tanya Hasbi setelah menghabiskan semua makanannya. "Suka. Ini makanan yang aku inginkan beberapa hari yang lalu," jawabnya dengan raut wajah cerah. "Setelah ini kita akan kemana lagi?" tanya Ara. "Tentu saja pulang ke hotel," balas Hasbi membuat Ara melotot. "Kenapa?" tanya Hasbi dengan bingung karena reaksi istrinya. "Aku belum puas menikmati suasana Jerman, Hasbi." Ara berucap dengan raut wajah masam. Baru satu jam mereka berjalan-jalan. Na
Makan malam tiba. Ara, Hasbi, dan Mars sudah berkumpul di meja makan. Mereka duduk ditempat duduk masing-masing. Hening, tidak ada yang berbicara sepatah kata pun. Sampai makan malam selesai. Ara beranjak dari duduknya untuk kembali ke dalam kamar, dia merasa sangat lelah setelah seharian pergi. Sedangkan, dua pria itu sedang berada di ruang kerja untuk membahas tentang pekerjaan. "Besok aku harus pergi ke Turki untuk melakukan kerjasama dengan salah satu pengusaha di sana," ucap Mars. "Kenapa mendadak sekali?" tanya Hasbi terkejut. "Sebenarnya ini tidak mendadak. Namun, karena aku menyampaikan sekarang, kau menganggap ini semua mendadak.""Kau tidak keberatan, kan?" tanya Mars. "Berapa lama?" "Hanya dua minggu," balas Mars. Hasbi menghela nafas mendengar jawaban Mars."Kenapa lama sekali," protes Hasbi. "Biasanya kau tidak pernah protes. Ada apa sebenarnya?" tanya Mars menatap curiga suami dari keponakannya itu. "Aku sudah merencanakan jadwal honeymoon dengan Ara, Mars.""Kalia
Keesokan harinya, keadaan Ara sudah membaik, dan diperbolehkan untuk pulang. Ara, Mars, dan Hasbi kini sedang berada di dalam mobil menuju mansion. Tidak ada percakapan diantara mereka selama di perjalanan. Ketiganya sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Mars sibuk membalas pesan dari asistennya, Hasbi sibuk menyetir, dan Ara sibuk memainkan ponselnya. Sesampainya di mansion, kedua laki-laki itu menuntun Ara menuju kamarnya. "Jika kamu ingin sesuatu, katakanlah!" ucap Mars sebelum keluar dari kamar Ara. "Di sini ada Hasbi, Om. Jadi, Om istirahat saja. Ara tidak enak jika harus merepotkan Om lagi.""Kamu sama sekali tidak merepotkan, Nak. Jangan berkata seperti itu.""Ya sudah, kalau tidak ada lagi kepentingan, Om pamit dulu." Lanjut Mars berpamitan. Sedangkan, Ara dan Hasbi hanya mengangguk saja. Ara membaringkan tubuhnya di atas kasur. Jujur saja, saat di rumah sakit, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena, kondisi yang sedang di infus, dan tempat tidurnya yang kecil, memb
Pagi-pagi sekali, Hasbi kembali ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya. Sebenarnya semalam dia ingin menginap di rumah sakit. Namun, Ara bersikeras menyuruhnya untuk pergi. Mau tidak mau, akhirnya Hasbi pulang. Di rumah sakit, hanya Mars yang menemani Ara. Karena, keluarga mereka hanya tersisa berdua saja. Sampai di rumah sakit, Hasbi melihat Mars dan Ara masih tidur. Karena tidak ingin mengganggu mereka, Hasbi memutuskan pergi ke kantin untuk sarapan. Karena, saat di rumah, dia tidak sempat sarapan. Tidak lupa, setelah makan, Hasbi membawa makanan untuk Mars. Sedangkan, Ara akan sarapan dengan bubur yang dia beli di jalan tadi. "Kau sudah datang," suara serak itu berasal dari Mars. Dia baru saja bangun, dan melihat Hasbi sedang duduk dengan santai si sofa. "Ya. Mandilah dulu, aku sudah membawa makanan untukmu," ucap Hasbi berjalan menghampiri Mars untuk menggantikan posisi. Mars mengangguk dan berlalu pergi ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu.Hasbi duduk di kursi yang M
Ara terbaring lemah di atas brankar, matanya terpejam dengan infus di punggung tangannya. Di sisinya, ada Mars dan Hasbi. Mereka berdua dengan setia menunggu Ara membuka matanya. Do'a terus mereka panjatkan, agar Ara segera sadar. Beberapa menit kemudian, kelopak mata Ara mulai bergerak dan membuka. Hasbi dan Mars yang melihat hal itu tentu saja sangat senang. Keduanya berlomba-lomba bertanya apa yang dirasakan oleh Ara."Minum," lirih Ara. Dengan cepat, Mars mengambil gelas yang sudah disediakan di atas nakas kepada Ara."Sebaiknya, kamu berbaring dulu. Sebentar lagi Dokter akan datang untuk memeriksamu," ucap Mars. Sedangkan, Ara hanya mengangguk dan menuruti apa yang diperintahkan oleh Mars padanya. Benar saja, tak lama dokter datang dengan asistennya yang setia mengekor dibelakangnya. Setelah diperiksa, dokter itu menuliskan resep obat yang harus di tebus. "Keadaannya sudah cukup baik. Namun, harus melakukan perawatan inap, agar kondisinya terus terkontrol oleh kami," ucap Dokt
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa, kehamilan Ara menginjak umur 4 bulan. Selama 4 bulan itu, hubungan Ara dan Hasbi masih saja dingin. Walaupun Hasbi mencoba memperbaiki semuanya. Tetapi, Ara terus menjaga jarak diantara mereka. Seperti saat ini, Hasbi kukuh ingin mengantar Ara untuk melihat perkembangan bayinya. Namun, Ara menolak dengan alasan pasti akan mengantri lama di sana. Mau tidak mau, Hasbi tidak jadi mengantarkan Ara, dan memutuskan untuk pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, tiba-tiba saja perasaan Hasbi tidak enak. Entah karena apa, yang jelas perasaannya benar-benar tidak enak sekali. Dia mencoba fokus dengan berkas-berkas di hadapannya itu. Namun, tetap saja tidak bisa. Karena terlanjur tidak fokus, Hasbi akhirnya memutuskan untuk menghubungi Ara. Karena, sejak tadi hatinya ingat terus pada AraPanggilan pertama, Ara menolaknya. Hingga panggilan ke 3, akhirnya Ara mengangkat teleponnya. "Ada apa?" tanya Ara dengan nada ketus seperti biasa.
Sudah satu minggu semenjak Hasbi kembali dari Indonesia, Ara terus mendiamkannya. Hal itu tentu membuat Hasbi frustasi dan juga bingung, karena dia merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Ara, Hasbi, dan Mars kini sedang makan malam bersama. Tidak ada percakapan diantara mereka bertiga, semuanya fokus makan. Hingga akhirnya, Hasbi membuka percakapan terlebih dulu. "Ara," panggilnya pada sang istri. Namun, Ara tidak bereaksi apa-apa, seolah panggilan Hasbi tadi hanya angin berlalu. Hasbi menghela nafasnya, karena lagi-lagi Ara mengabaikannya. Tidak ingin merusak suasana makan malam yang tentram, Hasbi memilih untuk diam dan menunda ucapan yang ingin dia ucapkan tadi. 10 menit kemudian, mereka selesai menghabiskan makan malamnya. Mars lebih dulu pergi dari meja makan, karena dia sedang ada pekerjaan. Kini di meja makan, hanya tersisa Hasbi dan Ara. Baru saja Ara berdiri, Hasbi segera mencekal tangan istrinya itu agar tidak pergi. "Lepas!" ucap Ara dengan nada dingin, ia bah
"Angel, ayo." Panggilan itu, membuat Angel menoleh lalu mengangguk dan mengikuti langkah kaki Nick. Ya, mereka adalah Angel dan Nick, keduanya sedang berlibur di LA. Namun, liburan kali ini Nick dibuat terkejut karena Angel memberitahunya bahwa dirinya sedang hamil. Karena bahagia mendapat kabar itu, Nick mengajak Angel untuk periksa dan melihat apakah baik-baik saja bayi mereka, mengingat mereka bercinta dengan gaya bebas, Nick takut bayinya tidak baik-baik saja. "Kau kenapa?" tanya Nick bingung. Karena sejak tadi Angel diam dan tak mengeluarkan satu kata pun. Mungkinkah, Angel tidak bahagia dengan kabar ini?" tanya Nick dalam hati. "Aku tidak apa-apa," balas Angel tersenyum menutupi rasa gugup yang melandanya.Angel sedang mengkhawatirkan bagaimana kalau Ara memberitahu Hasbi tentang dirinya yang ada di rumah sakit dengan seorang laki-laki, apalagi ia keluar dari ruangan ibu hamil. Angel sangat yakin, bahwa Ara tadi melihatnya dan mengenalinya. Namun, Angel terus berdoa semoga A
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments