Keheningan masih tercipta di mansion milik Mars, ketiga orang dewasa itu saling membisu, diantara mereka tidak ada yang berniat untuk membuka suara, setelah mendapatkan paket misterius berisi foto kecelakaan yang dialami oleh Ayah Ara. "Buang saja fotonya jika tidak penting," ucap Ara, setelah lama terdiam. Ia sebenarnya sangat penasaran siapa yang kecelakaan itu. Tetapi, melihat reaksi kedua laki-laki di hadapannya itu, membuat Ara memutuskan berberi usul untuk membuang foto itu. "Ya, kau benar, Nak. Sebaiknya kita bakar aja fotonya," balas Mars, dengan mengambil foto foto itu, lalu membawanya keluar untuk dibakar. Sedangkan Hasbi masih diam membisu, dalam benaknya banyak sekali pertanyaan yang muncul. Siapa yang mengirim foto itu? Apa maksud mengirim foto itu? Apakah untuk menghancurkan hubungannya dengan Ara? Ataukah foto itu sengaja dikirim agar Ara cepat mengingat kembali kejadian 9 tahun yang lalu?"Hasbi," panggilan Mars, membuat lamunan Hasbi buyar seketika. Ia berdiri da
Pagi hari, kediaman Mars di hebohkan kembali oleh sebuah paket. Namun, kali ini paket itu bukan berisi foto, melainkan berisi boneka kecil milik Ara dulu. Tetapi, orang yang memilikinya tampaknya tidak mengenali boneka kesayangannya itu. "Bonekanya cantik banget," ucap Ara tiba-tiba. Hasbi dan Mars hanya diam, tak menanggapi ucapan Ara. Mereka kini sedang berpikir keras, siapa yang selalu mengirim paket misterius itu ke rumah mereka, dan apa tujuannya. "Sepertinya kita memiliki musuh," ujar Mars, membuat Ara melepaskan boneka itu dari tangannya. "Maksudnya?" tanya Ara tak mengerti. Jika benar mereka memiliki musuh, itu artinya ia berada dalam bahaya. Tapi, siapa musuhnya? Ara merasa ia tak memiliki musuh."Tidak ada," ucap Hasbi dengan cepat. Hasbi tidak ingin Ara tahu, bahwa mereka memiliki musuh. Karena, Hasbi takut kekhawatiran Ara berpengaruh pada kandungannya. Apalagi kandungannya masih terbilang cukup rawan, dan Hasbi tidak ingin hal buruk pada Ara dan kandungannya. "Sepe
Satu minggu berlalu. Namun, paket misterius itu tak berhenti datang. Setiap hari, selalu ada paket di bawah pintu. Semua orang yang ada di mansion itu mencoba tidak menggubris. Namun, tampaknya si pengirim paket itu tak mau menyerah dan terus menerus mengirim paket berisi barang-barang milik Ara dulu. Entah dari mana pengirim paket itu mendapatkan semua barang Ara, yang pasti ada seseorang yang telah mengambilnya di tempat Diana dulu menyimpan barang-barang itu. "Kenapa setiap hari selalu ada paket misterius seperti ini? Apakah kalian memiliki musuh diluar sana?" tanya Ara yang sudah frustasi, karena gangguan paket itu. "Ara, tenang dulu. Kau jangan pikirkan paket itu, karena itu hanya orang iseng saja," ucap Mars menenangkan Ara. "Orang iseng? Jika memang ia iseng, lalu mengapa setiap hari mengirimnya? Apakah dia tidak capek mengirim barang-barang aneh ini pada kita?" tanya Ara. "Sudah jangan dipikirkan, aku dan Om akan mencari tahu siapa orang yang sudah mengirim paket ini pada
Ara terus melangkahkan kakinya menuju lantai dua. Namun, saat dipertengahan jalan, Ara terpaksa menghentikan langkahnya saat sebuah suara memanggilnya. "Ara," suara bariton itu berasal dari atas tangga, Ara mendongak dan menemukan Mars sedang berdiri menatapnya. Ara tersenyum, lalu melangkah lebih cepat untuk menghampiri Omnya. "Ada apa?" tanya Ara setelah berada di dekat Mars. "Kau habis darimana?" tanya Mars pura-pura tidak tahu. "Bukannya sudah Ara bilang, kalau Ara pergi keluar sebentar.""Darimana?" tanya Mars kembali. "Beli ini," Ara menunjukkan sebuah es krim pada Mars. "Aku sedang ngidam es krim, Om. Karena itu tadi aku pergi sebentar keluar," lanjut Ara. "Kenapa kau tidak minta saja pada Hasbi untuk membelikannya?""Hasbi sedang menelpon rekan kerjanya, dan membahas tentang pekerjaan. Jadi, Ara tidak enak mengganggunya hanya untuk membeli sebuah es krim," jawab Ara. Mars tersenyum, mengagumi kepintaran Ara dalam menutupi kebohongan."Ya sudah, istirahat lah. Kau pasti
Bandara Soekarno-Hatta. Hasbi menapakkan kakinya ke tanah kelahirannya itu, ia mengedarkan pandangannya menatap bandara itu. Tidak ada yang berubah, karena Hasbi hanya meninggalkannya satu bulan, bukan satu tahun. Senyum terlukis indah dibibir itu, saat melihat keberadaan orang tuanya. Namun, senyum itu seketika luntur saat melihat ada sosok wanita muda yang ikut bersama mereka. Angel, mantan tunangannya. Wanita itu tampak berjalan disamping kiri Mamanya, dan mulai berjalan mendekatinya. Sesampainya di depannya, mereka berpelukan melepas rindu yang mereka tahan selama sebulan. "Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Gina. "Baik," balas Hasbi. "Kenapa kau tidak memberitahu kami, kalau kau akan datang ke sini?" tanya Gina kembali. "Aku hanya ingin membuat suprise untuk Mama."Gina hanya tersenyum mendengar jawaban dari putra satu-satunya itu. Namun, senyum itu Seketika hilang dari bibirnya, saat Yuda bertanya. "Bagaiamana kabar menantu Ayah dan cucu Ayah?" tanya Yuda. "Mereka baik-baik s
"Bawa aku pergi darinya, Om."Langkah kaki Mars terhenti karena ucapan Ara, dia membalikkan tubuhnya dan menatap tak percaya dengan apa yang didengarnya tadi. "Kau jangan bercanda!" tegas Mars. "Aku serius, Om. Bawa pergi aku, Om. Aku tidak ingin melihat wajahnya," ucap Ara dengan memelas. "Tapi, bagaimana dengan janin mu,Nak?" tanya Mars menghampiri Ara. "Aku bisa membesarkannya seorang diri," balas Ara cepat. "Itu tidaklah mudah!""Jika Om tidak ingin membantuku, aku bisa pergi sendiri."Ara beranjak dari duduknya, dan melangkah dengan cepat meninggalkan Mars. "Ara!" teriak Mars. Namun, Ara tak menanggapinya. Ia tetap berlari meninggalkan Mars. Tetapi, karena tidak hati-hati, Ara terpeleset dan jatuh dari tangga. Mars yang melihat itu segera berlari dan untungnya, ia tepat waktu menangkap tubuh Ara yang akan terjatuh. "Sudah aku bilang, jangan berlari di atas tangga!" bentak Mars tanpa sadar. Sedangkan, Ara yang dibentak oleh Mars langsung terdiam. Namun, sesaat ia pun ter
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini waktunya Hasbi untuk kembali ke LA. Pagi-pagi sekali, Hasbi sudah mempersiapkan semuanya. Karena penerbangannya jam 06.00 pagi, ia takut nanti akan tertinggal pesawat. Kini Hasbi dan kedua orang tuanya tengah sarapan, dengan dibumbui obrolan ringan. "Nak, tidak bisakah kamu menginap satu hari lagi? Kami masih sangat merindukan mu," ucap Gina merayu Hasbi agar menginap lagi. "Tidak bisa, Ma. Karena Hasbi khawatir dengan keadaan Ara. Jika Mama tidak keberatan, Mama saja yang ikut dengan ku ke LA. Bagaimana?" tanya Hasbi menatap Mamanya. "Ah … Mama takut merepotkanmu nanti," ucap Gina menolak halus tawaran Hasbi. Hasbi tersenyum mendengar penolakan Mamanya, dia sudah menduga Mamanya pasti akan menolak. Karena, Mamanya belum sepenuhnya menerima Ara sebagai menantunya. Tetapi, Hasbi akan berusaha agar Mamanya bisa menerima Ara sebagai menantunya. Hasbi tahu Mamanya pasti akan sedikit sulit menerima Ara. Namun, dia harus berusaha lebih dulu,
"Angel, ayo." Panggilan itu, membuat Angel menoleh lalu mengangguk dan mengikuti langkah kaki Nick. Ya, mereka adalah Angel dan Nick, keduanya sedang berlibur di LA. Namun, liburan kali ini Nick dibuat terkejut karena Angel memberitahunya bahwa dirinya sedang hamil. Karena bahagia mendapat kabar itu, Nick mengajak Angel untuk periksa dan melihat apakah baik-baik saja bayi mereka, mengingat mereka bercinta dengan gaya bebas, Nick takut bayinya tidak baik-baik saja. "Kau kenapa?" tanya Nick bingung. Karena sejak tadi Angel diam dan tak mengeluarkan satu kata pun. Mungkinkah, Angel tidak bahagia dengan kabar ini?" tanya Nick dalam hati. "Aku tidak apa-apa," balas Angel tersenyum menutupi rasa gugup yang melandanya.Angel sedang mengkhawatirkan bagaimana kalau Ara memberitahu Hasbi tentang dirinya yang ada di rumah sakit dengan seorang laki-laki, apalagi ia keluar dari ruangan ibu hamil. Angel sangat yakin, bahwa Ara tadi melihatnya dan mengenalinya. Namun, Angel terus berdoa semoga A
Sudah 3 hari Hasbi dan Ara menghabiskan waktu di Jerman. Selama 3 hari, mereka terus berkeliling dan mengunjungi tempat wisata indah yang ada di sana. Seperti saat ini, Hasbi dan Ara sedang berada di salah satu pantai. Bukan tanpa alasan mereka datang ke pantai ini, tetapi, Ara yang memintanya. "Ah, kenapa tiba-tiba aku merindukan Om Mars?" gumam Ara yang tengah memejamkan mata dengan posisi berbaring di atas ayunan yang ada di pantai itu. "Kamu merindukan siapa?" tanya Hasbi dengan menatap tajam istrinya. "Om Mars. Sudah 3 hari kita meninggalkan dia, aku merasa sangat merindukannya," ucap Ara masih dengan memejamkan matanya. Ara sama sekali tidak menyadari, bahwa ucapannya tadi membuat singa dalam diri Hasbi terbangun. Tiba-tiba saja, Ara merasa ayunannya terasa berat. Dan saat membuka mata, Ara terkejut mendapati Hasbi tengah menindihnya. "Hasbi, apa yang kau lakukan? Turun lah! Kau sangat berat," ucap Ara dengan mendorong kasar suaminya. Bukannya beranjak pergi, Hasbi malah se
Hari yang ditunggu pun tiba, dimana Hasbi dan Ara akan melakukan honeymoon ke Jerman. Setelah melewati waktu yang cukup lama, akhirnya keduanya sampai di Jerman tepat pukul 4 sore. Karena lelah setelah melakukan perjalanan panjang, Ara dan Hasbi memutuskan beristirahat dulu. Pukul 7 malam, Ara dan Hasbi sudah rapi dengan baju mereka masing-masing. Keduanya memutuskan untuk makan malam diluar. Sesampainya di restoran, Hasbi dan Ara memilih tempat duduk paling pojok dekat kaca. Makan datang, dan mereka mulai menyantap makannya. "Kamu suka?" tanya Hasbi setelah menghabiskan semua makanannya. "Suka. Ini makanan yang aku inginkan beberapa hari yang lalu," jawabnya dengan raut wajah cerah. "Setelah ini kita akan kemana lagi?" tanya Ara. "Tentu saja pulang ke hotel," balas Hasbi membuat Ara melotot. "Kenapa?" tanya Hasbi dengan bingung karena reaksi istrinya. "Aku belum puas menikmati suasana Jerman, Hasbi." Ara berucap dengan raut wajah masam. Baru satu jam mereka berjalan-jalan. Na
Makan malam tiba. Ara, Hasbi, dan Mars sudah berkumpul di meja makan. Mereka duduk ditempat duduk masing-masing. Hening, tidak ada yang berbicara sepatah kata pun. Sampai makan malam selesai. Ara beranjak dari duduknya untuk kembali ke dalam kamar, dia merasa sangat lelah setelah seharian pergi. Sedangkan, dua pria itu sedang berada di ruang kerja untuk membahas tentang pekerjaan. "Besok aku harus pergi ke Turki untuk melakukan kerjasama dengan salah satu pengusaha di sana," ucap Mars. "Kenapa mendadak sekali?" tanya Hasbi terkejut. "Sebenarnya ini tidak mendadak. Namun, karena aku menyampaikan sekarang, kau menganggap ini semua mendadak.""Kau tidak keberatan, kan?" tanya Mars. "Berapa lama?" "Hanya dua minggu," balas Mars. Hasbi menghela nafas mendengar jawaban Mars."Kenapa lama sekali," protes Hasbi. "Biasanya kau tidak pernah protes. Ada apa sebenarnya?" tanya Mars menatap curiga suami dari keponakannya itu. "Aku sudah merencanakan jadwal honeymoon dengan Ara, Mars.""Kalia
Keesokan harinya, keadaan Ara sudah membaik, dan diperbolehkan untuk pulang. Ara, Mars, dan Hasbi kini sedang berada di dalam mobil menuju mansion. Tidak ada percakapan diantara mereka selama di perjalanan. Ketiganya sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Mars sibuk membalas pesan dari asistennya, Hasbi sibuk menyetir, dan Ara sibuk memainkan ponselnya. Sesampainya di mansion, kedua laki-laki itu menuntun Ara menuju kamarnya. "Jika kamu ingin sesuatu, katakanlah!" ucap Mars sebelum keluar dari kamar Ara. "Di sini ada Hasbi, Om. Jadi, Om istirahat saja. Ara tidak enak jika harus merepotkan Om lagi.""Kamu sama sekali tidak merepotkan, Nak. Jangan berkata seperti itu.""Ya sudah, kalau tidak ada lagi kepentingan, Om pamit dulu." Lanjut Mars berpamitan. Sedangkan, Ara dan Hasbi hanya mengangguk saja. Ara membaringkan tubuhnya di atas kasur. Jujur saja, saat di rumah sakit, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena, kondisi yang sedang di infus, dan tempat tidurnya yang kecil, memb
Pagi-pagi sekali, Hasbi kembali ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya. Sebenarnya semalam dia ingin menginap di rumah sakit. Namun, Ara bersikeras menyuruhnya untuk pergi. Mau tidak mau, akhirnya Hasbi pulang. Di rumah sakit, hanya Mars yang menemani Ara. Karena, keluarga mereka hanya tersisa berdua saja. Sampai di rumah sakit, Hasbi melihat Mars dan Ara masih tidur. Karena tidak ingin mengganggu mereka, Hasbi memutuskan pergi ke kantin untuk sarapan. Karena, saat di rumah, dia tidak sempat sarapan. Tidak lupa, setelah makan, Hasbi membawa makanan untuk Mars. Sedangkan, Ara akan sarapan dengan bubur yang dia beli di jalan tadi. "Kau sudah datang," suara serak itu berasal dari Mars. Dia baru saja bangun, dan melihat Hasbi sedang duduk dengan santai si sofa. "Ya. Mandilah dulu, aku sudah membawa makanan untukmu," ucap Hasbi berjalan menghampiri Mars untuk menggantikan posisi. Mars mengangguk dan berlalu pergi ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu.Hasbi duduk di kursi yang M
Ara terbaring lemah di atas brankar, matanya terpejam dengan infus di punggung tangannya. Di sisinya, ada Mars dan Hasbi. Mereka berdua dengan setia menunggu Ara membuka matanya. Do'a terus mereka panjatkan, agar Ara segera sadar. Beberapa menit kemudian, kelopak mata Ara mulai bergerak dan membuka. Hasbi dan Mars yang melihat hal itu tentu saja sangat senang. Keduanya berlomba-lomba bertanya apa yang dirasakan oleh Ara."Minum," lirih Ara. Dengan cepat, Mars mengambil gelas yang sudah disediakan di atas nakas kepada Ara."Sebaiknya, kamu berbaring dulu. Sebentar lagi Dokter akan datang untuk memeriksamu," ucap Mars. Sedangkan, Ara hanya mengangguk dan menuruti apa yang diperintahkan oleh Mars padanya. Benar saja, tak lama dokter datang dengan asistennya yang setia mengekor dibelakangnya. Setelah diperiksa, dokter itu menuliskan resep obat yang harus di tebus. "Keadaannya sudah cukup baik. Namun, harus melakukan perawatan inap, agar kondisinya terus terkontrol oleh kami," ucap Dokt
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa, kehamilan Ara menginjak umur 4 bulan. Selama 4 bulan itu, hubungan Ara dan Hasbi masih saja dingin. Walaupun Hasbi mencoba memperbaiki semuanya. Tetapi, Ara terus menjaga jarak diantara mereka. Seperti saat ini, Hasbi kukuh ingin mengantar Ara untuk melihat perkembangan bayinya. Namun, Ara menolak dengan alasan pasti akan mengantri lama di sana. Mau tidak mau, Hasbi tidak jadi mengantarkan Ara, dan memutuskan untuk pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, tiba-tiba saja perasaan Hasbi tidak enak. Entah karena apa, yang jelas perasaannya benar-benar tidak enak sekali. Dia mencoba fokus dengan berkas-berkas di hadapannya itu. Namun, tetap saja tidak bisa. Karena terlanjur tidak fokus, Hasbi akhirnya memutuskan untuk menghubungi Ara. Karena, sejak tadi hatinya ingat terus pada AraPanggilan pertama, Ara menolaknya. Hingga panggilan ke 3, akhirnya Ara mengangkat teleponnya. "Ada apa?" tanya Ara dengan nada ketus seperti biasa.
Sudah satu minggu semenjak Hasbi kembali dari Indonesia, Ara terus mendiamkannya. Hal itu tentu membuat Hasbi frustasi dan juga bingung, karena dia merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Ara, Hasbi, dan Mars kini sedang makan malam bersama. Tidak ada percakapan diantara mereka bertiga, semuanya fokus makan. Hingga akhirnya, Hasbi membuka percakapan terlebih dulu. "Ara," panggilnya pada sang istri. Namun, Ara tidak bereaksi apa-apa, seolah panggilan Hasbi tadi hanya angin berlalu. Hasbi menghela nafasnya, karena lagi-lagi Ara mengabaikannya. Tidak ingin merusak suasana makan malam yang tentram, Hasbi memilih untuk diam dan menunda ucapan yang ingin dia ucapkan tadi. 10 menit kemudian, mereka selesai menghabiskan makan malamnya. Mars lebih dulu pergi dari meja makan, karena dia sedang ada pekerjaan. Kini di meja makan, hanya tersisa Hasbi dan Ara. Baru saja Ara berdiri, Hasbi segera mencekal tangan istrinya itu agar tidak pergi. "Lepas!" ucap Ara dengan nada dingin, ia bah
"Angel, ayo." Panggilan itu, membuat Angel menoleh lalu mengangguk dan mengikuti langkah kaki Nick. Ya, mereka adalah Angel dan Nick, keduanya sedang berlibur di LA. Namun, liburan kali ini Nick dibuat terkejut karena Angel memberitahunya bahwa dirinya sedang hamil. Karena bahagia mendapat kabar itu, Nick mengajak Angel untuk periksa dan melihat apakah baik-baik saja bayi mereka, mengingat mereka bercinta dengan gaya bebas, Nick takut bayinya tidak baik-baik saja. "Kau kenapa?" tanya Nick bingung. Karena sejak tadi Angel diam dan tak mengeluarkan satu kata pun. Mungkinkah, Angel tidak bahagia dengan kabar ini?" tanya Nick dalam hati. "Aku tidak apa-apa," balas Angel tersenyum menutupi rasa gugup yang melandanya.Angel sedang mengkhawatirkan bagaimana kalau Ara memberitahu Hasbi tentang dirinya yang ada di rumah sakit dengan seorang laki-laki, apalagi ia keluar dari ruangan ibu hamil. Angel sangat yakin, bahwa Ara tadi melihatnya dan mengenalinya. Namun, Angel terus berdoa semoga A