Bandara Soekarno-Hatta. Hasbi menapakkan kakinya ke tanah kelahirannya itu, ia mengedarkan pandangannya menatap bandara itu. Tidak ada yang berubah, karena Hasbi hanya meninggalkannya satu bulan, bukan satu tahun. Senyum terlukis indah dibibir itu, saat melihat keberadaan orang tuanya. Namun, senyum itu seketika luntur saat melihat ada sosok wanita muda yang ikut bersama mereka. Angel, mantan tunangannya. Wanita itu tampak berjalan disamping kiri Mamanya, dan mulai berjalan mendekatinya. Sesampainya di depannya, mereka berpelukan melepas rindu yang mereka tahan selama sebulan. "Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya Gina. "Baik," balas Hasbi. "Kenapa kau tidak memberitahu kami, kalau kau akan datang ke sini?" tanya Gina kembali. "Aku hanya ingin membuat suprise untuk Mama."Gina hanya tersenyum mendengar jawaban dari putra satu-satunya itu. Namun, senyum itu Seketika hilang dari bibirnya, saat Yuda bertanya. "Bagaiamana kabar menantu Ayah dan cucu Ayah?" tanya Yuda. "Mereka baik-baik s
"Bawa aku pergi darinya, Om."Langkah kaki Mars terhenti karena ucapan Ara, dia membalikkan tubuhnya dan menatap tak percaya dengan apa yang didengarnya tadi. "Kau jangan bercanda!" tegas Mars. "Aku serius, Om. Bawa pergi aku, Om. Aku tidak ingin melihat wajahnya," ucap Ara dengan memelas. "Tapi, bagaimana dengan janin mu,Nak?" tanya Mars menghampiri Ara. "Aku bisa membesarkannya seorang diri," balas Ara cepat. "Itu tidaklah mudah!""Jika Om tidak ingin membantuku, aku bisa pergi sendiri."Ara beranjak dari duduknya, dan melangkah dengan cepat meninggalkan Mars. "Ara!" teriak Mars. Namun, Ara tak menanggapinya. Ia tetap berlari meninggalkan Mars. Tetapi, karena tidak hati-hati, Ara terpeleset dan jatuh dari tangga. Mars yang melihat itu segera berlari dan untungnya, ia tepat waktu menangkap tubuh Ara yang akan terjatuh. "Sudah aku bilang, jangan berlari di atas tangga!" bentak Mars tanpa sadar. Sedangkan, Ara yang dibentak oleh Mars langsung terdiam. Namun, sesaat ia pun ter
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa kini waktunya Hasbi untuk kembali ke LA. Pagi-pagi sekali, Hasbi sudah mempersiapkan semuanya. Karena penerbangannya jam 06.00 pagi, ia takut nanti akan tertinggal pesawat. Kini Hasbi dan kedua orang tuanya tengah sarapan, dengan dibumbui obrolan ringan. "Nak, tidak bisakah kamu menginap satu hari lagi? Kami masih sangat merindukan mu," ucap Gina merayu Hasbi agar menginap lagi. "Tidak bisa, Ma. Karena Hasbi khawatir dengan keadaan Ara. Jika Mama tidak keberatan, Mama saja yang ikut dengan ku ke LA. Bagaimana?" tanya Hasbi menatap Mamanya. "Ah … Mama takut merepotkanmu nanti," ucap Gina menolak halus tawaran Hasbi. Hasbi tersenyum mendengar penolakan Mamanya, dia sudah menduga Mamanya pasti akan menolak. Karena, Mamanya belum sepenuhnya menerima Ara sebagai menantunya. Tetapi, Hasbi akan berusaha agar Mamanya bisa menerima Ara sebagai menantunya. Hasbi tahu Mamanya pasti akan sedikit sulit menerima Ara. Namun, dia harus berusaha lebih dulu,
"Angel, ayo." Panggilan itu, membuat Angel menoleh lalu mengangguk dan mengikuti langkah kaki Nick. Ya, mereka adalah Angel dan Nick, keduanya sedang berlibur di LA. Namun, liburan kali ini Nick dibuat terkejut karena Angel memberitahunya bahwa dirinya sedang hamil. Karena bahagia mendapat kabar itu, Nick mengajak Angel untuk periksa dan melihat apakah baik-baik saja bayi mereka, mengingat mereka bercinta dengan gaya bebas, Nick takut bayinya tidak baik-baik saja. "Kau kenapa?" tanya Nick bingung. Karena sejak tadi Angel diam dan tak mengeluarkan satu kata pun. Mungkinkah, Angel tidak bahagia dengan kabar ini?" tanya Nick dalam hati. "Aku tidak apa-apa," balas Angel tersenyum menutupi rasa gugup yang melandanya.Angel sedang mengkhawatirkan bagaimana kalau Ara memberitahu Hasbi tentang dirinya yang ada di rumah sakit dengan seorang laki-laki, apalagi ia keluar dari ruangan ibu hamil. Angel sangat yakin, bahwa Ara tadi melihatnya dan mengenalinya. Namun, Angel terus berdoa semoga A
Sudah satu minggu semenjak Hasbi kembali dari Indonesia, Ara terus mendiamkannya. Hal itu tentu membuat Hasbi frustasi dan juga bingung, karena dia merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Ara, Hasbi, dan Mars kini sedang makan malam bersama. Tidak ada percakapan diantara mereka bertiga, semuanya fokus makan. Hingga akhirnya, Hasbi membuka percakapan terlebih dulu. "Ara," panggilnya pada sang istri. Namun, Ara tidak bereaksi apa-apa, seolah panggilan Hasbi tadi hanya angin berlalu. Hasbi menghela nafasnya, karena lagi-lagi Ara mengabaikannya. Tidak ingin merusak suasana makan malam yang tentram, Hasbi memilih untuk diam dan menunda ucapan yang ingin dia ucapkan tadi. 10 menit kemudian, mereka selesai menghabiskan makan malamnya. Mars lebih dulu pergi dari meja makan, karena dia sedang ada pekerjaan. Kini di meja makan, hanya tersisa Hasbi dan Ara. Baru saja Ara berdiri, Hasbi segera mencekal tangan istrinya itu agar tidak pergi. "Lepas!" ucap Ara dengan nada dingin, ia bah
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa, kehamilan Ara menginjak umur 4 bulan. Selama 4 bulan itu, hubungan Ara dan Hasbi masih saja dingin. Walaupun Hasbi mencoba memperbaiki semuanya. Tetapi, Ara terus menjaga jarak diantara mereka. Seperti saat ini, Hasbi kukuh ingin mengantar Ara untuk melihat perkembangan bayinya. Namun, Ara menolak dengan alasan pasti akan mengantri lama di sana. Mau tidak mau, Hasbi tidak jadi mengantarkan Ara, dan memutuskan untuk pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, tiba-tiba saja perasaan Hasbi tidak enak. Entah karena apa, yang jelas perasaannya benar-benar tidak enak sekali. Dia mencoba fokus dengan berkas-berkas di hadapannya itu. Namun, tetap saja tidak bisa. Karena terlanjur tidak fokus, Hasbi akhirnya memutuskan untuk menghubungi Ara. Karena, sejak tadi hatinya ingat terus pada AraPanggilan pertama, Ara menolaknya. Hingga panggilan ke 3, akhirnya Ara mengangkat teleponnya. "Ada apa?" tanya Ara dengan nada ketus seperti biasa.
Ara terbaring lemah di atas brankar, matanya terpejam dengan infus di punggung tangannya. Di sisinya, ada Mars dan Hasbi. Mereka berdua dengan setia menunggu Ara membuka matanya. Do'a terus mereka panjatkan, agar Ara segera sadar. Beberapa menit kemudian, kelopak mata Ara mulai bergerak dan membuka. Hasbi dan Mars yang melihat hal itu tentu saja sangat senang. Keduanya berlomba-lomba bertanya apa yang dirasakan oleh Ara."Minum," lirih Ara. Dengan cepat, Mars mengambil gelas yang sudah disediakan di atas nakas kepada Ara."Sebaiknya, kamu berbaring dulu. Sebentar lagi Dokter akan datang untuk memeriksamu," ucap Mars. Sedangkan, Ara hanya mengangguk dan menuruti apa yang diperintahkan oleh Mars padanya. Benar saja, tak lama dokter datang dengan asistennya yang setia mengekor dibelakangnya. Setelah diperiksa, dokter itu menuliskan resep obat yang harus di tebus. "Keadaannya sudah cukup baik. Namun, harus melakukan perawatan inap, agar kondisinya terus terkontrol oleh kami," ucap Dokt
Pagi-pagi sekali, Hasbi kembali ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya. Sebenarnya semalam dia ingin menginap di rumah sakit. Namun, Ara bersikeras menyuruhnya untuk pergi. Mau tidak mau, akhirnya Hasbi pulang. Di rumah sakit, hanya Mars yang menemani Ara. Karena, keluarga mereka hanya tersisa berdua saja. Sampai di rumah sakit, Hasbi melihat Mars dan Ara masih tidur. Karena tidak ingin mengganggu mereka, Hasbi memutuskan pergi ke kantin untuk sarapan. Karena, saat di rumah, dia tidak sempat sarapan. Tidak lupa, setelah makan, Hasbi membawa makanan untuk Mars. Sedangkan, Ara akan sarapan dengan bubur yang dia beli di jalan tadi. "Kau sudah datang," suara serak itu berasal dari Mars. Dia baru saja bangun, dan melihat Hasbi sedang duduk dengan santai si sofa. "Ya. Mandilah dulu, aku sudah membawa makanan untukmu," ucap Hasbi berjalan menghampiri Mars untuk menggantikan posisi. Mars mengangguk dan berlalu pergi ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu.Hasbi duduk di kursi yang M