Istri Kedua yang Diinginkan

Istri Kedua yang Diinginkan

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Oleh:  LoyceTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat. 2 Ulasan-ulasan
125Bab
22.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Menyewakan rahimnya untuk sepasang suami istri adalah jalan satu-satunya yang harus dilakukan oleh Sinar agar mendapatkan sejumlah uang untuk pengobatan adiknya. Namun, sebuah peraturan negara membuatnya harus menikah dengan Praba untuk menghindari masalah hukum di masa depan. Meskipun pada awalnya Praba menentang keras rencana tersebut, tetapi pada akhirnya dia justru merasa diuntungkan atas keberadaan Sinar. Hubungan yang tadinya hanya sebuah formalitas itu menjadikan sebuah hubungan rumit ketika Praba benar-benar jatuh cinta kepada Sinar. Tentu saja hal itu membuat istri pertamanya tak terima dan bersikeras memisahkan Praba dan Sinar. Meskipun Sinar juga mencintai Praba, dia memilih pergi dari lelaki itu. Lantas apakah Praba akan memperjuangkan cintanya, ataukah tetap bersama dengan istrinya pertamanya yang tidak pernah diinginkan? ***

Lihat lebih banyak

Bab 1

Part 1. Derita Sinar

“Penyakit adikmu sudah dalam tahap parah, Sinar. Akibat komplikasi, penanganan harus segera dilakukan terhadap organ tubuhnya sebelum kita bisa melakukan transplantasi sumsum tulang belakang. Perlu setidaknya 1 sampai 2 miliar untuk menuntaskan segalanya.”

Mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisi adiknya, mata Sinar terbelalak lebar.

Semenjak kematian orang tuanya 7 tahun yang lalu, Sinar terbiasa hidup mandiri selagi merawat adik laki-laki satu-satunya, Surya. Dibantu dengan sejumlah peninggalan orang tua mereka, hidup Surya dan Sinar sangatlah cukup.

Namun, setelah Surya didiagnosis memiliki penyakit Thalasemia bawaan, lambat laun uang peninggalan itu habis dan Sinar bahkan harus bekerja paruh waktu sembari kuliah untuk bisa bertahan hidup.

Sekarang, dokter berkata penyakit adiknya semakin parah dan memerlukan setidaknya dua miliar untuk bisa ditangani? Sinar mau dapat dari mana uang sebanyak itu?

Dengan air mata tertahan dan dada yang sesak, Sinar langsung bertanya, “Apa … tidak ada keringanan, Dok?”

Dokter tersebut menggelengkan kepala. “Maaf, Sinar,” ucapnya, membuat Sinar menutup wajah dengan kedua tangan karena air mata yang langsung mengalir deras.

Tepat di saat Sinar mulai menangis, pintu mendadak dibuka oleh seseorang dari luar. “Arkana, aku … oh—” Melihat sang dokter memiliki tamu, wanita tersebut tampak terkejut. Dia mendapati dokter itu menggelengkan kepala dan langsung mengangguk. “Aku tunggu di luar.”

Setelah pintu kembali tertutup, Arkana—sang dokter—menatap Sinar dengan iba. Selaku dokter yang sedari awal menangani adik wanita tersebut, dia sudah tahu jelas mengenai kehidupan malang dua saudara tersebut. Alhasil, hatinya pun tak elak merasa sesak dan kasihan melihat kesulitan yang dihadapi Sinar.

“Sinar, kamu pikirkan baik-baik terlebih dahulu untuk langkah selanjutnya. Kalau memang masih kesulitan terkait uang, maka kita mulai dari yang paling sederhana, yaitu penanganan organ dalamnya,” jelas Arkana dengan lembut.

Namun, hal itu tidak mampu menghentikan tangisan Sinar. Lagi pula, pun dimulai dari penanganan organ, paling tidak perlu uang puluhan hingga ratusan juta sebagai biaya.

Tidak tahu harus bagaimana, Sinar pun berujung meminta waktu berpikir dan pergi meninggalkan ruangan dokter. Dia tidak ingin mengganggu dokter Arkana yang pastinya sangat sibuk.

Melangkah gontai keluar ruangan dokter, Sinar mencapai kursi taman rumah sakit. Di sana, dia menangis sejadi-jadinya memikirkan nasib sang adik yang begitu malang.

“Maafkan Kakak, Surya ... Kakakmu ini memang tidak berguna.” Air mata masih deras menuruni wajah Sinar.

Surya adalah satu-satunya adik Sinar dan sanak saudara terakhir yang wanita itu miliki di dunia ini. Tentunya, Sinar tidak ingin kehilangan pemuda tersebut.

Namun, apa daya dirinya tidak memiliki uang untuk membiayai pengobatan adiknya itu?

Tepat di saat kesedihan menggelungnya, ponsel Sinar berdering. Gadis itu cepat-cepat mengeluarkan benda pipih tersebut dan melihat siapa yang meneleponnya.

Ternyata, itu adalah sang adik.

Cepat-cepat, Sinar langsung menghapus air matanya dan menenangkan diri. Dia tidak ingin Surya tahu kalau dirinya baru saja menangis.

“Halo?”

“Kak, aku sudah selesai terapi.”

Mendengar suara tenang Surya, satu tetes air mata Sinar kembali mengalir. Adiknya yang malang itu terdengar begitu kuat, bahkan setelah bertahun-tahun berjuang melawan penyakit yang membuatnya menderita.

“Oke, kamu tunggu, ya. Kakak segera ke sana,” ucap Sinar.

Sebelum Sinar sempat mematikan panggilan, tiba-tiba dia mendengar Surya berkata, “Kakak habis menangis?”

Pertanyaan itu membuat Sinar membeku. Dari mana adiknya tahu? Apa suaranya separau itu?

“Enak saja. Memangnya Kakak umur berapa masih sembarangan menangis? Kamu kali,” balas Sinar, memaksakan senyuman untuk terlukis di bibirnya.

Selama sesaat, telepon di sisi lain hening. Kemudian, Sinar mendengar Surya kembali angkat bicara, “Kakak, sepertinya kelelahan, Kakak perlu istirahat. Jangan memaksakan diri.” Pemuda itu melanjutkan, “Kalau Surya hidup hanya sebagai beban untuk Kakak, maka Surya lebih baik ma—”

“Surya!” bentak Sinar, menghentikan ucapan sang adik. Dia tidak peduli berapa banyak orang yang menatapnya aneh karena berteriak sekencang itu. “Kamu jangan bicara sembarangan. Kakak nggak menangis. Kakak baik-baik saja. Sudah, kamu tunggu saja di sana. Kakak jemput sekarang.”

Tanpa menunggu balasan Surya, Sinar langsung mematikan telepon tersebut. Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, menarik napas dalam untuk sedikit mendinginkan pikiran.

“Aku harus apa sekarang …?” gumam Sinar. Pikiran gadis itu mulai meliar. “Haruskah aku jual ginjal saja?”

Tepat di saat ini, sebuah suara berucap, “Tidak perlu.”

Sinar terkejut dan langsung mengangkat pandangan. Dia melihat sosok wanita berpakaian elegan yang berdiri di hadapan sembari tersenyum lembut kepada dirinya.

Walau samar, tapi Sinar ingat bahwa itu adalah wanita yang sempat berniat masuk ke ruangan Dokter Arkana saat dia masih ada di sana beberapa waktu lalu.

Alis Sinar tertaut, tampak bingung dengan maksud ucapan wanita itu. “Maaf, Anda … bicara dengan saya?” tanyanya ragu.

Perlahan, wajah wanita itu berubah serius dan dia berkata, “Saya bisa membantumu menanggung seluruh biaya pengobatan adikmu.”

Seketika, mata Sinar membola. “Apa?” Dia menelan ludah. Tidak ada hal di dunia yang gratis, jadi … Sinar langsung bertanya, “Apa syaratnya?”

“Sebelumnya, mari kita berkenalan lebih dulu.” Perempuan itu mengulurkan tangannya. “Talita.”

Sinar mengangguk dan menyambutnya. “Sinar.” Dia kembali bertanya, “Jadi, apa yang Ibu perlukan dari saya sehingga bersedia menawarkan biaya sebesar itu?”

Talita menarik ujung bibirnya membentuk sebuah seringai. Kemudian, dia berkata, “Pinjamkan rahimmu kepada saya.”

“Maaf?” Kening Sinar berkerut dalam. “Maksud Ibu apa?”

“Saya menginginkan seorang anak, tapi tidak mampu hamil. Jadi, saya ingin kamu hamil dan melahirkan anak untuk saya.”

***

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
nandazu
alur ceritanya bagus bikin penasaran terus..
2024-09-04 00:50:01
0
user avatar
Oppo A712018
novel terbaru,mudah2an ceritanya seperti yg sudah2,bagus dan ringan
2024-08-02 08:38:20
0
125 Bab
Part 1. Derita Sinar
“Penyakit adikmu sudah dalam tahap parah, Sinar. Akibat komplikasi, penanganan harus segera dilakukan terhadap organ tubuhnya sebelum kita bisa melakukan transplantasi sumsum tulang belakang. Perlu setidaknya 1 sampai 2 miliar untuk menuntaskan segalanya.”Mendengar penjelasan dari dokter tentang kondisi adiknya, mata Sinar terbelalak lebar.Semenjak kematian orang tuanya 7 tahun yang lalu, Sinar terbiasa hidup mandiri selagi merawat adik laki-laki satu-satunya, Surya. Dibantu dengan sejumlah peninggalan orang tua mereka, hidup Surya dan Sinar sangatlah cukup.Namun, setelah Surya didiagnosis memiliki penyakit Thalasemia bawaan, lambat laun uang peninggalan itu habis dan Sinar bahkan harus bekerja paruh waktu sembari kuliah untuk bisa bertahan hidup.Sekarang, dokter berkata penyakit adiknya semakin parah dan memerlukan setidaknya dua miliar untuk bisa ditangani? Sinar mau dapat dari mana uang sebanyak itu?Dengan air mata tertahan dan dada yang sesak, Sinar langsung bertanya, “Apa …
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya
Part 2. Rencana yang Ditolak 
“Melahirkan anak untuk Ibu?” Sinar mengeluarkan suaranya dengan bergetar. Tatapannya tak lepas dari wajah cantik Talita. Otaknya terasa tak bisa diajak bekerja sama untuk mengurai segala macam penawaran Talita. Melahirkan anak untuk orang lain? Bagaimana mungkin? “Menjadi ibu pengganti, sewa rahim, atau apa pun itu sebutannya.” Talita kembali bersuara. “Dengan cara bayi tabung.” Sinar kali ini merasakan jantungnya berdetak tak karuan. Kerja sama macam apa yang sedang ditawarkan oleh Talita kepadanya? Dia bahkan belum menikah dan belum memiliki anak. Dia belum tahu bagaimana rasanya hamil dan melahirkan. Lalu sekarang tiba-tiba seseorang menawar rahimnya dengan imbalan pengobatan adiknya. Tidak! Sinar tidak bisa melakukannya. Dia tahu kondisinya sekarang ada dalam masa ‘kritis’ dan membutuhkan bantuan, tetapi bukan jenis bantuan dengan harga semahal itu.Sinar menggeleng. “Maaf, Bu. Saya tidak bisa melakukannya.” Sinar menolak cepat. Dia menatap Talita dengan tegas menunjukkan ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya
Part 3. Prosedur Rumit
“Mas, ini adalah satu-satunya cara agar kita bisa punya anak.” Talita menarik tangan Praba kemudian digenggamnya. “Aku hanya ingin keluarga kita ….” “Lupakan!” Praba memutus ucapan Talita. “Saya tidak akan melakukannya.” Praba beranjak dari tempat duduknya, melepaskan genggaman tangan Talita dengan kasar sebelum dia pergi dari ruang tamu. Langkah kakinya tegap mengayun dengan pasti. Sinar hanya bisa terpaku di tempatnya dengan menahan napasnya. ‘Jadi, Talita belum mendiskusikan ini kepada suaminya sebelumnya?’ tanya Sinar di dalam hati. Tentu hal wajar ketika suami Talita menolak ide tersebut. Sinar benar-benar merasa hidupnya jungkir balik hanya dalam beberapa jam saja. Talita beranjak dari sofa mengejar sang suami. Meninggalkan Sinar yang masih tenggelam dengan pikirannya sendiri. Seorang perempuan paruh baya tiba-tiba saja muncul dengan membawa minuman dan menyuguhkannya di depan Sinar.“Silakan minumannya, Mbak.” Sinar sempat kaget melihat keberadaan perempuan itu sebelum dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya
Part 4. Konsekuensi
“Pernikahan … menyangkut hukum?” tanya Sinar dengan suara terbata dan bergetar. Kekhawatiran itu merambat masuk ke dalam hatinya. “Kamu tidak tahu? Talita tidak mengatakannya?” tanya Praba balik. Sinar menggeleng cepat. “Bu Talita tidak mengatakan apa pun,” jawab Sinar dengan cepat. Praba tidak lagi menjawab. Memberikan tatapan kepada Sinar agar gadis itu keluar dari mobilnya dan tidak melanjutkan pembahasan tersebut. Sinar masih dihinggapi rasa penasaran di dalam hatinya tentang penjelasan praba, tetapi dia memilih untuk menurut dan keluar dari mobil. Mobil hitam itu segera meluncur pergi dan meninggalkan pertanyaan besar di dalam kepala Sinar. Jika sewa rahim menyangkut tentang hukum, itu artinya hal itu sangat sensitive. Harusnya dia memang tidak perlu meneruskan rencana tidak masuk akal tersebut. Di sepanjang Sinar bekerja, Sinar tidak fokus. Dia bahkan mendapatkan teguran dari chef karena kelalaiannya. “Kamu ini kenapa, Sinar?” tanya Gina saat makan siang. Dia adalah teman
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya
Part 5. Permainan Dimulai
“Kamu ini bicara apa sih, Mas?” Talita mencoba menahan garis wajahnya agar tidak terlihat terganggu. “Aku memberimu izin menikah hanya untuk formalitas. Jadi, mari kita kerja sama.”Sinar kali ini sepertinya sudah tidak bisa lagi mengelak. Ya, keputusan memang ada padanya. Dia bisa menolak dan mengurungkan semua ide gila dan dia terbebas. Lantas apakah akan cukup sampai di sana? Tentu saja tidak. Talita bisa saja memilih orang lain untuk menganggantikannya.Lalu dia? Sinar justru yang akan kelimpungan mencari uang untuk sang adik. Sinar memantapkan pilihan dan keputusannya. Apa pun yang terjadi kedepannya nanti, dia sudah siap. Ini adalah keputusan yang akan diambil.Praba berdiri. Menjejalkan tangannya ke dalam saku celananya. “Kalian atur saja kapan saya bisa menikah dengan Sinar.” Kali ini lelaki itu menatap Sinar penuh arti. “Dan saya harap kalian tidak pernah menyesalinya.”Setelah mengatakan itu, Praba pergi begitu saja meninggalkan dua perempuan tersebut di sana. Tidak lagi meno
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-02
Baca selengkapnya
Part 6. Desakan Dua belah Pihak
“Bu Talita bilang, Ibu tidak diizinkan untuk melakukan pekerjaan rumah. Memasak juga tidak boleh.” Setelah semalaman Sinar hanya sanggup tertidur sebentar, dia memutuskan untuk pergi ke dapur dan memulai masak. Sebagai cook helper yang sudah lama digelutinya, memasak adalah salah satu keahlian Sinar. Sinar bahkan memiliki keinginan suatu saat nanti dia mampu memiliki bisnisnya sendiri berupa rumah makan kecil-kecilan. Namun, dia harus menunda segala keinginan itu dan memfokuskan dirinya pada kehidupannya yang tengah dihadapinya. “Bibi nggak perlu khawatir. Masak itu bukan pekerjaan yang sulit.” Sinar tersenyum kecil menatap Bibi. “Bibi di sini saja, dan Bibi bisa bantu saya.” “Tapi, Bu. Saya takut kalau Bu Talita tahu dan marah. Biar saya saja yang masak.” “Tolong buatkan saya kopi.” Suara berat milik Praba itu menghentikan perdebatan Sinar dan Bibi. Mereka menatap secara serentak ke arah yang sama di mana Praba berada. Lelaki itu tampak segar dengan rambut basahnya. Praba dudu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya
Part 7. Layaknya Istri Sungguhan
“Apa maksud Bapak mengatakan itu?” Sinar mundur dengan jantung terasa terguncang mendengar ucapan Praba pagi ini. Sungguh, ini sangat mengejutkan untuknya. Tiba-tiba saja Sinar mengelus perutnya seolah dia tengah melindungi janin yang ada di dalamnya. “Kalau Bapak tidak ingin memiliki anak dengan Bu Talita, kenapa … Bapak pada akhirnya menerima rencana itu?” Sinar sungguh merasa hampir gila karena pasangan tersebut. Ini baru berjalan beberapa hari, tetapi semua sudah seperti benang kusut yang semakin terpaku satu sama lain. “Dan inilah permainannya, Sinar.” Setelah mengatakan itu, Praba lantas pergi meninggalkan rumah satu lantai yang ditempati oleh Sinar itu menggunakan mobilnya. Sinar masih mematung di tempatnya dengan jantung yang masih berdetak dengan kencang. Dia mencoba untuk tidak mempercayai ucapan Praba. Akan tetapi jika dia mengingat bagaimana Praba dan Talita, bagaimana interaksi dua orang tersebut satu sama lain, Sinar merasa segala yang diucapkan oleh Praba adalah sebu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya
Part 8. Diantara Kedua Istri
“Mohon maaf, Pak. Tapi, saya tidak bisa melakukan itu.” Sinar tidak ingin terombang-ambing dalam tekanan yang begitu kuat dari Praba maupun Talita. “Kalau Bapak mau tinggal di sini, silakan. Tapi, saya nggak bersedia berada di satu kamar dengan Bapak.”Sinar sungguh tidak ingin dirinya dijadikan alat untuk pelampiasan amarah pasangan suami istri itu untuk saling serang. Setelah dia memikirkan banyak hal tentang hubungan Praba dan Talita, dia memang merasa jika dua orang itu tidaklah seakur yang dibayangkan. Hubungan mereka tidak harmonis, dan dia tak ingin terseret terlalu jauh.Sayangnya, ucapan Sinar tidak memengaruhi Praba. Dia bukan sedang berdiskusi dengan Sinar, melainkan mengambil keputusannya sendiri.Mengerti situasi, Bibi hendak pergi dari hadapan dua orang yang mengeluarkan aura ketegangan. Namun, langkah Bibi dihentikan oleh suara Praba.“Bibi!” panggilnya dengan suara rendah nan dingin. “Tinggal pilih saja, barang saya yang dipindahkan di kamar Sinar, atau barang Sinar ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya
Part 9. Saling Melempar Peringatan
Sinar mendorong tubuh Praba sampai rangkulan lelaki itu terlepas. Dia merasa jengah dengan sikap dua orang kaya yang ada di depannya. Praba bahkan sedikit terkejut ketika Sinar berhasil lepas dari rangkulannya. Sinar yang masih mengetatkan rahangnya itu segera berbicara. “Saya tidak ingin terlibat dengan masalah Ibu dan Bapak. Keberadaan saya di sini sudah cukup jelas. Saya harap, sampai bayi ini lahir, saya bisa hidup dengan tenang.” Sinar menatap Talita dan Praba dengan berani. “Tolong jangan libatkan saya dalam pertengkaran Ibu dan Bapak. Permisi.” Sinar memilih masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya. Dia duduk di pinggiran ranjang dengan tangan saling meremas. Mensugesti dirinya sendiri jika dia mampu melewati semuanya. Posisi dirinya dan Talita seharusnya sama. Sama-sama saling membutuhkan. Di luar ruangan, Praba dan Talita masih saling mengeluarkan aura permusuhan. Namun, seolah enggan untuk berhadapan dengan istrinya lebih jauh lagi, Praba memilih berbalik dan pergi ke k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-21
Baca selengkapnya
Part 10. mangga muda
“Saya tidak tahu seperti apa hubungan Ibu dan Pak Praba sebelum ini dan saya juga tidak berniat untuk tahu.” Suara Sinar memecah keheningan malam di halaman depan rumah satu lantai yang ditempatinya.“Tapi kalau Ibu berpikir saya begitu senang dengan sikap Pak Praba kepada saya, Ibu salah besar. Terlebih lagi ketika Ibu mengancam saya ingin mengatakan ‘pekerjaan’ saya yang sekarang kepada adik saya. Itu sungguh tidak bisa dibenarkan.”Setelah Sinar mendengar ucapan Talita tentang ancaman Sinar secara terselubung, Sinar sama sekali tidak menanggapi dan dia fokus pada kegiatannya membuat kopi. Setelah makan malam selesai, dia segera meminta kepada Talita untuk bicara berdua.“Dibandingkan dengan saya, Ibu tentu jauh lebih segalanya. Ibu benar, Pak Praba tidak akan mungkin menyukai saya kecuali semua sikapnya itu hanya untuk membuat Ibu marah. Ibu tentu setuju dengan saya, ‘kan?”Talita tidak menanggapi, tetapi tatapannya mengarah lurus pada Sinar dan tampak begitu dingin. Sinar seolah d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-21
Baca selengkapnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status