Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu

Kau Jandakan Aku, Kududakan Dirimu

last updateHuling Na-update : 2023-05-17
By:  Dwi Nella MustikaKumpleto
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Mga Ratings. 2 Rebyu
199Mga Kabanata
84.0Kviews
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Istri mana yang bisa akur bila seatap dengan mertua? Yang jelas bukan aku! Di mata mertuaku, apa pun yang kulakukan selalu salah. Suamiku, Mas Bram, bahkan ikut mencaci karena termakan hasutan ibunya. Segala perbuatan keji mereka selama ini kutahan kuat-kuat. Sampai puncaknya ketika Mas Bram berniat menikah lagi hanya karena penampilanku yang kumal semenjak menjadi ibu rumah tangga, tak secantik saat masih gadis. Penolakanku justru membuat mereka tega memisahkanku dari anakku, juga membuatku menjadi janda paling malang. Cukup sudah kalian menginjak-injakku! Kini saatnya aku tunjukkan pada kalian siapa diriku yang sebenarnya.

view more

Kabanata 1

Part 1. Bukan Makan Siang Biasa

"Ratna!" Kamu bisa nyapu nggak, sih? Gitu aja nggak becus!" Suara cempreng yang kuyakin berasal dari mertuaku menggema di seluruh penjuru rumah.

Kuhentikan aktivitas tersebut dan menoleh padanya. Perempuan yang sudah berumur 55 tahun itu berjalan mendekat ke arahku yang berdiri dekat sofa single di ruang tamu.

"Maaf, Ma." Ada rasa ngilu di sanubari ini saat mama mertua tak pernah berujar dengan lembut padaku.

"Nyapu itu jangan lembek, gemulai-gemulai nggak jelas, tuh lihat nggak bersih jadinya!" protesnya diiringi dengan nada bicara yang meninggi. Bukan mulutnya saja yang berbicara, telunjuknya pun ikut bermain sembari berkacak pinggang.

"Iya, Ma. Aku akan terus belajar biar menyapunya semakin bersih," jawabku pasrah.

"Jangan iya-iya aja. Masa pekerjaan gampang begini masih juga diajarkan!" umpatnya sembari menyentak kasar tangkai sapu dalam genggamanku.

"Tuh. Begitu! Ngerti nggak? Kalau diajarin itu nyimpen dikit kek ke otak, jangan asal angguk-angguk aja!" bentaknya lagi. Perempuan berkulit sawo matang itu pun menyerahkan kembali tangkai sapu itu dengan kasar padaku setelah memperagakan cara menyapu yang benar menurutnya. Padahal, sama saja. Tak ada ubahnya.

"Iya, Ma. Ratna ngerti. Maafin Ratna," sahutku sopan.

"Nggak usah sok lembut ucapanmu. Di dalam hati kamu dendam 'kan sama saya? Ingat ya, Ratna, kamu itu banyak hutang budi sama saya. Kamu tidak akan makan enak, tidur enak kalau bukan karena anak lelaki saya. Kerjaan kamu cuma leyeh-leyeh sama cuma bisanya menadah tangan pada Bram. Nggak akan bisa tahu urusan rumah tangga kalau bukan saya yang ajarin kamu. Mana ada mertua di luar sana mengajari menantunya. Masih termasuk beruntung kamu punya mertua seperti saya," celoteh mertuaku tanpa henti, membuat hatiku bak tersayat belati.

Mendadak, terdengar suara deru mobil memasuki halaman rumah, membuat pandanganku dan mama mertua teralihkan. Begitu melihat sosok Mas Bram, suamiku, masuk ke ruang tamu, detak jantungku semakin tak karuan. Kenapa dia harus pulang di saat yang tidak tepat?

"Lho, ada apa, Ma? Ada masalah?" tanya Mas Bram saat sampai di ambang pintu utama yang terbuka lebar. Mas Bram memang paham bagaimana bahasa tubuh mamanya, dia pasti tahu mertuaku itu baru saja menegurku.

Dia mengalihkan pandangan padaku sembari melepas sepatu kets-nya. Suamiku itu baru pulang dari olahraga, rutinitas yang dia lakukan setiap akhir pekan.

"Nih, istri kamu, Bram. Dikasih tahu malah ngelawan mama. Ini nih akibat perempuan terlalu meremehkan pekerjaan rumah tangga. Mentang-mentang dulunya wanita karier, punya power giliran diajarin malah ngeyel."

Mendengar hal tersebut, Mas Bram melemparkan pandangan tidak suka ke arahku. "Kamu apaan sih, Rat? Harusnya kamu bisa seperti mama. Ulet dalam urusan rumah tangga. Semuanya beres, beda sama kamu. Apa-apa kudu dikasih tahu dulu!" Deretan kata yang keluar dari mulut mas Bram semakin membuat luka di dalam sini yang tak pernah kering.

"Mas, bu-bukan gitu. A-aku nggak…."

"Nah, kamu lihat 'kan? Mana mau perempuan egois seperti dia mau mengakui kesalahannya?" potong mama membuat Mas Bram semakin menatapku dengan penuh amarah.

"Mas, tolong dengar dulu penjelasan aku," pintaku dengan wajah memelas, memohon pengertian dari suamiku itu.

"Sudah, cukup, Rat! Aku tidak mau mendengarkan sepatah kata dari mulutmu lagi. Kamu tinggal di rumah mamaku, harusnya kamu ikuti saja peraturan di rumah ini. Lebih baik sekarang kamu ke dapur, siapkan makan siang dan rapikan rumah ini karena akan ada tamu penting yang datang. Jangan sampai kamu teledor dan membuat aku malu!"

Mas Bram pun berlalu dari pandanganku. Tak lupa dia suguhkan tatapan nanar saat berjalan di depanku menuju kamar. Sedangkan, perempuan yang bergelar mertua itu tampak tersenyum puas.

Ada apa dengan dirimu, Mas? Kenapa tidak pernah mau mendengarkanku? Aku istrimu, bukan orang asing. Dan, kenapa harus berujar kasar saat menegurku? Dulu, jangankan membentak, berucap dengan nada meninggi saja kamu tidak pernah. Setiap hari selalu memujiku cantik dan selalu memberi hadiah untukku, meski sederhana tapi sangat berharga bagiku. Sekarang, sikapmu berubah, bahkan aku seolah lupa bagaimana diperlakukan semestinya.

"Rasain! Makanya tahu diri jadi orang. Untung kamu masih dinafkahin!" bentak mama mertua dan tak lama kemudian ikut berlalu dari pandanganku.

Bagian mata ini memanas dan tak terasa ada bulir bening yang jatuh. "Sabar, Rat. Semoga esok hari ada keajaiban untukmu," ucapku dalam hati.

***

Siang ini matahari begitu terik memancarkan sinarnya.

"Sudah rapi belum?" tanya Mas Bram kala aku sibuk menata hidangan di meja makan. Aku pun menoleh padanya. Jujur, penampilannya membuat aku terkesima. Dia begitu tampan lagi wangi. Kuperhatikan dengan saksama dari ujung kaki hingga rambut.

"Hei! Dengar nggak?" bentakan Mas Bram membuyarkan pandanganku.

"I-iya, Mas. Bentar lagi kelar, kok."

Melihat penampilan Mas Bram, mengisyaratkan bahwa tamu yang datang bukanlah tamu sembarang.

Tok ... Tok ... Tok ...

"Sudah, kamu di sana saja! Biar aku saja yang buka. Lihat tuh penampilan kamu. Kumal, kucel, dan bau. Bikin malu!" cegatnya saat aku hendak melangkah bermaksud membukakan pintu.

Aku mengendus bau tubuhku sendiri, memang ada bau kurang sedap. Namun, bagaimana tidak? Karena sibuk merapikan rumah dan memasak juga menata hidangan, aku belum sempat bersolek. Jangankan dandan, mandi pun belum.

Ketika aku memutuskan masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri, aku mendadak mendengar sebuah suara manis bertanya, "Papa, kenapa tangan tantenya seperti itu ke Papa? Nggak sopan tahu!"

Itu suara Devina, buah cintaku dengan Mas Bram yang sudah berusia tujuh tahun.

Penasaran dengan alasan gadis kecilku mengatakan hal tersebut, kutinggalkan ruang makan dan menuju ke sumber suara, lebih tepatnya ruang tamu.

Baru saja aku menginjakkan kaki di ruangan tamu, mataku terbelalak saat melihat seorang perempuan seksi menggamit lengan suamiku. Bahkan, Mas Bram ikut memegang jemari yang menggamit lengannya itu.

Dengan usaha untuk terlihat tenang, aku berbicara pada putriku, "Devina, kamu ke kamar dulu ya, Sayang. Nanti mama susul."

"Tapi, Ma. Tante itu siapa?" Aku hanya bisa tersenyum tak berdaya menjelaskan pada Devina yang tampak bingung melihat perempuan yang sama sekali belum dia lihat itu. Pada kenyataannya, aku pun tak tahu!

"Kamu ke kamar dulu, nanti mama jelasin. Oke, Sayang?" bujukku sembari mengelus lembut bahunya. Aku tak ingin Devina melihat pemandangan jijik itu. Devina saja tahu perbuatan tadi itu tidak pantas dipertontonkan.

Selepas Devina bertolak ke kamarnya, aku langsung menoleh ke arah Mas Bram, "Apa-apaan ini, Mas!" Belum kering luka hati yang tadi sempat tersayat makian kejinya, kini Mas Bram malah menyirami lukaku dengan air garam.

"Siapa dia sampai berani bergelayut di tanganmu di depan mataku dan juga Devina?" Aku mengguncang tubuh Mas Bram karena dia tak jua menjawab, akan tetapi malah menyentak kasar dan mendorong tubuhku hingga terjatuh ke lantai. Sedangkan perempuan yang berdiri di sisi kirinya itu tampak mengulas senyum kemerdekaan padaku.

Perempuan yang sama sekali tidak aku kenal itu kemudian berkata dengan nada manja, “Mas masih belum ngomong ke istri, Mas?” Caranya berbicara membuatku mengernyitkan dahi, merasa jijik dan muak.

"Dia Laura, calon madumu."

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Dinara L.A
ceritanya rekomendasi bgt. bisa aduk aduk emosi. keren ...
2022-12-30 15:24:30
2
user avatar
VIGIANI NURIKE
Cerita yang membuat perasaan kita campur aduk... kerennnn authornya... penggambarannya seolah-olah kita ada dalam cerita itu sendiri
2022-11-21 21:27:50
3
199 Kabanata
Part 1. Bukan Makan Siang Biasa
"Ratna!" Kamu bisa nyapu nggak, sih? Gitu aja nggak becus!" Suara cempreng yang kuyakin berasal dari mertuaku menggema di seluruh penjuru rumah.Kuhentikan aktivitas tersebut dan menoleh padanya. Perempuan yang sudah berumur 55 tahun itu berjalan mendekat ke arahku yang berdiri dekat sofa single di ruang tamu."Maaf, Ma." Ada rasa ngilu di sanubari ini saat mama mertua tak pernah berujar dengan lembut padaku."Nyapu itu jangan lembek, gemulai-gemulai nggak jelas, tuh lihat nggak bersih jadinya!" protesnya diiringi dengan nada bicara yang meninggi. Bukan mulutnya saja yang berbicara, telunjuknya pun ikut bermain sembari berkacak pinggang."Iya, Ma. Aku akan terus belajar biar menyapunya semakin bersih," jawabku pasrah."Jangan iya-iya aja. Masa pekerjaan gampang begini masih juga diajarkan!" umpatnya sembari menyentak kasar tangkai sapu dalam genggamanku."Tuh. Begitu! Ngerti nggak? Kalau diajarin itu nyimpen dikit kek ke otak, jangan asal angguk-angguk aja!" bentaknya lagi. Perempuan b
last updateHuling Na-update : 2022-11-11
Magbasa pa
Part 2. Menyerah Bukan Berarti Kalah
“Apa?” Aku terperangah, membeku di tempat dengan wajah yang mungkin terlihat sangat konyol. “Apa maksud kamu, Mas?!” tanyaku sambil menahan air mata agar tak jatuh."Kamu budek, Rat? Aku bilang dia calon madumu. Artinya, Laura akan jadi istriku selanjutnya!" ucapnya angkuh sambil meraih bahu j*lang di sampingnya agar semakin menempel ke pelukannya.Bagai tersambar petir, aku tak bisa lagi membendung sesak di dada saat mendengar jawaban sekaligus menyaksikan tindakan Mas Bram yang tanpa malu itu."Aku udah berusaha jadi istri yang baik selama ini. Aku urus rumah, aku rawat anak kita, siapin semua keperluan kamu, bahkan mama juga. Kenapa, Mas?" Aku tak bisa lagi membendung sesak di dada."Itu aja nggak cukup, Rat! Suami juga perlu dimanja istri. Coba lihat penampilan kamu sekarang!” Mata Mas Bram kini bak menelanjangiku dari ujung kaki hingga ke ujung kepala.“Ck, kamu bahkan lebih mirip tukang sayur daripada istri seorang manager!” ejeknya seraya tertawa sinis. Sementara aku yang menjad
last updateHuling Na-update : 2022-11-11
Magbasa pa
Part 3. Talak? Awal Kemerdekaan Diri
Seluruh tubuh ini terasa bergetar dengan hebat. Dadaku naik-turun dengan cepat setelah mendesak Mas Bram untuk mengucapkan talak. “Yakin?” tantangnya, lengkap dengan senyum mengejek. “Sekali aku mengabulkan, tidak akan aku ubah lagi sekalipun kau sujud di kakiku!” “Seumur-umur menjadi istrimu, baru kali ini aku meminta sesuatu padamu dan tidak pernah aku seyakin ini, Mas.” Mataku nyalang menatap Mas Bram. Lalu kulangkahkan kaki menuju kamar, muak melihat wajahnya yang tanpa rasa bersalah itu. "Baiklah jika itu maumu," teriaknya tak mau kalah saat aku berlari masuk ke kamar. Brak! Tubuh ini terasa tak bertulang saat aku baru saja menutup dan mengunci pintu. Terduduk. Air mata yang sejak tadi aku tahan, kini tak terbendung lagi, tumpah ruah bagai air terjun. Bayangan saat ijab kabul delapan tahun lalu kembali terbesit di kepalaku. Sungguh tak kusangka, Mas Bram akan menyuguhkan sakit luar biasa dalam pernikahan ini. Aku malah sangat percaya diri kala itu, dicintai dengan lebih, dir
last updateHuling Na-update : 2022-11-11
Magbasa pa
Part 4. Pemiliknya Julid
"Jangan sampai ada yang salah." Mataku terlihat dingin seiring kukatakan kalimat berikutnya, "Pastikan semua berjalan lancar atau kalian akan tahu akibatnya!" Kuanggukkan kepala, refleks menjawab ucapan dari sisi seberang. "Terima kasih."Klik. Kuputuskan sambungan telepon dengan cepat.Helaan napas berat kuembuskan, merasa sangat lelah. Kuangkat pandangan ke atas, menatap langit yang sudah berganti warna. Aku tidak bisa berdiam lebih lama lagi di sini."Aku ... harus cari tempat tinggal," gumamku seraya bangkit dari duduk saat melihat sebuah angkot menepi ke halte, telah kutentukan daerah tujuanku berikutnya.Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam menggunakan angkot, aku pun turun di sebuah gang komplek perumahan. Meski asing dan jarang lewat tempat ini, tapi sering kudengar daerah tersebut merupakan tempat nyaman yang menyediakan banyak rumah kost atau kontrakan dengan harga murah.Berjalan sekitar 100 meter dari gang, mataku tertuju pada tulisan di sebuah pagar, 'Teri
last updateHuling Na-update : 2022-11-11
Magbasa pa
Part 5. Sementara, Tak Apa Sederhana
‘Lumayan juga,’ batinku kala memandang ruangan yang berukuran tak seberapa itu.Setelah mendapatkan kunci dan diberikan rentetan wejangan dari Bu Soimah, istri Pak Juki, terkait jam kunci gerbang dan sebagainya, aku telah tiba di kamarku yang berada di lantai dua. Ruangan kecil dengan satu tempat tidur dan lemari itu memang sederhana, tapi paling tidak cukup untuk diriku seorang.Baru saja kurebahkan tubuh setelah berbenah dan membersihkan diri, aku pun langsung terlelap tanpa sadar. Detik berikutnya kubuka mata, cahaya terang telah menembus jendela. Saking lelahnya kemarin, aku pun tak sadar hari baru sudah menyapa. Ternyata seperti ini rasanya tertidur pulas bahkan tak kenal waktu saat terjaga.‘Kalau di rumah dulu, mana bisa?’ ujarku dalam hati sembari tertawa pahit.Aku melihat jam di layar ponsel menunjukkan waktu pukul delapan pagi. Namun, pandanganku malah terpaku pada foto Devina yang kujadikan wallpaper di layar ponsel."Devina, Ibu rindu," gumamku seraya menyusuri foto putri
last updateHuling Na-update : 2022-11-11
Magbasa pa
Part 6. Berpakaian Rapi untuk Awal Kemenangan
Sudah satu minggu berlalu sejak kuterima panggilan dari pengadilan negeri. Hari ini hari persidangan kedua perceraianku dengan Mas Bram digelar. Aku harus bergegas. Selepas mandi, aku mematut diri di depan cermin yang menempel di dinding dekat jendela. "Devina, mama pastikan sebentar lagi kita akan kembali bersama," gumamku pada sosok di dalam cermin. Demi terlihat rapi datang ke pengadilan, aku sengaja membeli satu setel baju, memakai baju kemeja berwarna cream dipadukan dengan rok span di bawah lutut, dilengkapi flat shoes berwarna hitam. Rambut sengaja aku gerai diberi bando hitam bermata kupu-kupu. Polesan lipstik warna peach cukup menjadi perona agar tidak terlihat pucat. "Ya ampun, tumben banget pagi-pagi udah rapi. Nggak lagi janji sama lelaki buaya 'kan?" Tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara melengking di belakangku. Aku pun menoleh setelah mengunci pintu kamar. Lagi-lagi Bu Soimah. "Pamit ya, Bu," balasku tanpa menanggapi apa yang dia katakan. "Waduh, kalau ga bisa jawab
last updateHuling Na-update : 2022-11-11
Magbasa pa
Part 7. Gelar Janda pun Disandang
“Para hadirin sekalian.” Seluruh perhatian peserta sidang kini berpusat pada ketua hakim. “Dikarenakan sidang pertama dengan agenda perdamaian dan mediasi tidak menemukan titik temu, juga setelah menimbang proses pembuktian dari pihak penggugat maupun tergugat yang telah dipaparkan, maka dengan ini saya nyatakan saudara Ratna Wulandari dengan saudara Bramantio Triandra resmi dinyatakan bercerai.”Kusatukan kedua tanganku di wajah kala mendengar suara tiga ketukan palu menggema.‘Semua telah berakhir,’ batinku bersyukur.Kutolehkan pandanganku ke samping, memberikan senyum kemenangan pada pria yang kini resmi menyandang status sebagai mantan suamiku. Namun, Mas Bram langsung membuang muka sambil mengepalkan kedua tangannya.“Lagakmu angkuh sekali, Ratna!” Tiba-tiba Paman Toni bangkit dari kursinya dan langsung mencelaku begitu melihat wajah keponakan kesayangannya itu merengut. “Aku akan jadi orang pertama yang menertawai kamu saat kamu ngemis minta balikan sama Bram!” lanjutnya.Menden
last updateHuling Na-update : 2022-11-14
Magbasa pa
Part 8. Dia ... Orang Asing dalam Pandangan
Aku tersentak kaget mendengar seruan itu. Semua mata tertuju pada dua orang lelaki yang masih berdiri di dekat pintu masuk. Salah satu pria itu adalah Pak Adi, saksi yang kuajukan, tapi siapa pria jenjang di sebelahnya?Terdengar decit kursi bergeser. "Bapak Arjuna?!" Kulihat Mas Bram berdiri, terlihat kaget saat menatap pria yang berada di sebelah Pak Adi.Aku pun mengulangi nama yang Mas Bram ajukan dalam hati, 'Arjuna?' Spontan kukembalikan pandanganku pada sosok tinggi idealis bak pria luar negeri di samping Pak Adi, merasa familier dengan nama tersebut.Tak kuduga, kala kudaratkan pandanganku pada pria bernama Arjuna itu, netra kami beradu pandang. Kami saling menatap untuk sesaat, tapi pria itu dengan cepat mengalihkan pandangannya dariku, membuatku merasa sedikit bingung dengan sikap dinginnya."Mohon izin, Yang Mulia. Saksi yang ditunggu sudah datang," ucap Bang Firman."Baik, hadirin sekalian, mohon tenang, " titah ketua hakim sembari mengetukkan palu beberapa kali. "Saksi yan
last updateHuling Na-update : 2022-11-22
Magbasa pa
Part 9. Janggal, Ah ...
Keningku seketika mengerut mendengar apa yang diucapkan Bapak Arjuna. Terasa ada yang janggal dari yang dia ucapkan. 'Apa ini hanya perasaanku saja?' Tanpa disadari mataku menatap ke arah Pak Adi, seolah paham dengan tatapanku dia pun mengangkat bahunya."Maksud saya, sudah selayaknya saya membantu, Ibu," sahutnya dengan senyum kaku. Dia memperbaiki posisi berdiri, kemudian salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana. "Anggap saja ini tanda terima kasih saya pada ibu, karena sudah menjadi salah satu investor terbesar di PT Podoromo," tambahnya lagi."Oh …." Aku tersenyum manis dan mengangguk paham."Bu Ratna, kalau begitu, saya pamit dulu. Jika ada yang diperlukan, silakan kontak saya," Tiba-tiba Bang Firman berceletuk, menyadarkanku jika ia sedang berusaha menghilangkan kekakuan yang tercipta, begitu yang kubaca dari gurat wajahnya."Baik, Bang. Terima kasih sebelumnya," sahutku sembari menjabat tangan yang diulurkan Bang Firman. Pengacaraku pun undur diri selepas berpamitan den
last updateHuling Na-update : 2022-11-23
Magbasa pa
Part 10. Niatnya Mempermalukan, Eh ... Ternyata ...
Bukan hanya kami bertiga, orang-orang yang ada di sekitar sekolah juga ikut mencari sumber teriakan itu. Kuhela napas berat begitu melihat siapa dalangnya. Suara yang baru beberapa minggu belum kudengar lagi—juga tidak kurindukan."Mau kamu bawa ke mana cucu saya, hah?" Terlihat mama mertuaku mengacungkan jari telunjuknya ke arahku, seakan menuding seorang pencuri.Di sampingku, kulihat Pak Arjuna mengerutkan kening, menampakkan wajah tak suka atas tingkah nenek-nenek yang baru saja memanggilku. Namun, dia masih terdiam untuk membaca keadaan, jelas saja karena orang seperti Pak Arjuna pasti bukan pribadi yang gegabah."Yang jelas bukan ke rumah Mama." Jawabanku justru membuat mama mertua, ah maksudku mantan mama mertuaku, mendelik.Dia berjalan mendekatiku, matanya yang terbilang tajam beberapa kali melempar pandangan pada Bapak Arjuna yang sudah berdiri di sisi pintu kemudi."Kamu tidak ada hak atas Devina!" Gigi palsunya hampir tanggal karena terlalu semangat mencercaku. Aku kelepasa
last updateHuling Na-update : 2022-11-24
Magbasa pa
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status