Danniar menikah saat dia berusia 21 tahun. Usia yang cukup muda saat teman-temannya masih kuliah dan baru akan memulai karir setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya. Dia menikah dengan Fajar yang merupakan seorang staf marketing sebuah dealer mobil keluaran Jepang yang cukup besar di kotanya. Tak hanya itu, mereka memiliki usaha sewa mobil yang cukup maju. Kehidupan rumah tangga yang awalnya baik-baik saja, mulai berantakan setelah adanya orang ketiga. Tak hanya itu, kekacauan yang lain juga menyertai setelahnya. Haruskah Danniar bertahan dalam pernikahannya?
Lihat lebih banyakPanik? Pasti.Tapi aku berusaha agar tak terlalu menunjukkan bahwa pikiranku sedang tak karuan. Aku berusaha bersikap tenang, meminta nomor penyewa itu kepada Mas Fajar dan menanyai keberadaannya terlebih dahulu.Saya ada di Blitar, Mbak. Maaf belum bisa pulang sore ini soalnya hujan.Begitulah tulisan dalam aplikasi perpesanan berwarna hijau itu.Aku membalas pesan wanita itu dengan kalimat sopanSaya mau telepon, Bu. Mohon dijawab.Aku pun menekan tombol gagang telepon di bagian pojok kanan atas melalui aplikasi yang sama.Terdengar suara panggilan yang tersambung. Namun, tak ada jawaban dari orang yang bernama Endang itu.Tiba-tiba sebuah pesan chat yang masih dari aplikasi berwarna hijau itu diterima.Endang: Maaf, Mbak teleponnya gak bisa saya terima. Soalnya di sini hujan berpetir.Aku merasa ada yang janggal. Ada sesuatu yang salah di sini. Apa kaitannya tak bisa pulang karena hujan dengan mobil?"Lacak GPS!"aku mengirim pesan suara kepada Mas Fajar dan saudara-saudaraku untuk
"Bagaimana, Mas?"Mas Fajar terdiam. Ia tampak berpikir tentang jawaban dari pertanyaan ku.Aku hanya berjaga-jaga agar hal itu tak terulang lagi. Orang lain mungkin berpikir bahwa aku terlalu posesif.Tidak!Aku bukan orang picik yang memaksa hati orang lain untukku. Kalau pun ia benar memiliki perasaan dengan orang lain, aku hanya ingin dia mengatakan yang sebenarnya. Sehingga hati ini bisa siap menerima kenyataan yang mau tak mau harus ku hadapi di depan mata.Lebih baik mengetahui dan mempersiapkan diri di awal daripada sakit hati belakangan, bukan?"Aku hanya bisa berjanji bahwa aku tak akan mengulangi yang sama," ujar Mas Fajar menjawab pertanyaan ku."Apa yang akan menjadi jaminan bahwa kamu akan memegang perkataan mu?""Aku tak bisa menjamin apa-apa. Tapi aku berjanji kalau kamu tak akan pernah mendapati aku berbalas pesan seperti itu lagi di kemudian hari." Mas Fajar berjanji.Aku terdiam, meski merasa tak puas dengan jawabannya aku rasa jawaban pria yang seatap denganku itu
"Siapa dia? Mengapa jam segini mengirim pesan ke nomor Mas Fajar? Tapi, mengapa tidak ada riwayat chatnya?"Dadaku bergemuruh setelah melihat pesan yang tak biasa. Sebisa mungkin aku berusaha menetralkan emosi yang rasanya hendak meledak ini. Ku kembalikan ponsel suamiku di tempat sebelumnya agar suamiku tak tahu bahwa aku mengecek ponselnya. Ku coba memejamkan kedua mataku, berharap setelah ini aku bisa terlelap ke alam mimpi. Susah! Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan ibadah di sepertiga malam yang sudah hampir usai karena mendekati waktu subuh. Ku adukan semuanya kepada Sang Pencipta. Aku meyakini bahwa Tuhanku akan mengabulkan doa makhluknya yang benar-benar meminta dan ikhlas. Usai salat malam, aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur. Perlahan tapi pasti, perasaan resah yang sebelumnya menggelayuti, kini telah pergi. Hingga aku terpejam dan kembali ke alam mimpi. Jam menunjukkan pukul empat pagi. Seperti biasa aku terbangun di sekitar jam itu, kadang pukul em
“Sudah bangun, Ki?” sapa ku kepada wanita itu sembari tersenyum.“Em.” Dia menganggukkan kepalanya.“Kamu mau masak?” tanyanya kemudian.“Iya-““Aku bantuin, ya?” tawarnya.Aku mengangguk. Tak ada salahnya kalau aku menggunakan tenaga ya, bukan?Meskipun aku sanggup memasak dalam porsi banyak, bukankah itu hal bagus kalau ada yang membantu? Lebih efisien dan lebih ringan.***Kami berdua memasak banyak menu. Aku yakin makanan yang terhidang itu akan habis. Karena yang akan menghabiskan sarapan pagi itu bertambah dua orang. Belum lagi dua wanita itu akan lebih banyak menghabiskan sayur dan makanan yang mengandung protein. Mereka sedikit makan nasi. Tak sepertiku.Aku yang masih belum menyapih putriku, sering kali merasa lapar. Kalau tak mengonsumsi nasi, rasa lapar masih selalu menghampiri. Tak heran kalau bentuk tubuhku tak seperti dulu lagi.Berat badanku yang sebelumnya hanya empat puluh lima kilo, kini bertambah menjadi lima puluh tujuh kilo. Lengan dan kaki yang membengkak dan per
“Yang, Shakila sama Rania mau mampir. Kamu siap-siap ya,” ucap suamiku sore itu.Aku mengernyit bingung. Kenapa Shakila dan Rania menghubungi suamiku? Bukan menghubungiku ke ponselku?“Baik, Mas.” Hanya itu jawaban yang bisa ku lontarkan.Biasanya kalau dua orang temanku itu berkunjung saat sore hari, mereka pasti akan menginap. Dan suamiku sudah paham akan hal itu.Hanya saja aku mulai menyadari sesuatu yang aneh dengan suamiku. Dia merasa bahagia meski nantinya ia harus mengurus anak kami. Tak seperti hari biasanya saat aku meminta tolong untuk menjaga anak kami sebentar.Belum terlalu sore, seorang wanita paruh baya tiba-tiba datang ke rumah kami. Wanita itu mengutarakan niatnya untuk menyewa mobil kami, tanpa sopir.“Nanti anak saya yang akan menjadi sopirnya, Pak. Saya mau sewa empat hari karena mau iring-iringan pengantin ke Blitar,” ucap wanita itu.“Oh, begitu. Baik, Bu. Bisa. Nanti hari Minggu siang, mobilnya harus kembali ke sini ya. Kebetulan banget soalnya, sopirnya ada ac
“Yang, Shakila sama Rania mau mampir. Kamu siap-siap ya,” ucap suamiku sore itu.Aku mengernyit bingung. Kenapa Shakila dan Rania menghubungi suamiku? Bukan menghubungiku ke ponselku?“Baik, Mas.” Hanya itu jawaban yang bisa ku lontarkan.Biasanya kalau dua orang temanku itu berkunjung saat sore hari, mereka pasti akan menginap. Dan suamiku sudah paham akan hal itu.Hanya saja aku mulai menyadari sesuatu yang aneh dengan suamiku. Dia merasa bahagia meski nantinya ia harus mengurus anak kami. Tak seperti hari biasanya saat aku meminta tolong untuk menjaga anak kami sebentar.Belum terlalu sore, seorang wanita paruh baya tiba-tiba datang ke rumah kami. Wanita itu mengutarakan niatnya untuk menyewa mobil kami, tanpa sopir.“Nanti anak saya yang akan menjadi sopirnya, Pak. Saya mau sewa empat hari karena mau iring-iringan pengantin ke Blitar,” ucap wanita itu.“Oh, begitu. Baik, Bu. Bisa. Nanti hari Minggu siang, mobilnya harus kembali ke sini ya. Kebetulan banget soalnya, sopirnya ada ac
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen