Home / Rumah Tangga / Suamiku Kekasih Sahabatku / Bagaimana Kalau Terulang?

Share

Bagaimana Kalau Terulang?

Author: Kanina
last update Last Updated: 2024-11-19 14:22:42

"Bagaimana, Mas?"

Mas Fajar terdiam. Ia tampak berpikir tentang jawaban dari pertanyaan ku.

Aku hanya berjaga-jaga agar hal itu tak terulang lagi. Orang lain mungkin berpikir bahwa aku terlalu posesif.

Tidak!

Aku bukan orang picik yang memaksa hati orang lain untukku. Kalau pun ia benar memiliki perasaan dengan orang lain, aku hanya ingin dia mengatakan yang sebenarnya. Sehingga hati ini bisa siap menerima kenyataan yang mau tak mau harus ku hadapi di depan mata.

Lebih baik mengetahui dan mempersiapkan diri di awal daripada sakit hati belakangan, bukan?

"Aku hanya bisa berjanji bahwa aku tak akan mengulangi yang sama," ujar Mas Fajar menjawab pertanyaan ku.

"Apa yang akan menjadi jaminan bahwa kamu akan memegang perkataan mu?"

"Aku tak bisa menjamin apa-apa. Tapi aku berjanji kalau kamu tak akan pernah mendapati aku berbalas pesan seperti itu lagi di kemudian hari." Mas Fajar berjanji.

Aku terdiam, meski merasa tak puas dengan jawabannya aku rasa jawaban pria yang seatap denganku itu pasti akan tetap sama.

"Baiklah," ujar ku.

Aku pun mengalah. Mas Fajar tak ingin memberitahu siapa orang itu, aku pun tak akan ambil pusing. Percuma saja mencari tahu siapa wanita itu kalau pria itu bersikukuh menyembunyikannya.

"Ya sudah, bersiaplah bekerja," ujar ku.

"Aku hari ini libur. Sudah izin ambil cuti kemarin ke atasan," ucap Mas Fajar mengejutkanku.

Baru kali ini dia libur kerja tanpa memberitahuku. Tak biasanya dia seperti itu. Hari-hari sebelumnya dia sangat rajin bekerja sedari pagi hingga malam hari.

"Memang ada acara ke mana kok ambil cuti?" tanyaku penasaran.

"Tak ada. Hanya ingin libur. Kalau ke rumah ibu, apa mau?" tanyanya.

Yang dia maksud adalah ke rumah ibunya. Karena aku dan orang tuaku tinggal bersebelahan. Tak mungkin dia mengajak ke rumah orang tuaku dan mengambil cuti kecuali ke rumah orang tuanya yang hanya beberapa menit perjalanan menggunakan motor.

"Sepertinya aku di rumah saja."

"Baiklah kalau begitu. Aku akan ke rumah ibu sebentar," ucap Mas Fajar pamit.

Aku mencium punggung tangannya sebelum pria itu pergi. Sebuah firasat tak baik aku rasakan. Seolah ada sesuatu hal tak baik akan datang menghampiri. Dan entah mengapa aku teringat akan suatu hal.

Mobil!

Ada sesuatu yang mengganjal di pikiranku terkait mobil yang kini disewakan kepada seorang wanita yang bernama Endang itu.

***

Hari ini adalah hari keempat di mana seharusnya sore ini mobil keluarga kami kembali dari seorang penyewa paruh baya yang bernama Endang itu. Aku menghubungi Mas Fajar yang siang itu tengah bekerja. Berniat mengingatkan agar mengingatkan sang penyewa mengembalikan mobil kami yang sudah empat hari dia bawa.

"Bu Endang katanya mau nambah sewa empat hari lagi," ujar Mas Fajar dari seberang panggilan.

"Beliau sudah menemui Mas dan memberikan uang sewa untuk empat hari ke depan," imbuh Mas Fajar.

Aku cukup terkejut mendengar pengakuan Mas Fajar. Semudah itu ia menyewakan mobil yang merupakan usaha keluarga kepada penyewa dalam jangka waktu yang lama tanpa sopir.

Namun, apa daya kalau Mas Fajar telah menerima uang sewa dan mengiyakan kepada orang itu untuk menyewa mobilnya. Hanya saja aku tetap merasa ada sesuatu yang janggal dari penyewa kali ini.

Sepulang Mas Fajar bekerja, aku mengajaknya berbicara. Masih dengan topik yang sama, mobil yang disewakan. Kejadian beberapa waktu lalu mengenai chat mesra dengan wanita lain itu sudah tak lagi aku permasalahkan. Bahkan, aku hampir melupakannya karena aku berpikir Mas Fajar sudah tak berhubungan dengan wanita itu lagi melihat perubahannya yang menjadi pribadi lebih baik.

"Aku merasa janggal dengan Bu Endang itu, Mas."

"Jangan suudzon. Yakinlah kalau dia amanah. Buktinya dia sudah membuktikan niatnya dengan berniat menjaminkan SK miliknya," ujar Mas Fajar santai sembari menikmati air minum yang baru saja aku bawakan untuknya.

"Coba Mas besok selidiki dulu. Beliau berkata kalau sedang di luar kota, bukan? Namun, firasat ku berkata kalau dia sedang tak di luar kota dan hanya mobilnya saja yang pergi."

"Kita tunggu saja lusa," ujar Mas Fajar akhirnya.

"Baiklah. Semoga semuanya baik-baik saja," desis ku.

Dua hari pun berlalu. Semuanya masih tampak baik-baik saja. Hingga akhirnya pada suatu siang Mas Fajar menghubungiku dan berkata, "Yang, Mas kok lihat mobil kita ada di rumah orang, ya?"

"Mas yakin itu mobil kita?" tanyaku memastikan.

"Iya. Mas yakin kalau itu milik kita. Mas hafal plat mobil kita. Dan itu mobil yang disewa Bu Endang," ujar Mas Fajar masih di seberang panggilan.

Tanganku tiba-tiba bergetar. Kedua kakiku rasanya seperti tak bertulang. Perasaan tak nyaman yang berulang kali mengusikku kini menjadi kenyataan. Sesuatu yang tak beres sedang terjadi.

Seorang penyewa yang bernama Endang yang mengaku salah satu staff rumah sakit daerah itu ku yakini tengah berbuat curang.

"Mas coba ke rumah Bu Endang. Aku yakin dia ada di rumahnya. Mas tanyakan langsung padanya mengenai keberadaan mobil kita," ujar ku.

Mas Fajar mengakhiri panggilan. Semoga dia benar-benar menuju rumah Bu Endang itu dan mendapatkan penjelasan mengenai keberadaan mobil kami yang ada di rumah orang lain.

Sekitar setengah jam kemudian, ponselku kembali berdering. Ku lihat layar ponselku yang menampilkan nama Mas Fajar. Segera ku tekan tombol hijau ponselku dan menjawab panggilannya yang selalu ku awali dengan ucapan salam.

"Mas sekarang ada di rumahnya. Dan tampaknya sedang tak ada orang," ujar Mas Fajar.

Aku tak serta merta percaya. Andai aku di sana, pasti aku dobrak pintu rumah orang itu di sana. Aku yakin orang yang bernama Endang itu ada di sana.

"Coba Mas cek lagi. dan tanyakan kepada tetangga sekitarnya," ujar ku memberi solusi.

Ku dengar Mas Fajar melakukan apa yang aku sarankan, bertanya kepada tetangga sekitar dan ternyata jawaban mereka sama. Mereka tak tahu di mana Bu Endang itu berada karena dari kemarin tak melihat wanita itu.

Kemarin??

Dari pengakuan tetangganya saja sudah bisa ku rasakan adanya sebuah kejanggalan. Wanita itu mengaku menyewa mobil kami lagi untuk acara keluarganya di luar kota beberapa hari lalu dan seharusnya besok mobil itu kembali.

"Tak ada yang tahu, Yang. Sepertinya dia memang sedang tak ada di rumah," ujar Mas Fajar lagi.

"Kirimkan aku nomor ponsel Bu Endang," ujar ku.

Tak berapa lama sebuah pesan yang berisi nomor ponsel penyewa mobil kami pun dikirim oleh Mas Fajar. Aku menyimpannya terlebih dahulu sebelum beberapa detik berikutnya aku hubungi nomor yang ada.

Ku tekan tombol gagang telepon di layar ponselku, menghubungi wanita itu melalui panggilan suara. Akan tetapi berulang kali ditolaknya.

Tak kehabisan akal, ku kirim sebuah pesan dengan sangat sopan kepada yang bersangkutan, menanyakan keberadaannya dan menanyakan kepastian bahwa mobil itu akan dikembalikan besok.

Pesan yang ku kirim melalui aplikasi berwarna hijau itu menampilkan tanda centang dua biru. Di mana itu berarti pesan dariku sudah dibaca.

Akan tetapi kenapa tak kunjung dibalas?

Dan keesokan harinya pesanku pun masih belum juga dibalas oleh wanita itu. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Bu Endang menghubungiku. Kamu nge-chat apa ke dia? Kok dia sampai tersinggung?"

Related chapters

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Apa yang Kalian Sembunyikan?

    Panik? Pasti.Tapi aku berusaha agar tak terlalu menunjukkan bahwa pikiranku sedang tak karuan. Aku berusaha bersikap tenang, meminta nomor penyewa itu kepada Mas Fajar dan menanyai keberadaannya terlebih dahulu.Saya ada di Blitar, Mbak. Maaf belum bisa pulang sore ini soalnya hujan.Begitulah tulisan dalam aplikasi perpesanan berwarna hijau itu.Aku membalas pesan wanita itu dengan kalimat sopanSaya mau telepon, Bu. Mohon dijawab.Aku pun menekan tombol gagang telepon di bagian pojok kanan atas melalui aplikasi yang sama.Terdengar suara panggilan yang tersambung. Namun, tak ada jawaban dari orang yang bernama Endang itu.Tiba-tiba sebuah pesan chat yang masih dari aplikasi berwarna hijau itu diterima.Endang: Maaf, Mbak teleponnya gak bisa saya terima. Soalnya di sini hujan berpetir.Aku merasa ada yang janggal. Ada sesuatu yang salah di sini. Apa kaitannya tak bisa pulang karena hujan dengan mobil?"Lacak GPS!"aku mengirim pesan suara kepada Mas Fajar dan saudara-saudaraku untuk

    Last Updated : 2024-12-02
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Kepercayaan yang Terkikis

    "Apa yang kalian bicarakan? Ada apa lagi?" Suara Bapak membuat kami menoleh. Tidak tahu sejak kapan Bapak di sana dan mendengar pembicaraan kami berdua."Katakan! Apa lagi yang masih kamu sembunyikan?" desak Bapak kepada Mas Fajar."E … em … tidak ada, Pak," sahut Mas Fajar spontan.Aku yakin dia saat ini tidak menjawab dengan jujur."Ya sudah. Nanti Bapak mau tanya sesuatu. Sekarang subuhan dulu," ucap Bapak berlalu menuju masjid tak jauh dari rumah kami.***Seperti yang sudah Bapak katakan saat subuh tadi, beliau memanggil Mas Fajar. Mereka duduk di kursi tamu yang ada di teras rumah. Dan di sana hanya mereka berdua.Aku mendengar beberapa pertanyaan yang dilontarkan bapakku kepada Mas Fajar. Mendengar jawaban suamiku itu, aku merasa kecewa karena Mas Fajar tidak berbicara jujur dan menutupi kenyataan yang ada."Bapak mendengar dari orang lain kalau kamu dekat dengan seorang wanita. Benar begitu?"Mas Fajar terlihat salah tingkah. Dari jendela aku bisa melihat bagaimana dia menyemb

    Last Updated : 2024-12-08
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Menguntit Suami Sendiri

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau Mas Fajar hendak ke bengkel hari ini? Apa mereka ada janji? Dia sebenarnya siapa?" Aku bergumam pada diri sendiri seraya memegang benda pipih milik Mas Fajar yang terkunci.Khawatir Mas Fajar membutuhkan ponselnya, aku berniat untuk mengantar benda itu kepada pemiliknya. Hanya saja saat aku melewati teras, aku berpikir, dengan apa aku menyusul Mas Fajar? Motorku 'kan dibawa dia ke bengkel.Rasanya aku ingin mengutuk diri sendiri yang sedikit sulit berpikir cepat karena kejadian sebelumnya. Aku masih merasa masalah itu belum sepenuhnya selesai.Saat hendak berbalik, aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah. Aku pikir orang lain, ternyata itu Mas Fajar yang kembali pulang. Sudah bisa aku tebak apa yang hendak dia ambil karena terlupa."Yang, ponsel," ucapnya saat melihatku berdiri di teras.Aku pun mengangguk dan berjalan menghampirinya. Benda pipih yang dia maksud masih ada di tanganku. Setelahnya, dia pamit kembali ke tujuan semula.Setelah kepe

    Last Updated : 2024-12-09
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Jangan Sampai Dia Tahu

    "Mendong Mbak lihat dulu deh, siapa orangnya. Barangkali Mbaknya tahu," ucap pemilik bengkel yang masih menatap iba ke arahku.Ya, aku yakin dia merasa kasihan kepadaku. Apalagi karena kejadian ini, dia tahu kalau aku mendapat pengkhianatan dari suamiku."Ngga usah kayaknya mending enak langsung dilabrak aja," sahutku datar."Iya, Mbak. Laki-laki ngga setia gitu mah cemen. Masa beraninya sembunyi-sembunyi dari istri. Aku kalau udah nikah, ngga bakal istriku aku duain gitu," timpal pekerja bengkel yang menangani motorku mengompori."Emang kamu udah ada istri, Jo?" tanya sang pemilik bengkel."Hehe, belum bos. Masih nyari. Maaf, Bos. Maaf, Mbak. Abisnya kesel. Dia udah punya istri cantik gini malah nyari cewek baru. Saya aja nyari satu susah dapat. Padahal nih, Mbak, wajah suami Mbaknya itu biasa aja, pas-pasan. Lebih ganteng Pak Bos-"Ucapan pria yang tangan dan pakaian kerjanya lebih banyak noda hitam itu terhenti saat pria berkacamata di dekatku berdeham cukup keras. Tanpa sadar aku

    Last Updated : 2024-12-10
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Rania atau Shakila?

    "ada apa? Kenapa aku ngga boleh sampai tahu?" tanyaku penuh selidik.Bisa kulihat dengan jelas dua perempuan di hadapanku saling sikut, memberi kode yang hanya mereka pahami maksudnya."Apa yang tadi kalian bicarakan?" tanyaku lagi.Kulihat Shakila menarik napas panjang sebelum menghempaskannya dengan kasar. Dia lantas meraih tanganku yang kebetulan ada di atas meja."Tadinya kami mau memberi kejutan untuk ulangtahunmu. Tapi karena kamu lebih dulu tahu, kami merasa gagal," ucap Shakila dengan raut wajah sedihnya. Begitu pula dengan Rania yang mengangguk dan memasang wajah sedih."Jadinya gagal deh ngasih kamu kejutan ulangtahun," ucap Rania yang kini angkat suara.Aku mengerjap sesaat. Mengingat-ingat kembali kalau memang ulang tahunku tak lama lagi akan tiba. Aku sendiri sudah lupa. Sementara dua orang di hadapanku mengingatnya."Ya udah, aku pura-pura ngga tau aja, deh!" ucapku bercanda.Mereka kompak berdecak. "Mana bisa gitu!" sahut Rania dan Shakila hampir bersamaan. Dan kami pun

    Last Updated : 2024-12-11
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Sebuah Firasat

    “Yang, Shakila sama Rania mau mampir. Kamu siap-siap ya,” ucap suamiku sore itu.Aku mengernyit bingung. Kenapa Shakila dan Rania menghubungi suamiku? Bukan menghubungiku ke ponselku?“Baik, Mas.” Hanya itu jawaban yang bisa ku lontarkan.Biasanya kalau dua orang temanku itu berkunjung saat sore hari, mereka pasti akan menginap. Dan suamiku sudah paham akan hal itu.Hanya saja aku mulai menyadari sesuatu yang aneh dengan suamiku. Dia merasa bahagia meski nantinya ia harus mengurus anak kami. Tak seperti hari biasanya saat aku meminta tolong untuk menjaga anak kami sebentar.Belum terlalu sore, seorang wanita paruh baya tiba-tiba datang ke rumah kami. Wanita itu mengutarakan niatnya untuk menyewa mobil kami, tanpa sopir.“Nanti anak saya yang akan menjadi sopirnya, Pak. Saya mau sewa empat hari karena mau iring-iringan pengantin ke Blitar,” ucap wanita itu.“Oh, begitu. Baik, Bu. Bisa. Nanti hari Minggu siang, mobilnya harus kembali ke sini ya. Kebetulan banget soalnya, sopirnya ada ac

    Last Updated : 2024-11-17
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Rambut Basah

    “Sudah bangun, Ki?” sapa ku kepada wanita itu sembari tersenyum.“Em.” Dia menganggukkan kepalanya.“Kamu mau masak?” tanyanya kemudian.“Iya-““Aku bantuin, ya?” tawarnya.Aku mengangguk. Tak ada salahnya kalau aku menggunakan tenaga ya, bukan?Meskipun aku sanggup memasak dalam porsi banyak, bukankah itu hal bagus kalau ada yang membantu? Lebih efisien dan lebih ringan.***Kami berdua memasak banyak menu. Aku yakin makanan yang terhidang itu akan habis. Karena yang akan menghabiskan sarapan pagi itu bertambah dua orang. Belum lagi dua wanita itu akan lebih banyak menghabiskan sayur dan makanan yang mengandung protein. Mereka sedikit makan nasi. Tak sepertiku.Aku yang masih belum menyapih putriku, sering kali merasa lapar. Kalau tak mengonsumsi nasi, rasa lapar masih selalu menghampiri. Tak heran kalau bentuk tubuhku tak seperti dulu lagi.Berat badanku yang sebelumnya hanya empat puluh lima kilo, kini bertambah menjadi lima puluh tujuh kilo. Lengan dan kaki yang membengkak dan per

    Last Updated : 2024-11-17
  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Ada yang Menghubungi Semalam

    "Siapa dia? Mengapa jam segini mengirim pesan ke nomor Mas Fajar? Tapi, mengapa tidak ada riwayat chatnya?"Dadaku bergemuruh setelah melihat pesan yang tak biasa. Sebisa mungkin aku berusaha menetralkan emosi yang rasanya hendak meledak ini. Ku kembalikan ponsel suamiku di tempat sebelumnya agar suamiku tak tahu bahwa aku mengecek ponselnya. Ku coba memejamkan kedua mataku, berharap setelah ini aku bisa terlelap ke alam mimpi. Susah! Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan ibadah di sepertiga malam yang sudah hampir usai karena mendekati waktu subuh. Ku adukan semuanya kepada Sang Pencipta. Aku meyakini bahwa Tuhanku akan mengabulkan doa makhluknya yang benar-benar meminta dan ikhlas. Usai salat malam, aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur. Perlahan tapi pasti, perasaan resah yang sebelumnya menggelayuti, kini telah pergi. Hingga aku terpejam dan kembali ke alam mimpi. Jam menunjukkan pukul empat pagi. Seperti biasa aku terbangun di sekitar jam itu, kadang pukul em

    Last Updated : 2024-11-19

Latest chapter

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Rania atau Shakila?

    "ada apa? Kenapa aku ngga boleh sampai tahu?" tanyaku penuh selidik.Bisa kulihat dengan jelas dua perempuan di hadapanku saling sikut, memberi kode yang hanya mereka pahami maksudnya."Apa yang tadi kalian bicarakan?" tanyaku lagi.Kulihat Shakila menarik napas panjang sebelum menghempaskannya dengan kasar. Dia lantas meraih tanganku yang kebetulan ada di atas meja."Tadinya kami mau memberi kejutan untuk ulangtahunmu. Tapi karena kamu lebih dulu tahu, kami merasa gagal," ucap Shakila dengan raut wajah sedihnya. Begitu pula dengan Rania yang mengangguk dan memasang wajah sedih."Jadinya gagal deh ngasih kamu kejutan ulangtahun," ucap Rania yang kini angkat suara.Aku mengerjap sesaat. Mengingat-ingat kembali kalau memang ulang tahunku tak lama lagi akan tiba. Aku sendiri sudah lupa. Sementara dua orang di hadapanku mengingatnya."Ya udah, aku pura-pura ngga tau aja, deh!" ucapku bercanda.Mereka kompak berdecak. "Mana bisa gitu!" sahut Rania dan Shakila hampir bersamaan. Dan kami pun

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Jangan Sampai Dia Tahu

    "Mendong Mbak lihat dulu deh, siapa orangnya. Barangkali Mbaknya tahu," ucap pemilik bengkel yang masih menatap iba ke arahku.Ya, aku yakin dia merasa kasihan kepadaku. Apalagi karena kejadian ini, dia tahu kalau aku mendapat pengkhianatan dari suamiku."Ngga usah kayaknya mending enak langsung dilabrak aja," sahutku datar."Iya, Mbak. Laki-laki ngga setia gitu mah cemen. Masa beraninya sembunyi-sembunyi dari istri. Aku kalau udah nikah, ngga bakal istriku aku duain gitu," timpal pekerja bengkel yang menangani motorku mengompori."Emang kamu udah ada istri, Jo?" tanya sang pemilik bengkel."Hehe, belum bos. Masih nyari. Maaf, Bos. Maaf, Mbak. Abisnya kesel. Dia udah punya istri cantik gini malah nyari cewek baru. Saya aja nyari satu susah dapat. Padahal nih, Mbak, wajah suami Mbaknya itu biasa aja, pas-pasan. Lebih ganteng Pak Bos-"Ucapan pria yang tangan dan pakaian kerjanya lebih banyak noda hitam itu terhenti saat pria berkacamata di dekatku berdeham cukup keras. Tanpa sadar aku

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Menguntit Suami Sendiri

    "Bagaimana dia bisa tahu kalau Mas Fajar hendak ke bengkel hari ini? Apa mereka ada janji? Dia sebenarnya siapa?" Aku bergumam pada diri sendiri seraya memegang benda pipih milik Mas Fajar yang terkunci.Khawatir Mas Fajar membutuhkan ponselnya, aku berniat untuk mengantar benda itu kepada pemiliknya. Hanya saja saat aku melewati teras, aku berpikir, dengan apa aku menyusul Mas Fajar? Motorku 'kan dibawa dia ke bengkel.Rasanya aku ingin mengutuk diri sendiri yang sedikit sulit berpikir cepat karena kejadian sebelumnya. Aku masih merasa masalah itu belum sepenuhnya selesai.Saat hendak berbalik, aku mendengar suara motor berhenti di depan rumah. Aku pikir orang lain, ternyata itu Mas Fajar yang kembali pulang. Sudah bisa aku tebak apa yang hendak dia ambil karena terlupa."Yang, ponsel," ucapnya saat melihatku berdiri di teras.Aku pun mengangguk dan berjalan menghampirinya. Benda pipih yang dia maksud masih ada di tanganku. Setelahnya, dia pamit kembali ke tujuan semula.Setelah kepe

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Kepercayaan yang Terkikis

    "Apa yang kalian bicarakan? Ada apa lagi?" Suara Bapak membuat kami menoleh. Tidak tahu sejak kapan Bapak di sana dan mendengar pembicaraan kami berdua."Katakan! Apa lagi yang masih kamu sembunyikan?" desak Bapak kepada Mas Fajar."E … em … tidak ada, Pak," sahut Mas Fajar spontan.Aku yakin dia saat ini tidak menjawab dengan jujur."Ya sudah. Nanti Bapak mau tanya sesuatu. Sekarang subuhan dulu," ucap Bapak berlalu menuju masjid tak jauh dari rumah kami.***Seperti yang sudah Bapak katakan saat subuh tadi, beliau memanggil Mas Fajar. Mereka duduk di kursi tamu yang ada di teras rumah. Dan di sana hanya mereka berdua.Aku mendengar beberapa pertanyaan yang dilontarkan bapakku kepada Mas Fajar. Mendengar jawaban suamiku itu, aku merasa kecewa karena Mas Fajar tidak berbicara jujur dan menutupi kenyataan yang ada."Bapak mendengar dari orang lain kalau kamu dekat dengan seorang wanita. Benar begitu?"Mas Fajar terlihat salah tingkah. Dari jendela aku bisa melihat bagaimana dia menyemb

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Apa yang Kalian Sembunyikan?

    Panik? Pasti.Tapi aku berusaha agar tak terlalu menunjukkan bahwa pikiranku sedang tak karuan. Aku berusaha bersikap tenang, meminta nomor penyewa itu kepada Mas Fajar dan menanyai keberadaannya terlebih dahulu.Saya ada di Blitar, Mbak. Maaf belum bisa pulang sore ini soalnya hujan.Begitulah tulisan dalam aplikasi perpesanan berwarna hijau itu.Aku membalas pesan wanita itu dengan kalimat sopanSaya mau telepon, Bu. Mohon dijawab.Aku pun menekan tombol gagang telepon di bagian pojok kanan atas melalui aplikasi yang sama.Terdengar suara panggilan yang tersambung. Namun, tak ada jawaban dari orang yang bernama Endang itu.Tiba-tiba sebuah pesan chat yang masih dari aplikasi berwarna hijau itu diterima.Endang: Maaf, Mbak teleponnya gak bisa saya terima. Soalnya di sini hujan berpetir.Aku merasa ada yang janggal. Ada sesuatu yang salah di sini. Apa kaitannya tak bisa pulang karena hujan dengan mobil?"Lacak GPS!"aku mengirim pesan suara kepada Mas Fajar dan saudara-saudaraku untuk

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Bagaimana Kalau Terulang?

    "Bagaimana, Mas?"Mas Fajar terdiam. Ia tampak berpikir tentang jawaban dari pertanyaan ku.Aku hanya berjaga-jaga agar hal itu tak terulang lagi. Orang lain mungkin berpikir bahwa aku terlalu posesif.Tidak!Aku bukan orang picik yang memaksa hati orang lain untukku. Kalau pun ia benar memiliki perasaan dengan orang lain, aku hanya ingin dia mengatakan yang sebenarnya. Sehingga hati ini bisa siap menerima kenyataan yang mau tak mau harus ku hadapi di depan mata.Lebih baik mengetahui dan mempersiapkan diri di awal daripada sakit hati belakangan, bukan?"Aku hanya bisa berjanji bahwa aku tak akan mengulangi yang sama," ujar Mas Fajar menjawab pertanyaan ku."Apa yang akan menjadi jaminan bahwa kamu akan memegang perkataan mu?""Aku tak bisa menjamin apa-apa. Tapi aku berjanji kalau kamu tak akan pernah mendapati aku berbalas pesan seperti itu lagi di kemudian hari." Mas Fajar berjanji.Aku terdiam, meski merasa tak puas dengan jawabannya aku rasa jawaban pria yang seatap denganku itu

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Ada yang Menghubungi Semalam

    "Siapa dia? Mengapa jam segini mengirim pesan ke nomor Mas Fajar? Tapi, mengapa tidak ada riwayat chatnya?"Dadaku bergemuruh setelah melihat pesan yang tak biasa. Sebisa mungkin aku berusaha menetralkan emosi yang rasanya hendak meledak ini. Ku kembalikan ponsel suamiku di tempat sebelumnya agar suamiku tak tahu bahwa aku mengecek ponselnya. Ku coba memejamkan kedua mataku, berharap setelah ini aku bisa terlelap ke alam mimpi. Susah! Hingga akhirnya aku memutuskan untuk melakukan ibadah di sepertiga malam yang sudah hampir usai karena mendekati waktu subuh. Ku adukan semuanya kepada Sang Pencipta. Aku meyakini bahwa Tuhanku akan mengabulkan doa makhluknya yang benar-benar meminta dan ikhlas. Usai salat malam, aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur. Perlahan tapi pasti, perasaan resah yang sebelumnya menggelayuti, kini telah pergi. Hingga aku terpejam dan kembali ke alam mimpi. Jam menunjukkan pukul empat pagi. Seperti biasa aku terbangun di sekitar jam itu, kadang pukul em

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Rambut Basah

    “Sudah bangun, Ki?” sapa ku kepada wanita itu sembari tersenyum.“Em.” Dia menganggukkan kepalanya.“Kamu mau masak?” tanyanya kemudian.“Iya-““Aku bantuin, ya?” tawarnya.Aku mengangguk. Tak ada salahnya kalau aku menggunakan tenaga ya, bukan?Meskipun aku sanggup memasak dalam porsi banyak, bukankah itu hal bagus kalau ada yang membantu? Lebih efisien dan lebih ringan.***Kami berdua memasak banyak menu. Aku yakin makanan yang terhidang itu akan habis. Karena yang akan menghabiskan sarapan pagi itu bertambah dua orang. Belum lagi dua wanita itu akan lebih banyak menghabiskan sayur dan makanan yang mengandung protein. Mereka sedikit makan nasi. Tak sepertiku.Aku yang masih belum menyapih putriku, sering kali merasa lapar. Kalau tak mengonsumsi nasi, rasa lapar masih selalu menghampiri. Tak heran kalau bentuk tubuhku tak seperti dulu lagi.Berat badanku yang sebelumnya hanya empat puluh lima kilo, kini bertambah menjadi lima puluh tujuh kilo. Lengan dan kaki yang membengkak dan per

  • Suamiku Kekasih Sahabatku   Sebuah Firasat

    “Yang, Shakila sama Rania mau mampir. Kamu siap-siap ya,” ucap suamiku sore itu.Aku mengernyit bingung. Kenapa Shakila dan Rania menghubungi suamiku? Bukan menghubungiku ke ponselku?“Baik, Mas.” Hanya itu jawaban yang bisa ku lontarkan.Biasanya kalau dua orang temanku itu berkunjung saat sore hari, mereka pasti akan menginap. Dan suamiku sudah paham akan hal itu.Hanya saja aku mulai menyadari sesuatu yang aneh dengan suamiku. Dia merasa bahagia meski nantinya ia harus mengurus anak kami. Tak seperti hari biasanya saat aku meminta tolong untuk menjaga anak kami sebentar.Belum terlalu sore, seorang wanita paruh baya tiba-tiba datang ke rumah kami. Wanita itu mengutarakan niatnya untuk menyewa mobil kami, tanpa sopir.“Nanti anak saya yang akan menjadi sopirnya, Pak. Saya mau sewa empat hari karena mau iring-iringan pengantin ke Blitar,” ucap wanita itu.“Oh, begitu. Baik, Bu. Bisa. Nanti hari Minggu siang, mobilnya harus kembali ke sini ya. Kebetulan banget soalnya, sopirnya ada ac

DMCA.com Protection Status