Share

Part 3

Author: Hans 02
last update Last Updated: 2023-04-12 14:48:48

Satu tahun kemudian.

Di hotel bintang lima, tampak banyak sekali orang berlalu lalang untuk mengucapkan selamat pada Hasbi. Karena malam ini, Hasbi resmi bertunangan dengan Angel, kekasihnya. Ya, Hasbi memutuskan untuk menerima tawaran Mamanya, setelah Ara pergi satu tahun lamanya. Namun, Hasbi juga tidak menyerah dan tetap mencari keberadaan Ara, walaupun kini ia sudah memiliki tunangan.

"Sayang," Angel menepuk pelan tangan Hasbi yang tampak melamun, dan tidak menikmati acara pertunangan mereka. Padahal Angel sangat tahu, bahwa Hasbi sangat mencintainya.

"Ada apa?" tanya Hasbi mencoba fokus.

"Kau tidak senang?" ucap Angel berbalik tanya.

Sedangkan Hasbi hanya diam dan tak menjawab pertanyaan tunangannya itu. Ia hanya sedang bingung dengan dirinya, mengapa ia tidak bersemangat sama sekali di hari penting ini.

"Aku senang," balas Hasbi singkat.

"Lalu, kenapa kau tampak melamun?" tanya Angel kembali.

"Aku hanya kelelahan, kau jangan khawatir." Hasbi memberikan senyum semanis mungkin agar Angel tidak berpikiran kalau ia tak menikmati acaranya, walaupun itu memang kenyataannya. Namun, Hasbi mencoba untuk menutupinya. Ia tak ingin membuat wanita yang telah menemaninya dari nol itu kecewa saat mengetahui kalau dia sama sekali tidak senang.

"Yasudah, mending kamu istirahat dulu saja. Masalah para tamu, kau serahkan saja padaku. Jadi, kau jangan khawatir."

"Terimakasih, Sayang." Hasbi sangat bersyukur memiliki Angel, karena hanya Angel wanita satu-satunya yang selalu mengerti dengan keadaannya.

"Kalau begitu aku ke kamar duluan," pamit Hasbi sebelum meninggal aula itu.

Angel yang ditinggal oleh Hasbi hanya mampu menghela nafasnya, dia bukan wanita bodoh yang bisa Hasbi bohongi. Dia tahu betul bahwa Hasbi sangat lah tidak menikmati acara mereka. Karena itu, Angel menyuruh Hasbi untuk istirahat.

"Sayang," nyonya Gina datang dengan membawa anak kecil di sampingnya.

"Ada apa, Ma?" tanya Angel menatap calon Mama mertuanya, lalu pandangannya turun pada sosok kecil yang dibawa oleh nyonya Gina.

"Hai, siapa ini? Lucu sekali," ucap Angel sambil berjongkok mensejajarkan tubuhnya dengan anak kecil itu.

"Dia Leo, keponakan Mama." Sahut nyonya Gina dengan tersenyum.

"Leo, perkenalkan dia tante mu. Namanya, Angel." Lanjut nyonya Gina dengan memperkenalkan Agel pada Leo.

"Hai, Aunty." Sapa Leo.

"Hai, Leo." balas Angel.

"Dimana Hasbi, Sayang?" tanya nyonya Gina saat tidak mendapati putra satu-satunya itu.

"Dia kelelahan, Ma. Makanya, aku suruh istirahat saja." Nyonya Gina hanya mengangguk saja, mempercayai apa yang di ucapkan calon menantunya itu.

"Yasudah, Mama mau ke teman Mama dulu. Kau mau ikut?"

"Tidak, Ma. Angel ingin menyapa teman-teman Angel yang disana," balas Angel dengan menunjuk ke segerombolan anak muda yang tengah bercanda ria.

"Baiklah, kalau gitu Mama duluan, ya." Angel hanya mengangguk, lalu tak lama ia pun beranjak dari sana dan pergi menuju teman temannya.

Disisi lain, tepatnya di kota B. Tampak wanita muda sedang mengemasi pakaiannya dan barang-barang berharga miliknya. Ia berencana untuk pindah ke kota kelahirannya kembali, setelah kematian Mamanya.

"Akhirnya selesai juga," gumam Ara dengan bernafas lega.

Ya, wanita itu adalah Arabella. Setelah kejadian dimana ia bertemu dengan laki-laki bernama Hasbi, Ara dipaksa Mama untuk ikut dengannya pindah. Entah apa penyebab Mamanya ingin pindah, yang jelas Ara tau bahwa Mamanya seakan menjauhkan dirinya dengan Hasbi. Ara tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara Diana dan Hasbi, tetapi Ara yakin bahwa telah terjadi sesuatu di antara mereka beberapa tahun yang lalu.

Setelah semuanya siap, Ara segera beranjak dari kamar dan pergi mandi. Rencananya ia akan melakukan penerbangan jam 10 malam dengan di antar oleh Omnya. Ya, ia dan Diana pergi ke rumah Mars, Adik Diana. Karena itu, tidak ada satupun anak buah dari Hasbi yang bisa mengakses mereka.

"Ara," suara bariton menggema di seluruh mansion mewah itu. Sedangkan orang yang ia panggil tampak masih menikmati acara mandinya.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Mars pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Ara. "Ck, kemana anak itu." Gumamnya dalam hati saat tak mendapati keponakannya itu.

Mars akhirnya memutuskan untuk menunggu di ruang keluarga. Tak lama kemudian, Ara datang dengan rambut basahnya. Bisa Mars tebak kalau keponakannya itu baru saja selesai mandi.

"Eh, sejak kapan Om ada disini?" tanya Ara dengan terkejut. Ia benar-benar tidak tau kalau ada Mars di dalam mansion, karena beberapa jam yang lalu Omnya berpamitan ada urusan penting. Dan Ara tidak menyangka Omnya akan kembali secepat itu.

"Baru saja," balas Mars dengan singkat.

"Oh," Ara mendudukkan dirinya di sofa dekat Omnya.

"Semuanya sudah siap?" tanya Mars menatap Ara yang tengah fokus dengan acara televisinya.

"Sudah."

"Ayo, kita ke bandara." Mars beranjak dari duduknya dan melangkah pergi meninggalkan Ara.

"Tapi aku belum selesai Om," teriak Ara.

"Yaudah sana buru siap-siap, Om tunggu di mobil."

"Barang-barang Ara gimana?" tanya Ara.

"Nanti Pak Udin yang akan bawa, siapkan saja di luar kamar." Teriak Mars dari luar rumah.

"Oke."

Ara beranjak dari ruang keluarga dan pergi menuju kamarnya untuk berdandan. Setelah semuanya selesai, Ara pun keluar kamar dan pergi menghampiri Omnya yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil.

"Di Jakarta nanti, kau harus tinggal di apartemen yang Om belikan. Jangan kembali ke rumah itu lagi, karena banyak yang sedang mengincar mu." Pesan Mars saat Ara duduk di sampingnya.

"Baik, Om." Ara hanya mengangguk menyetujui apa yang di perintahkan Omnya, karena setelah kepergian Mamanya dua bulan yang lalu, kini hidup Ara bergantungan dengan Mars. Ara tak ingin menjadi anak pembangkang, karena itu ia akan selalu menuruti apa yang di perintahkan Omnya.

Perlahan mobil hitam itu maju meninggalkan mansion yang Ara tempati selama satu tahun lamanya. Ada sedikit rasa tak rela, saat akan meninggalkan mansion itu. Karena di dalam mansion itu terdapat banyak kenangan dengan Mamanya sebelum meninggal. Namun, Ara juga tidak boleh menyesali apa yang sudah menjadi keputusannya itu. Ya, Ara yang meminta pada Mars untuk di kembalikan ke kota kelahirannya. Ia tidak mau merepotkan Mars terus, ia juga ingin memulai hidup mandiri di Jakarta. Ara berharap di Jakarta nanti, ia bisa lebih mandiri. Selain ingin menjadi mandiri, Ara juga memiliki satu tujuan. Yaitu, ingin memecahkan rahasia Mamanya dengan laki-laki bernama Hasbi itu. Ara curiga, Mamanya dan Hasbi memiliki kaitan dengan kematian Ayahnya. Walaupun Ara tidak terlalu yakin, tapi tetap saja ia akan terus mencari tau.

"Sudah sampai." Suara Mars membuyarkan Ara yang tengah melamun.

Mendengar hal itu, Ara menatap sekelilingnya, dan benar saja. Ia sudah sampai di bandara. "Eh, sudah sampai ya." Cengir Ara.

Mars hanya menatap datar keponakannya itu, lalu turun dari mobil dan berjalan menuju pesawat yang telah menunggunya. Ara yang ditinggal begitu saja, langsung bergegas membuntuti Omnya yang lebih dulu masuk ke dalam pesawat.

Related chapters

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 4.

    Tak terasa sudah satu bulan saja Ara tinggal di Jakarta, selama satu bulan itu pula, Ara menuruti dan mematuhi pesan Omnya. Ara tidak keluar apartemen, jika tidak ada hal yang sangat penting. Namun, akhir akhir ini ia selalu keluar untuk melamar pekerjaan. Ara berfikir ia perlu bekerja agar tidak merepotkan Mars terus menerus. Walaupun Mars Omnya, tetap saja Ara merasa tidak enak karena terlalu bergantungan. Seperti hari ini, Ara baru saja melamar pekerjaan di salah satu restoran makanan khas Jepang, dan kali ini lamarannya di terima. Ia pun memutuskan untuk pulang saat jam menunjuk angka sembilan malam. Namun, saat akan pulang. Ara tidak menemukan kendaraan apapun, dengan terpaksa ia berjalan kaki dan berharap di jalan ia mendapatkan taksi atau gojek. Tetapi sudah setengah jam ia jalan kaki, Ara tak kunjung mendapatkan taksi. Ara berhenti di tepi jalan, mengistirahatkan kakinya yang tampak pegal karena jalan kaki terlalu lama. "Huft ... Apakah tidak akan ada taksi yang lewat?" Gumam

    Last Updated : 2023-04-12
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 5

    Setelah kejadian malam panas itu, Ara tidak lagi keluar apartemen. Ia juga membatalkan pekerjaan sebagai pelayanan restoran. Kini yang ia lakukan hanya berdiam diri di dalam apartemen, ia masih merasa takut untuk keluar apartemen. Ara hanya akan keluar jika ia membutuhkan sesuatu yang sangat penting. Seperti hari ini, Ara tengah malas malasan di apartemennya. Sejak pagi ia tidak memiliki gairah untuk melakukan apapun, yang ingin ia lakukan hanya rebahan di atas kasur. Bahkan ia tak membersihkan apartemen, dikarenakan ia sedang tidak mood. Saat asik-asiknya rebahan, Ara terpaksa menghentikan kegiatannya karena suara bell apartemennya. Dengan malas Ara pun turun dari kasurnya, dan pergi menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu di siang bolong seperti ini. "Ck, ganggu orang aja." Gerutu Ara sambil membuka pintu apartemennya. Namun, saat melihat siapa yang telah mengganggu waktunya, raut wajah Ara menjadi datar tanpa ekspresi. Di hadapannya, ada nyonya Gina dan laki-laki cukup tua

    Last Updated : 2023-04-12
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 6

    Malam semakin larut, bahkan jam sudah menunjukkan angka 01.00. Tetapi, Hasbi tampak tidak menyerah mencari keberadaan Ara. Hasbi terus-menerus mencari Ara, hingga ia tak menyadari, ponsel miliknya terus saja berdering. "Kau menemukannya?" tanya Hasbi pada bodyguard, yang ia suruh untuk mencari Ara. "Ya, Tuan. Pesawat yang ditumpangi Nyonya Ara, pergi menuju LA." Balas bodyguardnya. "Siapkan semuanya, saya ingin malam ini kita berangkat ke LA. " "Baik, Tuan."Bodyguard itu pergi untuk menyiapkan penerbangannya. Sedangkan, Hasbi kembali ke dalam mobilnya untuk beristirahat. Saat membuka ponsel, ia sangat terkejut mendapati begitu banyak panggilan tak terjawab dari Angel, tunangannya. Namun, bukannya menelpon balik. Hasbi malah mematikan ponselnya, karena ia memang sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun termasuk kedua orangtuanya dan tunangannya itu.Tak lama, bodyguard Hasbi pun datang dengan membawa koper kecil. "Apa isi koper itu?" tanya Hasbi dengan bingung, karena ia tak menyu

    Last Updated : 2023-06-13
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 7

    Setelah keadaan Ara membaik, Mars segera melakukan pembayaran, dan membawa pulang Ara. Sesampainya di apartemen, Mars menyuruh Ara untuk istirahat di kamarnya. Sedangkan, dirinya akan beristirahat di kamar sebelah. Tengah malam, Ara terbangun dari tidurnya dengan tiba-tiba. Netranya menatap jam dinding yang saat itu menunjuk angka 3 dini hari. "Kenapa aku sangat ingin makan sushi," gumamnya dengan bingung. Karena, tak biasanya ia terbangun dini hari dan menginginkan sesuatu. Ara pun turun dari kasurnya, dan melangkah menuju dapur. Sesampainya di dapur, ia membuka pintu kulkas, dan menatap apakah masih ada persediaan sushi miliknya. Namun, Ara dibuat kecewa. Karena, sushi yang diinginkannya itu tidak ada. Terpaksa Ara kembali ke dalam kamarnya dengan raut wajah sedih. Pagi harinya, Mars bangun lebih dulu dari Ara. Ia juga sudah menyiapkan semua makanan untuk sarapannya bersama Ara. Tak lama, Ara datang dengan wajah kantuknya. "Pagi, Nak." Sapa Mars, menatap Ara yang masih beranta

    Last Updated : 2023-06-14
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 8

    Seorang laki-laki melangkah dengan tergesa-gesa menuju ruang VIP yang ada di Bar tersebut. Dia baru saja mendapat pesan dari nomor yang tidak ia kenal, pesan itu berisi foto seorang wanita tengah berbaring di atas brankar rumah sakit dengan wajah pucat. Saat pintu dibuka kasar oleh laki-laki itu, suara bariton menyambutnya. "Akhirnya kau datang juga," ucap seseorang itu. "Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk basa-basi, Tuan. Sekarang cepat katakan, dimana Ara?" tanya Hasbi dengan emosi yang sudah di ubun-ubun. Ya, laki-laki itu adalah Hasbi. Laki-laki yang sudah berani meniduri Ara, bahkan sampai membuat Ara hamil di luar nikah. Sedangkan seseorang itu adalah, Mars, Omnya Ara. Ia sengaja mengirim pesan berisi foto Ara, karena ingin menjebak Hasbi."Kenapa kau tampak terburu-buru sekali, anak muda?" ejek Mars, dengan meminum minuman yang ia pesan beberapa menit lalu. Hasbi mengepalkan tangannya, pria dihadapkannya benar-benar membuat Hasbi bertambah emosi. "Berapa uang yang

    Last Updated : 2023-06-16
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 9

    Di sebuah kamar bernuansa putih, sepasang manusia baru saja menyandang status suami istri tengah duduk di balkon kamar itu. Keduanya baru saja selesai melaksanakan pernikahan yang dihadiri oleh kerabat dan orang terdekat mereka saja. "Kau tidak bahagia?" tanya laki-laki itu. Wanita itu hanya diam, tak merespon laki-laki yang kini berstatus suaminya. Bukan karena tidak bisa bicara, tetapi ia memang malas membalas pertanyaan suaminya. "Jawab, Ara!" ucab Hasbi membuat Ara jengah. "Kau sudah tau jawabannya, bukan? Lantas, mengapa bertanya kembali?" tanya Ara dengan sinis. "Maafkan aku," lirih Hasbi. Kesalahan begitu fatal pada Ara, ia sudah membuat Ara menjadi yatim. Lalu, keluarganya sudah membuat Ara tak mengingat apapun, dan satu lagi kesalahan paling fatal, ialah menghancurkan masa depan Ara. "Maafmu tidak bisa mengembalikan semuanya, Hasbi. Masa depan ku tetaplah hancur, dan itu karena mu!"Selepas mengatakan itu, Ara pergi menuju kamar mandi. Ia ingin menenangkan pikiran dan

    Last Updated : 2023-06-21
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 10

    Keheningan masih tercipta di mansion milik Mars, ketiga orang dewasa itu saling membisu, diantara mereka tidak ada yang berniat untuk membuka suara, setelah mendapatkan paket misterius berisi foto kecelakaan yang dialami oleh Ayah Ara. "Buang saja fotonya jika tidak penting," ucap Ara, setelah lama terdiam. Ia sebenarnya sangat penasaran siapa yang kecelakaan itu. Tetapi, melihat reaksi kedua laki-laki di hadapannya itu, membuat Ara memutuskan berberi usul untuk membuang foto itu. "Ya, kau benar, Nak. Sebaiknya kita bakar aja fotonya," balas Mars, dengan mengambil foto foto itu, lalu membawanya keluar untuk dibakar. Sedangkan Hasbi masih diam membisu, dalam benaknya banyak sekali pertanyaan yang muncul. Siapa yang mengirim foto itu? Apa maksud mengirim foto itu? Apakah untuk menghancurkan hubungannya dengan Ara? Ataukah foto itu sengaja dikirim agar Ara cepat mengingat kembali kejadian 9 tahun yang lalu?"Hasbi," panggilan Mars, membuat lamunan Hasbi buyar seketika. Ia berdiri da

    Last Updated : 2023-06-23
  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 11.

    Pagi hari, kediaman Mars di hebohkan kembali oleh sebuah paket. Namun, kali ini paket itu bukan berisi foto, melainkan berisi boneka kecil milik Ara dulu. Tetapi, orang yang memilikinya tampaknya tidak mengenali boneka kesayangannya itu. "Bonekanya cantik banget," ucap Ara tiba-tiba. Hasbi dan Mars hanya diam, tak menanggapi ucapan Ara. Mereka kini sedang berpikir keras, siapa yang selalu mengirim paket misterius itu ke rumah mereka, dan apa tujuannya. "Sepertinya kita memiliki musuh," ujar Mars, membuat Ara melepaskan boneka itu dari tangannya. "Maksudnya?" tanya Ara tak mengerti. Jika benar mereka memiliki musuh, itu artinya ia berada dalam bahaya. Tapi, siapa musuhnya? Ara merasa ia tak memiliki musuh."Tidak ada," ucap Hasbi dengan cepat. Hasbi tidak ingin Ara tahu, bahwa mereka memiliki musuh. Karena, Hasbi takut kekhawatiran Ara berpengaruh pada kandungannya. Apalagi kandungannya masih terbilang cukup rawan, dan Hasbi tidak ingin hal buruk pada Ara dan kandungannya. "Sepe

    Last Updated : 2023-06-26

Latest chapter

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 25

    Sudah 3 hari Hasbi dan Ara menghabiskan waktu di Jerman. Selama 3 hari, mereka terus berkeliling dan mengunjungi tempat wisata indah yang ada di sana. Seperti saat ini, Hasbi dan Ara sedang berada di salah satu pantai. Bukan tanpa alasan mereka datang ke pantai ini, tetapi, Ara yang memintanya. "Ah, kenapa tiba-tiba aku merindukan Om Mars?" gumam Ara yang tengah memejamkan mata dengan posisi berbaring di atas ayunan yang ada di pantai itu. "Kamu merindukan siapa?" tanya Hasbi dengan menatap tajam istrinya. "Om Mars. Sudah 3 hari kita meninggalkan dia, aku merasa sangat merindukannya," ucap Ara masih dengan memejamkan matanya. Ara sama sekali tidak menyadari, bahwa ucapannya tadi membuat singa dalam diri Hasbi terbangun. Tiba-tiba saja, Ara merasa ayunannya terasa berat. Dan saat membuka mata, Ara terkejut mendapati Hasbi tengah menindihnya. "Hasbi, apa yang kau lakukan? Turun lah! Kau sangat berat," ucap Ara dengan mendorong kasar suaminya. Bukannya beranjak pergi, Hasbi malah se

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 24.

    Hari yang ditunggu pun tiba, dimana Hasbi dan Ara akan melakukan honeymoon ke Jerman. Setelah melewati waktu yang cukup lama, akhirnya keduanya sampai di Jerman tepat pukul 4 sore. Karena lelah setelah melakukan perjalanan panjang, Ara dan Hasbi memutuskan beristirahat dulu. Pukul 7 malam, Ara dan Hasbi sudah rapi dengan baju mereka masing-masing. Keduanya memutuskan untuk makan malam diluar. Sesampainya di restoran, Hasbi dan Ara memilih tempat duduk paling pojok dekat kaca. Makan datang, dan mereka mulai menyantap makannya. "Kamu suka?" tanya Hasbi setelah menghabiskan semua makanannya. "Suka. Ini makanan yang aku inginkan beberapa hari yang lalu," jawabnya dengan raut wajah cerah. "Setelah ini kita akan kemana lagi?" tanya Ara. "Tentu saja pulang ke hotel," balas Hasbi membuat Ara melotot. "Kenapa?" tanya Hasbi dengan bingung karena reaksi istrinya. "Aku belum puas menikmati suasana Jerman, Hasbi." Ara berucap dengan raut wajah masam. Baru satu jam mereka berjalan-jalan. Na

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 23.

    Makan malam tiba. Ara, Hasbi, dan Mars sudah berkumpul di meja makan. Mereka duduk ditempat duduk masing-masing. Hening, tidak ada yang berbicara sepatah kata pun. Sampai makan malam selesai. Ara beranjak dari duduknya untuk kembali ke dalam kamar, dia merasa sangat lelah setelah seharian pergi. Sedangkan, dua pria itu sedang berada di ruang kerja untuk membahas tentang pekerjaan. "Besok aku harus pergi ke Turki untuk melakukan kerjasama dengan salah satu pengusaha di sana," ucap Mars. "Kenapa mendadak sekali?" tanya Hasbi terkejut. "Sebenarnya ini tidak mendadak. Namun, karena aku menyampaikan sekarang, kau menganggap ini semua mendadak.""Kau tidak keberatan, kan?" tanya Mars. "Berapa lama?" "Hanya dua minggu," balas Mars. Hasbi menghela nafas mendengar jawaban Mars."Kenapa lama sekali," protes Hasbi. "Biasanya kau tidak pernah protes. Ada apa sebenarnya?" tanya Mars menatap curiga suami dari keponakannya itu. "Aku sudah merencanakan jadwal honeymoon dengan Ara, Mars.""Kalia

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 22.

    Keesokan harinya, keadaan Ara sudah membaik, dan diperbolehkan untuk pulang. Ara, Mars, dan Hasbi kini sedang berada di dalam mobil menuju mansion. Tidak ada percakapan diantara mereka selama di perjalanan. Ketiganya sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Mars sibuk membalas pesan dari asistennya, Hasbi sibuk menyetir, dan Ara sibuk memainkan ponselnya. Sesampainya di mansion, kedua laki-laki itu menuntun Ara menuju kamarnya. "Jika kamu ingin sesuatu, katakanlah!" ucap Mars sebelum keluar dari kamar Ara. "Di sini ada Hasbi, Om. Jadi, Om istirahat saja. Ara tidak enak jika harus merepotkan Om lagi.""Kamu sama sekali tidak merepotkan, Nak. Jangan berkata seperti itu.""Ya sudah, kalau tidak ada lagi kepentingan, Om pamit dulu." Lanjut Mars berpamitan. Sedangkan, Ara dan Hasbi hanya mengangguk saja. Ara membaringkan tubuhnya di atas kasur. Jujur saja, saat di rumah sakit, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Karena, kondisi yang sedang di infus, dan tempat tidurnya yang kecil, memb

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 21.

    Pagi-pagi sekali, Hasbi kembali ke rumah sakit untuk menjenguk istrinya. Sebenarnya semalam dia ingin menginap di rumah sakit. Namun, Ara bersikeras menyuruhnya untuk pergi. Mau tidak mau, akhirnya Hasbi pulang. Di rumah sakit, hanya Mars yang menemani Ara. Karena, keluarga mereka hanya tersisa berdua saja. Sampai di rumah sakit, Hasbi melihat Mars dan Ara masih tidur. Karena tidak ingin mengganggu mereka, Hasbi memutuskan pergi ke kantin untuk sarapan. Karena, saat di rumah, dia tidak sempat sarapan. Tidak lupa, setelah makan, Hasbi membawa makanan untuk Mars. Sedangkan, Ara akan sarapan dengan bubur yang dia beli di jalan tadi. "Kau sudah datang," suara serak itu berasal dari Mars. Dia baru saja bangun, dan melihat Hasbi sedang duduk dengan santai si sofa. "Ya. Mandilah dulu, aku sudah membawa makanan untukmu," ucap Hasbi berjalan menghampiri Mars untuk menggantikan posisi. Mars mengangguk dan berlalu pergi ke dalam kamar mandi yang ada di ruangan itu.Hasbi duduk di kursi yang M

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 20.

    Ara terbaring lemah di atas brankar, matanya terpejam dengan infus di punggung tangannya. Di sisinya, ada Mars dan Hasbi. Mereka berdua dengan setia menunggu Ara membuka matanya. Do'a terus mereka panjatkan, agar Ara segera sadar. Beberapa menit kemudian, kelopak mata Ara mulai bergerak dan membuka. Hasbi dan Mars yang melihat hal itu tentu saja sangat senang. Keduanya berlomba-lomba bertanya apa yang dirasakan oleh Ara."Minum," lirih Ara. Dengan cepat, Mars mengambil gelas yang sudah disediakan di atas nakas kepada Ara."Sebaiknya, kamu berbaring dulu. Sebentar lagi Dokter akan datang untuk memeriksamu," ucap Mars. Sedangkan, Ara hanya mengangguk dan menuruti apa yang diperintahkan oleh Mars padanya. Benar saja, tak lama dokter datang dengan asistennya yang setia mengekor dibelakangnya. Setelah diperiksa, dokter itu menuliskan resep obat yang harus di tebus. "Keadaannya sudah cukup baik. Namun, harus melakukan perawatan inap, agar kondisinya terus terkontrol oleh kami," ucap Dokt

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 19.

    Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tidak terasa, kehamilan Ara menginjak umur 4 bulan. Selama 4 bulan itu, hubungan Ara dan Hasbi masih saja dingin. Walaupun Hasbi mencoba memperbaiki semuanya. Tetapi, Ara terus menjaga jarak diantara mereka. Seperti saat ini, Hasbi kukuh ingin mengantar Ara untuk melihat perkembangan bayinya. Namun, Ara menolak dengan alasan pasti akan mengantri lama di sana. Mau tidak mau, Hasbi tidak jadi mengantarkan Ara, dan memutuskan untuk pergi ke kantor. Sesampainya di kantor, tiba-tiba saja perasaan Hasbi tidak enak. Entah karena apa, yang jelas perasaannya benar-benar tidak enak sekali. Dia mencoba fokus dengan berkas-berkas di hadapannya itu. Namun, tetap saja tidak bisa. Karena terlanjur tidak fokus, Hasbi akhirnya memutuskan untuk menghubungi Ara. Karena, sejak tadi hatinya ingat terus pada AraPanggilan pertama, Ara menolaknya. Hingga panggilan ke 3, akhirnya Ara mengangkat teleponnya. "Ada apa?" tanya Ara dengan nada ketus seperti biasa.

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 18.

    Sudah satu minggu semenjak Hasbi kembali dari Indonesia, Ara terus mendiamkannya. Hal itu tentu membuat Hasbi frustasi dan juga bingung, karena dia merasa dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Ara, Hasbi, dan Mars kini sedang makan malam bersama. Tidak ada percakapan diantara mereka bertiga, semuanya fokus makan. Hingga akhirnya, Hasbi membuka percakapan terlebih dulu. "Ara," panggilnya pada sang istri. Namun, Ara tidak bereaksi apa-apa, seolah panggilan Hasbi tadi hanya angin berlalu. Hasbi menghela nafasnya, karena lagi-lagi Ara mengabaikannya. Tidak ingin merusak suasana makan malam yang tentram, Hasbi memilih untuk diam dan menunda ucapan yang ingin dia ucapkan tadi. 10 menit kemudian, mereka selesai menghabiskan makan malamnya. Mars lebih dulu pergi dari meja makan, karena dia sedang ada pekerjaan. Kini di meja makan, hanya tersisa Hasbi dan Ara. Baru saja Ara berdiri, Hasbi segera mencekal tangan istrinya itu agar tidak pergi. "Lepas!" ucap Ara dengan nada dingin, ia bah

  • Pria yang Pernah Menghancurkanku   Part 17

    "Angel, ayo." Panggilan itu, membuat Angel menoleh lalu mengangguk dan mengikuti langkah kaki Nick. Ya, mereka adalah Angel dan Nick, keduanya sedang berlibur di LA. Namun, liburan kali ini Nick dibuat terkejut karena Angel memberitahunya bahwa dirinya sedang hamil. Karena bahagia mendapat kabar itu, Nick mengajak Angel untuk periksa dan melihat apakah baik-baik saja bayi mereka, mengingat mereka bercinta dengan gaya bebas, Nick takut bayinya tidak baik-baik saja. "Kau kenapa?" tanya Nick bingung. Karena sejak tadi Angel diam dan tak mengeluarkan satu kata pun. Mungkinkah, Angel tidak bahagia dengan kabar ini?" tanya Nick dalam hati. "Aku tidak apa-apa," balas Angel tersenyum menutupi rasa gugup yang melandanya.Angel sedang mengkhawatirkan bagaimana kalau Ara memberitahu Hasbi tentang dirinya yang ada di rumah sakit dengan seorang laki-laki, apalagi ia keluar dari ruangan ibu hamil. Angel sangat yakin, bahwa Ara tadi melihatnya dan mengenalinya. Namun, Angel terus berdoa semoga A

DMCA.com Protection Status