Share

3. Cuma Butuh Istirahat

Author: KN_Author
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Ayra pergi ke kota. Dirinya berjalan tak tentu arah di terotoar. Pikirannya berkelana kemana-mana. Ia menyeret tubuh yang serasa lemas. Dengan kupluk jaket yang ia gunakan menutup kepalanya. Tangannya bersembunyi di balik saku jaket.

Jangan tanya apa yang mau ia lakukan. Ayra juga tidak tau apa. Harapan dan angan akan segera menikah di pacahkan di waktu yang sangat menyakitkan.

Bisa bernafas dan makan saja masih untung. Ia berjalan-jalan begini menyusuri malam di tengah kota yang ramai ini juga agar tidak gila.

Setidaknya dingin angin malam sedikit banyak mengobati rasa sakit di hatinya.

Tanpa Ayra sadari, ia berjalan kaki terlalu jauh dari keramaian. Ia sampai di taman kota yang lebih sepi dari jalanan tadi.

Alih-alih ingin kembali ke keramaian, rasanya ia lebih tenang bila duduk di kursi taman ini sembari merasakan hembusan angin malam.

Ia membuka handphone, jarinya iseng membuka sosial media. Yang pada akhirnya membuat Ayra menyesal.

Jesikaa.Jes Akhirnya setelah beberapa bulan saling menguatkan, kita jadi yakin bersama adalah pilihan tepat.

Maaf. Kebahagiaan kami membuat kamu sakit. Tapi kami juga berhak bahagia.

Jesika_friends 1 jam

Cocok banget. Kalian berhak bahagia.

Balas

Jesika_friends 2 jam

Dari dulu aku udah feeling kalau kalian berdua lebih cocok. Semoga rumah tangga kalian bahagia.

Balas

Jesika_friends 1 jam

Wah. Selamat buat Jesika dan Ari. Akhirnya kalian bisa bersama. Kalian memang gak seharusnya mengorbankan cinta.

Balas

Jesika_friends 3 jam

Setelah berjuang buat bersama ya. Akhirnya kalian bisa bahagia. Jangan hiraukan yang lama Ari. Yang baru lebih bersinar.

Balas

Ayra menggigit punggung jemarinya. Sebisa mungkin menahan rasa yang ingin meledak dalam hatinya.

Sebuah foto yang penuh dengan senyuman lebar itu, semakin memperdalam luka di hatinya. Kolom komentar yang di penuhi selamat, seolah menempatkan dirinya sebagai orang yang pernah mengganggu dua insan yang sedang tersenyum bahagia itu.

Sebelum kehilangan kendali, Ayra menutup sosial medianya. Ia mematikan daya pada handphonenya.

Ia memejamkan mata sembari bersandar merasakan sentuhan angin di pipinya. Berusaha menenangkan diri, walau di hatinya sedang terjadi kebakaran.

"Eh, ada cewek!? Lagi apa nih? Butuh abang temani?"

Ayra spontan membuka mata. Sekali lihat saja Ayra sudah bisa menyimpulkan dua orang ini preman.

Ia segera berdiri. Berusaha menjauh.

Sialnya lengannya di cengkram.

"Mau kemana manis? Kok buru-buru?"

"Tolong. Jangan ganggu saya," pinta Ayra baik-baik.

Ia menyentak lengannya hingga terlepas. Dirinya cepat menjauh.

Biasanya ada Satpol PP yang berkeliaran di taman ini. Tapi tidak ada satupun dari mereka sekarang.

Ayra baru sadar kalau sekarang bukan malam minggu. Satpol PP itu biasanya di suruh jaga taman karena banyak pengunjung yang rata-rata anak muda pacaran.

Semakin cepat langkahnya, makin cepat juga langkah kedua preman itu.

Ayra makin di buat panik. Dirinya seorang di permainkan karena ejekan dari mulut mereka dan langkah kaki keduanya terasa menakutkan.

"Buru-buru sekali cantik. Tunggu abang. Kamu mau kemana sih?"

"Iya. Abang ketinggalan nih. Kamu jangan takut. Kami cuma mau main-main aja. Duduk bareng kami ke warung ujung sana."

Tawa melecehkan keduanya makin membuat Ayra merinding. Mereka seolah sedang mempermainkan Ayra. Masih jauh dirinya dari keramaian. Hingga tipis kemungkinan ada yang menolong.

Dirinya tak mempedulikan keduanya. Terus berjalan menuju kerumunan orang banyak.

Ayra tersentak dengan teriakan kecil. Tubuhnya di tarik hingga terasa membentur sesuatu.

"Sayang? Aku cari kamu dari tadi."

Ia di buat melongo sejenak saat mengenali dengan jelas siapa yang bicara dengannya ini.

"Abang-abang? Ada urusan apa dengan calon istri saya?"

Kedua preman itu tak menjawab lalu mundur perlahan. Hingga keduanya benar-benar pergi, pelukan di tubuh Ayra terlepas.

"Kamu gak kenapa-napa?" tanyanya.

Ayra menggeleng. "Kamu kok di sini?"

Azri tertawa. "Harusnya aku yang tanya kenapa kamu bisa ada di sini. Sendirian, malam-malam. Inget, kamu masih gadis."

"Aku. . . ," Ayra menghela nafas. "Gak apa-apa. Makasih," katanya.

"Kamu butuh sesuatu?" tanya Azri.

Ayra menggeleng. "Aku permisi."

Ia berjalan meninggalkan Azri menuju keramaian sambil berniat akan pulang dengan memesan ojek.

Hampir saja terjadi hal buruk. Ayra merasa dirinya harus bersyukur. Dan segera pulang agar kejadian ini tidak terulang lagi. Bisa saja dirinya berakhir lebih mengenaskan dari gagal lamaran.

Tapi langkah yang mengikutinya membuat Ayra sontak melihat ke belakang.

"Aku gak bisa biarin kamu pergi sendiri, Ay."

Azri berdiri di belakanganya.

"Gak apa-apa. Aku bakal pesan ojek terus pulang."

"Aku antar, ya?" ajak Azri.

"Gak usah."

Ayra melanjutkan jalannya, namun baru beberapan langkah ia sudah di buat jengkel karena tau Azri masih mengikutinya.

"Gak usah ikuti aku. Aku bisa pulang sendiri," ujar Ayra.

Lelaki itu bukannya membiarkan dirinya pergi, malah semakin merapatkan jarak mereka. Mungkin hanya seperempat meter jarak yang memisahkan mereka.

"Aku punya dua alasan kenapa harus nganterin kamu pulang, Ay." Azri tetap kuekeh. "Sebagai calon suami kamu, aku harus memastikan kamu pulang dengan selamat. Dan sebagai orang terdekat bapak kamu, aku gak bisa biarin kamu pulang sendiri malam-malam gini."

Ayra diam.

"Aku antar ya?" pinta Azri sekali lagi.

Akhirnya mau tak mau Ayra mengikuti keinginan Azri yang hendak mengantarnya. Dirinya sudah terlalu lelah untuk berdebat. Apalagi berdebat dengan Azri yang pada dasarnya sudah keras kepala.

Mereka jalan bersama ke parkiran motor. Tepat di mana motor butut Azri terpakir.

Walaupun motor butut, tampak terawat dengan pajak yang masih hidup dan komponen layak pakai.

Motor yang masih bagus tapi gak bayar pajak sih kalah sama motor butut Azri.

Ayra mencari sesuatu dalam tas selempangnya.

Ia di buat panik karena benda yang di carinya tak ada di sana.

"Kenapa, Ay?" tanya Azri.

"Handphoneku, hilang." Ayra merogoh tasnya dengan panik.

Azri meraih tas selempang itu dan mencarikan untuk Ayra.

Benar. Tak ada handphone di dalamnya.

Ayra semakin panik dengan sudut matanya yang berair.

"Duh. Gimana!? Jangan-jangan ketinggalan di bangku taman tadi," gumamnya dengan nafas tersengal. Seolah Ayra berusaha menahan tangis.

Ayra seolah hendak kembali ke sana namun lengannya di tangan oleh Azri.

"Cek saku jaket kamu," ujarnya.

Ayra sempat terdiam setengah detik lalu merogong saku jaketnya.

Benda itu di sana.

Harusnya Ayra memang bisa menemukan handphonenya karena di saku jaketnya Handphone itu tercetak cukup jelas.

"Udah. Naik," kata Azri membuyarkan lamunan Ayra.

Kenapa dirinya jadi kurang fokus begini. Hatinya juga dengan mudah bisa merasa sedih hingga mengundang air mata.

Di atas motor mereka tak saling berbincang satu sama lain.

Sejujurnya Ayra cukup tau Azri. Lelaki ini biasanya sering di suruh bapak kalau lagi butuh bantuan. Lalu akan di upah oleh Bapak. Setaunya begitu.

Mungkin begitulah pria ini masih bisa hidup walau pengangguran.

Kata orang, Azri sering dikasih makan gratis sama bapak dan istrinya. Makanya gak kerja tetap bisa hidup. Kalau udah sepuh sih gak masalah. Ini masih sehat walafiat. Kalau di kasih kerjaan kasar masih bisa ngerjain.

Dasarnya males aja kali.

Mereka cukup baik kalau berbincang saat Ayra ke rumah bapaknya dulu. Sesungguhnya Ayra tak peduli dengan lelaki ini. Jadi mau kata orang apapun, ia tidak peduli dan tetap akan biasa saja dengan Azri.

Tapi niat bapak yang mau menikahkan dirinya dengan Azri seolah membuat dinding tebal antara mereka.

Ayra jadi canggung bila berdekatan dengan Azri.

"Ini bukan jalan ke rumahku!" pekik Ayra saat sadar jalanannya yang berbeda.

Ia waspada dan panik di saat yang bersamaan.

"Tenang. Ini jalan ke rumah Bapak."

"Tapi kenapa ke rumah Bapak?"

"Istirahat di rumah Bapak. Kamu butuh suasana tenangkan?"

Beberapa saat ia terpaku dengan pertimbangan.

Memang kalau di rumah Bapak tidak akan ada yang mengoceh itu ini. Tapi, kalau ke rumah Bapak ada. . . .

"Ibu tiri kamu sedang tidak ada. Dia di rumah sakit menemani adiknya yang opname."

Seolah bisa membaca ketidak inginan Ayra berjumpa dengan perempuan itu, Azri cukup membuat dirinya tenang.

Mereka sampai di rumah Bapak tak lama setelahnya.

Bapak menyambut dirinya dengan wajah biasa karena tau Ayra akan datang dan pergi sesuka hati ke rumah ini.

Tapi saat melihat Azri yang mengantarnya kemari, beliau terlihat kaget.

"Ayra mau menginap," ujarnya saat bapak seperti akan bertanya.

Beliau mengangguk mempersilahkan Ayra masuk ke kamar.

****

Setidaknya tubuhnya tidak lagi kelelahan. Ayra bangun dengan tubuh yang lebih segar walau hati dan pikirannya masih sekacau di hari batal lamaran.

Ternyata yang dirinya butuhkan memang cuma istirahat lebih lama.

Ia melihat jam di dinding menujukan pukul 9 pagi. Sangat lama sekali ia tidur. Tapi rasanya masih kurang untuk menyembuhkan penat tubuh dan hatinya.

Pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang. Ayra berjalan lalu membuka pintunya.

"Ay? Kamu mau makan apa pagi ini?" tanya orang dihadapannya dengan ceria.

"Aku langsung pulang aja. Gak sarapan," ujar Ayra dengan wajah di tekuk.

Khas dirinya kalau lagi bertemu ibu tirinya ini.

"Ibu belikan nasi bungkus deh ya? Kamu makan dulu."

Ayra menggeleng. Ia menutup pintu lalu mengambil tasnya.

Jujur, ia paling benci kalau istri ayahnya mengisyaratkan diri sebagai ibu.

Ia tak suka berlama-lama melihat orang itu. Dirinya bersiap pulang.

"Azri akan antar kamu pulang, Ay." Bapak menahan Ayra yang mau keluar.

"Gak usah. Ayra bisa pulang sendiri."

"Bapak mau kamu pulang dengan Azri."

"Pak. Sekali aja. Aku cuma mau sendiri."

"Udah, Mas. Jangan di debat."

Ayra memutar bola matanya malas melihat ibu tirinya itu.

Dasar pelakor!

Di mana-mana pelakor sama saja!

Ayra pergi meninggalkan rumah dengan perasaan kesalnya.

Baru saja keluar rumah, ia sudah melihat Azri dengan muka bantalnya memanaskan motornya itu.

"Pulang sekarang?" tanyanya.

Ayra tak mau menjawab. Ia melengos pergi.

Rumah Azri berada di samping rumah bapak. Katanya sih rumah itu rumah bapak yang di sewakan pada Azri. Bayarnya ya gitu. Pakai kasian. Makanya di kasih rumah sama bapak cuma-cuma karena kasian.

"Langsung ke rumah atau mau mampir dulu?"

Azri di atas motornya menghentikan langkah Ayra.

"Aku mau pulang sendiri," kata Ayra.

"Gak apa-apa aku antar. Aku free kok."

"Pengangguran emang selalu free. Namanya juga pengangguran," kata Ayra terbawa rasa kesal.

Padahal ia selama ini tak pernah mengatai orang seperti Azri. Tapi dirinya sudah kepalang greget dengan lelaki ini.

"Iya. Bagukan aku pengangguran? Jadi bisa nganter kamu."

Ayra ternganga melihat balasan sangat santai dari pria itu. Tidak ada tersinggungnya sama sekali.

"Ya sudah. Naik."

Entah karena sudah lelah berdebat atau kenapa, pokoknya ia naik saja ke motor itu. Padahal niatnya ia mau makan dulu di jalan nanti.

Tapi kalau ngomong sama Azri kalau dirinya mau singgah ke warung, nanti malah harus bayarin dia. Buang-buang uang aja.

Lagian gak heran kalau Azri pengangguran. Jam segaini baru bangun. Kalau ia bangun jam 9 itu karena sedang di landa gundah gulana. Biasanya sebelum jam 5 subuh ia sudah bangun kok.

Seperti kemarin, mereka tak ngobrol sama sekali. Lagian mau ngobrolin apa. Ayra tak mampu berbasa basi. Tenaganya cepat habis.

Setelah sampai di rumah, ia mengeluarkan selembar uang 20 ribuan.

"Buat ganti ongkos bensin," Kata Ayra pada Azri.

Tanpa berfikir panjang laki-laki itu menyambutnya.

Ayra memutar bola mata. Namun tangannya di tahan oleh Azri

Uang 20 ribu berubah jadi 100 ribu.

"Buat beli seblak." katanya lalu tertawa kecil dan pergi.

Related chapters

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   4. Non-Pengertian

    "Kamu izin dulu aja kerjanya hari ini, Ay."Ayra yang sedang mempelajari bahan ajar untuk anak yang akan ia ajari hari ini, mengerut kening heran.Ia bekerja sebagai guru bimbel. Jadi tiap harinya bisa dapat dapat murid yang berbeda-beda. Tergantung jadwal dan pelajaran murid yang cocok dengan keahliannya."Gak bisa gitu, Bu. Aku harus banget kerja hari ini.""Alah. Kamu kerja kayak gitu berapa sih gajinya. Sebulan paling sejuta dua juta. Suaminya Alia mau datang hari ini sama temennya yang sama-sama kerja jadi supir di perusahaan tambang batu bara.""Terus apa masalahnya sama aku?""Ya ampun. Dia mau ngenalin temennya itu. Siapa tau kamu sama dia bisa kenal terus nikah. Lumayan, Ay. Biar kamu bisa hidup enak kayak Alia.""Apa sih, Bu!" Ayra sudah kepalang kesal. Tidak Bapak, tidak Ibu, sama-sama gak ngerti anaknya lagi patah hati. Ia maunya di support, di mengerti sama seluruh keluarganya biar bisa cepat move on dari masalah ini. Biar bisa hodup normal dan kembali ceria kayak dulu.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   5. Keluarkan Saja

    Bersikap ramah dan frandly saat pikiran kacau itu perlu bakat dan ketahanan mental yang kuat. Apalagi pada anak-anak TK yang baru belajar membaca.Banyak drama yang perlu di sikapi dengan hati yang lapang. Jujur membuat kepalanya berputar tujuh keliling. Harus tetap ramah dan tegas dalam satu waktu. Pun juga ia harus membuat suasana kelas nyaman tapi si murid harus belajar dengan baik tapi tak boleh tertekan.Tugas guru bimbel itu berat. Tapi gajinya kadang kalah dari gaji para PNS guru yang kerjanya kadang gak becus tapi gajinya besar.Ini gak mencakup semuanya ya. Cuma beberapa yang kadang udah tua tapi skillnya gak terupgrad. Biasanya nyalain LCD buat belajar di kelas aja rempong.Jangan bahas soal kalau ada acara. Para guru PNS lebih banyak diam dan melihat aja.Malah para guru honerer yang banyak di kembani tugas tapi gajinya, sama kayak relawan. Kerjaannya banyak, gak sesuai gajinya.Memang sih Ayra bukan guru honorer. Sejak lulus kuliah ia bekerja di bimbel. Jadi pengajar yang

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   6. Dilamar

    Pagi hari. Saat semua orang baru saja bangun. Sebuah mobil datang yang tentunya orang rumah tau itu mobil bapak Rahman.Dengan Azri yang menyupirnya. Lelaki itu keluar bersama bapak Rahman.Membawa sebuah kotak hitam. Dari pakaian mereka, tampak lebih rapi.Bahkan Azri yang biasanya tidak penampilan seperti orang tidak pernah mandi saja kelihatan lebih baik sekarang ini."Ayra. Bapak dan Azri datang untuk membicarakan yang kemarin."Bapak kali ini tampak lebih serius. Bahkan tak peduli kalau mantan istrinya tak setuju sekalipun."Mau apa lagi sih kau bawa jongosmu? Aku bilang anakku tidak akan menjadi istri dari pengangguran satu itu!" Ibu Riri langsung membalas dengan kalimat telak."Dengar dulu, Bu. Saya harap di beri kesempatan untuk bicara. Setidaknya kasih kesempatan saya masuk."Ibu Riri mendengus sambil masuk.Daster dengan ketiak bolong yang sejak tadi malam di kenakan beliau menunjukkan kalau beliau baru bangun tidur.Sejujurnya sangat tidak relevan bertamu sepagi ini. Baru j

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   7. Masalah Lagi

    "Bapak baik-baik aja?"Azri panik di tambah istri bapak Rahman yang lebih panik lagi darinya.Napas tak teratur bapak Rahman seolah sedang sakaratul maut membuat istrunya seolah tidak siap untuk kehilangan. Sementara Azri yang sejak tadi di penuhi pikiran tentang Ayra yang batal menikah, ikutan panik hingga bingung harus bagaimana.Bapak tampak tidak baik-baik saja sejak kembali. Usai mengantar Ayra perkara lamaran yang kacau, mereka kembali pulang.Tentunya dengan perasaan marah dan kecewa pada orang yang telah mempermainkan Ayra.Tadi istri Bapak Rahman menggedor pintu rumahnya karena keadaan bapak Rahman yang tiba-tiba setengah sadar."Minum dulu, Pak." Azri membawa teh hangat dari dapur karena istri Bapak Rahman tampak tidak bisa bergerak melihat suaminya yang seperti orang sekarat.Konon katanya teh hangat obat segala penyakit.Tapi penyakit suka ngutang dan suka susah bayar tuh gak bisa di

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   8. Ada yang Mencurigakan

    "Maaf. Aku belum bersihkan rumah."Azri tampak tidak enak saat Ayra akan memasuki rumahnya. Rumah yang tidak bisa lagi di bilang berantakan. Ini sih lebih parah dari kandang kambing."Ya. Rumah bujangan," balas Ayra.Kalau Ayra sih juga bukan orang yang bersih. tapi kalau sekotor ini, apa bisa di bilang habis di huni manusia."Aku sibuk sekali beberapa waktu ini. Jadinya tidak sempat membersihkan rumah."Yang benar saja. "Sibuk apa?" tanya Ayra sambil memunguti sampah kulit bekas snack."Sibuk. . . ."Kurang ngenes apa hidup Ayra. Sudah di selingkuhi, di tikung sahabat sendiri, lalu harus menikah dengan Azri karena ibunya.Cuma perkara tidak jadi dapat uang 200 juta, ibunya sampai stroke. Ini lagi lebih parah. Baru menikah bukannya senang-senang malah harus bersih-bersih rumah."Sibuk apa?" tanya Ayra yang sejak tadi menunggu jawaban Azri.Menerima menikah dengan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   9. Halunya Azri

    Ayra memperhatikan gerak gerik Azri. Setelah sarapan, lelaki itu duduk di teras dengan dengan sebungkus rokok. Dari ruang tamu, ia melihat kepulan asap yang dihasilkan oleh batang-batang rokok itu.Ia mulai membayangkan hal yang kemungkinan terjadi sekarang.Tentang ibu tirinya dan Azri.Lelaki itu bahkan tidak bekerja. Dari mana dapat uang untuk beli rokok. Sudah pasti dari ibu tirinya itu bukan?Sejujurnya Ayra tidak merasa perlu mencurigai keduanya jikalau perasaan Bapaknya tidak dipertaruhkan.Bahkan Ayra tidak peduli kalau lelaki pengangguran yang berstatus suaminya ini mau selingkuh atau bagaimanapun. Tidak ada gunanya juga.Dari sekian banyak kemungkinan yang muncul di otaknya, Ayra yakin ibu tirinya sedang berusaha memoroti uang bapaknya. Bisa saja suatu hari nanti Azri dan ibu tirinya pergi membawa semua harta bapaknya.Dan sebelum itu terlambat, ia harus menyelamatkan harta bapaknya dan memastikan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   10. Hubungan Suami dan Ibu Tiri

    Ayra menatap Azri dengan kilat kemarahan."Oh, jadi kalian mau nyewa rumah depan itu ya?" tanya Azri dengan senyum terpaksa.Sembari ia menatap tatapan Ayra yang menghunus dirinya.Kalau itu sudah di luar prediksi BMKG. Azri awalnya hanya mau Ayra tampak berkelas dan terhormat depan sahabat dan mantan calon suaminya."Semoga kita bisa jadi tetangga yang baik ya, Ay," ujar Jesika girang.'Semoga saja kalian ditemui mbak kunti penjaga rumah depan itu. Jadi kalian tidak betah dan pergi.' Ayra membatin.Mereka tinggal di tempat yang lumayan jauh dari kehidupan Ayra saja, ia sudah ngeri dengan ucapan Azri. Apalagi kalau sudah jadi tetangga. Apa gak kecium duluan bangkai rumah tangganya ini?Usai keduanya pergi, Ayra mematung di sofa. Pandangannya lurus dengan nafas yang tipis."Belum matikan, Ay?""Udah pulangkan mereka?""Iya. Udah di luar.""Udah jauh?"Az

    Last Updated : 2024-10-29
  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   11. Berdamai dengan Keadaan

    "Udah semua barangnya, Nak?""Udah kayaknya, Ma."Ibu Muthiya, atau ibunya Ari ikut membantu pindahan anak menantunya."Posisi ruang tamunya jangan kayak gitu. Kayak gini dong biar kelihatan lebih bagus."Mungkin lebih tepatnya ikut mengatur."Kayaknya udah bagus deh gini, Ma," balas Jesika."Ck! Jangan gitu. Nanti kurang enak kalau ada tamu."Bu Muthiya tetap kuekeh ingin mengubah posisi sofa dan letak telivisi."Mas. Tapi aku maunya gitu," keluh Jesika."Ikutin aja apa kata mama, Jes. Jangan di bantah. Mama cuma mau kasih yang terbaik aja," balas Ari.Ia meninggalkan Jesika ke mamanya yang tampak kesulitan mengubah posisi sofa yang beliau inginkan.Sementara itu Jesika yang sejak tadi merasa semua yang di lakukannya pasti salah, hanya bisa menghela nafas lalu ikut seperti apa kata mertuanya."Kok kalian pindahnya ke sini sih. Kan lumayan jauh kalau dari rumah mama. Padahal mama udah kasih rekomendasi kalian tinggal di komplek dekat perumahan kita aja." Bu Muthiya mendumal.Rumah yan

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   53. EXTRA PART 2

    "Ayra di dalam." Yang menunggunya ternyata bos dari istrinya. Baru saja ia menaiki lorong, Bu Adelia sudah menunggunya di depan kamar rawat.Azri segera masuk ke dalam."Dia masih belum sadar sampai sekarang," ucap Adelia saat Azri terpaku melihat istrinya terbaring di atas bangsal rumah sakit.Azri merengkuh tubuh Ayra tak kuasa menahan rasa yang bergejolak dalam dirinya melihat sang istri di sini. Atas alasan apa dan kejadian apa yang menimpa istrinya."Tenang. Dia baik-baik saja. Dokter bilang dia cuma kecapean. Tapi Doktar bilang ingin bertemu denganmu. Katanya ada yang mau di sampaikan.""Ayra kenapa? Dia. . . ." Suara Azri tercekat hendak menanyakan apa yang membuat istrinya sampai berakhir di rumah sakit."Handphone Ayra kehabisan batrai. Jadi kami tidak bisa langsung menghubungimu.""Apa yang terjadi dengan Ayra?""Ayra pingsan saat bersama Fandi. Dia menggunakan handphone adm

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   52. EXTRA PART 1

    Sejak selesai acara resepsi beberapa bulan lalu, Azri dan Ayra memutuskan tinggal di apartement. Tidak lagi tinggal di kampung di rumah bapak Rahman.Apartement yang mereka tinggali pula, bukan tempat tinggal Azri yang dulu.Rupanya sebelum acara resepsi Azri membeli apartement baru dan menjual yang lama. Pokoknya Azri kali ini benar-benar mempersiapkan kehidupan mereka ke depannya dengan jauh lebih baik.Sudah hampir 5 bulanan lebih mereka tinggal di sini."Malam ini jadi nginap di rumah bapak dan kak Ambar, kan?" Azri keluar dari ruang kerjanya dengan earphone di lehernya. Tampak wajah lelah pria itu karena bekerja hampir semalaman."Iya. Aku sudah siapkan barang kita."Ayra masih sibuk masak untuk makan siang mereka. Dirinya menyempatkan diri masak dulu sebelum berangkat kerja.Tak lupa ia juga menyiapkan masakan untuk di bawa nanti malam. Sedikit cemilan buat bapaknya dan kak Ambar. Jadi tak

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   51. ENDING

    Jesika duduk menunduk di sebuah taman yang cukup sepi. Ia mengenakan masker wajah, dan kacamata menutupi wajahnya. Topi lebar juga ia kenakan agar tidak dikenali.Dengan memegang sebuah undangan pernikahan, senyum dua insan yang tampak berbahagia dalam undangan itu membuat hatinya perih.Kejadian saat dirinya melawan suami dan mertuanya berbuah bahkan sampai pembicaraan perceraian. Batin Jesika tak henti-hentinya merasa nyeri dengan hal yang menimpanya.Segala bentuk kebahagiaan yang Jesika bayangkan setelah menikah dengan Ari, hanya tinggal bayangan. Bahkan tak pernah ada kebahagiaan yang nyata untuknya.Sekarang, hidupnya hancur sehancur-hancurnya. Berita perselingkuhan Jesika dan atasannya di bongkar istri Jacob. Bahkan istri atasannya yang notabenenya adalah seorang model, menyewa infotement gosib untuk mempermalukannya.Wajahnya terpampang di portal-portal gosib sebagai pelakor yang sudah tidur dengan suaminya.T

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   50. Akhir Yang di Dapatkan

    Ayra tak menyangka Azri bisa menemukan nama teman-teman sekolahnya. Bahkan teman-teman dekat masa kuliahnya. Ibu kostnya dulu, bahkan sampai orang-orang yang pernah berkenalan dengannya sesama penganjar bimbel. Semua ada dalam daftar list tamu undangan. Segelas es susu coklat tersaji di hadapannya. Lalu Azri yang duduk di kursi dengan wajah lelah. "Ada lagi yang mau di masukan dalam list?" tanya Azri lalu menguap. Undangan belum di sebar karena Ayra mau memeriksa list undangannya dulu. "Sudah cukup kok." Azri mengangguk kecil. Ia menghubungi tim WO dengan handphonenya. Detail kecil seperti menyebar undangan pun Azri gunakan tim WO nya. Walau harus bayar lebih, tapi pekerjaan jadi lebih mudah. "Kamu mau tidur aja gak? Kayaknya ngantuk," kata Ayra. "Enggaklah. Aku mau nemenin kamu coba gaunnya." Mereka menunggu di sebuah tempat perancang busana pernikahan. Padahal sepertinya Azri butuh istirahat.

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   49. Kejadian Gila Tadi Malam

    Azri berjalan dengan langkah lemas. Hampir semalaman ia tak tidur mencari Ayra yang pergi setelah kejadian gila tadi malam.Saat maghrib menjelang, Ayra menghubunginya jika akan pulang terlambat karena ada urusan di bimbelnya. Hingga isya, Ayra tak kunjung pulang membuatnya khawatir, tapi Azri mencoba berpikir positif dengan terus menyelesaikan pekerjaannya.Namun gedoran pintu membuat Azri seketika menghentikan pekerjaannya. Ia membuka layar monitor yang menunjukkan CCTV di pintu depan.Dirinya tentu kaget melihat Lisa yang menggedor pintu rumahnya. Dan yang lebih mengagetkan lagi, perempuan itu hanya mengenakan sarung untuk menutupi tubuhnya."Mas! Tolong buka pintunya!" teriakan bercampur tangisan itu membuatnya berjalan ke depan untuk tau apa yang terjadi pada Lisa.Sedetik setelah pintu terbuka, Lisa memeluk Azri erat."Tolong aku, Mas. Aku mau di bunuh." Lisa meraung sambil memeluk Azri erat."Di bunu

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   48. Cari Perhatian Suami

    "Kak ambar baik-baik ajakan?"Ayra menghampiri Ambar yang terkulai lemas habis mual-mual."Kakak gak apa-apa, Ay. Cuma reaksi hamil ya gini. Suka muntah-muntah."Rasa cemas Ayra berkali lipat setelah kejadian ibunya. Ia takut Kak Ambar kenapa-napa, dan Azri akan sangat murka nantinya.Apalagi mengingat sudah berkali-kali kak Ambar keguguran."Aku udah gak apa-apa, Ay. Setelah melihat Azri sekarang bahagia, aku sudah berhasil melupakan masalalu yang sangat menyedihkan itu. Terlepas, meski kadang ingat, tapi aku tidak apa-apa. Dia juga sepertinya kuat di dalam sana."Ambar mengusap perutnya yang sudah mulai berbentuk."Syukurlah, Kak. Aku gak kebayang akan sesedih apa Azri dan bapak kalau sampai kakak kenapa-napa.""Gak, Ay. Kakak gak kenapa-napa."Ayra mengangguk, lalu menundukkan wajahnya dengan bibir tertutup. Raut wajahnya menimbulkan penasaran Ambar."Tapi muka kamu kenap

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   47. Putri Yang Tak Pernah diakui

    Mereka pergi ke dapur untuk bicara berdua. Namun baru saja Ayra duduk di kursi meja makan, Azri sudah memotong sebelum bibirnya mengucapkan apapun."Gak bisa Ay. Maaf. Aku gak bisa bagaimanapun bujuk rayumu."Bahkan belum Ayra bicara apa-apa. Azri sudah mengklaim keputusannya.Walau begitu, Ayra menangkap ekspresi tidak enak di wajah Azri."Jadi ibuku harus tetap pergikan?" tanya Ayra.Azri mendekatkan wajahnya, ia menghela nafas pelan."Maaf. Tapi aku gak mau Kak Ambar jadi sakit karena kejadian hari ini. Kau orang berharga dalam hidupku, Ay. Begitupun kak Ambar."Ia tau saat ini Azri sedang merasa sangat serba salah.Ayra mengangguk. "Kalau gitu, tolong siapkan tempat tinggal untuk ibu."Azri tercenung seolah tak menyangka itu yang keluar dari mulut Ayra.Ia pikir akan berdebat panjang karena persoalan ini."Ibu tidak pernah mencintai Bapak. Bahkan sampai saat ini. Ta

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   46. Serba Salah

    Ayra masuk ke kamar, dari ambang pintu dirinya menyaksikan sang ibu menangis."Bu. Ibu kenapa?" tanya Ayra.Ia duduk di pinggir ranjang tak jauh dari ibunya yang duduk di lantai sambil menangis."Ibu gak tau kenapa bisa sehancur ini, Ayra!" Di usap Ayra pelan punggung ibunya. "Udahlah, Bu. Gak usah di inget lagi. Ikhlasin aja.""Ibu udah kasih apapun yang ibu punya. Bahkan rasanya gak pernah sedetikpun ibu gak mencintai dia. Tapi dia tetap meninggalkan ibu."Rupanya kesedihan ibunya berupa pada bapak tirinya yang sampai di sini Ayra tau telah pergi dengan perempuan lain."Kenapa ibu bisa menikah dengan dia?" tanya Ayra.Sang ibu tampak menoleh pada Ayra. Untuk beberapa saat terdiam."Ibu memcintainya, Ayra. Ini adalah cinta pertama dan terakhir."Sungguh sulit keluar dari mulut Ayra. Tapi, dirinya hanya ingin apa yang orang-orang katakan padanya selama ini tidak benar.

  • Suami Pengangguran Pilihan Bapak   45. Tingkah Bu Riri

    Bahan di dapur habis, opsi termudah untuk membuat makan siang hari ini hanya dengan pergi ketukang sayur yang biasanya di gerumbuni oleh emak-emak yang nyambi beli sayur sambil ngomongin orang.Ia ingat sekali ibu-ibu itu tampaknya golongan yang tidak mengerti teknologi bahkan tidak paham yang namanya kurir."Kemarin saya liat anak Pak Ridwan di kasih cowok barang.""Anak pak Ridwan si bunga itu?""Iya. Katanya itu barang dari jakarta. Sering banget saya liat cowoknya ke rumah nganter-nganterin barang gitu. Mana pake bajunya selalu sama. Merah gitu. Heran sama anak zaman sekarang."Di jelasin juga gak mau tau apa itu kurir dan kerjaannya emang gitu nganter-nganter barang.Ayra sejujurnya malas sekali ke sana. Tapi masa iya dirinya lagi-lagi tidak masak hanya karena tidak mau mendengarkan omongan orang lain.Lagi pula Bu Retno tak akan ada di tukang sayur. Ada bagusnya juga lumpuhnya bu Retno. Ngurang-nguran

DMCA.com Protection Status