Morgan terpaksa harus menikahi Ayra, siswinya sendiri karena DITUDUH melakukan tindakan tak senonoh. Hal ini membuat keduanya sehingga harus menutupi pernikahan mereka dari orang-orang yang belum mengetahuinya. Lantas, bagaimana kelanjutan kisah keduanya?
Lihat lebih banyakSementara itu di dalam kamar mandi, Morgan membuka shower yang sengaja ia alirkan mengenai sekujur tubuhnya yang panas. Lekuk dada Ayra yang menggiurkan, ternyata cukup membuat pikiran Morgan berantakan sejenak.“Ah ... dia terlalu seksi untuk seukuran anak SMA,” batin Morgan, dengan tangan yang ia sibakkan pada rambutnya yang sudah basah terkena percikan air shower.Sebisa mungkin Morgan menahan dirinya untuk tidak melampiaskan hasratnya.Setelah beberapa saat, Morgan pun keluar dari kamar mandi. Dengan hanya mengenakan handuk yang ia lilitkan pada pinggangnya, Morgan melangkah tanpa ragu.Sejak tadi, Ayra masih saja berpikir macam-macam dengan keadaan yang ada. Karena pikiran itu, ia masih saja berada di dalam selimut yang membungkus sekujur tubuhnya.Mendengar suara pintu kamar mandi yang dibuka, Ayra pun spontan menoleh, sehingga Morgan juga ikut menoleh ke arahnya.“Ah!” teriak Ayra, ketika ia sadar bahwa Morgan berdiri di hadapannya dengan tanpa mengenakan busana.Saking terkeju
Morgan berusaha menghindar dari serangan bantal dan guling yang Ayra lakukan. Namun, ternyata kekuatan Ayra cukup kuat, sehingga ia kewalahan sendiri menghadapinya.“Sudah cukup, Ayra!” ucap Morgan, yang terkena lemparan bantal tersebut.Lemparan kedua masih kena, tetapi Morgan berusaha menahan kesabarannya.“Ayra ....”“Ayra sudah cuk—” Morgan terdiam, karena lemparan keempat yang Ayra lakukan ternyata tepat mengenai wajahnya. “ ... kup,” sambungnya, setelah terkena lemparan tersebut.Ayra memandangnya dengan sinis, saking kesalnya ia dengan apa yang Morgan lakukan padanya. Setelah puas melempari Morgan, kini Ayra kembali menyembunyikan tubuhnya di dalam selimut, menyisakan wajahnya saja.Karena merasa sudah terkena imbasnya, Morgan pun hanya bisa menggelengkan kecil kepalanya sambil menghela napasnya dengan panjang. Karena kejadian ini, ia malah berharap pernikahan ini tidak sampai terjadi.“Kenapa pernikahan ini terjadi, ya? Aku menyesal sekarang,” batin Morgan, yang baru mengawali
Morgan menuju ke arah kamar Ayra. Walau dengan berat hati, ia mencoba membuka pintu dan ternyata tidak terkunci. Hal itu membuatnya bingung, karena Ayra yang tidak mengunci pintu kamarnya setelah melarikan diri tadi.“Aku kira pintunya dikunci,” batin Morgan, yang mulai memasuki kamar Ayra yang bernuansa merah muda.Terlihat banyak sekali pajangan pada dinding, termasuk figura dan beberapa polaroid membentuk gambar hati. Banyak sekali foto kebersamaan Ayra dengan seorang pria, yang sepertinya sangat tidak asing bagi Morgan.Morgan menyipitkan matanya ketika memandangi foto tersebut. “Itu ... bukannya pria yang waktu itu menjemput Ayra di sekolah? Gak nyangka, ternyata mereka pacaran,” batinnya, yang tidak menyangka akan hal itu.Sama sekali tidak terlihat keberadaan Ayra, sampai membuat Morgan semakin penasaran dengan pajangan yang berada di dinding tersebut. Satu per satu polaroid ia pandangi, dengan berbagai gaya foto yang terlihat cukup bagus untuk photo genic.“Ternyata mereka san
Karena mengetahui Morgan yang mencium keningnya, sekujur tubuh Ayra pun bergetar. Ia merasa sangat takut, karena ternyata seperti inilah rasanya ketika Morgan mengecupnya dengan lembut. Sangat berbeda rasanya ketika ia mendapatkan sentuhan dari Ilham.“Dia ... beneran cium gue? Kita udah jadi suami istri sekarang?” batin Ayra dengan mata yang mendelik, masih kaget dengan keadaan mereka saat ini.Tepuk tangan dan sorakan para saksi membuat Morgan menghentikan kecupan lembutnya pada kening Ayra. Ia menatap dalam Ayra, sampai membuat Ayra berbinar karena apa yang ia lakukan.Ayra paham, tatapan Morgan seakan meminta izin padanya untuk mencium bibirnya. Namun, Morgan juga paham bahwa Ayra mungkin saja tidak akan mengizinkannya untuk melakukannya. Semua itu berlangsung cukup lama, sampai membuat pendeta berdeham karenanya.“Kalian boleh saling mencium, kok!” goda Ayah Ayra, membuat wajah keduanya seketika memerah karena malu.Karena sudah mendapatkan persetujuan dari Ayah Ayra, Morgan pun
Jantungnya seketika berdetak dengan kencang, karena merasa sangat tidak percaya dengan keadaan ini.“Harusnya aku yang memersiapkan semuanya,” batin Morgan tak percaya, karena ternyata ia sudah lebih dulu melihat dekorasi pesta yang indah ini.Sayang sekali, ia harus menikah dengan orang yang tidak ia sukai. Terlebih lagi pernikahan ini karena terpaksa, dan juga karena sebuah insiden yang tidak menyenangkan. Morgan semakin bingung, karena ternyata ia benar-benar dihadapkan dengan keadaan seperti ini.“Aku ... benar-benar akan menikahi Ayra?” batin Morgan, yang masih tidak percaya dengan keadaan ini.Tak hanya Morgan, bahkan Ayra pun tidak menyangka jika kedua orang tuanya akan merancang semua ini sedemikian rupa. Ia tidak mengira, bahwa semuanya akan jadi semewah ini.“Apa-apaan ini? Kenapa Mama Papa malah bikin pesta pernikahan meriah gini, sih? Mewah banget, buat ukuran gue yang sama sekali gak mau pernikahan ini terjadi!” gerutu Ayra dalam hati, tak terima dengan semua ini.“Kalian
Ayra mendelik, karena ia merasa Morgan sudah melakukan hal yang tidak perlu ia lakukan. Hal itu membuatnya menjerit, karena Morgan benar-benar melakukannya. “Pak Morgan, turunin saya!” teriak Ayra, tetapi Morgan sama sekali tidak menghiraukannya. Kini Morgan berhasil menggendong Ayra di dadanya. Pandangan mereka saling bertemu satu sama lain, membuat keduanya terpaku untuk sejenak. Ayra merasa sangat malu, sehingga membuat wajahnya memerah tanpa ia sadari. “Saya ‘kan udah bilang, saya masih mampu gendong kamu! Gak ada rasa berat sama sekali, tubuh kamu kayak kapas! Lagian saya masih muda, masih 25 tahun! Saya masih sanggup gendong kamu!” gerutu Morgan, yang hanya bisa menyombongkan dirinya di hadapan Ayra. Menyadari wajah Ayra yang memerah, Morgan pun juga merasa demikian. Ia merasa malu, dan segera menuruni Ayra dari gendongannya. Kini mereka sama-sama merasa salah tingkah, dengan Morgan yang tidak ingin menatap wajah Ayra. Hal itu membuat Ayra merasa sangat gugup, dan ia juga e
"Ya, setidaknya saya gak dicap penjahat oleh orang lain. Biarlah saya dicap penjahat oleh orang tua kamu, tapi setidaknya saya mau bertanggung jawab menikahi kamu. Ya ... walaupun saya gak mengakui kalau saya melakukan itu sama kamu sih!" sahut Morgan, membuat Ayra kesal mendengarnya. Saking kesalnya, Ayra merasa sangat bingung harus melakukan apa. Ia hanya bisa menahan diri untuk tidak memukul Morgan, padahal hatinya sangat ingin memukul Morgan sekeras mungkin. "Saya akui tekad kamu," ujar seseorang dari arah belakang Morgan, sontak membuat Morgan berbalik ke arahnya. Betapa terkejutnya Morgan, ketika melihat kedua orang tua Ayra yang berada di belakangnya. Ayra juga terkejut, karena ternyata sejak tadi perbincangan mereka terdengar orang tuanya. "Mama, Papa! Sejak kapan ada di sini?" tanya Ayra tak percaya. Morgan mendelik kaget. "Pak Darmawan, Bu Viona." "Sejak tadi Papa sudah mendengar seluruh percakapan kalian. Papa dan Mama sengaja datang lagi ke sekolah, karena ini sudah
Ilham mengusap rambut Ayra dengan lembut. "Aku bukan gak perjuangin kamu, Ayra. Aku cuma belum bisa melakukan apa-apa untuk saat ini." Ayra merasa kesal mendengarnya. "Sama aja kamu gak perjuangin aku!" bentaknya, sembari membuang pandangannya dari Ilham. "Sayang ... aku janji, kok! Aku pasti akan ngelamar kamu nanti, di saat yang tepat. Aku lagi berusaha untuk dapetin beberapa proyek, untuk kasih kamu pesta pernikahan termewah. Aku janji itu," ujar Ilham, berusaha untuk merayu Ayra. Karena dirinya yang sudah sangat mencintai Ilham, Ayra hanya bisa diam. Ilham merengkuhnya, sembuat Ayra menyandarkan kepalanya di dada Ilham. "Kamu percaya sama aku, ya?" ujar Ilham, tetapi Ayra sama sekali tidak merespon apa pun padanya. *** Setelah seharian mencari bukti dan saksi, baik Morgan ataupun Ayra, mereka sama sekali tidak mendapatkannya. Hari ini adalah penentuan bagi mereka, tentang permasalahan mereka dengan kedua orang tua Ayra. Karena Morgan tidak bisa mendapatkan bukti apa pun, i
Di sela memikirkan perasaannya terhadap Clara, Morgan tiba-tiba saja memikirkan Ayra. Perasaannya tidak enak, tetapi ia tidak tahu apa yang terjadi dengan Ayra. "Dia cuma murid baru. Saya juga belum terlalu kenal sama dia, tapi kenapa pikiran saya dipenuhi dengan dia saat ini? Saya juga gak melakukan apa pun yang merugikan dia. kKenapa saya bisa merasa bersalah sama dia, sih?" gumam Morgan, yang merasa sangat kesal dengan dirinya sendiri. "Morgan ... kamu udah selesai mandi belum?" tanya Clara dari arah depan pintu kamar Morgan. Mrgan tersadar, dan akhirnya ia pun bangkit untuk menghampiri Clara di sana yang sudah menunggunya. Setelah Morgan sampai di sana, Clara pun tersenyum dengan sangat bahagia. Akhirnya ia bisa melakukan kebersamaan kembali dengan Morgan. Kebersamaan yang sempat hilang, kini kembali lagi. "Akhirnya kamu udah selesai mandi. Ayo kita makan! Aku udah nggak sabar mau makan bareng kamu!" Tidak ada jawaban dari Morgan. Ia hanya bisa mengikuti apa yang Clara ingi
"Bagaimana bisa terjadi hal yang memalukan seperti ini, hah? Seorang guru, tapi tidak berpendidikan! Berkelakuan layaknya binatang!" bentak Darmawan, Ayah dari gadis bernama Ayra. Suasana di ruang pertemuan sekolah ini sangatlah mencekam. Kedua orang tua Ayra tidak terima dengan perlakuan tak senonoh seorang guru, yang bertugas di sekolah tempat Ayra menimba ilmu. Sudah ada kepala sekolah, wakil kepala sekolah, kedua orang tua Ayra, Morgan dan juga Ayra di sana. Mereka mengadili perilaku Morgan yang tak senonoh, yang dilakukan terhadap putri mereka. Morgan memandang bingung ke arah mereka, karena kejadian ini tidak seperti yang mereka pikirkan. "Maaf Tuan Darmawan, kejadian ini bukan seperti yang Anda pikirkan. Ini semua murni kesalahpahaman saja," ujar Morgan, yang berusaha berkilah di hadapan mereka. "Alah, mana ada maling yang mengaku mencuri?" sambar Ibu Viona, yang tak lain adalah Ibu dari Ayra. Melihat suasana yang sangat menegangkan, kepala dan juga wakil kepala sekolah b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen