Hidup Gayatri yang seharusnya menjadi menantu malah berubah menjadi pembantu. Rumah yang sudah diwariskan untuk suaminya kini diambil kembali oleh mertuanya. Gayatri sudah tidak tahan dengan perlakuan mertua dan para iparnya. Melihat Gayatri yang hidup menderita, temannya berencana untuk membantu Gayatri kabur. Apakah rencana tersebut akan berhasil? Dan jika Gayatri kabur dari rumah apakah kebenaran akan suaminya yang menghilang akan terkuak?
Lihat lebih banyak"Minum dulu, Tri." Asti memberikan air hangat untuk Gayatri dan kedua anaknya.Gayatri baru saja sampai di Pelabuhan Merak setelah beberapa jam mengarungi lautan dari Pelabuhan Bakauheuni.Ya, benar, Gayatri sekarang berada di Pulau Jawa, ia tidak benar-benar pergi ke Batam sesuai apa yang dikatakan Alin pada keluarga Bu Nining dan para warga.Pelarian Gayatri ini dibantu oleh ketiga sahabatnya yang berada di Lampung, keluarga Bu Uri, Pak RT dan beberapa warga yang lain. Gayatri kabur dari rumah tepat pukul satu malam saat ibu mertuanya dan adik iparnya sedang tidur pulas. Sengaja Gayatri memilih waktu tersebut karena memang Gayatri sudah terbiasa bangun tengah malam, jadi kalau Bu Nining terbangun ia tidak akan curiga kalau menantunya itu sebenarnya sedang melarikan diri.Gayatri pergi menggunakan mobil pickup milik Bu Uri, sekalian Bu Uri mengantarkan sayuran ke pasar subuh. Perjalanan yang sangat menegangkan bagi Gayatri itu sekarang sudah selesai. Ia bisa bernapas lega dan hatinya
Sampai pukul tujuh pagi Gayatri dan kedua anaknya tidak kunjung datang juga ke rumah. Bu Nining sudah tidak enak duduk, tidak enak makan dan sebagainya. Ia terus saja mondar-mandir dan sesekali berdecak kesal, kepalanya terus menoleh ke arah jalan, siapa tahu nanti begitu Gayatri muncul, ia akan langsung memborbardir Gayatri dengan amukan yang meledak-ledak.Setengah jam kemudian, ada sebuah mobil pickup berwarna hitam yang sering digunakan untuk mengangkut hewan ternak berhenti di depan rumah Gayatri.Bu Nining mengerutkan keningnya kemudian menghampiri sopir dan seorang yang duduk di kursi penumpang."Lho, juragan Iwan. Mau ke mana?" tanya Bu Nining."Ini saya mau mengambil ternak milik Gayatri, Bu.""Ternak? Ternak apa?" Bu Nining terheran-heran."Kambing milik Gayatri. Kemarin lusa Gayatri menjual semua kambingnya ke saya. Dan hari ini saya mau mengambil semuanya termasuk ayam-ayam yang Gayatri pelihara.""Mengambil? Gayatri menjual kambing? Kok saya gak tahu? Juragan Iwan jangan
Darsa sudah melaksanakan pertunangan dengan anak Pak RW, tanggal pernikahan mereka juga sudah direncanakan dan kabar tersebut sekarang menjadi topik perbincangan hangat di antara para warga desa. Termasuk Bu Nining, dengan kesal ia membicarakan dua sejoli itu. Bahkan sampai saat ini Bu Nining selalu saja menyalahkan Gayatri atas gagalnya rencana mengenalkan Damilah pada Darsa.Pernah waktu kemarin saat kabar Darsa berpacaran dengan anaknya Pak RW, Bu Nining menyalahkan Gayatri dan memaki menantunya itu. Bu Nining juga sempat main tangan dan mulutnya berkata kasar saking emosinya. Ia juga selalu menyuarakan untuk Gayatri hengkang dari rumahnya. Ralat, ini sebenarnya rumah milik Hendar. Sertifikat dan SPPT juga atas nama Hendar. Meskipun ini adalah tanah warisan, tetapi biaya pembangunan rumah semuanya atas jerih payah Hendar dan Gayatri. Dan sekarang, Bu Nining merasa tidak ikhlas saat tanah warisannya itu diambil alih oleh Gayatri, istri sah dari anaknya. Karena memang Gayatri-lah yan
Gayatri mengelap keringatnya yang bercucuran karena hari ini cuacanya cukup panas. Beberapa kali juga Gayatri beristirahat di pinggir jalan saking tidak kuat membawa karung berisi rumput. Apalagi Gayatri dari pagi belum makan karena baru saja selesai membereskan rumah ia sudah dimarahi karena belum juga pergi ke sawah untuk mencari rumput. Gayatri mengganjal perutnya hanya dengan air minum dan buah pepaya matang yang entah punya siapa ia langsung mengambilnya dari pohon tanpa meminta izin terlebih dahulu. Kemudian saat sedang ngaso dan bertemu dengan orang yang sedang babad di sawah, Gayatri ditawari gorengan dan ia mengambil tiga buah saja. Setelah cukup kenyang, ia kemudian melanjutkan aktifitasnya."Ada gosip terbaru lho, Tri," ucap Bu Emi.Gayatri yang tadinya hendak berangkat tidak jadi karena ingin tahu ada gosip apa. Wajar kalau Gayatri ingin tahu, hitung-hitung ia bisa berlama-lama di sini supaya kalau pulang nanti akan terlambat."Gosip apa, Bu?" tanya Gayatri penasaran."Den
"Gayatri! Beli sabun cuci sana!""Uangnya tidak ada, Bu."Bu Nining melotot galak. "Uang hasil kamu berjualan minggu lalu memangnya sudah habis? Kamu ini boros sekali!""Kan uangnya sudah dipakai untuk berbelanja keperluan dapur dan uang jajan sekolah Damilah, Bu. Gayatri sekarang, kan, tidak diijinkan jualan lagi apalagi bekerja."Bu Nining terdiam. Ia kemudian melemparkan uang lima ribu. "Sana beli, sekalian beli gula dan garam."Gayatri memungut uang tersebut kemudian pergi ke warung. Sepanjang jalan Gayatri terus menghela napas karena sudah malu terus-menerus mengutang ke warung.***Dua hari ini Gayatri diperbolehkan untuk kembali berjualan, tetapi tidak diijinkan bekerja di ladang milik Pak Lurah dan Bu Uri karena Bu Nining tahu kalau Darsa sering mengunjungi rumah keluarga Bu Uri jadi nantinya ia takut kalau Gayatri dan Darsa ketemuan diam-diam.Darsa juga sudah bertemu dengan Bu Nining tadi siang, ia sudah meminta maaf karena tidak tahu kalau Bu Nining adalah ibu mertua Gayatr
"Dasar menantu tidak tahu diri!"Gayatri terkaget saat tiba-tiba Bu Nining melemparkan tas selempang ke arah Gayatri yang sedang membereskan piring yang sehabis dicuci."Ada apa, Bu?""Kamu keterlaluan! Tidak tahu diri! Tidak tahu diuntung! Tidak tahu malu!"Bu Nining memukul Gayatri menggunakan serbet yang ada di meja makan."Dasar menantu sialan! Harusnya kamu tahu malu untuk tidak menggoda laki-laki lain. Ingat, Gayatri! Anakku yang menjadi suamimu jasadnya sampai sekarang belum ditemukan, kuburannya juga tidak ada. Dia baru meninggal beberapa bulan yang lalu tapi kamu malah kegatelan pada anaknya Pak Lurah. Harusnya kamu sadar diri, Tri. Adik ipar kamu masih gadis. Kenapa kamu tidak membiarkan Den Darsa untuk Damilah, hah?! Ibu malu melihat kelakuan kamu yang kegenitan pada para pemuda di desa ini! Memalukan!" Bu Nining terus-menerus memukul Gayatri dengan serbet.Damilah juga menyiramkan air pada wajah Gayatri saking kesalnya karena laki-laki incaran dirinya lebih memilih kakak i
Damilah menghentikan motornya di tempat parkir pinggir ladang milik Pak Lurah. Ia duduk-duduk di atas motornya sambil memainkan ponsel. Darsa yang tadi memperhatikan dan lima belas menit sudah berlalu orang-orang yang bekerja di ladangnya pun sudah mulai pulang itu menghampiri Damilah, karena ini pertama kali dirinya melihat gadis yang berperawakan tinggi besar. Kalau Damilah memakai seragam sekolah menengah atas, pasti Darsa akan terkejut karena wajahnya sangat tidak nampak seperti seorang remaja."Cari siapa?" tanya Darsa.Damilah mengalihkan perhatiannya. Ia sempat terkesima melihat Darsa yang ternyata lebih tampan dari omongan orang-orang. Dengan tubuh yang tinggi ideal dan berisi karena sering berolahraga, kumis tipis, hidung mancung sedang, alis cukup tebal, mata lebar bulat dan kulit kuning langsat. Selain itu gaya rambut undercut membuat penampilannya sangat keren, bekerja di perkebunan sangat tidak cocok. Darsa cocoknya jadi model. Baru kali ini Damilah melihat Darsa secara l
Dari pukul tiga pagi Gayatri sudah sibuk di dapur. Hari ini ia akan memulai usaha berjualan gorengan keliling. Meskipun modalnya pas-pasan karena memakai uang gajian dari berkebun, tapi Gayatri tidak akan pesimis karena walaupun sedikit tetapi lama-lama jadi bukit. Alin juga sudah menawarkan untuk memberikan pinjaman tapi Gayatri menolaknya karena sekarang belum butuh, nanti kalau kepepet baru dia akan mengambil tawaran tersebut.Pukul lima pagi setelah selesai solat subuh Gayatri mulai berkeliling. Gayatri senang ketika ada tetangganya yang membeli. Sampai menjelang pukul enam lebih seperempat, gorengan Gayatri habis dan ia pun mulai pulang."Mana uang hasil jualan gorengan kamu?"Baru saja Gayatri membuka pintu dapur dirinya sudah dihadang oleh ibu mertuanya."Ada, Bu. Mau Gayatri simpan.""Gak usah disimpan, sini berikan semua uangnya pada ibu.""Untuk apa, Bu?"Bu Nining melotot. "Pakai nanya, lagi. Ya untuk uang bekal Damilah ke sekolah, untuk uang bensinnya juga. Ibu juga hari i
Sebuah mobil pickup berwarna putih yang dibelakangnya membawa sebuah motor matic keluaran terbaru berwarna hitam itu berhenti di depan rumah Bu Nining. Orang-orang yang saat itu kebetulan sedang berkumpul di rumah Bu Ariyanti sebagai tempat berkumpul khusus nasabah bank emok mengintip dari balik jendela karena penasaran siapa orang yang membeli motor baru itu. Tidak mungkin, kan, Bu Nining beli baru, soalnya keluarga dia sudah punya motor, masa beli lagi.Ibu-ibu itu langsung bisik-bisik, mencoba menebak-nebak siapa diantara mereka yang saat ini punya banyak uang hasil dari hmmm... sepertinya tidak usah disebutkan."Cari rumah siapa, Mas?" tanya Bu Ariyanti. Ibu-ibu yang sedang berkumpul itu semuanya langsung diam, siap menyimak."Saya sedang mencari rumahnya Bu Nining. Apa betul yang ini?" tanya mas-mas dari dealer motor itu sambil menunjuk rumah di depannya yang banyak tanaman apotek hidup dan bunga-bunga.Kumpulan ibu-ibu itu mengangguk. "Betul.""Ini beneran Bu Nining beli motor
Gayatri menangis tersedu sambil menaburkan bunga ke atas permukaan air laut pelabuhan Bakauheni. Mengelap air mata yang membasahi pipinya, Gayatri mencium puncak kepala anak keduanya yang baru berusia dua tahun, sementara tangan kanannya mengusap kepalanya yang berdiri di sampingnya yang baru berusia lima tahun.Bukan hanya Gayatri seorang saja yang menangis di sana, tetapi banyak orang-orang juga yang menangis sedih lantaran harus mengikhlaskan orang-orang terdekat dan yang dicintainya menghilang, pergi untuk selama-lamanya dan raganya tidak akan pernah ditemukan. Menghilang dalam gelap, dingin dan dalamnya lautan lepas.Sudah hampir dua pekan kapal feri yang mengangkut penumpang dari lampung menuju pelabuhan merak itu hilang. kabarnya kapal feri tersebut tenggelam di sekitaran Selat Sunda. Dari banyaknya penumpang kapal, hanya sekitar tujuh puluhan orang yang ditemukan, termasuk korban selamat yang hanya bisa dihitung dengan jari.Angin laut menerpa wajah Gayatri yang terlihat sang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen