Cinta Untuk Regan

Cinta Untuk Regan

last updateTerakhir Diperbarui : 2023-11-11
Oleh:  ER_IN  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
23Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Cinta, gadis yang sejak kecil selalu disisihkan oleh kedua orang tuanya. Harus mengorbankan kekasihnya menikah dengan adiknya. Seiring berjalannya waktu, Cinta mulai melupakan segala kenangan buruk dalam hidupnya, menata karir dan akhirnya bertemu lelaki teman satu kelas semasa SMA, Regan. Diam-diam lelaki yang selalu berbuat jail kepadanya itu jatuh hati kepadanya. Namun, Cinta yang tak lagi percaya cinta tak ingin membuka hati setelah mantan tunangannya menghamili adiknya.

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Hamil

“Kamu harus terima semuanya Cinta, kamu harus rela Andre menikah dengan Valen.”Aku tersenyum miris mendengar ucapan ibu, selama ini ibu tahu hubunganku dengan Andre sudah terjalin begitu lama, tetapi kenapa harus berakhir seperti ini? Aku dan Andre pun sudah menyiapkan semuanya, tidak mungkin aku mau mengalah.….Senyum di bibirku terlihat begitu indah hari ini. Bagaimana tidak, setelah lima tahun akhirnya aku dan Andre akan menikah. Hari yang telah kutunggu-tunggu begitu lama setelah kami bisa mengumpulkan satu persatu mimpi kami.“Mbaknya gak pernah dandan, ya, manglingi banget,” ucap perias yang meriasku hari ini.“Ah, mbak bisa aja. Tapi aku memang enggak bisa dandan Mbak, palingan juga cuma pakai lip tint sama bedak tabur, itu pun kalau ingat saja,” jawabku diikuti dengan tawa malu.Aku memang bukan gadis yang suka dandan, atau gila outfit. Cukup baju seadanya itu sudah cukup, lagipula selama ini Andre tidak pernah protes mau bagaimanapun gayaku.“Beneran loh, cantik banget. Ma

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
23 Bab

Hamil

“Kamu harus terima semuanya Cinta, kamu harus rela Andre menikah dengan Valen.”Aku tersenyum miris mendengar ucapan ibu, selama ini ibu tahu hubunganku dengan Andre sudah terjalin begitu lama, tetapi kenapa harus berakhir seperti ini? Aku dan Andre pun sudah menyiapkan semuanya, tidak mungkin aku mau mengalah.….Senyum di bibirku terlihat begitu indah hari ini. Bagaimana tidak, setelah lima tahun akhirnya aku dan Andre akan menikah. Hari yang telah kutunggu-tunggu begitu lama setelah kami bisa mengumpulkan satu persatu mimpi kami.“Mbaknya gak pernah dandan, ya, manglingi banget,” ucap perias yang meriasku hari ini.“Ah, mbak bisa aja. Tapi aku memang enggak bisa dandan Mbak, palingan juga cuma pakai lip tint sama bedak tabur, itu pun kalau ingat saja,” jawabku diikuti dengan tawa malu.Aku memang bukan gadis yang suka dandan, atau gila outfit. Cukup baju seadanya itu sudah cukup, lagipula selama ini Andre tidak pernah protes mau bagaimanapun gayaku.“Beneran loh, cantik banget. Ma
Baca selengkapnya

Part 2

“Ayah gak mau ada perdebatan lagi. Sudah cukup, terima tidak terima Andre akan menikah dengan Valen.” Ayah mendekat dan meraih tanganku. “Cinta, maaf, ayah sebenarnya berat sekali karena ayah tahu mungkin cuma Andre yang bisa nerima kamu, tapi mau bagaimana lagi, adikmu sudah mengandung. Ayah sudah berusaha mencari jalan sama ibumu tetapi tetap saja ini yang terbaik.”Aku tersenyum getir, entah ingin menggambarkan perasaan seperti apa saat ayah mengucapkannya, tetap saja aku tak senang dengan ucapan ayah. Memang benar, selama aku sekolah dasar hingga SMA bahkan sampai saat ini tak ada satupun laki-laki yang mau mendekat denganku, entah karena aku yang terlalu pendiam atau terlalu jelek, tetapi memang hanya Andre yang mau dekat denganku. Mungkin saat itu matanya tak dapat melihat dengar benar atau ia sakit mata saat mendekatiku.Kulihat senyum mengembang di wajah Valen, sementara Andre hanya menunduk. “Baiklah, terserah kalian. Menikahlah.” Kutinggalkan ruang tamu dan memilih masuk ke
Baca selengkapnya

part 3

Rasanya malas sekali untuk beranjak dari tempat tidur, dan pastinya aku akan menghadapi drama yang lebih menyakitkan mulai saat ini. Satu rumah bersama mantan kekasih yang telah menjadi adik ipar, apa aku mampu menata hati untuk tegar? Susah sekali bukan.Biasanya pagi-pagi aku sudah mendengar omelan ibu, kenapa hari ini tak ada ketukan pintu. Lebih baik aku keluar dan mulai masuk kerja secepat mungkin. Hanya butuh waktu tiga puluh menit untuk bersiap, setelah selesai gegas aku keluar.“Cin, makan dulu Nak,” ajak ibu. Ibu yang berada di ruang makan menyambutku yang baru saja keluar dari kamar. Kamarku memang tak jauh dari ruang makan, aku memilih kamar lantai bawah karena memang lebih enak dan tak perlu naik turun tangga.Aku mengerutkan dahi, tidak seperti biasanya, tetapi aku sudah paham, jika ibu bersikap manis pasti ada yang ia inginkan. Ah, aku tidak boleh berpikiran buruk terhadap ibuku, mungkin saja ia telah berubah atau merasa iba dan menyesal dengan perlakuannya selama ini.
Baca selengkapnya

Part4

Aku menghela nafas saat hendak memasuki kantor, kembali mengumpulkan energi untuk melawan hujatan satu kantor. Aku sengaja menonaktifkan ponsel hingga kini, sebelum datang ke kantor aku tidak ingin melihat pesan di grup kantor karena itu akan membuat awal hariku menjadi berantakan, walau sebenarnya morning day-ku sudah cukup berantakan.Kupaksa bibir tersenyum lebar saat menarik daun pintu. Kantor tempat aku bekerja merupakan open plan untuk setiap divisi, sehingga tak ada privasi atau penyekat antara satu pegawai dengan pegawai lainnya. Semua mata tertuju padaku, kulirik jam yang berada di dinding, padahal aku belum telat kenapa sudah ramai, harusnya hari ini aku datang lebih pagi lagi.“Bukannya kamu masih cuti, Cin?” tanya Stella, kami tidak dekat, hanya cukup baik menjadi teman kantor saja.“Hust.” Andini mencubit pelan lengannya. “Kenapa? Dia kan baru merid kemarin. Emanggnya enggak sakit lu jalan. Gue aja yang udah lama kadang-kadang masih ngilu, lemes, tapi maunya deket terus
Baca selengkapnya

part 5

“Aku mencintainya tanpa pamrih, tanpa sebab. Kuterima kurangnya, kuterima buruknya, aku tak memandang latar belakangnya. Aku menggenggam tangannya saat dia jatuh. Aku mencintainya apa adanya, tetapi kenyataanya dia lebih memilih menanam benih di rahim adikku, melupakan janji kita. Membiarkan hatiku yang semula penuh keyakinan kini terluka, luka yang begitu lebar. Aku Cinta, yang ingin menabur cinta untuk semua orang, tetapi kenyataannya aku ini Cinta yang tak diinginkan dan tak ada orang yang mencintai Cinta.”…..Rania memelukku, mati-matian kutahan air mata agar tak menetes, tetapi tetap saja, air mata jatuh membasahi pipiku hingga pundak Rania.“Aku tahu ini berat buat kamu Cin, kalau aku jadi kamu mungkin aku udah stress, udah gak kuat ngadepin ini semua, Allah pilih kamu karena yakin kamu bisa, kamu kuat hadapi ini semua.”Aku mengangguk, mengusap sisa-sisa air mata yang menetes di pipi, aku tidak ingin terpuruk begitu lama, aku harus bangkit bukan.“Ayo, move on.” Kuberikan seny
Baca selengkapnya

Part 6

Aku sudah tak sabar lagi, kenapa ponsel ini lama sekali menyala. Setelah menunggu, akhirnya ponselku menyala. Baru saja membuka whatsapp, tak sengaja aku melihat stroy milik Valen. Emosiku semakin tak terkontrol. Bukankah sudah kukatakan aku tak berniat memberikan rumah itu, sepertinya ucapanku itu tak dihiraukannya.Valen membagikan foto kamar dan memberi caption. “Enaknya warna apa untuk pengantin baru?” Selain itu ia juga membagikan sebuah vidoe dengan caption. “Dapat hadiah rumah dari misua.” Aku mengepalkan jari-jemari melihat tingkahnya. Kuraih tas yang berada di meja, secepatnya aku ingin menghampiri keduanya, bila perlu akan kukatakan semua didepan ayah dan ibu. Aku sudah memberikan kesempatan untuk Andre agar ia jujur, tetapi bukannya mengatakan semuanya bisa-bisanya ia mengajak Valen kesana. Rumah itu memang hanya aku dan Andre yang pernah kesana, sementara Valen, ayah atau ibu sama sekali belum pernah menginjakkan kaki disana.Baru saja keluar kudengar ada keributan, dari
Baca selengkapnya

Part 7

“Andre apa maksudnya ini? Kamu harus jelasin,” ucap ibu yang masih bisa kudengar.Kuhapus darah yang mengalir di siku. “Aku enggak bisa lagi tinggal disini,” ucapku seorang diri.Entah kenapa air mataku menetes begitu saja, aku ingin kasih sayang sempurna dari ayah dan ibu tetapi sepertinya sampai seumur hidup aku tidak akan pernah mendapatkan hal itu. Tidak ada ruang untukku di hati ibu, aku hanya diperlukan jika aku memiliki uang, maka dari itu aku harus banyak uang agar diterima baik oleh ibu. Kurapikan satu persatu bajuku, setelah semuanya masuk ke dalam koper, aku hanya membawa satu koper sementara lainya aku akan meminta jasa orang untuk mengambilnya nanti. “Oh, udah bikin ribut, bikin Valen syok terus kamu mau pergi gitu aja, bagus banget ya.” Ibu menghadangku. Sementara kulihat Valen dan Andre duduk di kursi.“Aku pengen hidup tenang, Ibuk bukannya enggak pengen aku disini, jadi biarin aku tinggal di luar.”“Memangnya s
Baca selengkapnya

Part 8

“Apa kamu bilang, bukan aku yang wanita murahan, tapi ibumu, ibumu wanita murahan, kamu bukan anakku,” ucap ibu sembari menunjuk wajahku.Aku diam mematung, apa yang ibu katakan? Aku bukan anaknya? Apa yang dibicarakan sungguh-sungguh. Lantas aku ini anak siapa? Wanita murahan seperti apa yang melahirkanku.Ibu tertawa. “Apa kamu terkejut, kamu memang bukan anakku, harusnya kamu berterima kasih karena selama ini aku telah membesarkanmu, dan kamu seharusnya menuruti semua permintaanku atau Valen, maka semua ini tidak akan terjadi, kamu akan tetap menjadi putriku. Ini karena kamu sendiri yang besar kepala tak mau menurut dan sekarang kamu harus tahu kamu adalah anak dari wanita murahan,” ibu mencaciku tanpa henti, sementara aku hanya bisa berdiri lemas, bahkan kaki ini terasa mati tak bisa bergerak. “Ningsih!” panggil ayah yang baru saja masuk, ia berlari menghampiriku, meraih tubuhku yang hendak ambruk. “Keterlaluan kamu Ningsih, bukannya kamu sudah berjanji tidak akan mengungkapkan h
Baca selengkapnya

Part 9

Kepalaku sakit, sakit sekali. Perlahan kubuka mata, bau menyengat obat-obatan menerpa indra penciuman. Kulihat sekeliling, tembok dengan cat berwarna putih aku tahu ini dimana, kutatap langit-langit ruangan sejenak, mencoba sepenuhnya mengumpulkan kesadaran. “Kamu udah bangun, Cin?” suara Rania pertama kali kudengar.“Minum,” pintaku lemah.Rania mengambil segelas air yang berada di meja, perlahan memberikan padaku.“Pelan-pelan.”Rania membantuku. Kuteguk air dalam gelas hingga tandas. “Aku panggil perawat dulu, ya? Kamu tunggu disini.”Aku mengangguk mengiyakan ucapan Rania, dia meninggalkanku sendiri.Kutatap jendela, cuaca begitu cerah. Ucapan ibu kembali terngiang di telingaku, air mata kembali menetes. Kenapa dengan cara seperti ini Tuhan memberitahukan fakta menyedihkan ini?Kuhapus air mata setelah kudengar Rania bersama seorang perawat datang, rupanya di belakang ayah berjalan mengikuti Rania. Setelah perawat memeriksa dan memberikan obat yang harus kuminum ia pergi meningg
Baca selengkapnya

Aku terlahir dari wanita Buruk

“Apa karena aku terlahir dari wanita yang buruk sehingga aku pantas di pandang dan diperlakukan buruk. Apa karena aku terlahir dari rahim wanita simpanan sehingga aku pantas diperlakukan seperti tak memiliki dunia. Bukankah orang tua yang menginginkan anak, anak tak pernah bisa memilih dari rahim mana ia dilahirkan, tetapi seorang ibu dapat memilih untuk melahirkannya. Lantas pantaskah mereka menyalahkanku yang tidak tahu apa-apa ini.”….“Makan yang banyak Cin, jangan sakit lagi.” Rania terus menyuap bubur padaku.“Siapa yang bawa aku kesini? Harusnya dia biarin aja aku mati di pinggir jalan Ran, lagian buat apa aku hidup? Aku udah enggak punya tujuan lagi.”Aku masih menatap jendela, hari semakin cerah, burung-burung berkicau tanpa henti seolah bernyanyi diatas penderitaanku. Apakah alam begitu bahagia?“Kamu kok ngomongnya gitu, jangan gitu, jangan punya pikiran seperti itu, kamu punya banyak alasan untuk hidup sekalipun jalanmu berat.”“Kamu udah denger kan, kamu pasti udah tahu s
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status