Keadaan mendesak Arumi Dyah Erika, wanita berusia 20 tahun menerima permintaan dari sahabat ayahnya untuk menikah dan menjadi istri kedua Harjuna Ringga Bumi, putra dari sahabat ayahnya. Arumi sudah merasa sangat tersiksa karena Harjuna, pria berusia 35 tahun itu merupakan dosen di kampusnya yang arogan dan menjadi istri kedua pria arogan itu membawa Arumi ke dalam penderitaan yang hebat. Sejak awal pernikahannya dengan Arumi, Harjuna tidak pernah menganggap Arumi sebagai istri dan dia sering melontarkan kebencian untuk Arumi. Bagi Harjuna hanya Kinara satu-satunya istrinya, wanita yang sangat Harjuna cintai. Namun, bagaimana jika perhatian yang sering Arumi berikan menghadirkan getaran tidak biasa di dalam diri Harjuna? Lalu bagaimana Arumi bertahan menjadi wanita kedua di kehidupan pria arogan itu? Sementara ada seorang pria di masa lalu Arumi yang tiba-tiba datang ingin menjadikan Arumi satu-satunya dan menawarkan kehidupan rumah tangga yang indah untuk Arumi.
View More“Kamu pikir saya akan tergoda setelah melihatmu mengenakan lingerie itu, Arumi?!”
Suara tegas pria itu membuat wanita yang sedang berdiri di depan cermin mengenakan lingerie berwarna rose gold dengan hiasan renda-renda kecil menggemaskan di bagian depannya yang menampakkan belahan dada, punggung mulus dan paha putih wanita itu melonjak. Arumi Dyah Erika, wanita berusia 20 tahun itu menyesal sudah nekat mencoba lingerie hadiah dari kakaknya untuk pernikahannya dan lupa mengunci pintu kamar saat mencoba baju kurang bahan itu. Sekarang pria pemilik suara tegas itu, Harjuna Ringga Bumi, pria berusia 35 tahun yang berprofesi sebagai dosen di salah satu kampus swasta ternama di Jakarta sekaligus pebisnis sukses di bidang kuliner dan fashion, masih berdiri mengintainya dengan tatapan merendahkan. Pria yang Arumi kenal arogan itu merupakan dosen Arumi dan kini telah sah menjadi suaminya, hari ini tepat menjadi hari pertama Arumi menjadi istri kedua pria itu. Bahkan sekarang adalah malam pertamanya dengan Harjuna! Seharusnya menjadi malam yang indah, tapi pernikahan terpaksa yang juga memaksa Arumi menjadi wanita kedua di kehidupan Harjuna membuang jauh-jauh bayangan indah Arumi tentang malam pertama. Jika bukan karena keadaan ekonomi keluarganya yang semakin memburuk setelah ayahnya meninggal dan memiliki banyak utang, Arumi tidak akan memutuskan untuk menjadi wanita kedua apalagi untuk pria arogan yang sebelumnya sudah pernah membuat Arumi menangis saat di kampus. Sekarang keadaan ekonomi keluarganya telah membaik, pun dengan utang orang tuanya yang sudah lunas dan itu semua karena kebaikan ayah Harjuna yang merupakan sahabat ayahnya. Namun, semua itu tidak gratis, ayah Harjuna meminta Arumi untuk menikah dengan Harjuna dan meminta Arumi untuk cepat-cepat memberikan cucu untuk ayah Harjuna. Kondisi Kinara—istri pertama Harjuna yang sakit-sakitan pasca kecelakaan membuat ayah Harjuna ragu jika Kinara bisa memberikan cucu secepatnya. “Pak Harjuna mau apa ke sini?” Arumi menarik mundur kakinya yang sedikit gemetar itu dari hadapan Harjuna yang terus mendekat. Sementara pria di depan Arumi itu masih memindai penampilan Arumi dengan sorot tajam matanya. “Saya hanya penasaran apa yang sedang kamu lakukan. Ternyata kamu sedang mempersiapkan diri untuk menggoda saya. Tidak menyangka saya!” Wajah lugu Arumi yang sudah sedikit memucat saat berhadapan dengan Harjuna itu menunjukkan keterkejutan, Arumi menggeleng pelan untuk membantah tuduhan Harjuna semula dan ingin sekali mulutnya meluapkan alasan mengapa dia mengenakan lingerie itu, namun lidahnya mendadak kelu begini. “Sampai kamu telanjang di depan saya pun, saya tidak akan pernah tergoda sama kamu, Arumi!” tegas Harjuna dengan tatapan yang belum sedikit pun berpindah dari wanita itu. Arumi hanya sanggup bergeming di depan pria itu, tatapan mengerikan Harjuna sudah lebih dulu menelan semua sisa nyali Arumi. “Dengarkan saya baik-baik Arumi!” Harjuna berdiri tepat di depan Arumi kemudian meraih dagu Arumi membuat wanita yang tampak gemetar dan gugup itu mendongak menatapnya. Kedua tangan Arumi gemetar pelan, memegang sisi kanan dan kiri lingerie berwarna rose gold yang dia kenakan dan Arumi mengenakan lingerie itu tidak sedikit pun berniat untuk menggoda Harjuna, Arumi hanya penasaran bagaimana penampilannya saat mengenakan hadiah pemberian kakaknya. “Bagi saya, hanya Kinara satu-satunya istri saya dan tidak ada wanita kedua di kehidupan saya. Jadi jangan berharap lebih sama saya, Arumi!” Harjuna menekankan. “Pak Harjuna tenang saja, saya tidak akan berharap lebih sama Pak Harjuna.” Arumi berusaha cukup keras mengumpulkan seluruh nyalinya untuk membalas ucapan Harjuna semula. “Baguslah kalau begitu!” balas Harjuna dingin seraya menjauhkan telapak tangannya kasar yang semula menyentuh dagu Arumi, setelahnya keluar dari kamar itu. Melihat Harjuna pergi penuh dari kamar, Arumi segera mengganti lingerie yang dia kenakan sekarang dengan baju tidur yang lebih tertutup lalu menghempaskan pelan dirinya ke atas tempat tidur. ‘Dengarkan ibu baik-baik Arumi, walaupun kamu sama Pak Harjuna menikah karena terpaksa untuk memenuhi permintaan Pak Aji, tapi kamu harus bisa melayani Pak Harjuna dengan baik dan berikan cucu secepatnya untuk Pak Aji.’ Terngiang-ngiang pesan yang tadi pagi ibunya ucapkan tepat setelah janji suci pernikahannya dengan Harjuna terucap dan dia sah menjadi istri kedua pria arogan itu. “Apa aku bisa melayani Pak Harjuna dengan baik?” Arumi menggumam ragu dengan dirinya mengingat Harjuna yang tidak bersikap baik kepadanya bahkan tadi terang-terangan mengatakan, tidak menganggapnya istri. *** Pagi ini Arumi sudah siap dengan sepeda yang biasa dia gunakan untuk pergi ke kampus, tapi seorang pria yang mengatakan dirinya sopir pribadi suruhan Pak Aji tiba-tiba datang dan mengatakan siap akan mengantar Arumi pergi. “Tidak usah Pak, saya mau pergi pakai sepeda saja.” Arumi menolak, menurutnya terlalu berlebihan pergi ke kampus saja diantar dengan sopir pribadi. “Jangan Nona, Pak Aji sudah meminta saya untuk mengantarkan Nona ke mana pun Nona ingin pergi.” Pria di depan Arumi itu bersikeras ingin mengantar Arumi untuk memenuhi perintah tuannya. “Dia pergi sama saya!” Arumi refleks melihat ke arah pria yang baru keluar dari rumah, pria itu sudah berdandan rapi mengenakan pakaian formal, Harjuna tampak siap akan pergi mengajar. “Sampaikan ke papa saya kalau Arumi pergi sama saya. Jadi sekarang silakan kamu pergi dari rumah ini!” Pria suruhan Pak Aji itu mengangguk mematuhi perintah Harjuna, dia kemudian pergi mengendarai mobil yang semula akan digunakan untuk mengantar Arumi. Arumi masih mematung memahami situasi saat mendengar yang Harjuna katakan tadi. Bagi Arumi ada yang ganjil karena pria yang semalam berbicara begitu pedas kini tiba-tiba menunjukkan kebaikan. “Pak Harjuna mau pergi ke kampus bareng saya?” “Ck! Percaya diri sekali kamu!” “Tadi Pak Harjuna yang bilang sendiri kalau—“ “Itu cara saya agar orang suruhan papa itu pergi. Belum apa-apa, tapi papa sudah memanjakan kamu sampai menyuruh orang untuk menjadi sopir pribadi kamu yang ada nanti kamu keenakan!” Masih pagi dan telinga Arumi sudah panas mendengar ucapan pedas pria itu. “Kamu biasa pergi ke kampus pakai sepeda ‘kan?” Harjuna melirik sepeda berwarna hijau yang berada di samping kanan Arumi. Arumi mengangguk pelan. “Gunakan sepeda bututmu itu dan jangan berharap saya akan mengantarmu ke kampus atau ke tempat mana pun!” Harjuna menekankan tegas membuat Arumi tersentak dan mundur perlahan dari hadapannya. Arumi mengelus dada pelan saat Harjuna berjalan tergesa menuju mobilnya, dia hampir mengendarai sepedanya jika saja tak melihat Harjuna yang tiba-tiba berbalik lalu menatapnya. “Sepeda bututmu itu memang sangat serasi dengan penampilan kunomu, Arumi!” Harjuna tersenyum miring memandang rendah penampilan Arumi yang mengenakan rok midi berwarna hitam, kemeja motif bunga-bunga, rambut dikucir rapi dan jangan lupakan kacamata dengan bingkai berwarna putih yang wanita itu kenakan. “Sementara kamu, wajah menyeramkanmu itu memang sangat serasi dengan mulutmu yang suka bicara seenaknya!” gerutu Arumi yang hanya sanggup mengatakan kalimat ini dari jauh seraya memandang kepergian Harjuna menggunakan sedan mewah berwarna abu-abu.Harjuna berdiri di tengah pintu memperhatikan kepulangan Kinara dan Mika, dia menatap dingin istrinya yang sedang tertawa kecil bersama Mika.“Kamu dari mana Kinara? Kenapa semalam nggak pulang ke rumah?” tanya Harjuna menghadang di depan pintu rumah.Pertanyaan Harjuna dibalas dengusan kasar Kinara. Kursi roda yang Kinara duduki bergerak lagi, tapi dia tetap tertahan di depan pintu karena Harjuna tidak beranjak dari posisinya.“Aku semalam menghubungi kamu berulang kali, tapi kamu tidak juga merespons. Aku khawatir sama kamu, Kinara.” Harjuna sedikit membungkuk di depan Kinara memegang erat kedua sisi kursi roda itu.“Apalagi Mika juga sama-sama susah dihubungin.” Harjuna melirik tajam Mika, tampak dia jengkel ke Mika karena perempuan yang bersama Kinara itu semalam hingga pagi tidak merespons panggilan masuk dan pesan masuknya. Sementara Harjuna sangat membutuhkan informasi tentang Kinara dari Mika.“Bukankah kamu sedang fokus sama istri mudamu itu Mas? Kamu aja rela bertarung demi
Kinara sudah mendengar tentang pertarungan yang akan suaminya lakukan dengan Radit, Kinara mendapat informasi itu dari Mika yang sempat menguping di rumah kecil yang Arumi tempati.“Apa tujuan kamu sampai mengajak Radit bertarung?” Kinara segera melontarkan pertanyaan yang sejak tadi mengganggunya itu saat Harjuna masuk ke dalam rumah.“Jawab aku Mas!” Kinara menyusul Harjuna, dia emosi karena pertanyaan pentingnya tadi tidak dijawab Harjuna.Langkah Harjuna sampai di dalam kamarnya, dia mengubrak-abrik beberapa bagian di dalam lemarinya, mencari baju dan beberapa keperluan lainnya untuk dia bertarung dengan Radit.“Kamu cemburu sama Radit sampai-sampai nantangin dia begitu? Kamu sudah beneran jatuh cinta sama Arumi, Mas?” Dada Kinara naik turun, telapak tangannya meremas erat sisi kursi roda dan tatapannya itu masih tertuju ke Harjuna yang sampai sekarang masih bungkam.Pria itu masih sibuk mengubrak-abrik isi lemarinya hingga menemukan boxing gloves yang sudah cukup lama tidak Harju
Radit dan Ina, dua orang yang setia menemani Arumi saat Arumi sedang sakit. Dia bisa saja meminta ibunya menemaninya agar tidak begitu kesepian, tapi Arumi tidak ingin masalah rumah tangganya diketahui ibunya. Arumi hanya ingin menunjukkan kebahagiaan di depan ibunya.Setiap ibunya bertanya tentang kabarnya, Arumi mengatakan baik-baik saja. Saat ibunya datang mengunjunginya secara langsung bersama Lily ke rumah, Arumi akan menunjukkan wajah bahagianya, menutup semua luka di hatinya.“Saya bantu Nyonya,” kata Radit bergegas memapah Arumi yang baru keluar dari mobil.Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, sore ini Arumi kembali ke rumah, tapi sekarang hanya ditemani Radit karena Ina sibuk meladeni Kinara.“Saya bisa jalan sendiri Radit,” kata Arumi sebelum melangkahkan kakinya.Radit tidak mengindahkan, dia tetap memapah Arumi melihat Arumi yang masih pucat dan lemah.Dari kejauhan Harjuna melihat kedatangan istrinya bersama Radit.Harjuna yang masih mengenakan pakaian formal setelah
Arumi mengusap-usap perutnya, pandangannya tertuju ke rumah besar itu, dia tersenyum miris dengan keadaannya. Hingga kehamilannya memasuki usia 8 bulan, Harjuna masih membencinya setelah kejadian Kinara yang keracunan.Arumi lelah menjelaskan, dia sudah pasrah membiarkan waktu menjawab kebenarannya. Namun, sampai sekarang kebenaran itu belum juga terungkap, dia masih dianggap sebagai seseorang yang meracuni Kinara.“Sudah sore Nyonya, sebaiknya Nyonya masuk ke dalam,” kata Radit kembali ke belakang Arumi setelah selesai menjawab panggilan masuk dari seseorang.Arumi berbalik menatap Radit tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, dia melangkah pelan menuju kamarnya.Bersandar di atas tempat tidurnya, Arumi meraih ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Arumi tersenyum tipis saat melihat fotonya dengan Harjuna saat liburan di villa beberapa bulan yang lalu.Hari itu dia merasakan kebahagiaan, sayangnya kebahagiaan itu membuat Arumi salah menilai sikap manis yang Harjuna tunjukkan.Tidak ada
Arumi mencoba dahulu bubur ayam buatannya sebelum nanti dia berikan ke Kinara yang sedang sakit.Setelah pulang liburan dari villa Arumi mendengar kabar dari Ina bahwa Kinara sedang sakit. Setelah tahu kabar itu, Arumi berkeinginan untuk menjenguk Kinara sambil membawakan makanan untuk wanita itu.“Nyonya Arumi ini baik sekali ya. Padahal menurut bibi, Nyonya Arumi tidak usah jengukin Nyonya Kinara apalagi sampai masakin bubur ayam buat dia.” Ina geleng-geleng kepala pelan saat memperhatikan kesibukan nyonya muda itu yang pagi ini terlihat semangat memasak dan itu buat Kinara.Arumi menoleh sekilas menatap pelayan itu dan hanya tersenyum merespons ucapan Ina barusan. Arumi lalu menghidangkan bubur ayam buatannya itu ke dalam tempat makan berbentuk bulat yang sudah Arumi letakkan di atas meja makan.“Nyonya mau ke mana?” tanya Radit saat melihat Arumi keluar dari rumah.Seperti biasa sejak semalam Radit berjaga di depan rumah itu tidak peduli meski Harjuna beberapa kali memperingatkan
Harjuna tidak begitu memperhatikan Kinara meski istrinya itu memintanya untuk melihat ke arah kamera, Kinara ingin mengabadikan momen bersama Harjuna di taman bunga milik Pak Aji yang berada di villa milik pria itu.“Mas, lihat ke sini dong!” Kinara meraih paksa wajah Harjuna saat tatapan pria itu sedang tertuju ke salah satu arah—tempat Arumi sedang berduaan dengan Radit.“Kamu foto-foto sendiri saja.” Harjuna merespons cuek seraya menyingkirkan tangan Kinara yang menahan wajahnya.“Kamu kok begitu sih Mas? Kamu nggak suka berduaan sama aku? Kamu pengin berduaan sama Arumi makanya sejak tadi kamu mandangin dia terus, hah?!” Kinara terpancing emosi.Sejak Sabtu kemarin saat Harjuna mengajaknya liburan ke villa milik papa pria itu yang berada di puncak, Harjuna lebih banyak memperhatikan Arumi walaupun tak secara langsung mendekati wanita itu dan itu membuat Kinara sangat geram.“Bukan begitu Kinara. Aku hanya sedang kepikiran sama penjelasan dia hari itu. Tentang dia yang katanya diga
“Maaf Nyonya.” Tangan Radit menjauh setelah berani menyentuh tangan nyonya muda itu. Radit fokus ke depan lagi dan mulai melajukan mobil.Arumi tidak begitu memikirkan meski tadi pengawal pribadinya itu seperti akan mengatakan sesuatu. Arumi teringat Harjuna lagi, dia mengecek ponsel, yah siapa tahu Harjuna tiba-tiba mencarinya. Namun, Arumi harus menelan kekecewaan dalam-dalam, tidak ada satu pun pesan dari Harjuna.Kedatangan Arumi di rumah kecil itu disambut Ina, pelayan itu sudah berdiri di dekat pintu dan tersenyum ramah untuk Arumi seperti biasanya.“Apa Pak Harjuna sempat ke sini, Bi?” tanya Arumi sebelum melangkah masuk ke rumah. Dia masih saja berharap Harjuna mencarinya.“Tidak Nyonya.” Ina menjawab.Arumi memaksakan bibirnya tersenyum meski amat kecewa mendengar jawaban itu, Harjuna benar-benar tak mencarinya atau mungkin memang melupakannya.Yah hebat sekali pria itu, belum lama memberikan perhatian, tapi kemudian seolah-olah menjadi orang yang tak memedulikannya sama seka
“Maaf Tuan Harjuna, saya mau kasih tahu kalau Nyonya Kinara sedang menangis di dalam kamar dan tidak mau sarapan,” lapor Ina pagi ini.Harjuna meletakkan kembali sendok di tangan kanannya itu ke sisi piring, tidak jadi menyuapi Arumi meski Arumi sudah sedikit membuka mulut, tadi Harjuna mengatakan akan menyuapinya.Harjuna beranjak cepat dari ruang makan, mengabaikan Arumi, seolah lupa beberapa menit yang lalu dia memberikan perhatian untuk wanita itu, dari sejak bangun tidur hingga menemani Arumi di ruang makan.Arumi terdiam menatap pria itu. Pantaskah dia kecewa ke Harjuna?Namun, Arumi tersadar lagi dengan posisinya di hidup Harjuna, pun dengan ucapan penuh ketegasan dan bagai peringatan yang Harjuna ucapkan di malam pertama setelah mereka resmi menjadi suami istri.Hanya Kinara yang pria itu anggap sebagai istri dan Harjuna menegaskan agar Arumi tak berharap lebih.Oh tentu, Arumi sudah merekam dan menyimpan baik-baik kalimat itu di ingatannya.Arumi melanjutkan sarapannya, membu
Arumi mengompres lebam di punggung telapak tangan Harjuna dengan gerakan pelan dan lembut, dia tidak ingin membangunkan Harjuna yang sedang tertidur nyenyak.Sadar pria itu memberikan pergerakan, Arumi menghentikan tangan kanannya yang sedang mengompres tangan Harjuna, dia bangkit dan hendak keluar dari perpustakaan—tempat Harjuna tidur sekarang.“Arumi.” Harjuna lebih dulu meraih tangan Arumi.“Maaf, saya sudah mengganggu tidur Pak Harjuna.” Arumi sedikit menoleh.Harjuna tidak melepaskan tangannya dari Arumi, dia bangun dari posisi berbaring lalu menarik Arumi hingga duduk di sofa yang sama dengannya.“Kamu malam-malam ngapain ke sini?” Harjuna melirik ke arah jam di dinding perpustakaan, waktu menunjukkan pukul setengah satu malam.Harjuna mengernyit menunggu jawaban keluar dari mulut Arumi.“Kamu habis melakukan apa dengan kain itu?” Harjuna melirik ke arah kain dalam genggaman Arumi.“Saya habis mengompres Pak Harjuna. Saya kepikiran setelah Pak Harjuna memukuli Radit tadi makany
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments