Share

Wanita Kedua Milik Pria Arogan
Wanita Kedua Milik Pria Arogan
Author: Istyanah

Malam Pertama

“Kamu pikir saya akan tergoda setelah melihatmu mengenakan lingerie itu, Arumi?!”

Suara tegas pria itu membuat wanita yang sedang berdiri di depan cermin mengenakan lingerie berwarna rose gold dengan hiasan renda-renda kecil menggemaskan di bagian depannya yang menampakkan belahan dada, punggung mulus dan paha putih wanita itu melonjak.

Arumi Dyah Erika, wanita berusia 20 tahun itu menyesal sudah nekat mencoba lingerie hadiah dari kakaknya untuk pernikahannya dan lupa mengunci pintu kamar saat mencoba baju kurang bahan itu.

Sekarang pria pemilik suara tegas itu, Harjuna Ringga Bumi, pria berusia 35 tahun yang berprofesi sebagai dosen di salah satu kampus swasta ternama di Jakarta sekaligus pebisnis sukses di bidang kuliner dan fashion, masih berdiri mengintainya dengan tatapan merendahkan.

Pria yang Arumi kenal arogan itu merupakan dosen Arumi dan kini telah sah menjadi suaminya, hari ini tepat menjadi hari pertama Arumi menjadi istri kedua pria itu.

Bahkan sekarang adalah malam pertamanya dengan Harjuna!

Seharusnya menjadi malam yang indah, tapi pernikahan terpaksa yang juga memaksa Arumi menjadi wanita kedua di kehidupan Harjuna membuang jauh-jauh bayangan indah Arumi tentang malam pertama.

Jika bukan karena keadaan ekonomi keluarganya yang semakin memburuk setelah ayahnya meninggal dan memiliki banyak utang, Arumi tidak akan memutuskan untuk menjadi wanita kedua apalagi untuk pria arogan yang sebelumnya sudah pernah membuat Arumi menangis saat di kampus.

Sekarang keadaan ekonomi keluarganya telah membaik, pun dengan utang orang tuanya yang sudah lunas dan itu semua karena kebaikan ayah Harjuna yang merupakan sahabat ayahnya. Namun, semua itu tidak gratis, ayah Harjuna meminta Arumi untuk menikah dengan Harjuna dan meminta Arumi untuk cepat-cepat memberikan cucu untuk ayah Harjuna.

Kondisi Kinara—istri pertama Harjuna yang sakit-sakitan pasca kecelakaan membuat ayah Harjuna ragu jika Kinara bisa memberikan cucu secepatnya.

“Pak Harjuna mau apa ke sini?” Arumi menarik mundur kakinya yang sedikit gemetar itu dari hadapan Harjuna yang terus mendekat.

Sementara pria di depan Arumi itu masih memindai penampilan Arumi dengan sorot tajam matanya. “Saya hanya penasaran apa yang sedang kamu lakukan. Ternyata kamu sedang mempersiapkan diri untuk menggoda saya. Tidak menyangka saya!”

Wajah lugu Arumi yang sudah sedikit memucat saat berhadapan dengan Harjuna itu menunjukkan keterkejutan, Arumi menggeleng pelan untuk membantah tuduhan Harjuna semula dan ingin sekali mulutnya meluapkan alasan mengapa dia mengenakan lingerie itu, namun lidahnya mendadak kelu begini.

“Sampai kamu telanjang di depan saya pun, saya tidak akan pernah tergoda sama kamu, Arumi!” tegas Harjuna dengan tatapan yang belum sedikit pun berpindah dari wanita itu.

Arumi hanya sanggup bergeming di depan pria itu, tatapan mengerikan Harjuna sudah lebih dulu menelan semua sisa nyali Arumi.

“Dengarkan saya baik-baik Arumi!” Harjuna berdiri tepat di depan Arumi kemudian meraih dagu Arumi membuat wanita yang tampak gemetar dan gugup itu mendongak menatapnya.

Kedua tangan Arumi gemetar pelan, memegang sisi kanan dan kiri lingerie berwarna rose gold yang dia kenakan dan Arumi mengenakan lingerie itu tidak sedikit pun berniat untuk menggoda Harjuna, Arumi hanya penasaran bagaimana penampilannya saat mengenakan hadiah pemberian kakaknya.

“Bagi saya, hanya Kinara satu-satunya istri saya dan tidak ada wanita kedua di kehidupan saya. Jadi jangan berharap lebih sama saya, Arumi!” Harjuna menekankan.

“Pak Harjuna tenang saja, saya tidak akan berharap lebih sama Pak Harjuna.” Arumi berusaha cukup keras mengumpulkan seluruh nyalinya untuk membalas ucapan Harjuna semula.

“Baguslah kalau begitu!” balas Harjuna dingin seraya menjauhkan telapak tangannya kasar yang semula menyentuh dagu Arumi, setelahnya keluar dari kamar itu.

Melihat Harjuna pergi penuh dari kamar, Arumi segera mengganti lingerie yang dia kenakan sekarang dengan baju tidur yang lebih tertutup lalu menghempaskan pelan dirinya ke atas tempat tidur.

‘Dengarkan ibu baik-baik Arumi, walaupun kamu sama Pak Harjuna menikah karena terpaksa untuk memenuhi permintaan Pak Aji, tapi kamu harus bisa melayani Pak Harjuna dengan baik dan berikan cucu secepatnya untuk Pak Aji.’

Terngiang-ngiang pesan yang tadi pagi ibunya ucapkan tepat setelah janji suci pernikahannya dengan Harjuna terucap dan dia sah menjadi istri kedua pria arogan itu. “Apa aku bisa melayani Pak Harjuna dengan baik?” Arumi menggumam ragu dengan dirinya mengingat Harjuna yang tidak bersikap baik kepadanya bahkan tadi terang-terangan mengatakan, tidak menganggapnya istri.

***

Pagi ini Arumi sudah siap dengan sepeda yang biasa dia gunakan untuk pergi ke kampus, tapi seorang pria yang mengatakan dirinya sopir pribadi suruhan Pak Aji tiba-tiba datang dan mengatakan siap akan mengantar Arumi pergi.

“Tidak usah Pak, saya mau pergi pakai sepeda saja.” Arumi menolak, menurutnya terlalu berlebihan pergi ke kampus saja diantar dengan sopir pribadi.

“Jangan Nona, Pak Aji sudah meminta saya untuk mengantarkan Nona ke mana pun Nona ingin pergi.” Pria di depan Arumi itu bersikeras ingin mengantar Arumi untuk memenuhi perintah tuannya.

“Dia pergi sama saya!”

Arumi refleks melihat ke arah pria yang baru keluar dari rumah, pria itu sudah berdandan rapi mengenakan pakaian formal, Harjuna tampak siap akan pergi mengajar.

“Sampaikan ke papa saya kalau Arumi pergi sama saya. Jadi sekarang silakan kamu pergi dari rumah ini!”

Pria suruhan Pak Aji itu mengangguk mematuhi perintah Harjuna, dia kemudian pergi mengendarai mobil yang semula akan digunakan untuk mengantar Arumi.

Arumi masih mematung memahami situasi saat mendengar yang Harjuna katakan tadi. Bagi Arumi ada yang ganjil karena pria yang semalam berbicara begitu pedas kini tiba-tiba menunjukkan kebaikan.

“Pak Harjuna mau pergi ke kampus bareng saya?”

“Ck! Percaya diri sekali kamu!”

“Tadi Pak Harjuna yang bilang sendiri kalau—“

“Itu cara saya agar orang suruhan papa itu pergi. Belum apa-apa, tapi papa sudah memanjakan kamu sampai menyuruh orang untuk menjadi sopir pribadi kamu yang ada nanti kamu keenakan!”

Masih pagi dan telinga Arumi sudah panas mendengar ucapan pedas pria itu.

“Kamu biasa pergi ke kampus pakai sepeda ‘kan?” Harjuna melirik sepeda berwarna hijau yang berada di samping kanan Arumi.

Arumi mengangguk pelan.

“Gunakan sepeda bututmu itu dan jangan berharap saya akan mengantarmu ke kampus atau ke tempat mana pun!” Harjuna menekankan tegas membuat Arumi tersentak dan mundur perlahan dari hadapannya.

Arumi mengelus dada pelan saat Harjuna berjalan tergesa menuju mobilnya, dia hampir mengendarai sepedanya jika saja tak melihat Harjuna yang tiba-tiba berbalik lalu menatapnya.

“Sepeda bututmu itu memang sangat serasi dengan penampilan kunomu, Arumi!” Harjuna tersenyum miring memandang rendah penampilan Arumi yang mengenakan rok midi berwarna hitam, kemeja motif bunga-bunga, rambut dikucir rapi dan jangan lupakan kacamata dengan bingkai berwarna putih yang wanita itu kenakan.

“Sementara kamu, wajah menyeramkanmu itu memang sangat serasi dengan mulutmu yang suka bicara seenaknya!” gerutu Arumi yang hanya sanggup mengatakan kalimat ini dari jauh seraya memandang kepergian Harjuna menggunakan sedan mewah berwarna abu-abu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status