Annindita Rani mendapati calon suaminya sedang bercumbu dengan adik tirinya. Untuk menutupi skandal itu, ia justru harus menikah dengan seorang penjual bakso keliling. Tapi, siapa sangka kejadian malang itu membawanya ke kehidupan yang penuh dengan plot twist? Suaminya ternyata bukan tukang bakso biasa! Lantas, bagaimana nasib Ann setelahnya? Apakah ia akan dimanjakan atau justru dikecewakan oleh suaminya itu?
Lihat lebih banyak"Jangan sampai Rafael tahu identitas Sena, itu akan membahayakan Ann dan Dewi, Mas," bisik Ratih. "Tapi, Rafael juga bagian dari keluarga kita," elak Adi dengan tatapan tajam. Tidak paham dengan jalan pikir Ratih, Adi malah terus-menerus meyakinkannya untuk mengungkap sosok Sena sebenarnya. "Mas, tolong kali ini saja. Aku melakukan ini untuk anak-anak kita," ucap Ratih dengan tatapan mata yang haru. Adi hanya mengangguk. "Terima kasih, Mas." *** Setelah dirasa sudah cukup pulih, Adi boleh pulang dan dilanjutkan rawat jalan di rumah. "Ann, kamu akan tinggal di rumah ayah, kan?" tanya Adi menatap anak sulungnya. "Maaf, Ayah. Aku harus pulang ke rumah suamiku, mungkin lain kali aku akan menginap," jawab Ann dengan ulasan senyum. "Oh gitu, oke." Dengan bantuan Ratih, kursi roda Adi melewati koridor-koridor rumah sakit yang kini ramai. Bisa bernafas lega rasanya, Adi kembali melihat dunianya. "Ayah, kalau sudah sampai rumah kabari ya. Aku harus ke kantor
"Rafael, apa yang kamu lakukan akhir-akhir ini?" todong Adi saat menantu laki-lakinya itu memasuki ruangan. "Aku? ada apa, Ayah?" Rafael menunjuk dirinya sendiri dengan penuh tanya. Sesaat kemudian, ia menatap Ann yang sibuk berbicara ditelepon. Hanya beberapa hari ia tidak menampakkan diri dihadapan ayah mertuanya. "Aku hanya sibuk ada proyek, memangnya apa yang dikatakan Dewi pada ayah?" Rafael membalikkan tanya. "Sena yang mengatakan kamu menyembunyikan sesuatu," jawab Adi. Matanya sontak membelalak lebar, apa pun yang terjadi saat ini. Mau tidak mau ia harus melenyapkan Sena. "Ayah, aku serius hanya ada pekerjaan di luar kota. Apa iya ayah tidak percaya denganku?" Rafael masih berusaha membolak-balik perasaan Adi. Meski Ann menatapnya dengan tajam, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. "Aku tidak paham apa yang dikatakan Sena tadi, sebenarnya aku ragu akan apa yang diucapkannya. Tapi, kenapa dia sangat yakin?" Adi bertanya-tanya pada dirinya sendiri, semb
Ego siapa yang diberi makan? Di sini, Sena hanya diam duduk di sofa tunggu rumah sakit. Matanya yang hendak terpejam nyaris gagal. "Kenapa semua ini terjadi!" pekik Sena. [Mas, aku pengen ketemu sama kamu.] Aisha. Nama yang enggan Sena ingat dalam benaknya, malas dan kesal jika mengingat Ann terus saja menjodohkannya. "Lihat, wanita ganjen yang sengaja mengirimiku pesan. Pasti kamu kan yang nyuruh dia seperti ini!" gerutu Sena. "Tidak, dia menyukaimu, Sena. Ceraikan aku dan menikahlah dengannya," ucap Ann dengan mudahnya. "Aku mencintaimu, bukan wanita lain!" seru Sena semakin keras. "Kita tidak mendapatkan restu sekarang," ucap Ann dengan menatap wajah Sena tegas. "CK" Sena berdecak kesal. Ann menatap sosok suaminya dengan senyuman tipis, setelah malam itu perasaannya kian menguat. Namun, ada hal yang tidak bisa ia paksakan pada Sena. "Sena ...," panggil Ann. "Aku tidak ingin mendengar permintaan ceraimu berkali-kali, aku tidak mau, Ann!" tegas Sen
Satu jam berlalu, akhirnya dokter keluar dengan senyuman di wajahnya. "Pak Adi baik-baik saja, setelah ini bisa dipindahkan di ruang rawat. Beliau hanya shock, jadi membuat jantungnya sedikit bermasalah," jelas dokter dengan tenang. "Syukurlah," ucapan kompak dari Ann dan Ratih. Kini Adi dipindahkan di ruangan rawat, meski belum siuman Ann dengan sigap masuk ke dalam. Menatap sosok ayah yang selalu membelanya saat ibunya masih hidup. Meski kini semuanya berubah, rasa sayangnya pada ayahnya tetap sama. "Ann ...," suara lirih nan purau itu terdengar nyaring ditelinga Ann. Manik matanya mendapati ayahnya yang terkapar kembali sadar. Senyumnya perlahan merekah, tidak ada bahagia yang bisa ia pancarkan saat ini. "Ayah, aku panggilkan dokter dulu!" ucap Ann bergegas beranjak. "Tidak, Ann." Adi menahan lengan Ann dengan kuatnya, "Tolong cerailah dengan Sena ya!" Deg! Ann terpaku pada sebuah ucapan yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Jika pernikahannya deng
"Bagaimana, Arno?" tanya Adi saat Arno terlihat memasuki ruangannya. Tubuhnya gemetar hebat, entah apa yang terjadi padanya saat itu. "Tu-tuan, tebakan Anda tidak meleset sama sekali," ucap Arno. Adi masih tidak paham dengan apa yang dikatakan Arno, tebakan yang mana atau ada hal yang membuatnya terkejut hingga gemetaran seperti ini. "Tuan, Antasena Gaharu memang milik menantu Anda," tutur Arno. "Apa?" tanya Adi dengan penuh tanya. Selama ini, pria yang terlihat menjadi penjual bakso itu ternyata seorang pengusaha? Mengapa Adi tidak menyadari kejanggalan itu, padahal Sena sempat tinggal di rumahnya beberapa hari. "Bagaimana kamu bisa tahu? apa kamu bertemu dengannya langsung. Bisa saja dia mengaku-ngaku menjadi bos," elak Adi, masih dengan ketidakpercayaannya pada ucapan Arno. "Saya tidak memiliki banyak bukti, hanya satu foto dan rekaman suara," ucapnya, sembari meletakkan ponselnya di meja Adi. Perlahan, Adi mulai mendengarkan rekaman suara itu. Dengan teg
"Bagaimana, Arka?" tanya Sena. "Dia sudah datang, Tuan. Saya atau Anda yang menemuinya?" tanya Arka dengan gugup. Untuk pertama kalinya, tuan mudanya itu akan menemui seseorang. Ada perasaan campur aduk hingga ragu. "Aku yang akan bertemu dengannya, bayangkan Adi tahu kalau aku yang mengalahkannya diproyek besar ini," ucap Sena dengan ulasan senyum tipis. Tidak ada niat balas dendam dan semacamnya, akan tetapi untuk apa menutupi semua ini terlalu lama. Sena tidak membutuhkan perlakuan istimewa, hanya saja Sena ingin Ann mendapatkan haknya. "Baik, saya akan mengikuti dibelakang," ucap Arka. Tidak berselang lama, Sena dan Arka menuju ruang pertemuan. Sosok sekretaris Adi terlihat mengulas senyum tipis. "Selamat datang di kantor saya, senang bertemu dengan Anda," sapa Sena dengan ulasan senyum manis. Manik mata yang membelalak lebar dengan wajah yang tidak percaya. "Sena, suaminya Nona Ann?" tanya Arno dengan mata yang tidak beralih. "Silakan duduk dulu,
Satu jam berlalu, akhirnya Sena membuka pintu. Meski dengan wajah yang masam, tapi perlahan ia tersenyum. "Maaf," ucap Sena lirih. Ann memasuki kamar, membersihkan dirinya dengan penuh kemalasan. Setelahnya ia merebahkan tubuhnya, membelakangi Sena. "Selamat tidur, Ann," bisik Sena. *** [Proyek besar Adi Sucipto sudah ditangan kita, Tuan muda.] Arka. Satu pesan yang membuat Sena tersenyum tipis, pagi ini dengan kesadaran penuh. Ia merasa sangat bahagia. "Pagi-pagi udah senyum-senyum sendiri, abis baca pesan siapa?" tanya Ann. "Kenapa? Kamu cemburu, Ann?" tanya Sena membalikkan tanya. Ann akhirnya diam, ia menatap Sena dengan malas. Meski bukan cemburu, tapi ada perasaan penasaran dalam dirinya. "Aku kira kamu sudah berkenalan akrab dengan wanita kemarin," gerutu Ann. "Iya, aku lagi baca pesan dari wanita kemarin!" ucap Sena dengan menekan kata wanita kemarin. Perlahan Ann mengerutkan dahinya, matanya menatap Sena dengan ragu. "Kenapa memangnya?"
"Aku percaya Aisha bisa menjalankan tugasnya dengan baik," gumam Ann seraya mengulas senyum tipis. Tapi, saat sebuah pesan muncul dari notifikasinya, matanya membelalak lebar. "Bagaimana ini nasibku? Pasti Sena akan marah besar dan menceraikanku? Hahaha, hanya itu yang aku perlukan," gumam Ann dengan perasaan bahagia. [Ann, ayo kita makan di luar.] Sena. "Hah?" Ann menatap layar ponselnya dengan kaget tiada tanding. [Aku sudah pesan taxi online, sebentar lagi datang. Kamu siap-siap ya.] Sena. Belum sempat Ann terkejut, ia sudah dikejutkan pesan Sena lagi. "Nona Ann, maaf. Taxinya sudah datang," teriak Reni dari luar ruangan. "Ya, sebentar!" seru Ann. Dengan terburu-buru ia meraih cardigannya, memang ia sudah berpakaian rapi. Ia merasa siap jika Sena akan menceraikannya hari ini. "Kenapa harus seperti ini akhirnya!" gumam Ann dengan menggerutu. Sepanjang jalan, Ann hanya bertanya-tanya. Terlebih ajakan Sena makan malam dan taxi online? "Nona, kita su
"Maaf atas kekacauan yang terjadi, Pak Adi. Saya dan Ann pamit, terima kasih," ucap Sena. Langkah terburu-buru Ann diikuti Sena dari belakang. Ann terlalu muak dengan Sena yang selalu menerima hinaan yang disampaikan padanya. Padahal, apa susahnya membalas ucapan nenek sihir itu? "Ann, pelankan langkahmu!" seru Sena. "Aku tidak peduli ya! Kamu itu terlalu pengecut atau terlalu baik jadi pria sih," pekik Ann. Tangannya menghentikan sebuah taxi yang lewat, "Sudah, aku mau ke kantor. Kamu bisa pulang sendiri 'kan?" tanya Ann dengan wajah masih penuh kekesalan. "Ya." Sena hanya menganggukkan kepalanya, ia mengulas senyum pada istrinya. Taxi itu melaju dengan cepat meninggalkan area perumahan Adi. [Kirim sopir ke dekat gang rumah Adi Sucipto!] Sena. Setelah pesan itu terkirim, Sena menyempatkan berjalan kaki ke tempat biasa menunggu. "Huh, kalau begini terus Ann semakin muak denganku," gumamnya. Sebuah mobil berhenti tepat di depan Sena, seorang pria keluar de
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen